Setelah keluar dari ruangan Wily, Lisa segera mencari keberadaan Mira. Dia tidak ingin adanya kesalah pahaman. Apalagi Mira sudah berbuat baik pada Lisa sejak ia pertama masuk bekerja di tempat ini.
Lisa langsung menjelaskan semuanya kepada Mira, sama halnya yang ia jelaskan pada Wily tadi di ruanganya. Tidaklah mungkin kalau ia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Oh jadi itu seperti itu," Mira manggut-manggut setelah mendengar penjelasan dari Lisa. "Tuan Wily memang baik Lisa," Mira tersenyum dan memegang bahu Lisa. "Lain kali jangan kecewakan dia lagi." Imbuhnya lagi.
Lisa mengangguk seraya mengerti. "Iya Mir, aku janji lain kali kalau ada kepentingan yang mendesak lagi aku akan usahakan untuk meminta izin pada kalian." Ucap Lisa dengan mantap. "Ya meskipun aku tidak mempunyai ponsel untuk menghubungi kalian," lirih Lisa. "Tapi aku akan usahakan," ucap Lisa kembali lantang.
"Kamu yang sabar ya Lisa," Mira sambil tersenyum. "Ponsel tidaklah terlalu
"Selamat malam Nyonya ?" Tegur para pelayan pada Lisa saat di dapur. "Apa yang Nyonya butuhkan disini, biar kami siapkan!" Imbuhnya lagi."Tidak," Lisa menggeleng dengan wajah datarnya. "Aku hanya ingin membuat cokelat hangat untuk Tuan Muda." Berlalu meninggalkan para pelayan yang menunduk hormat.Mereka saling bersitatap kebingungan, bagaimana mungkin dia mencegah kemauan Nyonya nya tapi di sisi lain mereka sudah dilarang oleh Tuan Mudanya agar Lisa tidak mengerjakan pekerjaan rumah."Kenapa kalian diam saja," tegur bi Nar yang baru saja tiba. "Apa kalian mau dapat hukuman," mereka hanya bisa menunduk ketakutan.Bi Nar hanya mendengus kesal dan mendekati Lisa. "Maaf Nyonya. Apa yang Nyonya butuhkan, kenapa tidak menyuruh kami ?""Ah Bibi." Tersenyum. "Tidak perlu Bi. Aku hanya membuat secangkir cokelat hangat untuk Tuan Muda." Sambil mengaduk minuman yang hampir jadi. "Tidak perlu khawatir Bi, lagi pula aku juga sudah selesai." Kembali meyakinkan
Semalaman Ken tidur di ruang kerjanya, sambil merenungi apa yang diucapkan oleh Zae. "Tidak ada perempuan yang suka dengan laki-laki yang kasar. Perlakukan dia dengan baik, pasti dia juga akan memperlakukanmu dengan baik.""Lupakan kontak, fokus buat dia jatuh cinta padamu." Pikirnya.Pagi-pagi sekali dia sudah bangun, sementara Lisa masih terlelap di sofa dengan televisi yang masih menyala. Ia menyempatkan diri mematikan TV tersebut dan mengusap lembut rambut Lisa. "Maafkan sikapku yang kasar. Aku tahu aku salah, seharusnya bukan seperti itu memperlakukanmu." Lirihnya.Tak lupa mengecup pucuk kepala istrinya dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena Lisa belum bangun, dengan sangat terpaksa dia menyiapkan air hangat sendiri untuk berendam. Ini pertama kali baginya, tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah terlanjur melarang paman Li menyiapkan segala keperluannya karena sudah memliki istri.Air hangat cukup membuatnya rileks, di tambah lagi dengan
Mereka telah selesai menyantap sarapannya masing-masing. Meskipun hanya dalam keheningan, dalam diam. Tapi Ken merasa cukup senang, sebab tidak ada penolakan dari Lisa."Berangkatlah bersamaku," Ken memecah keheningan."Uhuk.. Uhuk.."Ajakan tersebut malah justru membuat Zae tersedak akan makanannya sendiri. Bagaimana tidak, selama ini Zae belum pernah mendengarkan kata-kata manis dari mulut Ken untuk Lisa. Kali pertamanya Zae menyaksikan kebenaran yang diungkapkan oleh Ken sendiri, bahwa ia melunak.Pandangan Lisa dan Ken langsung tertuju pada Zae. Ken menatap dingin pada Zae, "kenapa ?" Ketusnya. "Ada yang salah?" Tanyanya lagi.Zae menggeleng dan meraih air putih di depan. "Tidak, aku hanya terlalu buru-buru menyantap makananku." Elaknya.Berdecak kesal melihat ulah Zae. "Makanlah dengan baik, tidak ada yang akan merebut makananmu." Ken beralih menatap paman Li dan Bi Nar. "Apa paman dan bibi akan merebut makanan milik Zae?"Paman Li dan
"Kau sungguh menyebalkan kak, kau berubah!" Tukas Lisa. "Kemana janji-janjimu selama ini. Kau," wajahnya sudah melas. "Aku membencimu kak," lirihnya.Jony menghela nafasnya dan menunjukkan senyumnya yang paling manis pada Lisa. "Maaf Nona. Tapi sumpah dan janji setia saya hanya kepada Tuan Ken." Ucapnya dengan Tegas. "Maafkan aku Lisa, kau harus terjebak disituasi ini," batinnya."Enyah lah!" Kesal Lisa."Batasi diri Anda Nona. Sekarang Anda adalah istri Tuan Ken. Saya akan tetap menjaga dan mengawasi Nona dan saya akan memastikan anda pulang dengan keadaan yang utuh."Ucapan-ucapan Jony hanya membuat kedua telinga memanas. Ia segera berlalu dari mobil mewah tersebut. Meskipun harus berjalan sekitar seratus meter tapi itu setidaknya lebih baik, daripada harus mendapatkan cibiran dari teman-temannya nanti.Flashback ONSekilas tentang kisah Lisa dan Jony.Denny Wijaya adalah pemuda yang tidak memiliki tempat tinggal, bisa dikatakan hanyalah s
