"Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (2915) dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
( لَعَنَ اللَّهُ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ ، لَعَنَ اللَّهُ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ ، ثَلاثًا )
"Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth (sodomi/homoseksual). Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth, beliau sampaikan sampai tiga kali." [Dihasankan Syaikh Syu’aib Al-Arna`uth]."
***
Rella tersenyam-senyum melihat deretan pesan di whatsapp-nya. Padahal, itu pesan yang masuk pada jam 5 pagi tadi, tetapi baru sempat dibuka.From: Pak Alka[Saya ikut jogging, tidak apa-apa, 'kan? Ajak saja Stella biar ada teman.]05.20[Kamu sudah bangun?]05.25[Saya sudah di depan gerbang kos kamu. Apa kamu sudah berangkat jogging?]05.47Setelah puas membacanya berulang-ulang, Rella kel"Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu sesuai dengan penyakitnya, akan sembuh dengan izin Allah Azza wajalla." (HR. Muslim, No. 2204)***Selesai salat Magrib, Rella dan Alka tidak langsung pulang, melainkan mampir di sebuah tempat makan karena gadis itu harus berbuka. Sementara, Stella yang katanya datang ke rumah sakit untuk menemani sang mama cek up, buru-buru pamit karena katanya lagi mamanya tengah menunggu di parkiran. Bahkan, gadis itulah penyebab utama ia terjebak di tempat makan bersama Alka sekarang."Pak Alka, jangan lupa mampir ke resto, Rella kayaknya belum buka puasa sama minum obatnya!" teriak Stella berlalu dengan berjalan tergesa ke belakang dan selepas mengatakan hal itu, ia mambalikkan badan dan berlalu."Saya minta maaf, ya, Pak, gara-gara saya, Bapak jadi ikutan makan di luar, bukan di rumah," ungkap Rella merasa tidak enak hati setelah belasan menit berada di restoran lokal dengan nuansa modern.
"Dari Ibn Abbas radhiyallahu anhu: Bahwa Nabi ﷺ mengutus Muadz ke negeri Yaman lalu bersabda: 'Berhati-hatilah kamu terhadap doa orang yang dizalimi karena antara doanya dan Allah tidak ada penghalang.' "(HR. Bukhari: 2268)***Rella terbangun setelah alarm peringatan dari ponselnya berbunyi. Jam menunjukkan pukul 03.05 dini hari. Ia segera beranjak dari ranjang ke kamar mandi untuk mengambil wudu guna menjalani salah satu sunah Rasulullah yang sangat istimewa, yakni salat Tahajud.Di sujud akhir, Rella membiarkan dahinya menyentuh sajadah lebih lama. Memohon petunjuk pada Sang Kuasa. Setelah memohon doa untuk kedua orang tua dan kerabat, ia lalu berdoa, 'Ya Rabb, jika dia terbaik dan bisa menuntun hamba pada cinta-Mu, dekatkanlah kami. Jika sebaliknya, relakan hati hamba untuk melupakannya dan jauhkanlah kami.'Selesai salat Tahajud, gadis itu beralih ke dapur dan makan sahur dengan menu yang dianjurkan dokter Anisa. Setelahny
"Barangsiapa yang berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal salih, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya." (HR. Bukhari)***Ringisan keluar dari bibir gadis yang saat ini duduk belunjur dengan punggung menyandar pada tembok berlumut. Seseorang baru saja selesai menumpahkan semua air dalam botol mineral pada wajahnya. Perlahan, sepasang netranya terbuka, terlihatlah beberapa gadis di depan dengan penglihatan masih sedikit buram. "Melek dia, Cell."Sayup-sayup terdengar suara yang distigmakan Rella merupakan salah satu dari mereka. Matanya kembali terpejam untuk sesaat, sampai sebuah tamparan
"Jangan melibatkan hatimu dalam kesedihan atas masa lalu atau kamu tidak akan siap untuk apa yang akan datang." (Ali bin Abi Thalib)***Dengan sisa tenaga tak seberapa, Rella bersusah payah beranjak dari bangunan kosong itu. Sesekali rasa nyeri dan nyut-nyutan menghampiri kepala bagian belakang, tetapi tidak menghentikan langkahnya untuk segera kembali ke kosan. Sebelah pahanya pun terasa sakit ketika mengambil langkah, tidak lain karena ulah Cellin beberapa waktu lalu.Jam yang melingkar di pergelangan kirinya menunjukkan pukul 10 lewat 15 menit yang artinya sudah cukup lama Rella berada di tempat ini. Apakah Stella baik-baik saja di kosan? Batin gadis itu bertanya. Kembali memacu langkah terseok, sesampainya di luar bangunan, seketika ia termangu. Lingkungan yang sekarang memenuhi indera penglihatan Rella terasa tidak asing.Pandangan Rella mengedar, ada perasaan aneh menyambangi benaknya. Pepohonan rimbun, bunyi siulan burung,
