[Notifikasi! Apakah Anda lupa, bahwa Poison Tongue Bird memiliki bulu yang tahan terhadap serangan apapun? Bahkan itu masih berlaku ketika mereka mati.]
Xora terdiam, lalu mengukir senyum smirk ketika panel sistem muncul dengan notifikasi seperti itu. "Bukankah kita bisa melakukannya dari dalam?" tanya Xora sambil melangkah mendekat dan memasukkan kedua pedangnya ke dalam mulut Poison Tongue Bird itu.Mengandalkan ingatan cara penggunaan Blood Control itu. Xora mengubah pedangnya menjadi cair, lalu mengendalikan setiap darahnya mengalir masuk di seluruh sel darah dalam tubuh Poison Tongue Bird.Dalam sekejap mata. Xora mengubah darahnya menjadi pisau-pisau tajam berukuran kecil. Pisau-pisau itu langsung bergerak mengoyak organ dalam Poison Tongue Bird, sampai mampu menembus kulit Poison Tongue Bird dan membelahnya menjadi dua bagian.Darah dari Poison Tongue Bird yang berwarna hijau pun berceceran. Bersamaan dengan itu, sebuah bola berwarna putih tapi bersinar bergulir mendekat ke kaki Xora. Xora mengangkat alisnya. Dikarenakan rasa penasaran, Xora meraih bola itu.[Notifikasi! Anda berhasil memperoleh Core Poison Tongue Bird. Setiap lima buah Core Poison Tongue Bird dapat ditukar menjadi uang sesuai kualitas dan level dari core. Atau menukarnya menjadi poin distribusi, untuk meningkatkan status Anda.]"Poin distribusi?" tanya Xora pelan. Dia memasang ekspresi bingung dan tak paham.[Notifikasi! Poin distribusi adalah poin yang dapat digunakan untuk meningkatkan berbagai status pada biodata Anda. Peningkatan itu termasuk untuk meningkatkan kekuatan fisik, kekuatan serangan dan lain-lain.][Notifikasi! Sebagai pemberitahuan, Anda memiliki 25 poin distribusi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan pada biodata Anda. Apa Anda ingin meningkatkannya sekarang?]Xora mencoba mencerna penjelasan dari sistem dengan membacanya berulang-ulang, karena merasa masih belum paham. "Iya," jawabnya dengan nada yang sangat pelan sekali.[Notifikasi! Menampilkan Biodata ....]Nama : [Ixora Asteria Putri Naravinata]Usia : [18 tahun]Job : VampireSkill : [Duplication LV.1 (Aktif)] [Vampire Mode LV.1(Aktif)] [Shape Changer LV.1 (Pasif)] [Blood Control LV.1 (Pasif)] [Vampire Eye's LV.1 (Pasif)]Title : [-]Penyimpanan : [Whip of War and Beauty x1(Rare)] [Face Creamx1 (Epic)] [Core of Poison Tongue Bird x1 (Legendary)]Blood : [2+]STR : [2+]AGI : [2+]VIT : [4+]INT : [2+]LUCK : [-1]Charm : [2+]Beauty : [2+]Distribution Poin : [35]Blood dalam panel sistem, berfungsi sebagai pengganti penggunaan energi mana. Sebab job milik Xora adalah Vampire. Sementara 'Strength' yang disingkat menjadi 'STR' dalam sistem, menunjukkan kekuatan fisik Xora.Agility yang disingkat menjadi 'AGI' dalam panel sistem, menunjukkan kecepatan Xora. Vitality yang singkatannya 'VIT'. Menggambarkan kesehatan Xora sekarang ini.INT merupakan singkatan dari 'Intelegent'. Status tambahan ini memiliki kegunaan untuk mengurangi perapalan mantra, bila nanti Xora memiliki skill mantranya.LUCK berarti keberuntungan merupakan status tambahan yang tersedia pada biodata milik Xora.Charm dan Beauty juga termasuk status tambahan yang memiliki fungsi untuk menambah 'Pesona' dan 'Kecantikan' Xora.Xora membaca setiap penjelasan mengenai status yang tertera pada biodata di panel sistem. Dia sedikit paham dan tersenyum smirk."Aku akan membalas dendam kepada semua yang pernah meremehkan wajahku!" seru Xora dalam hati. Dia mulai mendistribusikan poin-poin yang dimiliki, pada beberapa status.