Home / Romansa / Chef Galak Itu Mantan Pacarku / PART 6: Peraturan Absurd

Share

PART 6: Peraturan Absurd

Author: Titi Chu
last update Last Updated: 2025-04-08 11:19:20

Sebenarnya aku berharap Gun akan lupa, setelah dua jam take video iklannya menemui jalan buntu, mungkin saja moodnya yang berantakan membuatnya jadi tidak ingin berhadapan denganku, tapi tentu saja itu adalah harapan yang terlalu muluk.

"Kenapa kamu terlambat?" tanyanya. Apa itu basa-basi? Sepertinya kalimat itu memang sudah menguap dari kamus seorang Gun.

Dia duduk di kursi kebesaran, di ruangannya yang tampak tertata, rapi dan kinclong.

"Begini Pak..." Aku berdeham, merapikan rambut panjangku, menyelipkannya ke balik daun telinga kemudian mengulurkan paper bag yang kubawa. "Ini bathrobe yang kemarin Bapak pinjamin ke saya." Kuletakkan di atas meja. "Makasih Pak, saya terbantu sekali kemarin dengan handuk itu, Bapak benar, saya nggak mungkin berkeliaran di kantor dengan pakaian basah, apalagi di hari pertama saya kerja, walaupun ukurannya besar sekali dan bikin saya kelihatan melayang seperti kunti--"

"Apa kamu mau menghabiskan waktu saya?" Suaranya yang tajam segera menyela.

Aku merapatkan bibir, salah tingkah. Benar, aku memang ingin berkelit. "Maaf Pak."

"Kamu nggak punya alasan?"

"Ada pekerjaan rumah yang harus saya kerjakan lebih dulu, Pak."

"Jadi benar kamu berbohong soal macet?"

Huh, pintar sekali laki-laki ini menyerang balik lawan bicaranya, sudah dua kali dia membuatku harus pasrah mengaku salah.

"Memang macet juga Bapak, Jakarta nggak mungkin nggak macet kan?" kataku sabar, menggunakan nada paling manis saat berhadapan dengan selebriti rewel. "Tapi kerjaan saya di rumah juga nggak bisa ditinggalin gitu aja Pak, mohon pengertiannya, saya akan lebih bijak mengatur waktu mulai besok."

"Mengecewakan." Dia menjawab pelan tapi menyakitkan, punggungnya disandarkan di kursi dengan tatapan mengitimidasi. "Kamu pikir menjadi manajer saya adalah kursus yang bisa memberi kamu banyak kesempatan?"

"Saya masih perlu adaptasi Pak."

"Bukannya kamu sudah berpengalaman dalam bidang ini selama sepuluh tahun? Apalagi yang membuat kamu butuh adaptasi?"

"Ya Bapak kan beda dengan selebriti yang saya tangani sebelumnya, Bapak mau mecat saya?"

Masa aku langsung didepak di hari kedua bekerja? Kalau aku bisa memilih, aku memang lebih senang agar kami tidak usah bekerja sama, tapi bagaimana konsekuensi dari Pak Punjab, bisa jadi nanti dia benar-benar menempatkan aku untuk menjadi manajer Juna, bukan berarti laki-laki itu buruk, hanya saja gajinya saat bersama Gun cukup menggiurkan dan--

"Belum."

Oh aku lega.

"Tapi harusnya kamu berdiskusi ke suami kamu untuk nggak mengganggu pekerjaan kantor dengan kerepotan rumah, apakah kalian nggak memiliki asisten rumah tangga?"

Wait, what?

Dia masih penasaran masalah statusku? Yah, kenyataannya aku tidak memiliki suami, jangankan suami, pernikahan pun tidak pernah ada, tapi aku tidak mungkin menjelaskan kehidupan pribadiku.

"Bapak belum baca profil saya?"

"Saya nggak memiliki waktu," katanya. "Bisa kamu kasih tahu saya saja, Mita?"

Sialan, dia sengaja ya?

Baiklah, sambil mengembuskan napas panjang aku pun menyebutkan alasan yang sudah kukarang. "Dia sudah menemui Tuhan, Pak."

"Rest in peace." Jika karangan ini sungguhan, mungkin aku sudah tersinggung dengan balasannya yang datar tanpa simpati. "Semoga dia beristirahat dengan tenang."

Aku menahan diri untuk tidak mendengus. "Makasih Pak."

