Ken memang tidak dikenali karena keadaannya yang mabuk serta rambut dan pakaian yang berantakan. Di tambah lagi dengan wajah yang memar karena pukulan laki – laki yang membela gadis tadi. Memang laki – laki tadi langsung memukul Ken tanpa melihat dulu siapa yang menjatuhkan adiknya.
"Gleg..."
Dengan susah payah ia menelan salivanya. Semua orang yang berada di club tersebut tertunduk takut, tak terkecuali orang yang pertama kali memukul, gadis penggoda dan pemilik club tersebut.
Ken dengan segera menghempaskan dua orang laki – laki yang memegang kedua tangannya. "Sudah ku katakana tadi. Kalian memang sudah bosan hidup."
Pemilik club berlari mendekati Ken. "Tuan Ken," tegur pemilik club tersebut. Kemudian beralih pada Zae, "Sekertaris Zae." Wajahnya menunduk pucat. "Maafkan atas keteledoran kami."
Zae yang memapah Ken hanya diam. Dia menunggu jawaban dari Ken. "Segera urus penutupan club ini dan dia.." Ken menujuk gadis yang menggodanya. "Dia.. Dia..
Matahari belum menampakkan diri, Ken sudah bangun dari tidurnya. Tangannya memeluk paha Lisa yang tertidur bersandar tempat tidur. Senyum smirk menghiasi kedua sudut bibirnya.Mengusap pipi kiri Lisa dengan punggung tangannya. "Kau adalah perempuan sombong yang berani menolakku. Aku aku membalas semua perbuatan mu." Lisa masih lelap dalam tidurnya.Bibir Ken mendekati telinga milik Lisa dan tak segan menggigitnya pelan. "Aku tidak akan melepaskan apa yang sudah menjadi milikku." Bisikan tersebut tidak membuat Lisa terbangun, nafasnya masih teratur dengan dengkuran halus.Ken segera beranjak dari tempat tidurnya, keluar menuju ruang kerjanya yang berada di lantai dua. Wajahnya nampak berbinar dan tubuhnya sudah pulih kembali setelah semalam banyak memar dalam wajahnya.Sementara itu tak lama setelah Ken bangun, Lisa juga segera sadar dari alam mimpinya. Meregangkan ototnya dan mengucek kedua kelopak matanya.Setelah membuka mata dengan sempurna, ked
"Tok.. Tok.. Tok..""Masuk !" Lisa mempersilahkan masuk namun pintu kembali terketuk. "Masuk !" Lisa meninggikan intonasinya."Ini paman Li." Ucap seseorang yang mengetuk pintu tadi. Lisa yang sudah lelah berteriak akhirnya membukakan pintu untuk paman Li."Saya dari tadi sudah mempersilahkan paman untuk masuk," kesal Lisa. Paman Li masih bersikap sopan menundukkan kepalanya di depan Nyonya Mudanya."Maaf Nyonya, tapi kamar Tuan Ken kedap suara." Ucapnya dengan sopan."Oh."Kamar Ken memang kedap suara, sehingga hanya bisa mendengarkan suara dari luar sementara dari luar tidak dapat mendengarkan suara dari dalam. "Ada apa?" tanya Lisa dengan ketus."Saya hanya menjalankan tugas dari Tuan Ken untuk memberikan ini." Paman Li memberikan satu buah buku yang sangat tebal, Lisa menaikan alisnya bingung. "Itu adalah aturan-aturan hidup Nyonya Muda dan kewajiban Nyonya Muda menjadi istri dari Tuan Muda mulai dari bangun tidur pagi sampai tidu
"Selamat pagi manager Wily," sapa salah seorang pelayan restaurant X yang sedang bersih-bersih di dekat pintu masuk."Ya pagi," balas Wily tak lupa sambil tersenyum.Ia melanjutkan langkahnya, sambil sesekali melirik ke kanan-kiri mencari keberadaan Lisa. Hanya sehari tidak datang ke tempat kerja sudah cukup membuatnya khawatir."Pagi Manager," tegur pelayan lainnya.Wily menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "ya selamat pagi." Langkahnya terhenti, rasa penasarannya kini sudah tak terbendung lagi. "O iya, Lisa dari kemarin kemana ya ? Kok saya ngak lihat ?" tanya Wily basa basi."Lisa siapa ya ?" tanya pelayan wanita itu balik. Ia berdiri memegang sapu sambil berpikir, nama Lisa memang masih sangat asing. Sebab Lisa baru masuk sekali dan hari keduanya pun dia tidak berangkat bekerja.Wily mendengus kesal. Bisa-bisanya karyawannya sendiri tidak mengenali anak baru tersebut, apa yang dikerjakan oleh Mira. Apa dia tidak bisa mendidik anak b
Setelah keluar dari ruangan Wily, Lisa segera mencari keberadaan Mira. Dia tidak ingin adanya kesalah pahaman. Apalagi Mira sudah berbuat baik pada Lisa sejak ia pertama masuk bekerja di tempat ini.Lisa langsung menjelaskan semuanya kepada Mira, sama halnya yang ia jelaskan pada Wily tadi di ruanganya. Tidaklah mungkin kalau ia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Oh jadi itu seperti itu," Mira manggut-manggut setelah mendengar penjelasan dari Lisa. "Tuan Wily memang baik Lisa," Mira tersenyum dan memegang bahu Lisa. "Lain kali jangan kecewakan dia lagi." Imbuhnya lagi.Lisa mengangguk seraya mengerti. "Iya Mir, aku janji lain kali kalau ada kepentingan yang mendesak lagi aku akan usahakan untuk meminta izin pada kalian." Ucap Lisa dengan mantap. "Ya meskipun aku tidak mempunyai ponsel untuk menghubungi kalian," lirih Lisa. "Tapi aku akan usahakan," ucap Lisa kembali lantang."Kamu yang sabar ya Lisa," Mira sambil tersenyum. "Ponsel tidaklah terlalu
