แชร์

PART 2: Lubang Buaya

ผู้เขียน: Titi Chu
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-07 10:00:19

Aku menarik oksigen sebanyak-banyaknya setelah pamit undur diri dari ruangan Gun, sadar bahwa sedari tadi telah menahan diri.

"Gimana Mit?" Mba Niken menyongsong di depan pintu ganda kantin khusus karyawan ketika aku baru kembali, lalu terduduk lemas di kursi. "Dia nerima lo kan?"

Boleh tidak aku kabur saja? Laki-laki itu sengaja menjebakku!

Lima tahun kami tidak pernah bertemu, dan tiba-tiba berhadapan dengan Gun seperti ini, jelas membawa pengaruh buruk bagi mental.

Karena aku diam saja, Mba Niken mengguncang lenganku dengan heboh. "Mita, ngomong dong, sumpah lo bikin gue takut, dia nggak ngapa-ngapain lo di sana kan?"

"Mba, lo sengaja jadiin gue tumbal ya?"

Dia meringis tidak enak hati, sayang belum sempat menjawab sebuah suara mendayu nan merdu sudah mendahuluinya.

"Hai Mit, apa kabar?"

Punggungku langsung tegak, siaga.

Seorang perempuan dalam balutan bodycon dress merah menyala masuk dalam sudut penglihatanku, wajahnya yang cantik terpoles makeup tebal tampak tersenyum ceria.

Dia adalah Zara, sepupu sekaligus sainganku sebagai manajer di agensi terdahulu, kami sebenarnya bersaing secara sehat, sampai aku menemukan bukti bahwa Zara bermain api dengan Roy Dihan, seorang celebrity chef yang sedang naik daun sekaligus mantan atasanku.

Dan kini, Zara praktis menggantikan posisiku sebagai manajer Roy, awalnya aku merasa kalut karena laki-laki itu lebih memilih Zara daripada aku, tapi mengingat bagaimana reputasi Zara selama ini, terlepas dari hubungan terlarang mereka, Zara memang pantas mendapatkannya. Dia bisa diandalkan, memiliki kemampuan public speaking yang mumpuni.

Sejak masa sekolah, aku dan Zara memang sering dibanding-bandingkan, Zara yang berprestasi secara akademis praktis jadi kebanggaan keluarga, sementara aku yang dianggap tidak sepandai dirinya kerap dipandang sebelah mata.

Itulah sebabnya aku selalu giat belajar agar mendapat beasiswa dan membuktikan pada keluarga bahwa aku bisa. Terlebih karena aku yatim dan Mama sibuk bekerja, jadi selama masa sekolah aku tinggal bersama orang tua Zara.

Sayangnya cara kerja dunia memang tidak adil, Zara yang cantik, pintar dan bertubuh proporsional bisa mendapat pekerjaan dengan mudah.

"Lo ada salam loh, dari Roy, dia bilang kenapa lo buru-buru resign dan nggak ambil pesangon?"

"Salam balik, semoga sukses sama program barunya." Sebagai mantan manajer, aku tetap menjawab tulus.

Alis Zara yang tersulam rapi terangkat. "Oh, pasti sukses kok, kan Roy lagi trending saat ini, lo nggak lihat FYP isinya dia semua?"

Tentu saja.

Selain Gun Saliba, nama Roy tengah digandrungi banyak orang, terlebih di kalangan gen-Z yang mengidolakan chef tampan. Bedanya jika Gun punya persona misterius yang mulutnya pedas, Roy memiliki keistimewaan senyum lebar yang menggoda.

Persaingan keduanya sudah menjadi rahasia umum, ditambah fakta bahwa agensi yang menaungi mereka pun adalah rival abadi dan berada di satu gedung yang sama.

Itu sebabnya meski aku sudah tidak bekerja bersama Roy, aku masih berpapasan dengan Zara karena kantin Lumeno Ent, dan Mahadewa Corp, berada di area yang sama.

"Rating pas dia jadi bintang tamu di Master Chef aja langsung melejit," kata Zara tertawa jumawa. "Padahal cuma bintang tamu loh, apalagi kalau jadi juri chef resmi, bisa-bisa yang lain jadi nggak tersorot."

