"Tapi, aku sudah bayar. Nggak termasuk curi dong?" Peter berusaha membela diri."Lain kali jangan begini lagi. Lagian, aku nggak begitu terobsesi pada biola kok." Elvina tahu Peter melakukan semua ini untuknya. Makanya, dia tidak marah. Faktanya, dia bersikeras belajar biola juga karena didukung oleh seseorang."Bagus juga kalau biola ini sudah di tangan Bu Daphney. Begini baru sepadan." Elvina menatap foto itu. Tatapannya tertuju pada terusan rajut yang dipakai Daphney.Seketika, Elvina teringat pada sesuatu. Pada suatu hari hujan, dia melihat seorang wanita yang perutnya agak menggembung memakai terusan seperti ini ....Elvina mengenyahkan pikirannya yang kacau. Dia bertanya, "Peter, kamu tahu tentang cinta pertama Kak Raiden?"'Itu wanita yang sedang kamu lihat!' batin Peter. "Kak Raiden punya cinta pertama? Aku nggak tahu!" Peter menunjukkan ekspresi seolah-olah dia tidak tahu apa-apa. "Kamu dengar dari mana?""Hari ini ada gosip di perusahaan. Ya sudah kalau nggak tahu." Elvina me
Di tengah kerumunan, Raiden sedang mengobrol dengan para petinggi. Dia tanpa sengaja melihat Elvina yang ditarik keluar oleh seorang wanita dengan langkah kaki terhuyung.Seketika, Raiden memicingkan mata dan memanggil Owen. Dia bertanya dengan suara lirih, "Dia minum apa tadi?""Dua gelas sampanye." Owen tahu apa yang dipikirkan Raiden. Dia menambahkan, "Dua gelas sampanye nggak bisa buat orang mabuk. Selain itu, 20 menit lalu, Peter sudah keluar."Setelah mendengar ini, Raiden pun memahami sesuatu. Dia menyunggingkan bibirnya.Setelah keluar dari aula pesta, Elvina dan Jocelyn sama-sama naik lift. Elvina tampak tidak nyaman, sampai menyandarkan kepalanya ke bahu Jocelyn. "Jocelyn, pandanganku agak kabur ...."Jocelyn menunduk menatap Elvina dan bertanya dengan penuh perhatian, "Kamu minum terlalu banyak ya?""Seharusnya begitu. Toleransi alkoholku rendah. Setelah ganti baju nanti, bantu aku beli obat pereda pengar ya," gumam Elvina."Ya, nanti kubeli." Jocelyn mengiakan. Ketika melih
Kaki ramping itu menendang perut Jocelyn tanpa belas kasihan sedikit pun. Setelah Jocelyn jatuh, Elvina langsung menarik pintu dan menutupnya."Jangan! Kalian pergi! Pergi!" Segera, terdengar suara napas yang terengah-engah dari dalam serta teriakan Jocelyn.Lambat laun, tidak terdengar teriakan Jocelyn lagi. Yang terdengar hanya erangan kesakitan yang bercampur kenikmatan. Jocelyn telah menyatu dengan para pria itu.Elvina mendengar dengan tenang. Tidak terlihat rasa bersalah sedikit pun pada wajahnya. Dia bukan maha pemaaf. Jika ada yang berniat jahat padanya, dia akan membalas dendam sekalipun orang itu gagal menjebaknya.Beberapa saat kemudian, pintu kamar di seberang terbuka. Elvina menoleh sambil bertanya, "Sudah beres?""Sudah dong, namanya juga aku yang turun tangan! Kapan aku pernah gagal?" Peter mengangkat alis dengan bangga. "Balkon kedua kamar sangat dekat. Aku menyembunyikan kameranya di pot bunga balkon. Posisinya sangat pas. Nggak bakal ketahuan juga."Peter pun mendenga
"Elvina, tubuhmu wangi sekali," ucap Peter yang tanpa sadar menempel ke punggung Elvina.Bulu kuduk Elvina sontak meremang. Dia buru-buru menghindar. Setelah menjauh, dia baru berbalik menatap Peter.Wajah Peter tampak memerah. Dia terlihat agak aneh. "Peter, tadi kamu masuk ke kamar itu ya?"Ketika Elvina berdiri di depan pintu kamar tadi, dia bisa menilai bahwa para pria itu mengonsumsi sesuatu. Ini karena napas mereka terlalu memburu."Nggak kok. Aku cuma di balkon." Ketika berbicara, Peter terus mengendus-endus. Tatapannya akhirnya tertuju pada Elvina. Lambat laun, muncul hasrat pada tatapannya."Kamu wangi sekali. Izinkan aku mencium sedikit ...." Peter melangkah ke depan untuk mendekati Elvina.Wajah Elvina sontak memucat. Ketika melihat lift masih belum sampai, Elvina buru-buru berlari ke sisi lain di koridor. Peter malah mengejarnya dari belakang. Bros itu memang bermasalah, tetapi Elvina telah mengembalikannya kepada Jocelyn. Lantas, kenapa Peter merasa tubuhnya wangi?Sambil
