Jody sudah membuat suatu rencana untuk merenggut kesucian Sarlita, setelah berkali-kali gagal. Kali ini dia merasa akan berhasil. Bagi Sarlita, Jody adalah cinta pertamanya. Sebaliknya, bagi Jody, Sarlita adalah korban kesekian yang menjadi mangsanya.
Sebagai gadis dan mahasiswi perantauan, Sarlita tergolong sangat polos. Sementara Jody merupakan Play Boy kampus yang punya reputasi belum pernah gagal dalam merenggut kesucian mahasiswi yang menjadi targetnya.Di malam Valentine, Jody mengajak Sarlita ke Club, dunia yang belum pernah dijejaki Sarlita sekalipun. Jody sudah mempersiapkan sepasang cincin sebagai kado Valentine untuk Sarlita. Dengan dalih mengikuti pergaulan, Jody sukses memperdaya Sarlita.Jody punya jam terbang yang mumpuni, dia sangat faham kalau Sarlita sudah mulai kehilangan kesadaran, setelah dicekoki minuman beralkhol. Jody membawa Sarlita ke sebuah Hotel dan dia memperlihatkan sebuah kotak yang berisi sepasang cincin.“Sarlita.. ini malam spesial bagi kita berdua, aku akan mengikat kamu dengan sebuah cincin pertunangan sebagai kado Valentine.” ungkap Jody dengan sangat meyakinkan.“Kamu serius Jod? Aku senang banget dengan semua ini, aku bahagia banget, Jod..” ucap Sarlita penuh suka cita. Dipeluknya Jody dan dikecupnya bibir Jody sebagai luapan kebahagiaannya.“Dengan cincin ini, artinya kita sudah resmi menjadi calon pengantin Sar, tidak ada lagi halangan bagi hubungan kita.” rayu Jody. Antara setengah sadar, Sarlita hanya menyetujui apa yang diucapkan Jody.Jody merayu Sarlita dan mengajaknya untuk bercinta, karena Sarlita memang belum pernah melakukannya dia katakan itu pada Jody, “Aku takut sebetulnya Jod.. karena aku belum pernah melakukannya sekalipun.” ucap Sarlita sedikit cemas.Jody jelaskan pada Sarlita, agar tidak perlu cemas. Jody sarankan pada Sarlita untuk lebih rileks, karena Jody menginginkan Sarlita menikmati fore play yang dilakukannya. Dengan begitu penerimaan organ intim Sarlita lebih membuatnya nyaman dan tidak merasakan sakit.Sebelum melakukan penetrasi, Jody terus aktif mencumbu Sarlita. Bahkan tanpa Sarlita sadari satu persatu pakaiannya dilucuti Jody, dengan jam terbang yang mumpuni, Jody sukses membuat Sarlita lupa diri. Jody melakukan fore play demi lubrikasi penerimaan organ intim Sarlita, agar Sarlita lebih menikmati.Begitu Jody merasa Sarlita sudah siap menerima, Jody melakukan penetrasi dengan perlahan-lahan. Kali pertama dia melihat respon Sarlita, begitu Sarlita merasakan sakit Jody menghentikan sejenak penetrasinya.Sebelum melanjutkan penetrasi, Jody siapkan sebuah saputangan yang didominasi warna putih. Ponselnya pun disiapkan berada tidak jauh darinya. Sepertinya Jody memang sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk ritual tersebut.Jody kembali melakukan fore play sebelum melanjutkan penetrasi. Dia lakukan itu sampai Sarlita benar-benar siap untuk menerima penetrasi. Jody kembali melakukan penetrasi dengan perlahan-lahan, dan Sarlita terlihat sangat menikmatinya. Saat itulah digunakan Jody untuk menuntaskan penetrasinya."Aduh! Jod.. perih.." Sarlita merintih perih, namun dia pun pada akhirnya menikmatinya. Keduanya berasyik-masuk sampai menuju puncak pelepasan.
