Wajah Owen memerah setelah mendengar ucapan Elvina. Dia berdeham, lalu menghampiri Raiden dan berkata, "Pak Raiden, ada yang ingin kulaporkan padamu.""Kita ke ruang kerja," balas Raiden. Dia melepaskan Elvina, lalu naik ke lantai atas. Raiden sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan Elvina. Owen segera mengikuti Raiden.Peter bersandar di sofa dan berujar dengan santai, "Itu nggak sulit ditebak. Kamu kaku sekali waktu Kak Raiden cium kamu. Dia pasti merasa teknikmu sangat buruk!"Apa memang begitu? Elvina menyentuh bibirnya yang dicium Raiden tadi. Dia memang sudah menikah kedua kalinya, tetapi dia tidak pernah berciuman dengan intens. Bahkan waktu menikah, Dexton hanya mengecup bibir Elvina.Elvina memelototi Peter dan menyindir, "Setidaknya aku sudah menikah. Meskipun teknikku nggak bagus, masih ada yang ajari aku. Nggak seperti kamu, jomblo yang menyedihkan!'Peter menyanggah, "Siapa bilang aku jomblo? Pacarku ada di luar negeri, dia sangat cantik!"Elvina mencebik, lalu terta
Selain aroma alkohol, Raiden juga mencium aroma bunga mawar yang samar. Dia mulai tergoda. Jari tangan Elvina yang bergerak di bibir Raiden juga sangat lembut ....Raiden tiba-tiba merangkul pinggang Elvina dan menahannya di dinding. Dia berkata dengan suara serak, "Nggak usah mandi lagi. Aku nggak keberatan."Kemudian, Raiden mencium Elvina. Sementara itu, Elvina mendongak. Dia agak linglung dan tidak tahu dirinya berada di mana. Elvina hanya merasakan telapak tangan Raiden yang hangat di pinggangnya.Tubuh Elvina mulai terasa panas dan dia sedikit sadar. Elvina memukul wajah Raiden. Melihat tatapan Raden yang dingin, Elvina bersandar di dinding dan bertanya dengan ekspresi bingung, "Bukannya kamu menyukai pria?"Bagaimanapun, Elvina sudah berinisiatif 2 kali. Namun, Raiden tetap bergeming. Mendengar ucapan Elvina, ekspresi Raiden makin mengerikan. Dia bertanya balik, "Siapa bilang aku menyukai pria?""Pak Keanu," jawab Elvina. Saat merasakan aura Raiden yang dingin, dia berbicara ter
Raiden membereskan semua orang yang terlibat dalam masalah ini dengan kejam, tetapi dia tidak meminta pertanggungjawaban pada ibunya Darren. Owen melihat Raiden. Ekspresi Raiden sangat muram.Owen melanjutkan, "Aku tahu kamu dan Bu Daphney sudah bersama selama bertahun-tahun. Waktu mau bertunangan ... aku juga lihat kamu menyuruh pengacara membuat dokumen. Setelah Bu Daphney melahirkan, setengah dari saham Grup Polaris miliknya akan otomatis dialihkan kepada anak itu ...."Owen memperingatkan, "Pak Raiden, Bu Daphney sudah lama menikah dengan Pak Darren. Sudah cukup banyak hal yang kamu lakukan demi Bu Dahney ...."Raiden menyergah dengan ekspresi dingin, "Darren itu kakakku. Aku berutang nyawa padanya."Raiden memandang Owen dan menegaskan, "Jemput Keanu.""Oke," sahut Owen. Dia tidak mengatakan apa pun lagi. Owen membungkuk kepada Raiden, lalu berjalan ke tangga.Owen mendesah. Sepertinya di dunia ini hanya Daphney yang bisa mengendalikan Raiden. Dia berani menembak Raiden dan menyur
