Senin pagi, Elvina memakai jas hitam dan celana yang membuat kakinya terlihat ramping. Dia terlihat sangat profesional dengan pakaian ini.Departemen personalia Grup Polaris telah menyiapkan semua prosedur untuk karyawan baru. Jadi, setibanya di Grup Polaris, Elvina langsung check-in dan menuju ke lantai departemennya.Staf di departemen penerjemahan tidak banyak, tetapi ruangannya menempati seluruh lantai. Luas dan terang.Setelah masuk, Elvina menyapa semua staf dengan sopan, lalu mencari tempatnya. Ada rekan kerja yang menghampiri Elvina dan memujinya, "Selama dua tahun ini, nilaimu yang paling tinggi. Kamu bahkan pernah jadi penerjemah di Negara Dava. Keren sekali!"Elvina teringat pada video di Instagram. Dia segera mendongak dan berucap dengan tersenyum, "Aku cuma beruntung. Aku masih butuh bimbinganmu, Kak.""Ya, aku pasti membantumu. Namanya juga rekan kerja." Staf itu melambaikan tangannya. Ketika keduanya sedang mengobrol, tiba-tiba ada yang masuk dengan menjinjing beberapa k
"Serius? Tapi, kenapa dia nggak pakai cincin?"Elvina sontak mematung di tempat. Dia tanpa sadar melirik cincin di jarinya, lalu lanjut mendengar gosip."Aku rasa berita itu nggak benar. Sebelumnya kudengar Pak Raiden mau bertunangan dengan cinta pertamanya. Tapi, mereka tiba-tiba pisah. Wanita itu menikah dengan pria lain. Pak Raiden pun bertekad nggak mau nikah lagi.""Benaran? Kasihan sekali Pak Raiden kalau begitu. Dia kaya dan berkuasa, tapi nggak bisa menikahi wanita yang dicintainya.""Makanya ...."Para staf membahas banyak hal tentang Raiden, tetapi yang terngiang-ngiang di benak Elvina hanya kata "cinta pertama".Raiden tidak pernah memberi tahu Elvina bahwa dia punya cinta pertama. Elvina pun teringat pada wanita yang menjawab panggilannya pada hari Sabtu lalu. Suaranya sangat lembut. Jangan-jangan wanita itu cinta pertama Raiden? Kalau begitu, kenapa Raiden ....Saat ini, tiba-tiba terdengar seruan kaget. "Eh, Elvina, rupanya ... kamu sudah nikah lagi?"Elvina tersadar dari
Staf baru di setiap departemen tidak banyak, tetapi Grup Polaris memiliki banyak departemen. Setelah semuanya berkumpul, ditambah lagi para petinggi, suasana pun menjadi sangat meriah.Elvina duduk di kursi yang tertera namanya. Dia memegang segelas sampanye dan meminumnya dengan culas. Yang ada di benaknya adalah adegan di dalam lift tadi.Apa Raiden mengabaikannya karena mereka sepakat tidak membocorkan tentang pernikahan? Lagi pula, ada para petinggi tadi. Namun, sikap Raiden terlalu cuek, 'kan?Elvina menghabiskan segelas sampanye. Dia mengeluarkan ponselnya untuk membaca berita, lalu menemukan berita panas tentang Daphney.Daphney adalah musisi berbakat. Dia merilis banyak solo dan punya album musik biola. Wajahnya cantik. Dia bahkan pernah masuk dalam daftar wanita tercantik di dunia. Di mana pun ada Daphey, semua perhatian akan tertuju padanya.Namun, Daphney perlahan-lahan menghilang setahun lalu. Sudah lama tidak ada kabar tentangnya. Elvina mengklik judul berita, lalu melihat