Saat Sarlita terkulai lemas dan masih menahan rasa perihnya, Jody membersihkan bercak darah yang menetes dengan sapu tangan. Jody pun mengabadikan pemandangan yang ada dihadapannya dengan kamera ponselnya, tanpa di ketahui Sarlita.
Jody merasa misinya untuk membuktikan kalau dia bisa merenggut kesucian Sarlita, dan dia berhasil menjawab tantangan Windi--pacarnya. Jody membujuk Sarlita agar tidak menyesal melepaskan kesuciannya. Dalih Jody apa yang mereka lakukan adalah hal yang halal.Sarlita duduk bersandar di kepala tempat tidur, tubuhnya hanya dibaluti selimut. Di sudut matanya menggenangi airmata penuh penyesalan. Padahal selama berhubungan dengan Jody, dia selalu berusaha mempertahankan kesuciannya. Tapi, malam ini dia harus rela melepaskan kesuciannya direnggut Jody.Jody menghampiri dan mendekap Sarlita, “Kamu gak usah menyesali Sar.. toh kita akan menjadi sepasang pengantin nantinya.” Bujuk Jody dengan segala muslihatnya. “Tapi Jod.. harusnya ini kita lakukan saat malam pertama setelah pernikahan kita, bukan sekarang.” Sarlita seakan-akan tersadar apa yang sudah terjadi.“Gak ada bedanya Sar.. kita lakukan sekarang atau nanti. Ritual itukan sama saja sakralnya. Cincin pertunangan itu sudah cukup mewakili keabsahan hubungan kita.” rayu Jody dengan mendayu-dayu.Jody sangat yakin kalau setelah malam itu Sarlita akan terus menginginkan agar peristiwa itu terus berulang. Sebagai Play Boy yang sudah banyak memakan korbannya, Jody merasa sedang di atas angin.Satu bulan kemudianJody dan Sarlita sebelumnya sangat intens melakukan hubungan intim. Jody merasa kalau Sarlita cukup aman, karena sudah dibekalinya pil anti hamil. Namun, di luar dugaan Jody, Sarlita hamil. Sarlita mengajak Jody untuk bertemu di tempat kost Sarlita, “Jod.. tadi aku periksa ke dokter, karena aku merasa kurang sehat.” jelas Sarlita dengan murung. “Terus.. dokter bilang apa? Kok kamu sedih gitu?” tanya Jody dengan was-was. “Aku hamil, Jod! Inilah yang aku takutkan selama ini." Seketika wajah Jody pucat pasi, dia tidak menyangka kalau hal itu bisa terjadi. “Kok bisa, Sar? Kan kamu selalu minum pil itu?”“Tidak selalu, Jod.. ada beberapa kali aku lupa.”“What!!? Kok sebodoh itu kamu, Sar!!?” nada suara Jody meninggi. Sarlita tidak bisa menerima tudingan Jody, “Gila kamu ya!! Kok kamu anggap aku bodoh? Egois banget kamu!!?” Sarlita pun tidak mampu menahan amarahnya.Jody hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Baru kali ini mahasiswi yang diperawani
“Gila ya kamu!! Aku kan cuma bercanda, Jod!!? Kok kamu serius menanggapinya?” tanya Windi hampir tidak percaya.“Udah.. kamu jangan ngeles deh, mulai sekarang kamu harus bebaskan aku untuk pacari Sarlita.” jawab Jody dengan cueknya.“Tapi kan.. apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan Jod, itu artinya kamu mau tinggalkan aku!!” Windi seakan tidak bisa menerima kenyataan.“Ini sudah terjadi Win.. pilihannya cuma dua, kamu bebaskan aku pacaran dengan Sarlita, atau kamu tinggalkan aku!!” Tegas Jody.Windi tidak menjawab pilihan yang diberikan Jody, dia bergegas keluar dari mobil Jody dan meninggalkannya. Bagi Windi itu sudah cukup menjadi jawaban terhadap pilihan yang diberikan Jody.Jody terbangun dari lamunannya saat Sarlita memeluknya, “Jod.. aku tidak ingin kamu tinggalkan begitu saja, apalagi saat ini aku sedang hamil. Saat malam tiba setelah Jody pulang, dalam kesendiriannya Sarlita menyesali semua yang sudah terjadi. Dia kembali teringat ketika dia tersadar, saat Jody akan mem