"Sekarang dengarkan, saya akan lupakan masalah ini asalkan kamu menggantinya dengan pulang melebihi jam kerja sebanyak waktu keterlambatan kamu." Lalu dia mengecek arloji. "Berapa lama kamu terlambat tadi?"

"Sejam, Pak."

"Berarti kamu akan pulang pukul delapan malam, sejam lebih lama dari jadwal."

"Baik, Pak." Aku nurut saja karena menurutku itu cukup adil. Meskipun aku harus menghubungi Mama sebab akan telat menjemput si kembar.

"Kedua, jangan diulangi lagi."

"Siap, Pak."

"Ketiga, kalau kamu mengulanginya, maka akan berlaku kelipatan ganda, artinya jika terlambat satu jam, maka kamu harus pulang lebih lambat selama dua jam. Begitu juga hari-hari berikutnya."

Mataku mengerjap, berarti jika di hari ketiga aku terlambat, aku akan pulang tiga jam lebih lama dari jadwal, begitu pun seterusnya. Tapi itu hanya berlaku untuk keterlambatan satu jam, jika aku terlambat dua jam, maka aku akan pulang lebih lambat selama... enam jam?

Peraturan macam apa ini?!

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 7: Makan Siang

    "Masa begitu sih Pak?" Aku langsung protes karas. Bahu Gun terangkat santai. "Pilihannya hanya itu atau silakan angkat kaki." Ya Tuhan, bahuku merosot lemas. "Kamu keberatan?" Bagaimana aku akan mengeluh kalau dia sudah memutuskan dan tidak bisa dibantah?! Aku harus secepatnya melaporkan keluhan ini pada Mba Niken, aku yakin dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dialah yang mendorongku menerima tawaran manajer ini, jadi aku perlu dukungannya untuk meneruskan keluhanku pada Pak Punjab agar pria tua itu berubah pikiran, lalu menggantikan posisiku menjadi manajer selebriti yang sifatnya normal. Persetan dengan gaji berkali-kali lipat, lebih baik menjaga kewarasan daripada aku harus bekerja di bawah tekanan yang tidak masuk akal. Karena aku diam saja, laki-laki itu bangkit, menganggapku telah setuju. "Bagus, sekarang kamu singkirkan ini, saya nggak mengambil kembali barang yang sudah saya berikan ke orang lain," katanya menggedikkan kepala pada paper bag di atas meja. "Sebentar Pa

    Last Updated : 2025-04-08
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 8: Tanggung Jawab

    Karena macet aku baru sampai di rumah Mama sekitar pukul sepuluh malam. Tempat itu sangat sunyi dan gelap, halamannya ditumbuhi tanaman lebat seperti rumah tidak berpenghuni."Hiro, Naga?" tanyaku pada Mama ketika beliau membukakan pintu."Udah tidur, kenapa nggak sekalian kamu pulang di jam cinderlella aja? Bukannya kamu udah dipecat sama Roy Dihan?""Dari mana Mama tau?""Jadi benar?""Kenyataannya aku yang mengundurkan diri.""Dan Zara menggantikan posisi kamu. Dari dulu dia memang bisa diandalkan, nilai sekolahnya selalu bagus, membanggakan, sekarang juga dia mengalahkan kamu dalam pekerjaan.""Nggak ada yang dikalahkan Ma, aku dan Zara nggak sedang berkompetisi." Kupilih untuk melewati tubuhnya dan terkejut menemukan anak-anakku yang sedang tertidur di sofa dalam posisi duduk. "Kenapa mereka nggak dipindahin di kamar?""Kamar di rumah ini cuma satu, Mama nggak mau mereka ngacak-ngacak kamar Mama, di sana banyak makeup dan barang penting.""Barang penting itu lebih penting dari an

    Last Updated : 2025-04-08
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 9: Bercocok Tanam

    "Kapan kita akan tanam jagung, Mas?" "Kita nggak punya tempat untuk menanam di rumah ini." "Kalian bisa tanam di balkon, tapi bukan jagung nanti Mama belikan biji strawberry."Naga yang sangat menyukai buah tersebut langsung memekik girang, sementara Hiro tampak tidak terkesan."Kami sudah pernah menanam itu di sekolah, hasilnya biasa aja," katanya."Tapi di rumah belum pernah kan? Kamu bisa mencobanya lagi nanti." Aku memberi usul dengan sabar.Akhir-akhir ini mereka sedang hobi bercocok tanam, mungkin itulah yang membuat Mba Susi senewen, karena baginya Hiro dan Naga terkesan hanya megacau tanpa sadar bahwa mereka sebenarnya ingin bermain sekaligus belajar. Sampai detik ini aku masih mencoba berkomunikasi dengan beliau meminta maaf dan berusaha untuk membujuknya agar kembali mau menerima anak-anakku, walaupun jawabannya belum berubah."Kita akan ke rumah Nenek lagi hari ini?" tanya Hiro, tampak tidak antusias saat ak