[Notifikasi! Anda mendistribusikan lima poin untuk 'Beauty'.][Notifikasi! Anda mendistribusikan empat poin untuk 'LUCK'.][Notifikasi! Anda mendistribusikan dua poin untuk 'Strength'.][Notifikasi! Anda mendistribusikan dua poin untuk 'Vitality'.][Notifikasi! Anda mendistribusikan dua poin untuk 'Blood'.][Notifikasi! Anda mendistribusikan lima poin untuk 'Charm'.]Melihat notifikasi yang terus bermunculan setiap dia menggunakan poin distribusi. Xora menarik senyum pada bibirnya. Walau sedikit, dia merasakan perubahan pada tubuhnya ketika menggunakan poin distribusi.Manik matanya melirik ke arah poin distribusi yang tersisa, berjumlah 15. "Baiklah, beberapa status sudah ditingkatkan. Jadi, berikutnya adalah mengalahkan kawanan Poison Tongue Bird itu," gumam Xora. Dia kemudian mengalihkan pandangan, menatap ke arah para Poison Tongue Bird tanpa melunturkan senyum smirk di bibirnya.Bangkit dari posisi duduknya. Xora mulai merentangkan tiga pasang sayap yang terbuat dari darah itu. Dia berbalik menatap ke arah si pemimpin regu."Tolong segera lakukan apa yang saya perintahkan," tegas Xora dengan tatapan tajam di balik topeng merahnya.Si pemimpin regu pun tersentak. Dia merasa terintimidasi oleh Xora. Tanpa adanya perlawanan, si pemimpin regu itu mengangguk dan mendekat ke salah satu bawahannya. Memberitahu semua yang diperintahkan oleh Xora. Usai memberitahu bawahannya, dia kembali mendekat ke Xora."Permisi, Miss. U. Bolehkah kami membawa bangkai burung itu?" tanya si pemimpin regu dengan nada ragu-ragu.Xora yang tadinya menatap ke arah para Poison Tongue Bird langsung beralih menatap si pemimpin regu.Xora menghela napas. Si pemimpin prajurit yang mendengar helaan napas itu pun langsung merasa tegang. Walau dia adalah salah satu pasukan elit, tapi itu seperti tak berlaku di hadapan Xora. Melihat bagaimana Xora dengan mudahnya membunuh Poison Tongue Bird."Bagaimana caranya agar aku bisa menjadi kuat seperti dia?" batin si pemimpin regu. Dia menundukkan kepala."Kau bebas mengambilnya, saya tak memerlukannya," jawab Xora tersenyum sambil menepuk bahu pemimpin regu itu dengan pelan. "Dan lagi, bukankah Anda adalah seorang pemimpin regu? Tunjukkan bagaimana harga diri dari seorang tim elit. Jangan mau untuk menundukkan kepala," bisik Xora menyemangati.Si pemimpin regu itu tersentak mendengar jawaban yang kemudian disambung dengan bisikan oleh Xora. Si pemimpin regu langsung mengangkat kepala, menatap Xora dengan kagum."Terima kasih!" jawab si pemimpin regu dengan nada kagum yang tak bisa disembunyikan. Xora hanya mengangguk dan kembali menatap ke arah Poison Tongue Bird.Berjalan menjauh dari tempat si pemimpin regu, Xora mulai merentangkan tiga pasang sayapnya dengan lebar. Dia mulai mengepakkannya secara perlahan, dengan rasa gugup dan takjub luar biasa. Siapa yang percaya, bahwa anak yang tak berdaya dan tak berguna. Kini memiliki sayap dan menyelamatkan nyawa orang?Mereka pasti akan tertawa terbahak-bahak dan menganggap itu lelucon, sampai melihatnya dengan mata kepala sendiri. Membelah udara dan tak lagi memijak tanah, rasa gugup dan takjub terasa semakin membesar dalam diri Xora.“Aku bisa terbang,” batin Xora mengukir senyum senang dibalik topeng. Senyum yang pertama kalinya dia ukir, setelah keluar dari rumah itu.Jika Xora merasa takjub dan gugup. Maka lain halnya dengan orang-orang yang mulai dievakuasi. Mereka menatap dengan rasa kagum. Bahkan si pemimpin regu tim elit. Rasa kagumnya lebih besar dari pada yang lain.“Andai aku memiliki kekuatan seperti itu,” batinnya menghela napas pelan, lalu mengalihkan fokus dan mencoba mengevakuasi warga sekitar dengan cepat.