Elvina mengambil ponselnya dan berjalan ke depan jendela. Dia menelepon Raiden sambil melihat pemandangan taman bunga di luar jendela. Sekitar belasan detik kemudian, Raiden menjawab panggilan telepon.Saat Elvina hendak bersuara, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang lembut. "Halo? Ini siapa?"Elvina merasa suara wanita ini sedikit familier. Dia tahu Raiden sangat sibuk, jadi dia mengira wanita ini adalah bawahannya Raiden. Elvina menyahut, "Aku cari Pak Raiden. Dia lagi sibuk, ya?""Nggak," ucap wanita itu. Dia berjeda sejenak, lalu menambahkan, "Dia lagi makan di rumah."Wanita itu berbicara seraya tertawa. Meskipun suaranya sangat lembut, Elvina merasa wanita itu seperti berniat menunjukkan hak miliknya. Elvina mengernyit.Seketika Elvina langsung paham. Dia membalas, "Maaf mengganggu."Kemudian, Elvina mengakhiri panggilan telepon. Sejak tahu identitas Raiden dan setuju membuat kesepakatan dengannya, Elvina tahu Raiden dikelilingi banyak wanita. Tidak mungkin Raiden hanya
Senin pagi, Elvina memakai jas hitam dan celana yang membuat kakinya terlihat ramping. Dia terlihat sangat profesional dengan pakaian ini.Departemen personalia Grup Polaris telah menyiapkan semua prosedur untuk karyawan baru. Jadi, setibanya di Grup Polaris, Elvina langsung check-in dan menuju ke lantai departemennya.Staf di departemen penerjemahan tidak banyak, tetapi ruangannya menempati seluruh lantai. Luas dan terang.Setelah masuk, Elvina menyapa semua staf dengan sopan, lalu mencari tempatnya. Ada rekan kerja yang menghampiri Elvina dan memujinya, "Selama dua tahun ini, nilaimu yang paling tinggi. Kamu bahkan pernah jadi penerjemah di Negara Dava. Keren sekali!"Elvina teringat pada video di Instagram. Dia segera mendongak dan berucap dengan tersenyum, "Aku cuma beruntung. Aku masih butuh bimbinganmu, Kak.""Ya, aku pasti membantumu. Namanya juga rekan kerja." Staf itu melambaikan tangannya. Ketika keduanya sedang mengobrol, tiba-tiba ada yang masuk dengan menjinjing beberapa k
"Serius? Tapi, kenapa dia nggak pakai cincin?"Elvina sontak mematung di tempat. Dia tanpa sadar melirik cincin di jarinya, lalu lanjut mendengar gosip."Aku rasa berita itu nggak benar. Sebelumnya kudengar Pak Raiden mau bertunangan dengan cinta pertamanya. Tapi, mereka tiba-tiba pisah. Wanita itu menikah dengan pria lain. Pak Raiden pun bertekad nggak mau nikah lagi.""Benaran? Kasihan sekali Pak Raiden kalau begitu. Dia kaya dan berkuasa, tapi nggak bisa menikahi wanita yang dicintainya.""Makanya ...."Para staf membahas banyak hal tentang Raiden, tetapi yang terngiang-ngiang di benak Elvina hanya kata "cinta pertama".Raiden tidak pernah memberi tahu Elvina bahwa dia punya cinta pertama. Elvina pun teringat pada wanita yang menjawab panggilannya pada hari Sabtu lalu. Suaranya sangat lembut. Jangan-jangan wanita itu cinta pertama Raiden? Kalau begitu, kenapa Raiden ....Saat ini, tiba-tiba terdengar seruan kaget. "Eh, Elvina, rupanya ... kamu sudah nikah lagi?"Elvina tersadar dari
Staf baru di setiap departemen tidak banyak, tetapi Grup Polaris memiliki banyak departemen. Setelah semuanya berkumpul, ditambah lagi para petinggi, suasana pun menjadi sangat meriah.Elvina duduk di kursi yang tertera namanya. Dia memegang segelas sampanye dan meminumnya dengan culas. Yang ada di benaknya adalah adegan di dalam lift tadi.Apa Raiden mengabaikannya karena mereka sepakat tidak membocorkan tentang pernikahan? Lagi pula, ada para petinggi tadi. Namun, sikap Raiden terlalu cuek, 'kan?Elvina menghabiskan segelas sampanye. Dia mengeluarkan ponselnya untuk membaca berita, lalu menemukan berita panas tentang Daphney.Daphney adalah musisi berbakat. Dia merilis banyak solo dan punya album musik biola. Wajahnya cantik. Dia bahkan pernah masuk dalam daftar wanita tercantik di dunia. Di mana pun ada Daphey, semua perhatian akan tertuju padanya.Namun, Daphney perlahan-lahan menghilang setahun lalu. Sudah lama tidak ada kabar tentangnya. Elvina mengklik judul berita, lalu melihat