    Last Updated : 2025-04-14
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 10: Papa Chef

    "Sebentar Pak, masih macet.""Kamu tahu jam berapa sekarang?""Saya sedang berusaha Pak.""Apa terlambat sudah jadi hobi kamu, Mita?""Bukan begitu Pak—"Kepalaku nyaris kepentok stir saat tiba-tiba dari arah belakang sebuah motor menyalip dan aku harus ngerem mendadak."Apa itu?" Suara Gun terdengar bertanya di antara raungan klakson yang bersahut-sahutan di belakang kendaraanku hingga menimbulkan kemacetan."Pak saya tutup dulu ya?""Tunggu, di mana kamu?""Di jalan Pak, saya harus—oh shit!" Aku tak sengaja mengumpat saat lagi-lagi sebuah motor menyalip sehingga aku terlonjak."Mita?""Saya harus fokus nyetir, Pak.""Saya tanya di mana kamu, biar pengawal saya jemput kamu di sana."Aku merasa ngeri. "Jangan Pak, saya baik-baik aja kok, cuma kaget dikit."Gun terdengar mengeram rendah."Beneran Pak, udah dulu ya." Aku langsung mematikan sambungan te

    Last Updated : 2025-04-14
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 11: Less Talk, More Action

    Aku terbangun saat mendengar alarm ponsel, dan langsung diserbu rasa pusing di kepala ketika segera duduk tegak. Lenganku terangkat untuk memijatnya kemudian menyadari selembar selimut terasa merosot dari bahuku."Tidurnya nyenyak Mita?"Mataku melebar, menoleh dan menemukan Gun sudah duduk di ruangan."Saya membayar kamu untuk bekerja bukan untuk terlelap di ruangan saya.""Maaf Pak, ini..." Kulirik jam digital di ponsel, pukul satu siang. Aku harus segera menjemput Hiro dan Naga.Sial."Kamu pikir di sini hotel?""Saya sudah membacanya, Pak.""Oh ya, apa kesimpulan kamu kalau begitu?" tanyanya sinis.Aku meringis, menurun jemariku yang masih memijat kepala dan berusaha menatapnya. Berharap tidak ada liur yang tertinggal di sudut bibirku. "Banyak Pak, tertutama tentang program-program Bapak yang memiliki rating tinggi dan bisa dipertahakan di tahun ini.""Contohnya?""Master Chef."

    Last Updated : 2025-04-14
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 12: Favorite Car

    "Kenapa Bapak bawa saya ke mobil ini?" "Jadi kamu lebih senang diinjak-injak di sana?" "Bukan begitu Pak, mobil saya masih di Lumeno, tolong putar balik aja, Pak." "Kamu mau saya diserbu fans?" "Bapak nggak usah keluar, biar saya aja." Gun tampak berdecak. "Sayang sekali, kita sudah jauh, saya nggak punya waktu untuk putar balik." Aku melotot, memandang jalanan di sekitar kami, tidak sejauh yang dipikirkan. "Anak saya gimana nasibnya Pak?" "Saya akan antarkan ke mana kalian akan pergi." "Saya nggak minta diantar." "Cara kamu mengatakannya seolah saya sangat buruk," katanya tersinggung. "Seharusnya kamu berterima kasih karena saya menyelamatkan kamu dari kemungkinan digeprek kerumunan orang." "Tapi saya butuh kendaraan buat antar anak saya pulang," balasku gusar. "Saya yang akan mengantarnya, sekarang diamlah, kamu cerewet sekali, kepala saya jadi pusing." Aku auto mingkem sementara Gun mulai bersandar di jok penumpang seraya memijat keningnya. Apakah dia tidak

    Last Updated : 2025-04-15
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 13: Serba Hitam