"Tapi, aku sudah bayar. Nggak termasuk curi dong?" Peter berusaha membela diri."Lain kali jangan begini lagi. Lagian, aku nggak begitu terobsesi pada biola kok." Elvina tahu Peter melakukan semua ini untuknya. Makanya, dia tidak marah. Faktanya, dia bersikeras belajar biola juga karena didukung oleh seseorang."Bagus juga kalau biola ini sudah di tangan Bu Daphney. Begini baru sepadan." Elvina menatap foto itu. Tatapannya tertuju pada terusan rajut yang dipakai Daphney.Seketika, Elvina teringat pada sesuatu. Pada suatu hari hujan, dia melihat seorang wanita yang perutnya agak menggembung memakai terusan seperti ini ....Elvina mengenyahkan pikirannya yang kacau. Dia bertanya, "Peter, kamu tahu tentang cinta pertama Kak Raiden?"'Itu wanita yang sedang kamu lihat!' batin Peter. "Kak Raiden punya cinta pertama? Aku nggak tahu!" Peter menunjukkan ekspresi seolah-olah dia tidak tahu apa-apa. "Kamu dengar dari mana?""Hari ini ada gosip di perusahaan. Ya sudah kalau nggak tahu." Elvina me
Di tengah kerumunan, Raiden sedang mengobrol dengan para petinggi. Dia tanpa sengaja melihat Elvina yang ditarik keluar oleh seorang wanita dengan langkah kaki terhuyung.Seketika, Raiden memicingkan mata dan memanggil Owen. Dia bertanya dengan suara lirih, "Dia minum apa tadi?""Dua gelas sampanye." Owen tahu apa yang dipikirkan Raiden. Dia menambahkan, "Dua gelas sampanye nggak bisa buat orang mabuk. Selain itu, 20 menit lalu, Peter sudah keluar."Setelah mendengar ini, Raiden pun memahami sesuatu. Dia menyunggingkan bibirnya.Setelah keluar dari aula pesta, Elvina dan Jocelyn sama-sama naik lift. Elvina tampak tidak nyaman, sampai menyandarkan kepalanya ke bahu Jocelyn. "Jocelyn, pandanganku agak kabur ...."Jocelyn menunduk menatap Elvina dan bertanya dengan penuh perhatian, "Kamu minum terlalu banyak ya?""Seharusnya begitu. Toleransi alkoholku rendah. Setelah ganti baju nanti, bantu aku beli obat pereda pengar ya," gumam Elvina."Ya, nanti kubeli." Jocelyn mengiakan. Ketika melih
Kaki ramping itu menendang perut Jocelyn tanpa belas kasihan sedikit pun. Setelah Jocelyn jatuh, Elvina langsung menarik pintu dan menutupnya."Jangan! Kalian pergi! Pergi!" Segera, terdengar suara napas yang terengah-engah dari dalam serta teriakan Jocelyn.Lambat laun, tidak terdengar teriakan Jocelyn lagi. Yang terdengar hanya erangan kesakitan yang bercampur kenikmatan. Jocelyn telah menyatu dengan para pria itu.Elvina mendengar dengan tenang. Tidak terlihat rasa bersalah sedikit pun pada wajahnya. Dia bukan maha pemaaf. Jika ada yang berniat jahat padanya, dia akan membalas dendam sekalipun orang itu gagal menjebaknya.Beberapa saat kemudian, pintu kamar di seberang terbuka. Elvina menoleh sambil bertanya, "Sudah beres?""Sudah dong, namanya juga aku yang turun tangan! Kapan aku pernah gagal?" Peter mengangkat alis dengan bangga. "Balkon kedua kamar sangat dekat. Aku menyembunyikan kameranya di pot bunga balkon. Posisinya sangat pas. Nggak bakal ketahuan juga."Peter pun mendenga
"Elvina, tubuhmu wangi sekali," ucap Peter yang tanpa sadar menempel ke punggung Elvina.Bulu kuduk Elvina sontak meremang. Dia buru-buru menghindar. Setelah menjauh, dia baru berbalik menatap Peter.Wajah Peter tampak memerah. Dia terlihat agak aneh. "Peter, tadi kamu masuk ke kamar itu ya?"Ketika Elvina berdiri di depan pintu kamar tadi, dia bisa menilai bahwa para pria itu mengonsumsi sesuatu. Ini karena napas mereka terlalu memburu."Nggak kok. Aku cuma di balkon." Ketika berbicara, Peter terus mengendus-endus. Tatapannya akhirnya tertuju pada Elvina. Lambat laun, muncul hasrat pada tatapannya."Kamu wangi sekali. Izinkan aku mencium sedikit ...." Peter melangkah ke depan untuk mendekati Elvina.Wajah Elvina sontak memucat. Ketika melihat lift masih belum sampai, Elvina buru-buru berlari ke sisi lain di koridor. Peter malah mengejarnya dari belakang. Bros itu memang bermasalah, tetapi Elvina telah mengembalikannya kepada Jocelyn. Lantas, kenapa Peter merasa tubuhnya wangi?Sambil