Sarlita serba salah mau menjawab pertanyaan Mamanya. Dia berdalih kalau saat ini dia sangat sibuk dan tidak bisa menemani Mamanya di Jakarta. “Gak usah, Ma.. soalnya Sarlita juga sangat sibuk. Gak mungkin bisa menemani Mama di Jakarta.”Mama Sarlita menceritakan tentang mimpinya. Dalam mimpinya Sarlita tergelincir saat sedang mendaki bukit, dan mimpi itu memberikan firasat buruk. Sehingga, itulah yang membuatnya telepon Sarlita. “Mama gak usah terlalu memikirkan mimpi itu, aku di sini baik-baik aja kok, Ma.”“Syukurlah, kalau kamu baik-baik saja. Mama semalaman gak bisa tidur setelah mimpi itu. Mama takut terjadi sesuatu dengan diri kamu, Sar.”Sarlita berusaha keras agar Mamanya tidak ke Jakarta dan berusaha meyakini Mamanya, bahwa dia dalam keadaan baik-baik saja. Setelah menutup sambungan telepon dengan Mamanya, Sarlita kembali dihantui berbagai kecemasan. Dia tidak bisa membayangkan kalau setiap malam harus sendiri di kamarnya. Dia sepenuhnya belum percaya pada niat baik Jody,
Tanpa disadari keduanya sudah bergumul di atas tempat tidur, keduanya memang saling membutuhkan kehangatan. Kesempatan itu dimanfaatkan Jody untuk melampiaskan hasratnya yang tak tersalurkan pada SarlitaKeduanya dalam remang temaram cahaya di kamar terlihat tanpa dibaluti sehelai pakaian pun. Desah nafas berpacu mengiringi rintihan Windi yang tertahan dengan lirih. Keduanya hanyut dalam gairah dan hasrat yang membuncah. Rumah Jody yang jauh dari kesan hangat, rumah yang sepi bak tak berpenghuni. Rumah yang begitu luas sehingga tidak terawasi apa yang terjadi di kamar Jody. Dua insan yang berpagut nafsu terus berganti posisi. Windi yang tadinya berada di bawah, kini meliuk-liukkan tubuhnya di atas tubuh Jody. “Jod.. aku sangat menikmatinya.” Ucap Windi disela desah nafasnya. Jody menatap Windi yang berada di atasnya penuh kemenangan. Jody mengatur nafasnya untuk mempersiapkan serangan berikutnya. Kini Jody membalikkan posisinya dia berada di belakang Windi yang tiduran dengan posis
Satu minggu kemudian.. Pertemuan Sarlita semakin intensif, itupun Sarlita masih diselingi Jody dengan Windi. Jody selalu memanfaatkan kencannya dengan Sarlita untuk sekadar bercinta. Sarlita tidak tahu kalau Jody masih berhubungan dengan Windi. Sementara Windi merestui hubungan Jody dengan Sarlita. Setelah berhubungan intim, Jody mau meninggalkan Sarlita begitu saja. Sarlita tidak bisa menerima sikap Jody tersebut, “Aku hanya tempat pelampiasan nafsu aja, Jod? Setelah itu dengan seenaknya kamu tinggalkan?”“Bukan gitu Sar, aku ada mata kuliah yang gak bisa aku tinggalkan.”“Tapi, gak gitu juga kali, Jod? Basa-basi dulu kek.. atau apalah.”Muka Jody seperti ditimpuk kotoran oleh Sarlita, dia tidak menyangka kalau Sarlita mengawasi sikap dan gerak-geriknya. Jody berusaha untuk menahan diri sejenak, meskipun perasaannya sangat gelisah. “Yaudah Sar.. kalau gitu aku ke kampus dulu ya, aku ada mata kuliah penting hari ini.”“Terus..ngapain kamu ke sini? Udah tahu ada mata kuliah penting