Mba Niken mendengus.

"By the way gue dengar lo jadi manajernya Juna Iskandar ya?" tanyanya mengabaikan dengusan itu lalu meringis. "Bukannya cowok itu pakai narkoba dan harus hiatus? Terus apa yang bakal lo kerjain? Bantu ngurus kasusnya?"

"Itu cuma rumor, belum terbukti benar," jawabku menahan Mba Niken untuk bicara. Berita tentang aku yang menjadi manajer Gun pasti belum tersebar dan aku tidak ingin repot-repot mengoreski kekeliruan Zara.

"Tapi dia lagi dalam pengawasan polisi," katanya berdecak, lalu menatapku kasihan. "Seandainya Roy bisa punya dua manajer, gue pasti mau berbagi tugas sama lo. Jadi lo nggak perlu resgin segala."

Sayangnya aku lebih memilih mundur teratur meski akhirnya harus masuk ke lubang buaya bernama Gun Saliba.

"Gue juga bakalan sibuk beberapa minggu ini buat persiapan tunangan."

Kurasa bukan hanya aku yang terkejut, Mba Niken di sampingku pun ikut menatap dengan mata membola.

"Oh? Lo belum tahu ya?" tambah Zara, kembali tertawa manja. "Gue sama Roy memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius."

Tangannya kemudian mengorek sling bag untuk meraih undangan, tapi karena terlalu semangat, sikunya tanpa sengaja menyundul gelas berisi mango punch milik Mba Niken yang tersedia di meja. Benda itu langsung ambruk dan isinya tumpah mengenai sebagian kemeja dan rokku. Aku seketika berdiri sambil memekik tertahan.

"Eh, maaf, maaf, gue nggak sengaja," serunya buru-buru menarik beberapa lembar tisu.

Karena masih terkejut, tanpa sadar aku menepis tangan Zara yang akan menyentuh kemejaku.

"Lo nggak terima kah karena gue nggak sengaja?" seru Zara cukup keras untuk didengar penghuni kantin. "Maaf..."

"Bukan gitu Zar, tapi ini lengket banget," balasaku tidak ingin dituduh sembarangan.

"Oke, gue tau lo masih marah karena posisi lo digantiin sama gue, tapi Roy nggak mungkin lama-lama tanpa manajer, gue cuma nurut perintah atasan."

Sialan, mata-mata itu kini memandangku dengan tatapan memicing, seolah menghakimi. Beberapa orang bahkan terang-terangan berbisik.

"Kenapa dia yang marah padahal dia yang mengundurkan diri?”

"Mungkin karena Roy memang udah mau mendepak dia."

"Kasian banget."

"Katanya kerjaannya kurang bagus, ya nggak heran kalau posisinya langsung digantiin Zara, bulan ini aja Zara dapet predikat Manager Of The Month."

Wajahku terasa panas.

"Sorry Zar." Kuputuskan untuk pergi, menatap Mba Niken sebelum pamit undur diri dan bergegas mencari toilet untuk menyeka kemeja.

Koridor gedung Lumeno Ent, lumayan panjang dan cukup berkelok-kelok, sebagai pegawai baru yang belum familier pada tempat ini, aku merasa kesulitan menemukan bilik toilet dan malah masuk makin ke dalam koridor yang benar-benar tampak asing.

Kubuka salah satu pintu yang bertuliskan VIP, niatku ingin bertanya tentang letak toilet pada seseorang di dalam, tapi yang kutemukan justru ruangan luas yang kosong. Aku baru akan berbalik pergi saat tiba-tiba sebuah tangan besar dari belakang punggung sudah lebih dulu mencengkeram tenggorokanku lalu berbisik di telingaku.

"Apa yang kamu lakukan di sini?”