[Notifikasi! Sistem mendeteksi tanda-tanda awakened Hunter di sekitar Anda!]Secara tiba-tiba, alis si pemimpin regu tadi mengernyit. Dia merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Dia diselimuti oleh energi berwarna biru. Energi itu terus bertambah banyak. Boom! Suara ledakan terdengar. Asalnya tak lain dan tak bukan adalah dari pemimpin regu tadi,Xora yang sedang belajar terbang untuk pertama kalinya pun langsung menoleh ke asal suara.[Notifikasi! Salah satu tentara elit mengalami Awakened. Secara resmi dia menjadi Hunter.]Membaca notifikasi dari sistem. Xora melebarkan senyumnya."Jadi, misi ini tidak dikerjakan sendiri lagi," gumamnya pelan dengan rasa senang. Setidaknya dengan peristiwa awakened barusan. Persentase kemenangan Dungeon Break ini menjadi tinggi.Kembali ke si pemimpin regu ...."Apa yang terjadi? Apa ini?" tanyanya terkejut melihat ke panel yang muncul di hadapannya.[Notifikasi! Selamat kepada Tuan Denal Karendra. Anda terpilih sebagai Hunter.][Notifikasi! Anda adalah Hunter kedua yang ada di muka bumi ini.][Notifikasi! Lima orang Hunter pertama yang aktif, diberikan pilihan untuk memilih job sesuai keinginan mereka masing-masing!][Notifikasi! Silahkan pilih job Anda!][White Mage] [Black Mage] [Freelance] [Monk] [Knight] [Thief] [Merchant] [Time Mage] [Ranger] [Summoner] [Valkyrie] [Salve-Maker] [Sword Master] [Arcanist] [Spirit Master] [Templar] [Vampire] [Dark Night] [Conjurer] [Assassin]Si pemimpin regu yang bernama Denal Karendra pun terdiam. Dia melirik ke arah orang yang berada di sekitarnya. Mereka memasang raut wajah terkejut. "Pak, ledakan barusan berasal dari Anda," ucap salah satu rekannya. Manik mata Denal benar-benar terkejut. "Itu barusan benar dariku?" tanyanya sambil menundukkan kepala, menatap kedua tangannya saat ini. Dia mengabaikan panel sistem yang menampilkan pilihan job. Denal kemudian mengangkat kepala dan meliha
"Wah, ternyata kau kuat juga sebagai seorang gadis yang terlihat lemah," ucap pria itu sambil menghempas tangan Xora dengan pelan. Xora melangkah mundur karena waspada, apalagi setelah tinjunya barusan ditangkap oleh pria itu. 'Dia bukan tandinganku,' batin Xora. "Jangan takut, aku tak akan melukaimu. Aku hanya ingin tahu, mengapa kauberada di sini?" tanya pria itu dengan ekspresi ramah. Pria bersurai putih itu menyimpan pedangnya kembali ke sarung dengan gerakan yang mampu membuat siapapun tertegun kagum, seperti yang Xora rasakan saat ini. "Oh ya, omong-omong. Namaku adalah Flyor. Karena aku sudah memberitahukan namaku, kaujuga harus memberitahukan namamu." Flyor berjalan mendekat sambil mengangkat kedua tangannya, isyarat bahwa dia tak akan bermacam-macam dengan Xora. "Miss U, Itulah panggilanku," jawab Xora berbohong. Yah, dia sengaja menciptakan identitas lain. Ada banyak alasan di baliknya, salah satu yang ada di antara alasan-alasan tersebut adalah tentang kebebasan. Xora
Rasa haus yang Xora rasakan mulai berkurang, tapi itu tak cukup untuk membuat Xora berhenti menghisap darah makhluk yang dia temui. Xora juga tak berhenti mengejar Flyor. Dia mengejar Flyor, karena Flyor memiliki aroma darah yang begitu memikat dan menggoda. "Darah-darah-darah." Xora terus menggumamkan kata itu, sepanjang perjalanan sembari mengejar Flyor. Setiap dia menghisap darah makhluk Hutan di dalam Dungeon, Xora tetap mengumamkan kata itu, seakan dia tak pernah puas. Meski sudah menghisap sebanyak lima liter, bahkan terus naik dan hampir mencapai enam liter pada layar sistem. ***"Aku pasti sudah cukup jauh," gumam Flyor. Sekarang, Flyor sudah berada di luar hutan. Dia membalikkan tubuh, menatap ke arah hutan. Keningnya mengernyit, saat merasakan gairah membunuh yang begitu kuat. Bahkan itu terus mendekat ke arahnya. "Eh?" Flyor mengukir ekspresi terkejut pada wajahnya, ketika sosok Xora mulai terlihat. "Dia mengejarku?!" tanya Flyor dengan nada tak percaya. Flyor melirik ke