“Kamu gak perlu menyesali apa yang sudah terjadi Sar, percuma saja. Keperawanan kamu tidak akan bisa kembali dengan menyesalinya. Kamu harus pikirkan, bagaimana agar Jody tidak pindah kelain hati.”Kristo tanyakan pada Sarlita, bagaimana mereka bisa aman berhubungan intim. Kristo juga tanyakan, apakah setiap berhubungan dengan Jody memakai alat kontrasepsi? “Jody selalu memberikan aku Pil Anti Hamil mas, alasannya agar aku tidak hamil.”“Aku gak bisa mencampuri urusan kamu dan Jody terlalu jauh Sar, tapi aku kasihan sama kamu.”“Sebagai lelaki apakah mas Kristo mau menerima gadis yang sudah tidak perawan?”“Kalau aku sih tidak pernah mempersoalkan masalah itu Sar.. bagi aku yang penting aku suka dan cinta."Mendengar jawaban Kristo, Sarlita lega hatinya. Dia merasa masih mempunyai peluang untuk mendapatkan cinta seorang lelaki. Itu kalau seandainya Jody meninggalkannya. “Aku suka dengan sikap mas Kristo, karena sangat bijak dalam menentukan pilihan.”“Kamu gak usah terlalu terbebani
“Maaf Jod.. apa yang terjadi tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan Mas Kristo hanya ngobrol kerjaan.” Sarlita merasa serba salah. Tanpa banyak bicara, Jody tarik lengan Sarlita dan menyeretnya menjauh dari Kristo. Kristo hanya tercengang melihat perlakuan Jody pada Sarlita. Di dalam mobil, Jody tidak berkata sepatah kata pun. Dia memandang lurus ke depan dengan berbagai kekecewaan yang berkecamuk dibenaknya. “Jod.. aku salah, maafin aku ya..” Sarlita memelas pada Jody“Udahlah.. nanti saja kita bicarakan, jangan salahkan aku kalau nanti aku selalu mencurigai kamu, Sar.”Sarlita hanya bisa menitikkan airmata, posisinya memang sedang salah. Tidak ada pembelaan yang patut dia lakukan. Sampai di kosan, Jody langsung mencecar Sarlita dengan berbagai pertanyaan, “Seperti apa sih sebetulnya hubungan kamu dengan Kristo? Kok dari awal aku kenal kamu, dia sangat intens mendekati kamu?”“Lho? Kan aku selalu terbuka sama kamu, Jod? Setiap ada job dari mas Kristo, kamu selalu tahu?”Rahan
Waktu berlalu begitu cepat, penderitaan Sarlita semakin berat. Sudah satu minggu Jody menghilang begitu saja, ponselnya tidak bisa dihubungi sama sekali. Sarlita tidak mungkin mencarinya di kampus. Dalam kepanikankannya, Sarlita berniat untuk ambil cuti semester. Dia ingin mencari pekerjaan yang bisa untuk menutupi kebutuhannya sehari-hari. Meskipun, kiriman dari orang tuanya masih lancar. Tapi, Sarlita ingin mengantisipasi keadaan, kalau tiba-tiba orang tuanya tahu keadaan yang sebenarnya. Dengan berat hati, Sarlita menghubungi Kristo, “Hai mas.. apa kabar? Mas kecewa ya dengan kejadian waktu itu?”“Sar.. aku tidak ingin kamu menghadapi masalah, kamu sedang hamil, Sar.”“Justeru aku sedang bermasalah, mas. Aku butuh pekerjaan, Jody Ghosting, mas. Aku bingung menghadapi masalah ini sendirian.”Kristo memberikan saran pada Sarlita, agar mencari Jody ke rumahnya. Sementara Sarlita menghindari itu, dia tidak ingin bertemu dengan orang tua Jody. “Ya gak bisa gitu, Sar, kamu harus lakuk