***

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 3: Si Kembar

    Suaranya rendah dan berat, dari aroma musk tubuhnya secara insting aku langsung tahu milik siapa, namun aku kesulitan untuk menggeliat karena cengkeramannya yang seakan ingin meremukkan kepalaku."Pak!" sebutku serak dan ngeri."Kamu sengaja mengikuti saya?""B-bukan." Kucoba-coba untuk meraba jemarinya agar terlepas tapi lengan Gun yang bebas malah membelit perutku, aku praktis tidak bisa bergerak."Jawab," bisiknya mendesak."Sa-saya cari toilet, Pak.""Apa ini kekurangan kamu yang ketiga? Berpura-pura, padahal kamu penguntit?" serang Gun tanpa ampun. "Atau kamu sudah nggak sabar bekerja bersama saya?""Pak, bisa lepasin dulu nggak, saya nggak bisa napas," kataku megap-megap.Gun mendengus, kupikir dia tidak akan menuruti permintaanku begitu saja, tapi perlahan dia mengurai pelukan, dan cengkeramannya mengendur, aku langsung mengambil dua langkah menghindar lalu terbatuk-batuk heboh, sambil berbalik menatapnya, kuraba-raba leher, memastikan kepalaku masih utuh."Apa yang terjadi?"

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 4: Lima Puluh Juta

    "Tolong Ma, kali ini aja, sambil aku cari day care yang dekat rumah, untuk sementara aku titip Hiro dan Naga di sini." "Mama nggak melarang Mit, tapi kamu tau sendiri Mama juga bukan pengangguran, silakan aja mereka di sini asalkan bayarannya sesuai." "Berapa?" "Lima puluh juta aja." Mataku melotot sempurna, yang benar saja? Aku hanya meminta beliau menjaga Hiro dan Naga hari ini sebelum aku menemukan day care pengganti yang lokasinya terjangkau dari apartemen, tapi Mama seperti aji mumpung, mengambil keuntungan dalam kesempitan. "Ini kan weekend Mit, wajar kalau Mama minta segitu, sepadan sama waktu liburan yang Mama luangkan. Lagian anak-anak kamu itu tingkahnya di luar nalar, apa kamu nggak ingat apa yang mereka lakukan ketika terakhir dititipkan di sini?" tanya Mama emosi. Bagaimana aku bisa lupa? Ketika sedang terlelap mereka mengikat kedua tangan dan kaki Mama dengan mulut yang dibungkam lakban. Saat aku menanyakan hal tersebut Hiro dan Naga beralasan bahwa mereka s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 5: Aktris Cilik

    "Scene satu, shot dua, take sebelas. Action!" Sang asisten sutradara memberi aba-aba, membunyikan sebuah clapper, papan hitam putih sampai bunyi cletak!"Sebentar, poni gue berantakan.""Cut!"Suara Pak Wisnu, sutradara menggema memenuhi ruangan, membuyarkan adegan yang sedang dijalani Gun dan Prily, aktris cilik yang kini sudah beranjak dewasa. "Duh, kemarin di workshop talent nggak gini, lo kebanyakan mengkhawatirkan hal yang nggak perlu Pril, muka lo juga terlalu datar," tegurnya. "Walaupun harus sesuai naskah tapi gue butuh lo improvisasi, lo kan bukan amatir! Kita bahkan masih di adegan pertama, kalau seperti ini terus kapan selesainya?"Perempuan cantik bertubuh semampai itu tampak meringis. "Sorry Mas, bisa kita ulangin lagi?"Seorang tim wardrobe buru-buru mendekati mereka dan melakukan touch up pada Prily dan Gun, wajah laki-laki itu kelihatan kecut, sudah hampir dua jam adegan iklannya diulangi, dan semakin lama, Gun semakin kehilangan kesabaran."Kita break dulu aja, lo pe

