Xora terkejut ketika dia mendengar notifikasi itu. “Dungeon ini saja belum selesai, sekarang harus ada kemunculan dungeon lain?” batinnya bertanya pada diri sendiri. Sebab, dia benar-benar tak bisa berbicara. Itu karena sistem sedang mengendalikan tubuhnya.
“Lebih baik aku fokus dulu terhadap tutorial sistem ini dan memahaminya dengan cepat,” batin Xora membulatkan tekad.Dia pun memperhatikan cara sistem menggunakan dan mengendalikan darah dengan skill Blood Control.Sistem menggerakkan tangan kiri dan merobek tangan kanan. Rasa sakit pun sudah tak lagi terhindarkan. Meski begitu, Xora hanya memperhatikan sambil meringis kesakitan dalam hati.Darah bercucuran. Darah-darah itu kembali dikendalikan oleh sistem untuk membentuk beberapa belati yang melayang di udara."Jika saya memerintahkan kalian untuk berlari, maka segeralah berlari menuju bangunan terdekat. Hindari atap atau jendela, mencegah kemungkinan terluka parah akibat serangan monster itu," titah Xora yang sedang dikendalikan oleh sistem.Ibu dan anak yang berada di balik pelindung darah itu tersadar. "A–apa yang terjadi di sini? Apa yang tadi keluar dari sana?" tanya ibu itu dengan nada bergetar. Raut wajahnya terlihat trauma."Saya akan menjelaskan semuanya nanti. Lebih baik simpan pertanyaan Anda dan fokuslah pada kondisi anak Anda sekarang. Dia terlihat sangat takut, tolong tenangkan dia," jawab Xora yang diambil alih sistem.Si ibu itu langsung melihat ke wajah sang anak yang berada dalam pelukannya. Dia baru sadar, kalau tubuh sang anak sedang bergetar hebat. Dia langsung memeluk anaknya kembali sambil menenangkannya.Boom! Boom! Tiba-tiba, suara tembakan khas yang berasal dari tank pun terdengar. Sistem mengalihkan fokus Xora pada lima buah tank yang baru saja datang. Mereka langsung menembak ke arah Poison Tongue Bird. Tetapi dengan pintarnya, monster berjenis unggas itu menghindar.[Notifikasi! Total Poison Tongue Bird : 25.]"Lari sekarang juga!" tiba-tiba, sistem yang mengambil alih mengucapkan hal itu pada ibu dan anak tadi. Raut wajah Xora terlihat sangat serius. Si ibu yang melihat anaknya sudah lebih tenang, beralih menatap Xora. Dia mengangguk pelan."Terima kasih," ucap si ibu.Xora mengangguk pelan sebagai respon atas ucapan si ibu. Dia mengubah bentuk perisai ini menjadi darah cair. Si ibu pun langsung berlari."Sekarang kita selamat! Ada tentara militer terhebat di dunia ke sini!""Syukurlah Tuhan. Ayo, hancurkan monster aneh itu!""Maa, ada tentara!"Orang-orang di sekitar yang sebelumnya panik sudah merasa sedikit lebih tenang, saat mereka melihat tank yang diiringi dengan beberapa tentara elit negara. Berbeda dengan Xora yang dikendalikan dengan sistem. Dia menghela napas.[Notifikasi! Itu tak akan bisa mengenai Poison Tongue Bird yang mampu bergerak cepat ketika berada di udara. Terlebih, mereka tak akan bisa menembus pertahanan Poison Tongue Bird.]Baru saja sistem berkata seperti itu. Boom! Salah satu tank berhasil mendaratkan pelurunya pada tubuh Poison Tongue Bird. Asap hitam pun mengepung udara, tempat Poison Tongue Bird tadi terkena.“Yes, satu kena. Sudah pasti monster itu mati, karena ini adalah senjata terbaru dan tercanggih. Menaklukkan monster-monster ini tak akan lama,” batin para tentara elit yang tersenyum bangga dalam hati.