"Eh?!" Usai mendengar kalimat penawaran yang ditawarkan oleh Flyor, Xora memasang ekspresi terkejut dan tak percaya di balik topengnya. Pada saat yang bersamaan, panel sistem kembali muncul. [Notifikasi! Anda mendapat Quest Kesempatan Kedua!][Notifikasi! Menampilkan Quest!]Misi: Menerima tawaran yang terakhir dari pria misterius yang Anda temui di dalam Dungeon. Pelajari dan kuasai semua teknik berpedangnya. Reward: Skill ???Waktu: -*Penolakan Quest akan membuat Anda mendapatkan penalti yang lebih besar dari sebelumnya. [Terima] [Tidak]Xora ingin menolak, tapi dia teringat dengan penalti yang kemarin muncul. Mau tak mau, Xora menerima misi dan berkata, "Aku mau."[Notifikasi! Anda menerima Quest!]Flyor yang mendengar jawaban seperti apa yang dia harapkan pun tersenyum. "Oke, latihan akan dimulai ketika aku kembali. Karena kamu telah bangun dan bisa menjaga diri sendiri, aku akan keluar dulu," ucap Flyor. Flyor berjalan menuju pintu. Berbeda dengan Xora yang mendengar kalima
Dua panel notifikasi itu muncul di hadapan Xora, bertepatan ketika Flyor membelah tubuh monster yang tersisa di sekitar mereka. "Harus sampai seratus persen?" tanya Xora dengan nada yang sangat pelan. [Notifikasi! Benar!]Membaca notifikasi yang muncul di hadapannya, Xora membeku di tempat. 'Tadi ada banyak Monster yang dibunuh oleh Flyor, tapi, itu hanya sepuluh persennya saja?' batin Xora tak percaya. 'Memangnya, ada sebanyak apa Monster-monster di Dungeon ini?' sambung Xora bertanya-tanya. Dia mendongkakkan kepala menghadap langit yang berwarna biru cerah. "Miss U?" melihat Xora hanya berdiam di tempat sambil mendongkak menatap langit, tentu saja Flyor penasaran. Flyor memanggil nama samaran milik Xora, membuat Xora menoleh. "Apa yang kaupikirkan?" tanya Flyor yang dipenuhi rasa penasaran. Tersadar dari lamunannya, Xora segera berdiri dari posisi duduk. "Ah, tidak. Saya tiba-tiba berpikir, berapa banyak waktu yang akan diperlukan jika ingin memusnahkan semua Monster di sini,"
Xora mendongkak menatap langit, yang dipenuhi dengan para Poison Tongue Bird. Para Poison Tongue Bird itu terbang ke sana ke mari, seperti menjaga pintu goa. Mendengar kalimat Xora, Flyor menoleh ke arah Xora yang berada di sampingnya. Flyor mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Kaumenyebut Monster Burung itu dengan nama Poison Tongue Bird?" Xora menoleh dan mengangguk. "Ya," jawab Xora dengan senyum yang bisa dilihat oleh Flyor, karena dagu dan bibir Xora tidak ditutupi oleh topeng. "Seperti yang Anda katakan sebelumnya, air liur mereka mengandung racun. Makanya mereka dinamakan seperti itu," sambung Xora. Mata Flyor membola. 'Gadis ini benar-benar seorang Penyihir! Dia mengetahui segalanya, bahkan memberikan monster itu nama,' batin Flyor yang beralih menatap para Poison Tongue Bird. Flyor benar-benar salah paham terhadap Xora. "Bagaimana kita menyerangnya? Apakah Anda merasa yakin untuk melawan para Poison Tongue Bird itu?" Xora bertanya dan menoleh, menatap wajah Flyor. Flyor p