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 6: Peraturan Absurd

    Sebenarnya aku berharap Gun akan lupa, setelah dua jam take video iklannya menemui jalan buntu, mungkin saja moodnya yang berantakan membuatnya jadi tidak ingin berhadapan denganku, tapi tentu saja itu adalah harapan yang terlalu muluk."Kenapa kamu terlambat?" tanyanya. Apa itu basa-basi? Sepertinya kalimat itu memang sudah menguap dari kamus seorang Gun.Dia duduk di kursi kebesaran, di ruangannya yang tampak tertata, rapi dan kinclong."Begini Pak..." Aku berdeham, merapikan rambut panjangku, menyelipkannya ke balik daun telinga kemudian mengulurkan paper bag yang kubawa. "Ini bathrobe yang kemarin Bapak pinjamin ke saya." Kuletakkan di atas meja. "Makasih Pak, saya terbantu sekali kemarin dengan handuk itu, Bapak benar, saya nggak mungkin berkeliaran di kantor dengan pakaian basah, apalagi di hari pertama saya kerja, walaupun ukurannya besar sekali dan bikin saya kelihatan melayang seperti kunti--""Apa kamu mau menghabiskan waktu saya?" Suaranya yang tajam segera menyela.Aku mer

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 7: Makan Siang

    "Masa begitu sih Pak?" Aku langsung protes karas. Bahu Gun terangkat santai. "Pilihannya hanya itu atau silakan angkat kaki." Ya Tuhan, bahuku merosot lemas. "Kamu keberatan?" Bagaimana aku akan mengeluh kalau dia sudah memutuskan dan tidak bisa dibantah?! Aku harus secepatnya melaporkan keluhan ini pada Mba Niken, aku yakin dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dialah yang mendorongku menerima tawaran manajer ini, jadi aku perlu dukungannya untuk meneruskan keluhanku pada Pak Punjab agar pria tua itu berubah pikiran, lalu menggantikan posisiku menjadi manajer selebriti yang sifatnya normal. Persetan dengan gaji berkali-kali lipat, lebih baik menjaga kewarasan daripada aku harus bekerja di bawah tekanan yang tidak masuk akal. Karena aku diam saja, laki-laki itu bangkit, menganggapku telah setuju. "Bagus, sekarang kamu singkirkan ini, saya nggak mengambil kembali barang yang sudah saya berikan ke orang lain," katanya menggedikkan kepala pada paper bag di atas meja. "Sebentar Pa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 8: Tanggung Jawab

    Karena macet aku baru sampai di rumah Mama sekitar pukul sepuluh malam. Tempat itu sangat sunyi dan gelap, halamannya ditumbuhi tanaman lebat seperti rumah tidak berpenghuni."Hiro, Naga?" tanyaku pada Mama ketika beliau membukakan pintu."Udah tidur, kenapa nggak sekalian kamu pulang di jam cinderlella aja? Bukannya kamu udah dipecat sama Roy Dihan?""Dari mana Mama tau?""Jadi benar?""Kenyataannya aku yang mengundurkan diri.""Dan Zara menggantikan posisi kamu. Dari dulu dia memang bisa diandalkan, nilai sekolahnya selalu bagus, membanggakan, sekarang juga dia mengalahkan kamu dalam pekerjaan.""Nggak ada yang dikalahkan Ma, aku dan Zara nggak sedang berkompetisi." Kupilih untuk melewati tubuhnya dan terkejut menemukan anak-anakku yang sedang tertidur di sofa dalam posisi duduk. "Kenapa mereka nggak dipindahin di kamar?""Kamar di rumah ini cuma satu, Mama nggak mau mereka ngacak-ngacak kamar Mama, di sana banyak makeup dan barang penting.""Barang penting itu lebih penting dari an

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 9: Bercocok Tanam

    "Kapan kita akan tanam jagung, Mas?" "Kita nggak punya tempat untuk menanam di rumah ini." "Kalian bisa tanam di balkon, tapi bukan jagung nanti Mama belikan biji strawberry."Naga yang sangat menyukai buah tersebut langsung memekik girang, sementara Hiro tampak tidak terkesan."Kami sudah pernah menanam itu di sekolah, hasilnya biasa aja," katanya."Tapi di rumah belum pernah kan? Kamu bisa mencobanya lagi nanti." Aku memberi usul dengan sabar.Akhir-akhir ini mereka sedang hobi bercocok tanam, mungkin itulah yang membuat Mba Susi senewen, karena baginya Hiro dan Naga terkesan hanya megacau tanpa sadar bahwa mereka sebenarnya ingin bermain sekaligus belajar. Sampai detik ini aku masih mencoba berkomunikasi dengan beliau meminta maaf dan berusaha untuk membujuknya agar kembali mau menerima anak-anakku, walaupun jawabannya belum berubah."Kita akan ke rumah Nenek lagi hari ini?" tanya Hiro, tampak tidak antusias saat ak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-14
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 10: Papa Chef