Setelah terlepas dari kekangan, Elvina bersandar di dinding dan menarik napas dalam-dalam. Pikirannya sungguh kacau sekarang. Dia juga mencium aroma yang dikatakan oleh Peter.Elvina menarik jasnya yang terlepas dari bahunya. Ketika mendongak dan hendak mengatakan sesuatu, dia tak kuasa termangu melihat pria berjas abu dan berkacamata di depannya. Tatapan pria itu terlihat sangat dingin. Bagaimana bisa Dexton muncul di sini?Segera, Elvina mencium bau amis darah. Dia menunduk dan menemukan Peter yang kehilangan kesadaran. Kepala Peter berdarah. Ekspresi Elvina sontak berubah. Sepertinya Dexton menyerang Peter dengan kejam.Elvina panik. Dia lupa dirinya bertelepon dengan Owen tadi. Ponselnya direbut oleh Peter. Elvina pun menjulurkan tangan untuk mencari di sakunya, lalu tiba-tiba menemukan benda kecil di dalam saku.Elvina hendak mengambilnya. Tiba-tiba, Dexton menghampirinya dan menahan pergelangan tangannya. Elvina yang lengah pun didorong ke koridor seberang. Kemudian, mereka masuk
Dexton memejamkan matanya sesaat, lalu menatap wajah Elvina yang telah dilihatnya selama 20 tahun. Tanpa disadari, dia memegang dagu Elvina dan mengelusnya. "Apa kamu tahu gimana kedua calon istri Raiden meninggal sebelumnya?"Elvina menepuk tangan Dexton dan menempelkan punggungnya dengan kuat ke dinding untuk menjaga jarak. "Nggak ada urusannya denganku. Aku juga nggak ingin tahu.""Dexton, sekarang aku istri sah Raiden. Kamu yakin kamu berani menyentuhku?" tanya Elvina yang bertatapan dengan Dexton."Istri sah?" Dexton terkekeh-kekeh dan menahan amarah dalam hatinya. "Kalau Raiden benar-benar menganggapmu sebagai istri sahnya, kenapa kamu nggak menyuruhnya menyerangku atau Grup Libertix?"Dexton membungkuk agar jarak mereka makin dekat. "Pasti karena kamu nggak punya kemampuan untuk meminta bantuan Raiden, 'kan?"Elvina menggertakkan gigi dengan geram. Dia dan Raiden memang terlihat seperti rekan kerja sama. Akan tetapi, dalam transaksi ini, posisi Elvina jelas lebih rendah karena d
Dexton menyeka darah di sudut bibir dengan jari tangan. Dia mencoba untuk bangkit, tetapi tendangan Raiden terlalu kuat tadi. Sekujur tubuhnya sakit. Dexton sampai menggertakkan gigi menahan rasa sakit dan akhirnya memaksakan diri untuk bangkit.Ketika melihat wanita di pelukan Raiden, tatapan Dexton menjadi suram. Rasa posesif di dalam hati menjadi makin kuat.Dexton berucap dengan perlahan, "Aku tahu Elvina cuma hiburan di matamu. Masih banyak wanita mengantre untuk menjadi hiburanmu. Gimana kalau kita buat kesepakatan? Yang kuinginkan cuma Elvina."Dexton mengangkat tangannya, melepaskan kancing kemeja paling atas. Di sisi lain, tatapan Raiden tampak dipenuhi ejekan saat menyahut, "Memangnya siapa kamu? Apa kamu pantas membuat kesepakatan denganku?"Elvina yang dipeluk oleh Raiden tiba-tiba menggerakkan tubuhnya dan menggumamkan sesuatu. Wanita ini bahkan menggosokkan kepalanya di jas Raiden. Raiden tahu ada yang aneh. Dia malas berbasa-basi dengan Dexton, jadi langsung menggendong
Owen segera mengambil sarung tangan medis dan berkata, "Masukkan ke sini. Biar kubuang." Dia khawatir mereka semua terkena efek obat itu."Ini cuma pemicu. Kalau dicium untuk waktu yang lama, seseorang akan merasa haus. Nggak bakal separah mereka." Meskipun berkata demikian, Keanu tetap menuruti perkataan Owen. Kemudian, Owen mengikat sarung tangan itu supaya aromanya tidak menyebar."Tadi aku ambil darah Peter. Aku menemukan beberapa zat khusus di dalam darahnya ...." Sambil berbicara, Keanu membuka ponselnya untuk melihat data.Kemudian, Keanu menyerahkan ponselnya kepada Raiden. "Beberapa tahun lalu, Negara Rando membuat obat perangsang demi mengembangkan industri porno. Obat ini bisa membuat orang lupa diri, tapi beberapa zat di dalamnya adalah racun. Racun ini bisa menyerang otak manusia dalam beberapa detik.""Efek sampingnya terlalu besar. Begitu diluncurkan, obat ini langsung menyebabkan lebih dari 20 kematian dalam tiga bulan. Masalah ini menarik perhatian pemerintah. Laborato
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S