"Tapi, aku sudah bayar. Nggak termasuk curi dong?" Peter berusaha membela diri."Lain kali jangan begini lagi. Lagian, aku nggak begitu terobsesi pada biola kok." Elvina tahu Peter melakukan semua ini untuknya. Makanya, dia tidak marah. Faktanya, dia bersikeras belajar biola juga karena didukung oleh seseorang."Bagus juga kalau biola ini sudah di tangan Bu Daphney. Begini baru sepadan." Elvina menatap foto itu. Tatapannya tertuju pada terusan rajut yang dipakai Daphney.Seketika, Elvina teringat pada sesuatu. Pada suatu hari hujan, dia melihat seorang wanita yang perutnya agak menggembung memakai terusan seperti ini ....Elvina mengenyahkan pikirannya yang kacau. Dia bertanya, "Peter, kamu tahu tentang cinta pertama Kak Raiden?"'Itu wanita yang sedang kamu lihat!' batin Peter. "Kak Raiden punya cinta pertama? Aku nggak tahu!" Peter menunjukkan ekspresi seolah-olah dia tidak tahu apa-apa. "Kamu dengar dari mana?""Hari ini ada gosip di perusahaan. Ya sudah kalau nggak tahu." Elvina me
"Jangan terus berdiri di sana. Nanti kakimu pegal," ujar Raiden untuk memperingatkan.Suara Raiden terdengar dingin, tetapi Daphney justru merasakan perhatian dari ucapannya. Seketika, rasa cemburu dalam hatinya pun sirna."Ya." Daphney tersenyum tipis, lalu menyuruh pelayan menyiapkan teh favorit Raiden.Sampai sekarang, Elvina masih belum bisa melupakan kepergian neneknya. Itu sebabnya, dia menjadi begitu manja terhadap Pamela. Pamela punya senyuman yang lembut dan dipenuhi kasih sayang.Elvina mengupas jeruk untuk Pamela sambil mengobrol dengan Pamela. Dia sudah lama tidak merasa sebahagia ini.Daphney juga duduk di ruang tamu. Dia tahu Pamela sedang asyik mengobrol dengan Elvina. Dia pun tidak ikut dalam pembicaraan dan hanya memotong apel untuk Raiden.Pamela melirik Daphney dan berkata, "Daphney, biar pelayan saja yang melakukannya. Jangan sampai pisaunya kena tanganmu.""Nggak apa-apa. Raiden dan Elvina sama-sama tamu." Daphney tersenyum tipis, lalu bertanya kepada Elvina, "Elvi
Ketika Elvina mendongak dan bertanya kepadanya, Raiden melihat dengan jelas alisnya yang terangkat dan senyuman di bibirnya. Tatapannya terlihat agak licik. Raiden tahu Elvina sengaja.Raiden hanya tahu Elvina kuliah di luar negeri selama beberapa tahun. Dia tidak tahu bahwa Elvina dan Daphney saling mengenal. Namun, dilihat dari ekspresi Elvina, sepertinya dia sudah tahu identitas Daphney sebelum kemari.Raiden menatap Daphney. Wanita ini tampak pucat dan menggigit bibirnya. Alisnya juga berkerut."Sayang?" Ketika melihat Raden tidak berbicara, Elvina tersenyum dan bertanya, "Kenapa diam saja?""Terserah kamu mau panggil gimana. Keluarga Tjandra nggak punya aturan seketat itu," timpal Raiden dengan nada datar. Kemudian, dia melepaskan tangan Elvina dan menepuk pinggang belakangnya. "Pergi sapa Nenek dulu."Elvina tersenyum mengejek. Di mengikuti arah pandang Raiden dan melihat seorang wanita tua yang tampak bersemangat sedang menghampiri mereka.Pamela mengenakan terusan berwarna gela