    "Sebentar Pak, masih macet.""Kamu tahu jam berapa sekarang?""Saya sedang berusaha Pak.""Apa terlambat sudah jadi hobi kamu, Mita?""Bukan begitu Pak—"Kepalaku nyaris kepentok stir saat tiba-tiba dari arah belakang sebuah motor menyalip dan aku harus ngerem mendadak."Apa itu?" Suara Gun terdengar bertanya di antara raungan klakson yang bersahut-sahutan di belakang kendaraanku hingga menimbulkan kemacetan."Pak saya tutup dulu ya?""Tunggu, di mana kamu?""Di jalan Pak, saya harus—oh shit!" Aku tak sengaja mengumpat saat lagi-lagi sebuah motor menyalip sehingga aku terlonjak."Mita?""Saya harus fokus nyetir, Pak.""Saya tanya di mana kamu, biar pengawal saya jemput kamu di sana."Aku merasa ngeri. "Jangan Pak, saya baik-baik aja kok, cuma kaget dikit."Gun terdengar mengeram rendah."Beneran Pak, udah dulu ya." Aku langsung mematikan sambungan te

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-14

บทล่าสุด

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 12: Favorite Car

    "Kenapa Bapak bawa saya ke mobil ini?""Jadi kamu lebih senang diinjak-injak di sana?""Bukan begitu Pak, mobil saya masih di Lumeno, tolong putar balik aja, Pak.""Kamu mau saya diserbu fans?""Bapak nggak usah keluar, biar saya aja."Gun tampak berdecak. "Sayang sekali, kita sudah jauh, saya nggak punya waktu untuk putar balik."Aku melotot, memandang jalanan di sekitar kami, tidak sejauh yang dipikirkan. "Anak saya gimana nasibnya Pak?""Saya akan antarkan ke mana kalian akan pergi.""Saya nggak minta diantar.""Cara kamu mengatakannya seolah saya sangat buruk," katanya tersinggung. "Seharusnya kamu berterima kasih karena saya menyelamatkan kamu dari kemungkinan digeprek kerumunan orang.""Tapi saya butuh kendaraan buat antar anak saya pulang," balasku gusar."Saya yang akan mengantarnya, sekarang diamlah, kamu cerewet sekali, kepala saya jadi pusing."Aku auto mingkem seme

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 13: Serba Hitam

    Gun menatap sinis pada mereka, wajahnya sudah kembali tertutup masker dan hanya menyisakan segaris mata yang memicing. Penampilannya yang hari ini full mengenakan setelan serba hitam jelas membuat anak-anakku terkejut."Pak." Aku merangsek maju. "Bapak bisa nggak pindah di depan, biar saya sama anak-anak saya duduk di belakang.""Nggak bisa," tolaknya datar. "Terlalu bahaya jika saya keluar dan dilihat orang lain, tempat ini sangat ramai.""Bapak kan sudah pakai masker, sepertinya nggak akan ada yang mengenali Bapak.""Memangnya dia siapa?" Hiro menyeletuk bertanya.Mata Gun dengan cepat memandang Hiro. Aku menahan napas saat kontak mata terjadi di antara mereka. Apakah Gun akan menyadari bahwa si kembar adalah anak-anaknya? Secara fisik mereka sangat mirip bahkan Hiro dan Naga mewarisi lesung pipi Gun ketika tersenyum, rambut yang lebat dan mata yang menatap tajam.Namun setelah lama beradu tatap, Gun melengos, membuan