Kedua mahluk yang beda usia dan berlainan jenis itu berasyik-masyuk tanpa dibaluti sehelai benangpun, Windi memegang kendali. “Win.. ritmenya lebih lembut ya,” pinta Tantrianus yang di awal sudah menurun staminanya. Windi hanya menjawab dengan anggukan kepala sembari terus memacu laju gairahnya. Diantara dendam dan nafsu, Windi ingin melihat kebengalan ayah mantan kekasihnya. Belum sampai satu putaran Tantrianus sudah mencapai puncak pelepasan, Windi sangat kecewa. “Yah om.. kok nanggung gitu? Aku gimana dong?” gerutu Windi saat terpaksa menyelesaikan keintimanya. “Sorry Win, om memang sedang dalam stamina yang tidak bagus.” dalih Tantrianus ***“Maafkan Sarlita, Ma, situasinya memaksa Sarlita harus memilih cara itu.” Sarlita sadar apa yang dilakukannya adalah kesalahan. Mama Sarlita meminta agar Sarlita tetap memberitahukan Jody, walaupun hanya via telepon. “Izin suami itu penting Sar, tidak ada yang bisa kamu lakukan kalau suami kamu tidak izinkan!!” tegas Mama Sarlita“Aku
Kedatangan Sarlita yang tiba-tiba di Bali menjadi pertanyaan Mamanya. Sehingga Sarlita dicecar berbagai pertanyaan, “Kok kamu gak kasih tahu Mama mau pulang? Tadi malam kan Mama telepon kamu? Kamu ada masalah apa Sarlita?” cecar Mama Sarlita “Ntar Sarlita jelaskan, Ma, jangan sekarang ya.. Sarlita baru sampai Nih.. “Sarlita terlihat sangat lelah, dia berusaha menahan perasan kecewa, juga kesedihannya. Setelah cipika-cipiki dengan Mamanya, Sarlita duduk di ruang tamu. Mama Sarlita duduk menjajari disamping Sarlita, “Mama curiga, Sar, kamu lagi ada masalah dengan Jody, ya? Jangan ada yang kamu sembunyikan, Sar.” ucap Mama Sarlita dengan lembutSarlita ceritakan pada Mamanya, bahwa setelah menerima telepon dengan Mamanya tadi malam dia bertengkar dengan Jody. Sarlita jelaskan juga, Jody semenjak sudah bekerja sikapnya banyak berubah. “Sekarang kamu percaya gak dengan apa yang Mama katakan? Kan Mama sudah ingatkan kamu, Sar?”“Mama benar, Sarlita tidak mendengarkan nasehat Mama. Tap
Hubungan Sarlita dan Jody kembali menegang. Keesokan harinya selepas Jody berangkat kerja, Sarlita telepon seseorang. Sarlita pesan tiket ke Bali dan minta diantar ke airport. “Mas.. tolong aku dulu ya, carikan tiket ke Bali hari ini. Kalau udah dapat, tolong antar aku ke airport.”Setelah terlibat pembicaraan yang cukup panjang, Sarlita mengakhiri sambungan pembicaraannya. Sarlita segera mengemas barang-barangnya, pikirannya begitu kalut. Situasi di rumah Jody saat itu sangat sepi, kesempatan itu digunakan Sarlita untuk meninggalkan rumah Jody. Agaknya, Sarlita tidak lagi memikirkan apakah perbuatannya tersebut salah atau benar. ***Menjelang siang di sebuah Mall, Windi terlihat asyik jalan sendirian sembari window shopping. Di sebuah gerai tanpa sengaja dia melihat Tantrianus yang sedang memilih kemeja dan dasi. Windi menyapa Tantrianus dengan sok akrab,“Hai om.. Jody gimana kabarnya?” tanya WindiTantrianus memandang Windi dari ujung kaki sampai ke ujung rambutnya, “Baik sih..