Mendengar kata-kata itu, mulut Xora terbuka lebar. Sama dengan matanya yang terbelalak tak percaya.''Bukankah hukuman ini harusnya dikurangi?!' teriak Xora di dalam hati. "Apa itu masih berat untukmu?" Xora membeku di tempat, usai mendengar jawaban yang tak sesuai dengan harapannya. Melihat Xora membeku di tempat, Flyor kembali bertanya, "Apa itu masih berat untukmu?"Secara spontan, Xora langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak-tidak! Ini sudah cukup bagi saya!"Xora pun dengan sekuat tenaga mengangkat pedang itu, lalu mengayunkannya. Tetapi, belum sampai satu ayunan. Pedangnya langsung terjatuh dan lepas dari tangan Xora. 'Berat,' keluh Xora di dalam hatinya. Selama satu bulan Xora berlatih, total ayunan yang harus dicapai setiap harinya tidak berubah ... yaitu 2000 kali ayunan. Sayangnya, Xora tidak sekuat itu. Xora hanya mampu mencapai 1000 kali ayunan. Bahkan ketika di akhir bulan. Satu bulan berikutnya, Xora juga terus berlatih dan baru mencapai
"Mengayunkan pedang sebanyak 2000 kali saja perlu waktu sampai sore. Apalagi 3000 pedang?" sambung Xora dengan intonasi tak percaya diri. Dia merasa tak yakin bisa menyelesaikan misi besok. Xora membaringkan tubuhnya di atas kasur, lalu menghela napas. "Jika seperti itu, aku harus bangun lebih pagi lagi," lirih Xora. Xora mulai menutup mata, dan mulai terlelap dalam mimpi.Pagi menjelang .... Flyor yang ada di kamarnya mulai terbangun. Dia segera beranjak dari kasur dan melangkah menuju dapur. 'Aku harus segera memasak, sebelum Miss U bangun,' batin Flyor. Dia dengan cepat berkutat di dapur, memasak menggunakan teknik dan bumbu dari tumbuhan di Dungeon. Menu utamanya adalah sup Jamur Dore. Jamur Dore adalah jamur Dungeon, yang bisa menambah stamina dan vitalitas tubuh. 'Ini cocok untuk dia yang akan berlatih mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali,' pikir Flyor.Flyor tersenyum kecil di sudut bibirnya, sambil meletakkan sup Jamur Dore itu di atas meja. Tak hanya sup Jamur Dore yang
Trangg! Saat pedang Xora menyentuh bulu Poison Tongue Bird, pedang itu langsung terlempar jauh dari tangan Xora. "Apa yang terjadi? Kenapa aku tak bisa menebasnya?" lirih Xora dengan mata terbelalak. Di saat yang bersamaan, Poison Tongue Bird di hadapan Xora bergerak cepat untuk mencengkram tubuh Xora. Boom! Poison Tongue Bird itu mencengkram tubuh Xora, dan menghempasnya ke atas tanah dalam waktu singkat. Rasa sakit luar biasa pun menyerang punggung Xora. 'Sakit,' keluh Xora di dalam hati. Mata Xora melirik ke arah Poison Tongue Bird yang menghempasnya ke tanah. Ada kebencian yang tersorot jelas dari tatapan Xora. Dia kemudian beralih menatap pedangnya yang tergeletak cukup jauh. Xora berusaha mengabaikan rasa sakit pada punggungnya, lalu bangkit dan meraih pedang itu. Xora menatap Pedang Kutukan di genggamannya. 'Kenapa aku tidak bisa menebas mereka dengan mudah, seperti Flyor?' batin Xora bertanya-tanya. Dia merasa kecewa karena kemampuannya tidak seperti Flyor."Miss. U!" Teri
Flyor meraba bibirnya yang tengah tersenyum lebar."Akhir-akhir ini ... aku banyak tersenyum," gumam Flyor yang merasakan perbedaan drastis pada dirinya, setelah Xora datang. "Tapi sebelum itu, lebih baik aku segera menentukan latihan apa yang perlu diberikan kepada Miss. U," sambung Flyor sambil mencuci piring. ***Mentari mengangkasa dengan angkuh dan terik. Suasana sekitar terasa begitu panas, tapi tak berlaku bagi Xora yang duduk di bawah rindangnya pohon ketapang. Gadis itu mengangkat telapak tangannya ke depan wajah, lalu memandang mereka dengan ekspresi tak percaya. "Baru saja, aku mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali." Dia bergumam lirih dengan napas terengah-engah. [Notifikasi! Anda menyelesaikan Quest Tambahan!][Notifikasi! Anda mendapatkan item rahasia berupa 'Kalung Usang'.][Notifikasi! Anda mendapatkan bonus berupa 5 distribution point!]Kening Xora mengerut melihat panel di hadapannya. Dia berlatih sampai 3000 kali ayunan sampai setengah mati, tapi hanya mendapa