[Notifikasi! Sistem terkejut dan mengapresiasi hantaman peluru yang tepat sasaran. Namun, peluru tank dengan kekuatan seperti itu tak akan pernah bisa menembus Poison Tongue Bird. Monster ini memiliki keunggulan pada kecepatan luar biasa, dan ketahanan pada bulunya yang mampu menahan kekuatan seperti nuklir sekalipun.]Bersamaan dengan notifikasi sistem yang muncul di hadapan wajah Xora. Sesuatu melesat dengan cepat dari gumpalan asap hitam, tempat di mana monster burung itu terkena peluru tank.Sistem membelalakkan mata Xora. Dengan sigap sistem mengubah setengah liter darah cair itu menjadi tiga pasang sayap di punggung, satu pedang di masing-masing genggaman tangannya dan sebuah topeng yang menutupi alis sampai hidung Xora, menyisakan bagian bibir sampai dagu. Sistem kemudian mengepakkan sayap itu dan melesat dengan cepat ke salah satu tank.Trangg! Booom! Ternyata, Xora menghalangi serangan dari Poison Tongue Bird yang ingin membalas dendam terhadap tembakan tadi. Pedang Xora dan cakar burung saling berhantaman satu sama lain.Sayap Xora pun digunakan sebagai pelindung. Sementara para tentara elit dan orang-orang di sekitar terkejut.“Apa yang terjadi?” batin mereka penasaran. Mereka tak bisa melihat, sebab debu yang bergelantungan di udara menutupi pandangan.Tekanan dari Poison Tongue Bird tak main-main. Tanah tempat Xora berpijak, tepat di depan tank. Membentuk kawah yang retak layaknya tanah tandus. Perlahan, debu mulai disapu oleh angin.Orang-orang melihat sesuatu berbentuk merah pekat, menghadang cakaran dari si burung. "Ghaaakk!" teriak si Poison Tongue Bird itu. Paruhnya terbelah menjadi tiga, memperlihatkan gigi dan lidah yang terbagi menjadi dua. Air liurnya menetes ke mana-mana.Setiap air liur yang berjatuhan dan menyentuh tanah atau benda, semuanya akan meleleh karena air liur dari Poison Tongue Bird. "Aak, tanganku!" salah satu orang berteriak histeris, ketika air liur dari Poison Tongue Bird menyentuh lengannya.Dalam sekejap, dari bahu sampai ujung jari meleleh menjadi cairan berwarna biru. "Tolong segera evakuasi warga sipil. Air liur ini akan mampu membuat banyak nyawa melayang, meski hanya dalam ukuran setengah tetes saja," peringat Xora yang dikendalikan oleh sistem."Siapa kau?" tanya salah satu tentara elit yang berpangkat sebagai pemimpin regu. Nadanya ketika bertanya terdengar ragu-ragu. Xora melirik tentara elit itu. Dia lalu beralih menatap Poison Tongue Bird.[Notifikasi! Sistem menemukan titik lemah dari Poison Tongue Bird.]Xora yang dikendalikan oleh sistem itu, lantas menarik pedang di tangan kanannya. Menyisakan tangan kiri sebagai penahan. Crashh! Dia mengayunkan pedang itu, menebas kedua lidah burung yang terlihat.Brakk! Dalam sekejap. Poison Tongue Bird ambruk di tanah.[Notifikasi! Tutorial selesai. Anda bebas mengambil alih tubuh Anda kembali.]"Ah, aku kembali," gumam Xora dengan nada senang ketika dia berhasil mengendalikan tubuhnya lagi.Dia menggerakkan jari-jemari sebagai tanda percobaan, apakah dia benar-benar berhasil mengendalikan tubuhnya kembali. Dan ternyata, itu berhasil.Dia benar-benar mengambil alih tubuhnya. Dia lalu melirik ke arah si tentara elit di belakangnya. "Sebut saja aku Miss. U," jawab Xora dengan senyum misterius. Dia kembali menatap ke arah para Poison Tongue Bird yang masih terbang dengan bebasnya, mengincar beberapa orang."Sekarang, aku bisa mengendalikan tubuhku dan mengincar lidah itu untuk membunuh mereka,” batin Xora mengukir senyum smirk.[Notifikasi! Anda harus mengambil 'Core' dari para monster, agar mereka tidak hidup lagi!]Xora yang merentangkan sayapnya, bersiap untuk belajar terbang malah terkejut dengan notifikasi dari sistem. Dia melirik ke arah bangkai Poison Tongue Bird. “Di mana letak core itu?” tanya Xora pelan pada dirinya sendiri.Dia mengamati bangkai burung itu untuk beberapa waktu. Namun kemudian, dia menghela napas pelan."Dari pada pusing, bukankah lebih baik dibelah saja?" gumam Xora melihat ke arah pedang di masing-masing tangannya.