“Emang kamu harus pulang malam setiap hari Jod? Kalau ada apa-apa dengan isteri kamu gimana?” Tantrianus tanyakan itu dengan baik-baik. “Ya.. habis gimana dong, Pa, kerja Jody memang seperti itu. Atau Jody fokus kuliah aja, gimana Pa?” Jody balik bertanya Tantrianus naik pitam mendengar jawaban Jody, “Terserah kamu Jod!! Silahkan kamu tentukan sendiri! Papa sudah capek nasehati kamu!!”Tantrianus tinggalkan Jody begitu saja, dia tidak peduli ada isterinya dan Sarlita di situ. Mama Jody membujuk Jody, “Jod.. kamu yang dewasa dong jawabannya, kok kamu selalu menjawab seperti itu dengan Papa kamu?”Sarlita tatap Jody yang sikapnya sangat cuek, Jody seperti tidak ingin disalahkan. Dia merasa bekerja itu bukanlah atas keinginannya. Sehingga merasa tidak punya beban. “Jody bingung, Ma, Papa selalu salahkan Jody. Sementara, Sarlita juga ingin Jody kerja.”“Kamu ini aneh ya.. Seakan-akan kamu gak punya beban hidup sama sekali! Kamu tahu gak kalau sekarang calon seorang ayah?”Jody hanya t
“Kalau aku diposisi Kiano, aku sudah buang kamu, Jod! Kecuali kalau kamu sebagai lelaki simpanan aku.”Jody katakan kalau Cathrine beda dengan Kiano, menurutnya Kiano mau melakukan itu karena punya kedekatan dengan Sarlita. “Gini Cathrine, Kiano mau lakukan itu semua, karena dia dekat dengan isteri aku. Dengan begitu dia bisa aman dekat dengan isteriku.”Diam-diam ternyata Jody sudah tahu apa tujuan Kiano mau menerimanya sebagai karyawan. Jody tahu kalau Kiano punya hati terhadap Sarlita. Cathrine malah aneh dengan sikap Jody, “Kok kamu bisa tidak mempermasalahkan kedekatan isteri kamu dengan Kiano? Kamu sengaja jual isteri kamu pada Kiano, Jod?”Apa yang dikatakan Cathrine itu seperti menampar wajah Jody, “Aku tahu kalau hubungan mereka biasa aja, Cathrine, gak mungkin Kiano berani lebih dari itu.”“Wah! Sok tahu kamu, Jod! Aku ini wanita, aku tahu seperti apa perasaan seorang wanita. Kamu aja gak peduli sama isteri sendiri!!”***Kiano ingin tahu apa rencana Sarlita ke depan, mes
Satu bulan kemudian Apa yang dikhawatirkan Tantrianus terhadap Jody benar-benar jadi kenyataan. Disamping bekerja dengan Kiano, Jody tetap menjalin hubungan dengan Cathrine. Jody rupanya sudah berubah selera, yang tadinya sangat terobsesi pada gadis perawan, sekarang malah takluk pada janda muda kinyis-kinyis. Sarlita kerap mengadu pada Kiano tentang rumah tangganya, “Dugaan aku gak salah Kiano, Jody semakin berubah sekarang. Padahal, kehamilanku sudah masuk pada bulan ke 6.”Cerita Sarlita pada Kiano ssat mereka bertemu di sebuah tempat, dipinggiran dermaga pada sebuah danau nan indah. “Sar.. biarin aja dia seperti itu, justeru itu yang akan menjadi alasan aku minta kamu dari dia nantinya.”Sarlita keberatan dengan cara Kiano itu, dia ingin situasi seperti itu tidak dijadikan alasan Kiano merebut Sarlita dari Jody. “Aku rasa jangan karena alasan itu, Kiano, aku tidak ingin Jody berpikir kita sengaja merencanakannya.”Kiano tetap berusaha menjaga sikapnya terhadap Sarlita, dia ti