"Mengayunkan pedang sebanyak 2000 kali saja perlu waktu sampai sore. Apalagi 3000 pedang?" sambung Xora dengan intonasi tak percaya diri. Dia merasa tak yakin bisa menyelesaikan misi besok. Xora membaringkan tubuhnya di atas kasur, lalu menghela napas. "Jika seperti itu, aku harus bangun lebih pagi lagi," lirih Xora. Xora mulai menutup mata, dan mulai terlelap dalam mimpi.Pagi menjelang .... Flyor yang ada di kamarnya mulai terbangun. Dia segera beranjak dari kasur dan melangkah menuju dapur. 'Aku harus segera memasak, sebelum Miss U bangun,' batin Flyor. Dia dengan cepat berkutat di dapur, memasak menggunakan teknik dan bumbu dari tumbuhan di Dungeon. Menu utamanya adalah sup Jamur Dore. Jamur Dore adalah jamur Dungeon, yang bisa menambah stamina dan vitalitas tubuh. 'Ini cocok untuk dia yang akan berlatih mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali,' pikir Flyor.Flyor tersenyum kecil di sudut bibirnya, sambil meletakkan sup Jamur Dore itu di atas meja. Tak hanya sup Jamur Dore yang
Mendengar kata-kata itu, mulut Xora terbuka lebar. Sama dengan matanya yang terbelalak tak percaya.''Bukankah hukuman ini harusnya dikurangi?!' teriak Xora di dalam hati. "Apa itu masih berat untukmu?" Xora membeku di tempat, usai mendengar jawaban yang tak sesuai dengan harapannya. Melihat Xora membeku di tempat, Flyor kembali bertanya, "Apa itu masih berat untukmu?"Secara spontan, Xora langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak-tidak! Ini sudah cukup bagi saya!"Xora pun dengan sekuat tenaga mengangkat pedang itu, lalu mengayunkannya. Tetapi, belum sampai satu ayunan. Pedangnya langsung terjatuh dan lepas dari tangan Xora. 'Berat,' keluh Xora di dalam hatinya. Selama satu bulan Xora berlatih, total ayunan yang harus dicapai setiap harinya tidak berubah ... yaitu 2000 kali ayunan. Sayangnya, Xora tidak sekuat itu. Xora hanya mampu mencapai 1000 kali ayunan. Bahkan ketika di akhir bulan. Satu bulan berikutnya, Xora juga terus berlatih dan baru mencapai
Xora mendongkak menatap langit, yang dipenuhi dengan para Poison Tongue Bird. Para Poison Tongue Bird itu terbang ke sana ke mari, seperti menjaga pintu goa. Mendengar kalimat Xora, Flyor menoleh ke arah Xora yang berada di sampingnya. Flyor mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Kaumenyebut Monster Burung itu dengan nama Poison Tongue Bird?" Xora menoleh dan mengangguk. "Ya," jawab Xora dengan senyum yang bisa dilihat oleh Flyor, karena dagu dan bibir Xora tidak ditutupi oleh topeng. "Seperti yang Anda katakan sebelumnya, air liur mereka mengandung racun. Makanya mereka dinamakan seperti itu," sambung Xora. Mata Flyor membola. 'Gadis ini benar-benar seorang Penyihir! Dia mengetahui segalanya, bahkan memberikan monster itu nama,' batin Flyor yang beralih menatap para Poison Tongue Bird. Flyor benar-benar salah paham terhadap Xora. "Bagaimana kita menyerangnya? Apakah Anda merasa yakin untuk melawan para Poison Tongue Bird itu?" Xora bertanya dan menoleh, menatap wajah Flyor. Flyor p