"Bunga anggrek ini pernah ikut lomba lho! Harganya puluhan juta!" Elvina menunjuk bibirnya dan tersenyum tipis. "Kalau bunga ini nggak cukup, masih ada mulutku. Pak Raiden, aku menikah denganmu untuk membuat nenekmu senang. Aku pasti akan menjalankan tugasku dengan baik."Raiden mengernyit mendengar panggilan formal Elvina. Namun, dia tidak mengatakan apa pun.Pukul 6.40 malam, mobil tiba di rumah Keluarga Tjandra. Rumah ini terletak di selatan kota. Dulunya adalah kediaman seorang pejabat.Nyonya Tua Keluarga Tjandra merasa bosan tinggal di Negara Hondria dan ingin pulang ke Kota Berza. Jadi, suaminya menggunakan koneksinya untuk membeli rumah ini, lalu mempekerjakan arsitektur terkenal untuk merenovasinya.Sejak saat itu, Nyonya Tua Keluarga Tjandra tinggal di sini. Setiap tahun baru, seluruh keturunan Keluarga Tjandra akan datang kemari untuk berkumpul.Mobil melewati gerbang dan terus maju. Elvina melihat pohon paulownia di kedua sisi jalan yang menghalangi sinar matahari. Suasana
Elvina belajar banyak hal dari mereka. Dia mendapat banyak wawasan siang ini.Setelah pulang kerja, Elvina berpamitan dengan para staf yang memperlakukannya dengan sangat ramah itu. Kemudian, dia menuju ke basemen dengan membawa sebuah kantong besar.Di antara begitu banyak mobil mewah, Maybach hitam dengan plat nomor seri terlihat paling mencolok. Demi pulang makan, Raiden menyuruh Owen membatalkan semua jadwalnya. Sebelum jam pulang kerja, dia pun sudah menunggu di dalam mobil. Dia menggunakan waktu yang ada untuk membaca beberapa email.Ketika mendengar suara pintu mobil dibuka, Raiden menoleh dan melihat Elvina masuk dengan membawa kantong belanjaan. Raiden menyuruh Owen menjalankan mobilnya, lalu melirik Elvina. "Bukannya kamu bilang mau berdandan seperti nona kaya yang elegan? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?""Kak Owen, kita ke Toko Bunga Yuzu dulu." Setelah menginstruksi Owen, Elvina menaikkan partisi mobil dan mengeluarkan dua macam pakaian dari kantongnya. Dia menggoyangkann
"Aku sudah berhari-hari nggak ke kantor. Pasti kerjaanku menumpuk." Elvina mendorong kursinya dan bangkit. "Kak Raiden, nanti kutunggu kamu di basemen."Ketika melihat Elvina bersikeras ingin pergi bekerja, Raiden pun tidak menghentikannya. "Aku sudah suruh Owen selidiki tentang Jocelyn. Orang luar cuma tahu Dexton berniat jahat padamu di hotel."Elvina tersenyum. "Ya, aku pun takut orang-orang melibatkan kematian Jocelyn denganku. Nanti aku jadi nggak bisa kerja di Grup Polaris. Terima sudah membantuku membereskannya."Elvina menghampiri Raiden, lalu memberinya kecupan di pipi sebagai bentuk terima kasih. Raiden hanya bisa terperangah di tempat.Berita tentang pemimpin Grup Libertix yang mencoba meniduri mantan istrinya secara paksa, menghebohkan seluruh internet. Ketika Elvina tiba di Grup Polaris, semua orang sibuk menginterogasinya untuk mencari tahu kebenaran.Setelah Elvina memasuki departemen penerjemahan, rekan kerjanya pun langsung mengerumuninya. Mereka memaki Dexton sambil m
Raiden mencium aroma parfum yang samar dari tubuh Elvina. Dia mengernyit sambil membalas, "Terserah kamu saja.""Jangan begitu dong. Dia nenekmu. Aku harus memberi kesan pertama yang baik saat bertemu keluargamu." Sambil berbicara, Elvina mendekat dan menaruh satu tangannya di bahu Raiden. "Sepertinya aku lebih baik bersikap lembut saja. Orang tua suka menantu seperti ini.""Kamu sudah membuat keputusan. Ngapain tanya aku lagi?""Aku takut kamu keberatan." Usai berbicara, Elvina berbisik, "Tapi, kalau kamu suka yang nakal, aku bisa bawa baju ganti dan pakai khusus untukmu."Raiden meraih tangan Elvina yang lasak, lalu memicingkan mata menatap wajahnya. Kemudian, dia membungkuk sedikit untuk mendekat. "Ini karakter aslimu? Kamu memang suka menggoda pria ya? Atau mungkin obat itu merusak otakmu? Apa aku perlu menyuruh Keanu kemari?"Elvina langsung melingkari leher Raiden dan mengedipkan mata. "Memangnya salah kalau aku menggodamu? Kamu 'kan suamiku.""Oh ya." Elvina mengabaikan tatapan