[Notifikasi! Apakah Anda lupa, bahwa Poison Tongue Bird memiliki bulu yang tahan terhadap serangan apapun? Bahkan itu masih berlaku ketika mereka mati.]Xora terdiam, lalu mengukir senyum smirk ketika panel sistem muncul dengan notifikasi seperti itu. "Bukankah kita bisa melakukannya dari dalam?" tanya Xora sambil melangkah mendekat dan memasukkan kedua pedangnya ke dalam mulut Poison Tongue Bird itu. Mengandalkan ingatan cara penggunaan Blood Control itu. Xora mengubah pedangnya menjadi cair, lalu mengendalikan setiap darahnya mengalir masuk di seluruh sel darah dalam tubuh Poison Tongue Bird.Dalam sekejap mata. Xora mengubah darahnya menjadi pisau-pisau tajam berukuran kecil. Pisau-pisau itu langsung bergerak mengoyak organ dalam Poison Tongue Bird, sampai mampu menembus kulit Poison Tongue Bird dan membelahnya menjadi dua bagian. Darah dari Poison Tongue Bird yang berwarna hijau pun berceceran. Bersamaan dengan itu, sebuah bola berwarna putih tapi bersinar bergulir mendekat ke k
[Notifikasi! Selamat kepada Tuan Denal Karendra. Anda terpilih sebagai Hunter.][Notifikasi! Anda adalah Hunter kedua yang ada di muka bumi ini.][Notifikasi! Lima orang Hunter pertama yang aktif, diberikan pilihan untuk memilih job sesuai keinginan mereka masing-masing!][Notifikasi! Silahkan pilih job Anda!][White Mage] [Black Mage] [Freelance] [Monk] [Knight] [Thief] [Merchant] [Time Mage] [Ranger] [Summoner] [Valkyrie] [Salve-Maker] [Sword Master] [Arcanist] [Spirit Master] [Templar] [Vampire] [Dark Night] [Conjurer] [Assassin]Si pemimpin regu yang bernama Denal Karendra pun terdiam. Dia melirik ke arah orang yang berada di sekitarnya. Mereka memasang raut wajah terkejut. "Pak, ledakan barusan berasal dari Anda," ucap salah satu rekannya. Manik mata Denal benar-benar terkejut. "Itu barusan benar dariku?" tanyanya sambil menundukkan kepala, menatap kedua tangannya saat ini. Dia mengabaikan panel sistem yang menampilkan pilihan job. Denal kemudian mengangkat kepala dan meliha
"Wah, ternyata kau kuat juga sebagai seorang gadis yang terlihat lemah," ucap pria itu sambil menghempas tangan Xora dengan pelan. Xora melangkah mundur karena waspada, apalagi setelah tinjunya barusan ditangkap oleh pria itu. 'Dia bukan tandinganku,' batin Xora. "Jangan takut, aku tak akan melukaimu. Aku hanya ingin tahu, mengapa kauberada di sini?" tanya pria itu dengan ekspresi ramah. Pria bersurai putih itu menyimpan pedangnya kembali ke sarung dengan gerakan yang mampu membuat siapapun tertegun kagum, seperti yang Xora rasakan saat ini. "Oh ya, omong-omong. Namaku adalah Flyor. Karena aku sudah memberitahukan namaku, kaujuga harus memberitahukan namamu." Flyor berjalan mendekat sambil mengangkat kedua tangannya, isyarat bahwa dia tak akan bermacam-macam dengan Xora. "Miss U, Itulah panggilanku," jawab Xora berbohong. Yah, dia sengaja menciptakan identitas lain. Ada banyak alasan di baliknya, salah satu yang ada di antara alasan-alasan tersebut adalah tentang kebebasan. Xora
Rasa haus yang Xora rasakan mulai berkurang, tapi itu tak cukup untuk membuat Xora berhenti menghisap darah makhluk yang dia temui. Xora juga tak berhenti mengejar Flyor. Dia mengejar Flyor, karena Flyor memiliki aroma darah yang begitu memikat dan menggoda. "Darah-darah-darah." Xora terus menggumamkan kata itu, sepanjang perjalanan sembari mengejar Flyor. Setiap dia menghisap darah makhluk Hutan di dalam Dungeon, Xora tetap mengumamkan kata itu, seakan dia tak pernah puas. Meski sudah menghisap sebanyak lima liter, bahkan terus naik dan hampir mencapai enam liter pada layar sistem. ***"Aku pasti sudah cukup jauh," gumam Flyor. Sekarang, Flyor sudah berada di luar hutan. Dia membalikkan tubuh, menatap ke arah hutan. Keningnya mengernyit, saat merasakan gairah membunuh yang begitu kuat. Bahkan itu terus mendekat ke arahnya. "Eh?" Flyor mengukir ekspresi terkejut pada wajahnya, ketika sosok Xora mulai terlihat. "Dia mengejarku?!" tanya Flyor dengan nada tak percaya. Flyor melirik ke