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 14: Jago Nikung

    Mataku terbelalak dengan jantung berdegup kencang mendengar jawaban Hiro. Tapi sepertinya Gun tidak terkesan karena dia hanya mengernyit."Papa kami?" "Itu nama program Om di salah satu stasuin TV kan?" jawab Hiro yakin. "Om memasak bersama anak TK dan dipanggil Papa."Butuh waktu sepuluh detik untuk kami mencerna maksud dari program yang Hiro katakan lalu memekik berbarengan.Gun langsung mengerling padaku yang duduk di depan, seolah dia heran kenapa aku ikut-ikutan merasa lega. Program yang dimaksud adalah memasak Ceria dengan anak-anak TK berjudul Papa Chef yang kebetulan baru kubaca.Ternyata ada manfaatnya juga aku membaca program-programnya sampai ketiduran, Gun sangat visioner."Benar," sahut Gun, matanya menunjukkan kepuasan. "Jadi kamu tahu siapa nama saya?""Enggak."Gubrak, sepertinya Hiro sengaja ingin membuat Gun jengkel, aku bisa melihat hidung laki-laki itu kembang-kempis dari balik masker.

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 11: Less Talk, More Action

    Aku terbangun saat mendengar alarm ponsel, dan langsung diserbu rasa pusing di kepala ketika segera duduk tegak. Lenganku terangkat untuk memijatnya kemudian menyadari selembar selimut terasa merosot dari bahuku."Tidurnya nyenyak Mita?"Mataku melebar, menoleh dan menemukan Gun sudah duduk di ruangan."Saya membayar kamu untuk bekerja bukan untuk terlelap di ruangan saya.""Maaf Pak, ini..." Kulirik jam digital di ponsel, pukul satu siang. Aku harus segera menjemput Hiro dan Naga.Sial."Kamu pikir di sini hotel?""Saya sudah membacanya, Pak.""Oh ya, apa kesimpulan kamu kalau begitu?" tanyanya sinis.Aku meringis, menurun jemariku yang masih memijat kepala dan berusaha menatapnya. Berharap tidak ada liur yang tertinggal di sudut bibirku. "Banyak Pak, tertutama tentang program-program Bapak yang memiliki rating tinggi dan bisa dipertahakan di tahun ini.""Contohnya?""Master Chef."

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 10: Papa Chef

    "Sebentar Pak, masih macet.""Kamu tahu jam berapa sekarang?""Saya sedang berusaha Pak.""Apa terlambat sudah jadi hobi kamu, Mita?""Bukan begitu Pak—"Kepalaku nyaris kepentok stir saat tiba-tiba dari arah belakang sebuah motor menyalip dan aku harus ngerem mendadak."Apa itu?" Suara Gun terdengar bertanya di antara raungan klakson yang bersahut-sahutan di belakang kendaraanku hingga menimbulkan kemacetan."Pak saya tutup dulu ya?""Tunggu, di mana kamu?""Di jalan Pak, saya harus—oh shit!" Aku tak sengaja mengumpat saat lagi-lagi sebuah motor menyalip sehingga aku terlonjak."Mita?""Saya harus fokus nyetir, Pak.""Saya tanya di mana kamu, biar pengawal saya jemput kamu di sana."Aku merasa ngeri. "Jangan Pak, saya baik-baik aja kok, cuma kaget dikit."Gun terdengar mengeram rendah."Beneran Pak, udah dulu ya." Aku langsung mematikan sambungan te

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 9: Bercocok Tanam

    "Kapan kita akan tanam jagung, Mas?" "Kita nggak punya tempat untuk menanam di rumah ini." "Kalian bisa tanam di balkon, tapi bukan jagung nanti Mama belikan biji strawberry."Naga yang sangat menyukai buah tersebut langsung memekik girang, sementara Hiro tampak tidak terkesan."Kami sudah pernah menanam itu di sekolah, hasilnya biasa aja," katanya."Tapi di rumah belum pernah kan? Kamu bisa mencobanya lagi nanti." Aku memberi usul dengan sabar.Akhir-akhir ini mereka sedang hobi bercocok tanam, mungkin itulah yang membuat Mba Susi senewen, karena baginya Hiro dan Naga terkesan hanya megacau tanpa sadar bahwa mereka sebenarnya ingin bermain sekaligus belajar. Sampai detik ini aku masih mencoba berkomunikasi dengan beliau meminta maaf dan berusaha untuk membujuknya agar kembali mau menerima anak-anakku, walaupun jawabannya belum berubah."Kita akan ke rumah Nenek lagi hari ini?" tanya Hiro, tampak tidak antusias saat ak