Setelah terlepas dari kekangan, Elvina bersandar di dinding dan menarik napas dalam-dalam. Pikirannya sungguh kacau sekarang. Dia juga mencium aroma yang dikatakan oleh Peter.Elvina menarik jasnya yang terlepas dari bahunya. Ketika mendongak dan hendak mengatakan sesuatu, dia tak kuasa termangu melihat pria berjas abu dan berkacamata di depannya. Tatapan pria itu terlihat sangat dingin. Bagaimana bisa Dexton muncul di sini?Segera, Elvina mencium bau amis darah. Dia menunduk dan menemukan Peter yang kehilangan kesadaran. Kepala Peter berdarah. Ekspresi Elvina sontak berubah. Sepertinya Dexton menyerang Peter dengan kejam.Elvina panik. Dia lupa dirinya bertelepon dengan Owen tadi. Ponselnya direbut oleh Peter. Elvina pun menjulurkan tangan untuk mencari di sakunya, lalu tiba-tiba menemukan benda kecil di dalam saku.Elvina hendak mengambilnya. Tiba-tiba, Dexton menghampirinya dan menahan pergelangan tangannya. Elvina yang lengah pun didorong ke koridor seberang. Kemudian, mereka masuk
"Jangan terus berdiri di sana. Nanti kakimu pegal," ujar Raiden untuk memperingatkan.Suara Raiden terdengar dingin, tetapi Daphney justru merasakan perhatian dari ucapannya. Seketika, rasa cemburu dalam hatinya pun sirna."Ya." Daphney tersenyum tipis, lalu menyuruh pelayan menyiapkan teh favorit Raiden.Sampai sekarang, Elvina masih belum bisa melupakan kepergian neneknya. Itu sebabnya, dia menjadi begitu manja terhadap Pamela. Pamela punya senyuman yang lembut dan dipenuhi kasih sayang.Elvina mengupas jeruk untuk Pamela sambil mengobrol dengan Pamela. Dia sudah lama tidak merasa sebahagia ini.Daphney juga duduk di ruang tamu. Dia tahu Pamela sedang asyik mengobrol dengan Elvina. Dia pun tidak ikut dalam pembicaraan dan hanya memotong apel untuk Raiden.Pamela melirik Daphney dan berkata, "Daphney, biar pelayan saja yang melakukannya. Jangan sampai pisaunya kena tanganmu.""Nggak apa-apa. Raiden dan Elvina sama-sama tamu." Daphney tersenyum tipis, lalu bertanya kepada Elvina, "Elvi
Ketika Elvina mendongak dan bertanya kepadanya, Raiden melihat dengan jelas alisnya yang terangkat dan senyuman di bibirnya. Tatapannya terlihat agak licik. Raiden tahu Elvina sengaja.Raiden hanya tahu Elvina kuliah di luar negeri selama beberapa tahun. Dia tidak tahu bahwa Elvina dan Daphney saling mengenal. Namun, dilihat dari ekspresi Elvina, sepertinya dia sudah tahu identitas Daphney sebelum kemari.Raiden menatap Daphney. Wanita ini tampak pucat dan menggigit bibirnya. Alisnya juga berkerut."Sayang?" Ketika melihat Raden tidak berbicara, Elvina tersenyum dan bertanya, "Kenapa diam saja?""Terserah kamu mau panggil gimana. Keluarga Tjandra nggak punya aturan seketat itu," timpal Raiden dengan nada datar. Kemudian, dia melepaskan tangan Elvina dan menepuk pinggang belakangnya. "Pergi sapa Nenek dulu."Elvina tersenyum mengejek. Di mengikuti arah pandang Raiden dan melihat seorang wanita tua yang tampak bersemangat sedang menghampiri mereka.Pamela mengenakan terusan berwarna gela