Hari-hari berlalu, Lisa sudah membiasakan dirinya kepada Jony meskipun ada rasa sedikit kecewa, rindu dan marah. Lisa masih berperang dingin kepada Jony, tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua selain hal penting.Sudah beberapa hari ini Lisa juga jarang berinteraksi langsung dengan Ken. Sebab Ken sedang sibuk dengan pekerjaannya, sering pulang larut saat Lisa sudah terlelap. Bukan karena pergi atau berkencan dengan perempuan-perempuan bayarannya melainkan karena sedang ada proyek besar yang mengharuskan dirinya bekerja dengan extra.Tiga hari ini kebetulan sekali Ken harus pergi ke luar kota untuk meninjau proyeknya yang lain. Lisa kali ini terbebas dari sofa nyamannya, sebab Ken berpesan agar Lisa menempati ranjangnya selama ia tinggal pergi. Bukan suatu masalah, sebab kapan lagi Lisa bisa menikmati fasilitas tersebut dan ditambah lagi hidupnya cukup tenang tanpa gangguan dari Ken.Hari-harinya ia nikmati. Seperti hari ini, dia menuruni anak tangga dengan w
Ken semakin gusar melihat senyum termanis Lisa yang sengaja diberikan kepada Jony. Ia semakin mengamuk karena terbakar akan api cemburu. Ia hampir membanting dan merusak seluruh property kamar hotel tersebut.Bukan sesuatu yang sulit untuk mengganti property yang telah ia rusak di kamar hotel ini, bahkan dia akan dengan mudah menghancurkan atau mengalihkan hotel tersebut menjadi kepemilikannya.Ken merogoh ponsel dalam sakunya untuk menghubungi seseorang. "Ikuti kemanapun mereka pergi dan laporkan apa saja yang mereka lakukan hari ini!" Begitulah kalimat untuk memerintahkan seseorang melalui ponselnya.Kesal, marah dan kecewa menjadi satu. Bagaimana mungkin orang yang selalu ia banggakan dan yang paling ia percayai berkhianat. Diam-diam memiliki hubungan dengan istri kecilnya. Jony benar-benar lupa apa yang ia lakukan sekarang, ia bahkan lupa bagaimana Ken ketika menghadapi orang yang sudah berkhianat. Ia tak akan segan-segan membunuh orang tersebut, sekalipun itu
Sikap perhatian Lisa sungguh membuat Jony lupa diri. Dia lupa siapa yang tengah membuatnya menghangat dan berbunga-bunga tersebut. Sikap dinginnya perlahan menghilang. Bahkan tak seperti biasanya Lisa duduk di samping kemudi. Sepanjang perjalanan mereka tak segan bersendau gurau melepas kerinduan beberapa tahun ini."Aku sangat bahagia sekali kak." Ucap Lisa dengan wajahnya yang berbinar, tak segan ia mencuri tatapan pada Jony.Tanpa mereka ketahui, mobil yang sedang mereka kendarai sudah lengkap dengan kamera serta perekam canggih yang diletakkan di tempat tersembunyi. Entah apa yang dipikirkan oleh Jony, padahal dia tak hanya sehari dua hari bersama dengan Ken. Harusnya dia paham betul bagaimana dengan Ken, banyak pengamanan ketat yang ia sediakan. Begitupun dengan hukuman yang akan siap menanti jika seseorang bermain-main dengannya. Jony sudah benar-benar lupa diri."Kenapa bahagia ?" Goda Jony dengan wajah datarnya.Lisa mengangguk. "Ya, karena aku tidak
Ken tahu kepulangan Jony dan Lisa. Dia segera merapikan dirinya, serta meredamkan amarah dan gejolak api cemburunya yang sudah membara."Tenang Ken, bersikaplah biasa dan sewajarnya." Ucapnya meyakinkan dirinya sendiri sambil tersenyum masam.Ken berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan sikap yang tenang. Menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai dasar, ya tentu untuk menyambut kedatangan istri kecilnya. Zae bernafas lega karena akhirnya ia mau mendengarkan sarannya."Kerja yang baik Ken," Zae tersenyum sambil menepuk pelan bahu milik Ken saat mereka berjalan bersimpangan. "Ingat, control emosimu. Lisa tidak suka dengan sikapmu yang pemarah itu." Zae kembali mengingatkan dan segera berlalu dari hadapan Ken.Ken hanya menghela nafasnya. "Lupakan kontrak Ken," Batin Ken. Kontrak yang dibuat oleh Ken sama sekali tidak diperlakukan, bahkan ia terang-terang melupakannya. Hanya akan menggunakan ketika Lisa bertolak belakang dengan kemauannya."Selamat