Dua panel notifikasi itu muncul di hadapan Xora, bertepatan ketika Flyor membelah tubuh monster yang tersisa di sekitar mereka. "Harus sampai seratus persen?" tanya Xora dengan nada yang sangat pelan. [Notifikasi! Benar!]Membaca notifikasi yang muncul di hadapannya, Xora membeku di tempat. 'Tadi ada banyak Monster yang dibunuh oleh Flyor, tapi, itu hanya sepuluh persennya saja?' batin Xora tak percaya. 'Memangnya, ada sebanyak apa Monster-monster di Dungeon ini?' sambung Xora bertanya-tanya. Dia mendongkakkan kepala menghadap langit yang berwarna biru cerah. "Miss U?" melihat Xora hanya berdiam di tempat sambil mendongkak menatap langit, tentu saja Flyor penasaran. Flyor memanggil nama samaran milik Xora, membuat Xora menoleh. "Apa yang kaupikirkan?" tanya Flyor yang dipenuhi rasa penasaran. Tersadar dari lamunannya, Xora segera berdiri dari posisi duduk. "Ah, tidak. Saya tiba-tiba berpikir, berapa banyak waktu yang akan diperlukan jika ingin memusnahkan semua Monster di sini,"
"Eh?!" Usai mendengar kalimat penawaran yang ditawarkan oleh Flyor, Xora memasang ekspresi terkejut dan tak percaya di balik topengnya. Pada saat yang bersamaan, panel sistem kembali muncul. [Notifikasi! Anda mendapat Quest Kesempatan Kedua!][Notifikasi! Menampilkan Quest!]Misi: Menerima tawaran yang terakhir dari pria misterius yang Anda temui di dalam Dungeon. Pelajari dan kuasai semua teknik berpedangnya. Reward: Skill ???Waktu: -*Penolakan Quest akan membuat Anda mendapatkan penalti yang lebih besar dari sebelumnya. [Terima] [Tidak]Xora ingin menolak, tapi dia teringat dengan penalti yang kemarin muncul. Mau tak mau, Xora menerima misi dan berkata, "Aku mau."[Notifikasi! Anda menerima Quest!]Flyor yang mendengar jawaban seperti apa yang dia harapkan pun tersenyum. "Oke, latihan akan dimulai ketika aku kembali. Karena kamu telah bangun dan bisa menjaga diri sendiri, aku akan keluar dulu," ucap Flyor. Flyor berjalan menuju pintu. Berbeda dengan Xora yang mendengar kalima
Rasa haus yang Xora rasakan mulai berkurang, tapi itu tak cukup untuk membuat Xora berhenti menghisap darah makhluk yang dia temui. Xora juga tak berhenti mengejar Flyor. Dia mengejar Flyor, karena Flyor memiliki aroma darah yang begitu memikat dan menggoda. "Darah-darah-darah." Xora terus menggumamkan kata itu, sepanjang perjalanan sembari mengejar Flyor. Setiap dia menghisap darah makhluk Hutan di dalam Dungeon, Xora tetap mengumamkan kata itu, seakan dia tak pernah puas. Meski sudah menghisap sebanyak lima liter, bahkan terus naik dan hampir mencapai enam liter pada layar sistem. ***"Aku pasti sudah cukup jauh," gumam Flyor. Sekarang, Flyor sudah berada di luar hutan. Dia membalikkan tubuh, menatap ke arah hutan. Keningnya mengernyit, saat merasakan gairah membunuh yang begitu kuat. Bahkan itu terus mendekat ke arahnya. "Eh?" Flyor mengukir ekspresi terkejut pada wajahnya, ketika sosok Xora mulai terlihat. "Dia mengejarku?!" tanya Flyor dengan nada tak percaya. Flyor melirik ke
"Wah, ternyata kau kuat juga sebagai seorang gadis yang terlihat lemah," ucap pria itu sambil menghempas tangan Xora dengan pelan. Xora melangkah mundur karena waspada, apalagi setelah tinjunya barusan ditangkap oleh pria itu. 'Dia bukan tandinganku,' batin Xora. "Jangan takut, aku tak akan melukaimu. Aku hanya ingin tahu, mengapa kauberada di sini?" tanya pria itu dengan ekspresi ramah. Pria bersurai putih itu menyimpan pedangnya kembali ke sarung dengan gerakan yang mampu membuat siapapun tertegun kagum, seperti yang Xora rasakan saat ini. "Oh ya, omong-omong. Namaku adalah Flyor. Karena aku sudah memberitahukan namaku, kaujuga harus memberitahukan namamu." Flyor berjalan mendekat sambil mengangkat kedua tangannya, isyarat bahwa dia tak akan bermacam-macam dengan Xora. "Miss U, Itulah panggilanku," jawab Xora berbohong. Yah, dia sengaja menciptakan identitas lain. Ada banyak alasan di baliknya, salah satu yang ada di antara alasan-alasan tersebut adalah tentang kebebasan. Xora