    Gun menatap sinis pada mereka, wajahnya sudah kembali tertutup masker dan hanya menyisakan segaris mata yang memicing. Penampilannya yang hari ini full mengenakan setelan serba hitam jelas membuat anak-anakku terkejut."Pak." Aku merangsek maju. "Bapak bisa nggak pindah di depan, biar saya sama anak-anak saya duduk di belakang.""Nggak bisa," tolaknya datar. "Terlalu bahaya jika saya keluar dan dilihat orang lain, tempat ini sangat ramai.""Bapak kan sudah pakai masker, sepertinya nggak akan ada yang mengenali Bapak.""Memangnya dia siapa?" Hiro menyeletuk bertanya.Mata Gun dengan cepat memandang Hiro. Aku menahan napas saat kontak mata terjadi di antara mereka. Apakah Gun akan menyadari bahwa si kembar adalah anak-anaknya? Secara fisik mereka sangat mirip bahkan Hiro dan Naga mewarisi lesung pipi Gun ketika tersenyum, rambut yang lebat dan mata yang menatap tajam.Namun setelah lama beradu tatap, Gun melengos, membuan

    Last Updated : 2025-04-15
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 14: Jago Nikung

    Mataku terbelalak dengan jantung berdegup kencang mendengar jawaban Hiro. Tapi sepertinya Gun tidak terkesan karena dia hanya mengernyit. "Papa kami?" "Itu nama program Om di salah satu stasuin TV kan?" jawab Hiro yakin. "Om memasak bersama anak TK dan dipanggil Papa." Butuh waktu sepuluh detik untuk kami mencerna maksud dari program yang Hiro katakan lalu memekik berbarengan. Gun langsung mengerling padaku yang duduk di depan, seolah dia heran kenapa aku ikut-ikutan merasa lega. Program yang dimaksud adalah memasak Ceria dengan anak-anak TK berjudul Papa Chef yang kebetulan baru kubaca. Ternyata ada manfaatnya juga aku membaca program-programnya sampai ketiduran, Gun sangat visioner. "Benar," sahut Gun, matanya menunjukkan kepuasan. "Jadi kamu tahu siapa nama saya?" "Enggak." Gubrak, sepertinya Hiro sengaja ingin membuat Gun jengkel, aku bisa melihat hidung laki-laki itu kembang-kempis dari balik masker. "Karena Om nggak mau dipanggil Om, apa kita boleh memanggil Om Papa?" t

    Last Updated : 2025-04-15

Latest chapter

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 14: Jago Nikung

    Mataku terbelalak dengan jantung berdegup kencang mendengar jawaban Hiro. Tapi sepertinya Gun tidak terkesan karena dia hanya mengernyit. "Papa kami?" "Itu nama program Om di salah satu stasuin TV kan?" jawab Hiro yakin. "Om memasak bersama anak TK dan dipanggil Papa." Butuh waktu sepuluh detik untuk kami mencerna maksud dari program yang Hiro katakan lalu memekik berbarengan. Gun langsung mengerling padaku yang duduk di depan, seolah dia heran kenapa aku ikut-ikutan merasa lega. Program yang dimaksud adalah memasak Ceria dengan anak-anak TK berjudul Papa Chef yang kebetulan baru kubaca. Ternyata ada manfaatnya juga aku membaca program-programnya sampai ketiduran, Gun sangat visioner. "Benar," sahut Gun, matanya menunjukkan kepuasan. "Jadi kamu tahu siapa nama saya?" "Enggak." Gubrak, sepertinya Hiro sengaja ingin membuat Gun jengkel, aku bisa melihat hidung laki-laki itu kembang-kempis dari balik masker. "Karena Om nggak mau dipanggil Om, apa kita boleh memanggil Om Papa?" t

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 13: Serba Hitam

    Gun menatap sinis pada mereka, wajahnya sudah kembali tertutup masker dan hanya menyisakan segaris mata yang memicing. Penampilannya yang hari ini full mengenakan setelan serba hitam jelas membuat anak-anakku terkejut."Pak." Aku merangsek maju. "Bapak bisa nggak pindah di depan, biar saya sama anak-anak saya duduk di belakang.""Nggak bisa," tolaknya datar. "Terlalu bahaya jika saya keluar dan dilihat orang lain, tempat ini sangat ramai.""Bapak kan sudah pakai masker, sepertinya nggak akan ada yang mengenali Bapak.""Memangnya dia siapa?" Hiro menyeletuk bertanya.Mata Gun dengan cepat memandang Hiro. Aku menahan napas saat kontak mata terjadi di antara mereka. Apakah Gun akan menyadari bahwa si kembar adalah anak-anaknya? Secara fisik mereka sangat mirip bahkan Hiro dan Naga mewarisi lesung pipi Gun ketika tersenyum, rambut yang lebat dan mata yang menatap tajam.Namun setelah lama beradu tatap, Gun melengos, membuan