Pukul 7.30 malam, Raiden dan Owen kembali ke Vila Swallow. Begitu masuk, Raiden langsung mendengar suara bising. Setelah memandang ke arah sumber suara, dia melihat Elvina dan Peter sedang bermain game di sofa.Dari sudut pandang Raiden, dia kebetulan bisa melihat Elvina yang duduk di sisi kanan sofa dengan kaki ditekuk. Sepertinya Elvina sangat suka warna hijau. Hari ini, dia mengenakan rok hijau yang menutupi paha mulusnya.Pergelangan kaki Elvina terlihat sangat rapuh. Jari kakinya sebentar ditekuk, sebentar direntangkan. Dia terlihat sangat lasak. Ketika melihat kaki putih itu, entah mengapa Raiden tak kuasa menelan ludahnya dua kali.Raiden menyerahkan jasnya kepada pelayan. Setelah masuk, dia duduk di sofa di depan Elvina dan bertanya, "Elvina, bisa duduk yang benar?"Seingat Raiden, Elvina selalu duduk dengan elegan, baik itu di ruang tamu ataupun di meja makan. Elvina adalah wanita yang punya sopan santun."Ini rumah, bukan perusahaan. Terserah aku mau duduk gimana dong. Lagian
Peter bisa merasakan keringat di dahinya. Dia menyeka keringat dan mengalihkan pandangan. "Maafkan aku, Elvina. Kamu jadi harus mengingat kenangan buruk itu gara-gara aku."Peter tahu segala hal yang dilakukan Dexton demi membuat Elvina meninggalkan rumah tanpa mengambil sepeser pun."Semua sudah berlalu." Elvina menunduk, lalu mendongak menatap Peter lagi. "Aku mengatakan semua ini supaya kamu nggak pikir macam-macam. Kalau kamu bersikeras mau pergi, aku nggak menganggapmu teman lagi."Peter pun menyeringai. "Kamu sudah bicara begini. Mana mungkin aku berani pergi lagi?"Elvina merasa lega. Dia ikut tersenyum. Penghalang di antara keduanya telah menghilang.Peter mengambil pir dari piring di meja, lalu duduk di pinggir ranjang dan berkata, "Dua hari ini, aku terus mencoba memulihkan obrolan di ponsel Jocelyn. Tapi, ada virus di ponselnya. Setiap kali aku mencoba memulihkan datanya, komputerku akan diserang virus.""Aku nggak ngerti apa yang kamu bilang. Yang jelas, orang di balik Joce
Netizen itu juga mengunggah sebuah foto pernikahan yang terlihat kabur. Entah di gereja mana acara pernikahan itu diadakan. Wajah si pria tidak terlihat, tetapi Daphney yang memakai gaun pengantin terlihat cukup jelas.Elvina menatap foto itu untuk beberapa saat. Tatapannya berangsur suram. Tangannya membeku untuk sesaat. Kemudian, dia mengambil tangkapan layar. Ketika hendak menyegarkan halaman, unggahan itu sudah hilang.Segera, Maya selesai memasak. Saat makan di ruang makan, Elvina melihat Owen membuat bekal untuk Peter. Dia bertanya, "Peter kenapa?""Katanya nggak enak badan. Mau makan di kamar," sahut Owen.Selama tiga hari ini, Elvina hanya diinfus sehingga dia merasa sangat lapar. Biasanya masakan Maya selalu tersisa, tetapi kali ini disapu hingga bersih oleh Elvina.Karena kekenyangan, Elvina duduk di sofa dulu. Sekitar pukul 2 siang, Owen mengambil jasnya dari gantungan baju dan berpesan, "Bu, Pak Raiden suruh aku ke kantor. Ada urusan. Kalau nggak enak badan, kamu telepon Pa