"Bunga anggrek ini pernah ikut lomba lho! Harganya puluhan juta!" Elvina menunjuk bibirnya dan tersenyum tipis. "Kalau bunga ini nggak cukup, masih ada mulutku. Pak Raiden, aku menikah denganmu untuk membuat nenekmu senang. Aku pasti akan menjalankan tugasku dengan baik."Raiden mengernyit mendengar panggilan formal Elvina. Namun, dia tidak mengatakan apa pun.Pukul 6.40 malam, mobil tiba di rumah Keluarga Tjandra. Rumah ini terletak di selatan kota. Dulunya adalah kediaman seorang pejabat.Nyonya Tua Keluarga Tjandra merasa bosan tinggal di Negara Hondria dan ingin pulang ke Kota Berza. Jadi, suaminya menggunakan koneksinya untuk membeli rumah ini, lalu mempekerjakan arsitektur terkenal untuk merenovasinya.Sejak saat itu, Nyonya Tua Keluarga Tjandra tinggal di sini. Setiap tahun baru, seluruh keturunan Keluarga Tjandra akan datang kemari untuk berkumpul.Mobil melewati gerbang dan terus maju. Elvina melihat pohon paulownia di kedua sisi jalan yang menghalangi sinar matahari. Suasana
Elvina belajar banyak hal dari mereka. Dia mendapat banyak wawasan siang ini.Setelah pulang kerja, Elvina berpamitan dengan para staf yang memperlakukannya dengan sangat ramah itu. Kemudian, dia menuju ke basemen dengan membawa sebuah kantong besar.Di antara begitu banyak mobil mewah, Maybach hitam dengan plat nomor seri terlihat paling mencolok. Demi pulang makan, Raiden menyuruh Owen membatalkan semua jadwalnya. Sebelum jam pulang kerja, dia pun sudah menunggu di dalam mobil. Dia menggunakan waktu yang ada untuk membaca beberapa email.Ketika mendengar suara pintu mobil dibuka, Raiden menoleh dan melihat Elvina masuk dengan membawa kantong belanjaan. Raiden menyuruh Owen menjalankan mobilnya, lalu melirik Elvina. "Bukannya kamu bilang mau berdandan seperti nona kaya yang elegan? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?""Kak Owen, kita ke Toko Bunga Yuzu dulu." Setelah menginstruksi Owen, Elvina menaikkan partisi mobil dan mengeluarkan dua macam pakaian dari kantongnya. Dia menggoyangkann
"Aku sudah berhari-hari nggak ke kantor. Pasti kerjaanku menumpuk." Elvina mendorong kursinya dan bangkit. "Kak Raiden, nanti kutunggu kamu di basemen."Ketika melihat Elvina bersikeras ingin pergi bekerja, Raiden pun tidak menghentikannya. "Aku sudah suruh Owen selidiki tentang Jocelyn. Orang luar cuma tahu Dexton berniat jahat padamu di hotel."Elvina tersenyum. "Ya, aku pun takut orang-orang melibatkan kematian Jocelyn denganku. Nanti aku jadi nggak bisa kerja di Grup Polaris. Terima sudah membantuku membereskannya."Elvina menghampiri Raiden, lalu memberinya kecupan di pipi sebagai bentuk terima kasih. Raiden hanya bisa terperangah di tempat.Berita tentang pemimpin Grup Libertix yang mencoba meniduri mantan istrinya secara paksa, menghebohkan seluruh internet. Ketika Elvina tiba di Grup Polaris, semua orang sibuk menginterogasinya untuk mencari tahu kebenaran.Setelah Elvina memasuki departemen penerjemahan, rekan kerjanya pun langsung mengerumuninya. Mereka memaki Dexton sambil m
Raiden mencium aroma parfum yang samar dari tubuh Elvina. Dia mengernyit sambil membalas, "Terserah kamu saja.""Jangan begitu dong. Dia nenekmu. Aku harus memberi kesan pertama yang baik saat bertemu keluargamu." Sambil berbicara, Elvina mendekat dan menaruh satu tangannya di bahu Raiden. "Sepertinya aku lebih baik bersikap lembut saja. Orang tua suka menantu seperti ini.""Kamu sudah membuat keputusan. Ngapain tanya aku lagi?""Aku takut kamu keberatan." Usai berbicara, Elvina berbisik, "Tapi, kalau kamu suka yang nakal, aku bisa bawa baju ganti dan pakai khusus untukmu."Raiden meraih tangan Elvina yang lasak, lalu memicingkan mata menatap wajahnya. Kemudian, dia membungkuk sedikit untuk mendekat. "Ini karakter aslimu? Kamu memang suka menggoda pria ya? Atau mungkin obat itu merusak otakmu? Apa aku perlu menyuruh Keanu kemari?"Elvina langsung melingkari leher Raiden dan mengedipkan mata. "Memangnya salah kalau aku menggodamu? Kamu 'kan suamiku.""Oh ya." Elvina mengabaikan tatapan