"Seorang laki-laki akan cenderung mempertahankan tujuan awalnya ketika dihadapkan sebuah perubahan, sedangkan seorang wanita lebih mudah berubah haluan." *** Tepat pukul 9 lewat 46 menit, seseorang yang dikenal baru saja mengiriminya sebuah video, lengkap dengan deretan kalimat panjang. Alis laki-laki itu bertaut, menimbulkan tanda tanya besar, lalu mulai membaca setiap ketikan yang tertera. [Maaf, Kak, tapi saya tidak ada niatan mencelakai perempuan yang ada di video ini, saya hanya mengikuti perintah Cellin. Kakak pasti mengerti, kenapa saya melakukannya, sebab saya sangat mencintai Cellin. Akan tetapi, saya tersadar oleh Kakak ini, bahwasanya Cellin menganggap saya tidak lebih dari sekadar babu. Sekali lagi maaf, Kak. Saya benar-benar tidak bermaksud mencelakai Kakak ini. Segera selamatkan dia, dia ada di rumah kosong yang letaknya tidak jauh dari danau.] -From Lexi Levino Alka, saat ini laki-laki yang sibuk menata pakaian par
"Cinta tidak pernah salah, tetapi atas sebab apa ia dipertaruhkan, itulah sebab timbulnya masalah. Cinta karena-Nya bukanlah masalah, sebab itu adalah sesuatu yang amat indah daripada dunia dan seisinya."***Tangis yang tidak kunjung reda selepas salat Isya masih terdengar hingga kini, pukul 9 malam. Entah sudah berapa lembar tisu yang dihabiskan untuk menghapus air mata gadis berwajah merah itu. Stella tidak tahu harus berbuat apa pada sang sahabat, hanya mampu menepuk pelan punggungnya yang masih terbalut mukena. Bahkan, ia masih berada di atas sajadah.Rella bukan menangisi perlakuan buruk Cellin terhadapnya, tetapi tentang keputusan untuk menghilang dari segala cerita bersama laki-laki itu. Melupakan semua hal yang pernah dilalui bersama sejak duduk di bangku SD, hingga Tuhan mempertemukan kembali, lalu semakin dekat seiring berubahnya hari.Sosok Alka yang pernah ia hindari karena merasa tidak pantas menjadi pengisi hati seorang yang
"Kamu boleh lelah, kamu boleh menyerah, tapi jangan pernah tinggalkan Allah. Ingatlah, penyabab kamu hidup bukan untuk mendapatkan cinta manusia, tapi untuk mengejar ridho-Nya." *** Bujukan Stella sedari pagi-pagi sekali tidak kunjung membuahkan hasil. Pasalnya, Rella terus menolak dan meminta ruang untuk menyendiri. "Ayo, dong, El, kita cuma sebentar, kok, di rumah Kak Abil ..." Stella bergelayut di lengan Rella yang tampak menyibukkan diri dengan tugas kuliah. "Temenin gue, please ...., nggak mungkin, 'kan, gue ke rumah cowok sendirian? Nanti kalo gue kenapa-kenapa, gimana? Lo juga, 'kan, yang cemas? Mau, dong, El ...." "Malas keluar, Stel. Ajak teman yang lain aja," tolak Rella. "Temen gue, kan, cuma lo, El ...." Stella tidak membiarkan gadis itu melepaskan pelukannya pada lengan yang tampak kurusan. "Memangnya mau ngapain, sih, ke rumah Kak Abil?" "Ada hal yang penting ... banget dan nggak
"Seseorang yang meninggalkan duniawi demi Allah adalah sebaik-baiknya hamba, tetapi seseorang yang meninggalkan Allah demi kepuasan duniawi adalah serendah-rendahnya manusia."***"Coba, deh, pikirin gimana perasaan Tuhan kalo lo-nya aja sebagai hamba lebih mencintai ciptaan-Nya daripada Yang Menciptakan. Ibaratnya, lo lebih seneng makan masakan orang di restoran ketimbang masakan ibu lo di rumah. Pasti ada, lah, rasa cemburunya."Entah sudah berapa kali Rella tertampar oleh kalimat-kalimat yang dilontarkan Abil padanya. Yang jelas, sekarang matanya sudah membengkak dengan wajah memerah. Ia pun hanya mampu tergugu saat ini."Gue cuma minta satu hal sama lo, jangan pernah tinggalkan Tuhan, apalagi cuma gara-gara patah hati. C'mon, itu sama sekali nggak ngegambarin watak lo waktu kita cek-cok di cafe J, El."Kekehan samar keluar dari bibir Rella. Ia menghapus jejak air mata di kedua pipi, beban di pundak terasa tak bersisa, habis