Selepas bertemu Kiano, Jody menemui Tantrianus di kantornya. Tantrianus kaget Jody menemuinya di kantor bukan di rumah, “Urusan begini kan kamu bisa bicara di rumah, Jod!”“Kalau di rumah repot Pa, Mama suka ikut campur, Jody ingin bicara serius sama Papa.”Jody ceritakan pada Tantrianus kalau dia sudah bertemu dengan Kiano, dan Kiano bersedia menerimanya bekerja dengan posisi sebagai partner. Tantrianus hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan Jody, “Itu permintaan kamu atau memang Kiano sendiri yang tentukan? Kamu jangan coba-coba tekan Kiano, Jod!” ancam Tantrianus. “Itu Kiano sendiri yang tentukan Pa, bukan aku yang minta, kok?”Jody jelaskan kenapa Kiano menempatkannya sebagai partner. Menurut Jody, Kiano menganggapnya sebagai teman, bukan karyawan. Kiano tidak ingin Jody merasa sebagai karyawan, Kiano melakukan itu agar Jody bisa merasa memiliki. “Okey.. Papa mengerti, itu artinya Kiano ingin kamu nyaman bekerja di perusahaannya. Tapi, kamu jangan besar kepala, Jod! Ka
Keesokan harinya Setelah memikirkan kembali desakan Tantrianus dan Sarlita, akhirnya Jody bersedia menerima tawaran Kiano. Jody menemui Kiano di ruang kerjanya, “Bro.. kamu gak usah keberatan bekerja di perusahaan ini, aku yakin kamu bisa beradaptasi dengan kondisi di perusahaan ini.”Kiano berusaha meyakinkan Jody, dia sangat memikirkan nasib Sarlita. “Gini Kiano.. aku gak mau kamu mau menerima aku karena permintaan Papa aku, itu satu. Kedua, kamu juga jangan karena dipengaruhi Sarlita.” pinta Jody“Sama sekali enggak, Jod! Aku hanya menghargai potensi kamu, aku sangat yakin kalau kamu bisa diandalkan.”Bagi Kiano, dengan Jody bekerja diperusahaannya, dia akan mudah berkomunikasi dengan Jody. Dengan begitu misinya untuk meminta Sarlita pada Jody peluangnya terbuka. Kiano juga tidak menganggap Jody sebagai karyawan, dan itu dia sampaikan pada Jody, “Asal kamu tahu Jod, aku tidak anggap kamu karyawan, aku posisikan kamu sebagai partner kerja. Gimana Jod? Kamu bisa terima gak?”“Ok
Jody pulang ke rumah bersama Mamanya, ternyata Jody diminta menemani Mamanya ke salon. Saat Mamanya di salon, Jody manfaatkan untuk bertemu Cathrine, itulah makanya mobil Jody ada di rumah. Jody bertemu Tantrianus di ruang tamu, “Jod! Tadi Kiano ketemu Papa di rumah, dia bersedia menerima kamu kerja di perusahaannya.. gimana? Kamu bersedia gak?” tanya Tantrianus “Bukan gak bersedia Pa, Jody sudah dapat pekerjaan baru di perusahaan kosmetik.” jawab Jody“Kok perusahaan kosmetik sih, Jod?” Kerja dibagian apa kamu?” tanya Mama Jody“Ya sama aja, sebagai marketing, Ma, gak masalah kan? Di perusahaan yang kemarin juga sebagai marketing, Ma.”Tantrianus tetap meminta Jody menerima tawaran Kiano, tapi Jody tetap menolaknya, “Papa minta kamu terima tawaran Kiano, karena kamu bisa belajar banyak dari dia bagaimana memimpin perusahaan.”“Jody gak enak Pa, Kiano itu kenal sama Sarlita, dan juga relasi om Wiryawan. Jadi ketahuan banget kalau Jody jadi karyawan Kiano.”Tantrianus menjanjikan pr