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 12: Favorite Car

    "Kenapa Bapak bawa saya ke mobil ini?" "Jadi kamu lebih senang diinjak-injak di sana?" "Bukan begitu Pak, mobil saya masih di Lumeno, tolong putar balik aja, Pak." "Kamu mau saya diserbu fans?" "Bapak nggak usah keluar, biar saya aja." Gun tampak berdecak. "Sayang sekali, kita sudah jauh, saya nggak punya waktu untuk putar balik." Aku melotot, memandang jalanan di sekitar kami, tidak sejauh yang dipikirkan. "Anak saya gimana nasibnya Pak?" "Saya akan antarkan ke mana kalian akan pergi." "Saya nggak minta diantar." "Cara kamu mengatakannya seolah saya sangat buruk," katanya tersinggung. "Seharusnya kamu berterima kasih karena saya menyelamatkan kamu dari kemungkinan digeprek kerumunan orang." "Tapi saya butuh kendaraan buat antar anak saya pulang," balasku gusar. "Saya yang akan mengantarnya, sekarang diamlah, kamu cerewet sekali, kepala saya jadi pusing." Aku auto mingkem sementara Gun mulai bersandar di jok penumpang seraya memijat keningnya. Apakah dia tidak

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 11: Less Talk, More Action

    Aku terbangun saat mendengar alarm ponsel, dan langsung diserbu rasa pusing di kepala ketika segera duduk tegak. Lenganku terangkat untuk memijatnya kemudian menyadari selembar selimut terasa merosot dari bahuku."Tidurnya nyenyak Mita?"Mataku melebar, menoleh dan menemukan Gun sudah duduk di ruangan."Saya membayar kamu untuk bekerja bukan untuk terlelap di ruangan saya.""Maaf Pak, ini..." Kulirik jam digital di ponsel, pukul satu siang. Aku harus segera menjemput Hiro dan Naga.Sial."Kamu pikir di sini hotel?""Saya sudah membacanya, Pak.""Oh ya, apa kesimpulan kamu kalau begitu?" tanyanya sinis.Aku meringis, menurun jemariku yang masih memijat kepala dan berusaha menatapnya. Berharap tidak ada liur yang tertinggal di sudut bibirku. "Banyak Pak, tertutama tentang program-program Bapak yang memiliki rating tinggi dan bisa dipertahakan di tahun ini.""Contohnya?""Master Chef."

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 10: Papa Chef

    "Sebentar Pak, masih macet.""Kamu tahu jam berapa sekarang?""Saya sedang berusaha Pak.""Apa terlambat sudah jadi hobi kamu, Mita?""Bukan begitu Pak—"Kepalaku nyaris kepentok stir saat tiba-tiba dari arah belakang sebuah motor menyalip dan aku harus ngerem mendadak."Apa itu?" Suara Gun terdengar bertanya di antara raungan klakson yang bersahut-sahutan di belakang kendaraanku hingga menimbulkan kemacetan."Pak saya tutup dulu ya?""Tunggu, di mana kamu?""Di jalan Pak, saya harus—oh shit!" Aku tak sengaja mengumpat saat lagi-lagi sebuah motor menyalip sehingga aku terlonjak."Mita?""Saya harus fokus nyetir, Pak.""Saya tanya di mana kamu, biar pengawal saya jemput kamu di sana."Aku merasa ngeri. "Jangan Pak, saya baik-baik aja kok, cuma kaget dikit."Gun terdengar mengeram rendah."Beneran Pak, udah dulu ya." Aku langsung mematikan sambungan te