"Selamat malam Nyonya ?" Tegur para pelayan pada Lisa saat di dapur. "Apa yang Nyonya butuhkan disini, biar kami siapkan!" Imbuhnya lagi."Tidak," Lisa menggeleng dengan wajah datarnya. "Aku hanya ingin membuat cokelat hangat untuk Tuan Muda." Berlalu meninggalkan para pelayan yang menunduk hormat.Mereka saling bersitatap kebingungan, bagaimana mungkin dia mencegah kemauan Nyonya nya tapi di sisi lain mereka sudah dilarang oleh Tuan Mudanya agar Lisa tidak mengerjakan pekerjaan rumah."Kenapa kalian diam saja," tegur bi Nar yang baru saja tiba. "Apa kalian mau dapat hukuman," mereka hanya bisa menunduk ketakutan.Bi Nar hanya mendengus kesal dan mendekati Lisa. "Maaf Nyonya. Apa yang Nyonya butuhkan, kenapa tidak menyuruh kami ?""Ah Bibi." Tersenyum. "Tidak perlu Bi. Aku hanya membuat secangkir cokelat hangat untuk Tuan Muda." Sambil mengaduk minuman yang hampir jadi. "Tidak perlu khawatir Bi, lagi pula aku juga sudah selesai." Kembali meyakinkan
Semalaman Ken tidur di ruang kerjanya, sambil merenungi apa yang diucapkan oleh Zae. "Tidak ada perempuan yang suka dengan laki-laki yang kasar. Perlakukan dia dengan baik, pasti dia juga akan memperlakukanmu dengan baik.""Lupakan kontak, fokus buat dia jatuh cinta padamu." Pikirnya.Pagi-pagi sekali dia sudah bangun, sementara Lisa masih terlelap di sofa dengan televisi yang masih menyala. Ia menyempatkan diri mematikan TV tersebut dan mengusap lembut rambut Lisa. "Maafkan sikapku yang kasar. Aku tahu aku salah, seharusnya bukan seperti itu memperlakukanmu." Lirihnya.Tak lupa mengecup pucuk kepala istrinya dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena Lisa belum bangun, dengan sangat terpaksa dia menyiapkan air hangat sendiri untuk berendam. Ini pertama kali baginya, tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah terlanjur melarang paman Li menyiapkan segala keperluannya karena sudah memliki istri.Air hangat cukup membuatnya rileks, di tambah lagi dengan
Mereka telah selesai menyantap sarapannya masing-masing. Meskipun hanya dalam keheningan, dalam diam. Tapi Ken merasa cukup senang, sebab tidak ada penolakan dari Lisa."Berangkatlah bersamaku," Ken memecah keheningan."Uhuk.. Uhuk.."Ajakan tersebut malah justru membuat Zae tersedak akan makanannya sendiri. Bagaimana tidak, selama ini Zae belum pernah mendengarkan kata-kata manis dari mulut Ken untuk Lisa. Kali pertamanya Zae menyaksikan kebenaran yang diungkapkan oleh Ken sendiri, bahwa ia melunak.Pandangan Lisa dan Ken langsung tertuju pada Zae. Ken menatap dingin pada Zae, "kenapa ?" Ketusnya. "Ada yang salah?" Tanyanya lagi.Zae menggeleng dan meraih air putih di depan. "Tidak, aku hanya terlalu buru-buru menyantap makananku." Elaknya.Berdecak kesal melihat ulah Zae. "Makanlah dengan baik, tidak ada yang akan merebut makananmu." Ken beralih menatap paman Li dan Bi Nar. "Apa paman dan bibi akan merebut makanan milik Zae?"Paman Li dan
"Kau sungguh menyebalkan kak, kau berubah!" Tukas Lisa. "Kemana janji-janjimu selama ini. Kau," wajahnya sudah melas. "Aku membencimu kak," lirihnya.Jony menghela nafasnya dan menunjukkan senyumnya yang paling manis pada Lisa. "Maaf Nona. Tapi sumpah dan janji setia saya hanya kepada Tuan Ken." Ucapnya dengan Tegas. "Maafkan aku Lisa, kau harus terjebak disituasi ini," batinnya."Enyah lah!" Kesal Lisa."Batasi diri Anda Nona. Sekarang Anda adalah istri Tuan Ken. Saya akan tetap menjaga dan mengawasi Nona dan saya akan memastikan anda pulang dengan keadaan yang utuh."Ucapan-ucapan Jony hanya membuat kedua telinga memanas. Ia segera berlalu dari mobil mewah tersebut. Meskipun harus berjalan sekitar seratus meter tapi itu setidaknya lebih baik, daripada harus mendapatkan cibiran dari teman-temannya nanti.Flashback ONSekilas tentang kisah Lisa dan Jony.Denny Wijaya adalah pemuda yang tidak memiliki tempat tinggal, bisa dikatakan hanyalah s