Pukul 7.30 malam, Raiden dan Owen kembali ke Vila Swallow. Begitu masuk, Raiden langsung mendengar suara bising. Setelah memandang ke arah sumber suara, dia melihat Elvina dan Peter sedang bermain game di sofa.Dari sudut pandang Raiden, dia kebetulan bisa melihat Elvina yang duduk di sisi kanan sofa dengan kaki ditekuk. Sepertinya Elvina sangat suka warna hijau. Hari ini, dia mengenakan rok hijau yang menutupi paha mulusnya.Pergelangan kaki Elvina terlihat sangat rapuh. Jari kakinya sebentar ditekuk, sebentar direntangkan. Dia terlihat sangat lasak. Ketika melihat kaki putih itu, entah mengapa Raiden tak kuasa menelan ludahnya dua kali.Raiden menyerahkan jasnya kepada pelayan. Setelah masuk, dia duduk di sofa di depan Elvina dan bertanya, "Elvina, bisa duduk yang benar?"Seingat Raiden, Elvina selalu duduk dengan elegan, baik itu di ruang tamu ataupun di meja makan. Elvina adalah wanita yang punya sopan santun."Ini rumah, bukan perusahaan. Terserah aku mau duduk gimana dong. Lagian
Peter bisa merasakan keringat di dahinya. Dia menyeka keringat dan mengalihkan pandangan. "Maafkan aku, Elvina. Kamu jadi harus mengingat kenangan buruk itu gara-gara aku."Peter tahu segala hal yang dilakukan Dexton demi membuat Elvina meninggalkan rumah tanpa mengambil sepeser pun."Semua sudah berlalu." Elvina menunduk, lalu mendongak menatap Peter lagi. "Aku mengatakan semua ini supaya kamu nggak pikir macam-macam. Kalau kamu bersikeras mau pergi, aku nggak menganggapmu teman lagi."Peter pun menyeringai. "Kamu sudah bicara begini. Mana mungkin aku berani pergi lagi?"Elvina merasa lega. Dia ikut tersenyum. Penghalang di antara keduanya telah menghilang.Peter mengambil pir dari piring di meja, lalu duduk di pinggir ranjang dan berkata, "Dua hari ini, aku terus mencoba memulihkan obrolan di ponsel Jocelyn. Tapi, ada virus di ponselnya. Setiap kali aku mencoba memulihkan datanya, komputerku akan diserang virus.""Aku nggak ngerti apa yang kamu bilang. Yang jelas, orang di balik Joce
Netizen itu juga mengunggah sebuah foto pernikahan yang terlihat kabur. Entah di gereja mana acara pernikahan itu diadakan. Wajah si pria tidak terlihat, tetapi Daphney yang memakai gaun pengantin terlihat cukup jelas.Elvina menatap foto itu untuk beberapa saat. Tatapannya berangsur suram. Tangannya membeku untuk sesaat. Kemudian, dia mengambil tangkapan layar. Ketika hendak menyegarkan halaman, unggahan itu sudah hilang.Segera, Maya selesai memasak. Saat makan di ruang makan, Elvina melihat Owen membuat bekal untuk Peter. Dia bertanya, "Peter kenapa?""Katanya nggak enak badan. Mau makan di kamar," sahut Owen.Selama tiga hari ini, Elvina hanya diinfus sehingga dia merasa sangat lapar. Biasanya masakan Maya selalu tersisa, tetapi kali ini disapu hingga bersih oleh Elvina.Karena kekenyangan, Elvina duduk di sofa dulu. Sekitar pukul 2 siang, Owen mengambil jasnya dari gantungan baju dan berpesan, "Bu, Pak Raiden suruh aku ke kantor. Ada urusan. Kalau nggak enak badan, kamu telepon Pa