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 9: Bercocok Tanam

    "Kapan kita akan tanam jagung, Mas?" "Kita nggak punya tempat untuk menanam di rumah ini." "Kalian bisa tanam di balkon, tapi bukan jagung nanti Mama belikan biji strawberry."Naga yang sangat menyukai buah tersebut langsung memekik girang, sementara Hiro tampak tidak terkesan."Kami sudah pernah menanam itu di sekolah, hasilnya biasa aja," katanya."Tapi di rumah belum pernah kan? Kamu bisa mencobanya lagi nanti." Aku memberi usul dengan sabar.Akhir-akhir ini mereka sedang hobi bercocok tanam, mungkin itulah yang membuat Mba Susi senewen, karena baginya Hiro dan Naga terkesan hanya megacau tanpa sadar bahwa mereka sebenarnya ingin bermain sekaligus belajar. Sampai detik ini aku masih mencoba berkomunikasi dengan beliau meminta maaf dan berusaha untuk membujuknya agar kembali mau menerima anak-anakku, walaupun jawabannya belum berubah."Kita akan ke rumah Nenek lagi hari ini?" tanya Hiro, tampak tidak antusias saat ak

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 8: Tanggung Jawab

    Karena macet aku baru sampai di rumah Mama sekitar pukul sepuluh malam. Tempat itu sangat sunyi dan gelap, halamannya ditumbuhi tanaman lebat seperti rumah tidak berpenghuni."Hiro, Naga?" tanyaku pada Mama ketika beliau membukakan pintu."Udah tidur, kenapa nggak sekalian kamu pulang di jam cinderlella aja? Bukannya kamu udah dipecat sama Roy Dihan?""Dari mana Mama tau?""Jadi benar?""Kenyataannya aku yang mengundurkan diri.""Dan Zara menggantikan posisi kamu. Dari dulu dia memang bisa diandalkan, nilai sekolahnya selalu bagus, membanggakan, sekarang juga dia mengalahkan kamu dalam pekerjaan.""Nggak ada yang dikalahkan Ma, aku dan Zara nggak sedang berkompetisi." Kupilih untuk melewati tubuhnya dan terkejut menemukan anak-anakku yang sedang tertidur di sofa dalam posisi duduk. "Kenapa mereka nggak dipindahin di kamar?""Kamar di rumah ini cuma satu, Mama nggak mau mereka ngacak-ngacak kamar Mama, di sana banyak makeup dan barang penting.""Barang penting itu lebih penting dari an

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 7: Makan Siang

    "Masa begitu sih Pak?" Aku langsung protes karas. Bahu Gun terangkat santai. "Pilihannya hanya itu atau silakan angkat kaki." Ya Tuhan, bahuku merosot lemas. "Kamu keberatan?" Bagaimana aku akan mengeluh kalau dia sudah memutuskan dan tidak bisa dibantah?! Aku harus secepatnya melaporkan keluhan ini pada Mba Niken, aku yakin dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dialah yang mendorongku menerima tawaran manajer ini, jadi aku perlu dukungannya untuk meneruskan keluhanku pada Pak Punjab agar pria tua itu berubah pikiran, lalu menggantikan posisiku menjadi manajer selebriti yang sifatnya normal. Persetan dengan gaji berkali-kali lipat, lebih baik menjaga kewarasan daripada aku harus bekerja di bawah tekanan yang tidak masuk akal. Karena aku diam saja, laki-laki itu bangkit, menganggapku telah setuju. "Bagus, sekarang kamu singkirkan ini, saya nggak mengambil kembali barang yang sudah saya berikan ke orang lain," katanya menggedikkan kepala pada paper bag di atas meja. "Sebentar Pa

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 6: Peraturan Absurd

    Sebenarnya aku berharap Gun akan lupa, setelah dua jam take video iklannya menemui jalan buntu, mungkin saja moodnya yang berantakan membuatnya jadi tidak ingin berhadapan denganku, tapi tentu saja itu adalah harapan yang terlalu muluk."Kenapa kamu terlambat?" tanyanya. Apa itu basa-basi? Sepertinya kalimat itu memang sudah menguap dari kamus seorang Gun.Dia duduk di kursi kebesaran, di ruangannya yang tampak tertata, rapi dan kinclong."Begini Pak..." Aku berdeham, merapikan rambut panjangku, menyelipkannya ke balik daun telinga kemudian mengulurkan paper bag yang kubawa. "Ini bathrobe yang kemarin Bapak pinjamin ke saya." Kuletakkan di atas meja. "Makasih Pak, saya terbantu sekali kemarin dengan handuk itu, Bapak benar, saya nggak mungkin berkeliaran di kantor dengan pakaian basah, apalagi di hari pertama saya kerja, walaupun ukurannya besar sekali dan bikin saya kelihatan melayang seperti kunti--""Apa kamu mau menghabiskan waktu saya?" Suaranya yang tajam segera menyela.Aku mer

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status