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 8: Tanggung Jawab

    Karena macet aku baru sampai di rumah Mama sekitar pukul sepuluh malam. Tempat itu sangat sunyi dan gelap, halamannya ditumbuhi tanaman lebat seperti rumah tidak berpenghuni."Hiro, Naga?" tanyaku pada Mama ketika beliau membukakan pintu."Udah tidur, kenapa nggak sekalian kamu pulang di jam cinderlella aja? Bukannya kamu udah dipecat sama Roy Dihan?""Dari mana Mama tau?""Jadi benar?""Kenyataannya aku yang mengundurkan diri.""Dan Zara menggantikan posisi kamu. Dari dulu dia memang bisa diandalkan, nilai sekolahnya selalu bagus, membanggakan, sekarang juga dia mengalahkan kamu dalam pekerjaan.""Nggak ada yang dikalahkan Ma, aku dan Zara nggak sedang berkompetisi." Kupilih untuk melewati tubuhnya dan terkejut menemukan anak-anakku yang sedang tertidur di sofa dalam posisi duduk. "Kenapa mereka nggak dipindahin di kamar?""Kamar di rumah ini cuma satu, Mama nggak mau mereka ngacak-ngacak kamar Mama, di sana banyak makeup dan barang penting.""Barang penting itu lebih penting dari an

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 7: Makan Siang

    "Masa begitu sih Pak?" Aku langsung protes karas. Bahu Gun terangkat santai. "Pilihannya hanya itu atau silakan angkat kaki." Ya Tuhan, bahuku merosot lemas. "Kamu keberatan?" Bagaimana aku akan mengeluh kalau dia sudah memutuskan dan tidak bisa dibantah?! Aku harus secepatnya melaporkan keluhan ini pada Mba Niken, aku yakin dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dialah yang mendorongku menerima tawaran manajer ini, jadi aku perlu dukungannya untuk meneruskan keluhanku pada Pak Punjab agar pria tua itu berubah pikiran, lalu menggantikan posisiku menjadi manajer selebriti yang sifatnya normal. Persetan dengan gaji berkali-kali lipat, lebih baik menjaga kewarasan daripada aku harus bekerja di bawah tekanan yang tidak masuk akal. Karena aku diam saja, laki-laki itu bangkit, menganggapku telah setuju. "Bagus, sekarang kamu singkirkan ini, saya nggak mengambil kembali barang yang sudah saya berikan ke orang lain," katanya menggedikkan kepala pada paper bag di atas meja. "Sebentar Pa

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 6: Peraturan Absurd

    Sebenarnya aku berharap Gun akan lupa, setelah dua jam take video iklannya menemui jalan buntu, mungkin saja moodnya yang berantakan membuatnya jadi tidak ingin berhadapan denganku, tapi tentu saja itu adalah harapan yang terlalu muluk."Kenapa kamu terlambat?" tanyanya. Apa itu basa-basi? Sepertinya kalimat itu memang sudah menguap dari kamus seorang Gun.Dia duduk di kursi kebesaran, di ruangannya yang tampak tertata, rapi dan kinclong."Begini Pak..." Aku berdeham, merapikan rambut panjangku, menyelipkannya ke balik daun telinga kemudian mengulurkan paper bag yang kubawa. "Ini bathrobe yang kemarin Bapak pinjamin ke saya." Kuletakkan di atas meja. "Makasih Pak, saya terbantu sekali kemarin dengan handuk itu, Bapak benar, saya nggak mungkin berkeliaran di kantor dengan pakaian basah, apalagi di hari pertama saya kerja, walaupun ukurannya besar sekali dan bikin saya kelihatan melayang seperti kunti--""Apa kamu mau menghabiskan waktu saya?" Suaranya yang tajam segera menyela.Aku mer

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status