"Eh?!" Usai mendengar kalimat penawaran yang ditawarkan oleh Flyor, Xora memasang ekspresi terkejut dan tak percaya di balik topengnya. Pada saat yang bersamaan, panel sistem kembali muncul. [Notifikasi! Anda mendapat Quest Kesempatan Kedua!][Notifikasi! Menampilkan Quest!]Misi: Menerima tawaran yang terakhir dari pria misterius yang Anda temui di dalam Dungeon. Pelajari dan kuasai semua teknik berpedangnya. Reward: Skill ???Waktu: -*Penolakan Quest akan membuat Anda mendapatkan penalti yang lebih besar dari sebelumnya. [Terima] [Tidak]Xora ingin menolak, tapi dia teringat dengan penalti yang kemarin muncul. Mau tak mau, Xora menerima misi dan berkata, "Aku mau."[Notifikasi! Anda menerima Quest!]Flyor yang mendengar jawaban seperti apa yang dia harapkan pun tersenyum. "Oke, latihan akan dimulai ketika aku kembali. Karena kamu telah bangun dan bisa menjaga diri sendiri, aku akan keluar dulu," ucap Flyor. Flyor berjalan menuju pintu. Berbeda dengan Xora yang mendengar kalima
Dua panel notifikasi itu muncul di hadapan Xora, bertepatan ketika Flyor membelah tubuh monster yang tersisa di sekitar mereka. "Harus sampai seratus persen?" tanya Xora dengan nada yang sangat pelan. [Notifikasi! Benar!]Membaca notifikasi yang muncul di hadapannya, Xora membeku di tempat. 'Tadi ada banyak Monster yang dibunuh oleh Flyor, tapi, itu hanya sepuluh persennya saja?' batin Xora tak percaya. 'Memangnya, ada sebanyak apa Monster-monster di Dungeon ini?' sambung Xora bertanya-tanya. Dia mendongkakkan kepala menghadap langit yang berwarna biru cerah. "Miss U?" melihat Xora hanya berdiam di tempat sambil mendongkak menatap langit, tentu saja Flyor penasaran. Flyor memanggil nama samaran milik Xora, membuat Xora menoleh. "Apa yang kaupikirkan?" tanya Flyor yang dipenuhi rasa penasaran. Tersadar dari lamunannya, Xora segera berdiri dari posisi duduk. "Ah, tidak. Saya tiba-tiba berpikir, berapa banyak waktu yang akan diperlukan jika ingin memusnahkan semua Monster di sini,"
Xora mendongkak menatap langit, yang dipenuhi dengan para Poison Tongue Bird. Para Poison Tongue Bird itu terbang ke sana ke mari, seperti menjaga pintu goa. Mendengar kalimat Xora, Flyor menoleh ke arah Xora yang berada di sampingnya. Flyor mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Kaumenyebut Monster Burung itu dengan nama Poison Tongue Bird?" Xora menoleh dan mengangguk. "Ya," jawab Xora dengan senyum yang bisa dilihat oleh Flyor, karena dagu dan bibir Xora tidak ditutupi oleh topeng. "Seperti yang Anda katakan sebelumnya, air liur mereka mengandung racun. Makanya mereka dinamakan seperti itu," sambung Xora. Mata Flyor membola. 'Gadis ini benar-benar seorang Penyihir! Dia mengetahui segalanya, bahkan memberikan monster itu nama,' batin Flyor yang beralih menatap para Poison Tongue Bird. Flyor benar-benar salah paham terhadap Xora. "Bagaimana kita menyerangnya? Apakah Anda merasa yakin untuk melawan para Poison Tongue Bird itu?" Xora bertanya dan menoleh, menatap wajah Flyor. Flyor p
Mendengar kata-kata itu, mulut Xora terbuka lebar. Sama dengan matanya yang terbelalak tak percaya.''Bukankah hukuman ini harusnya dikurangi?!' teriak Xora di dalam hati. "Apa itu masih berat untukmu?" Xora membeku di tempat, usai mendengar jawaban yang tak sesuai dengan harapannya. Melihat Xora membeku di tempat, Flyor kembali bertanya, "Apa itu masih berat untukmu?"Secara spontan, Xora langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak-tidak! Ini sudah cukup bagi saya!"Xora pun dengan sekuat tenaga mengangkat pedang itu, lalu mengayunkannya. Tetapi, belum sampai satu ayunan. Pedangnya langsung terjatuh dan lepas dari tangan Xora. 'Berat,' keluh Xora di dalam hatinya. Selama satu bulan Xora berlatih, total ayunan yang harus dicapai setiap harinya tidak berubah ... yaitu 2000 kali ayunan. Sayangnya, Xora tidak sekuat itu. Xora hanya mampu mencapai 1000 kali ayunan. Bahkan ketika di akhir bulan. Satu bulan berikutnya, Xora juga terus berlatih dan baru mencapai
Trangg! Saat pedang Xora menyentuh bulu Poison Tongue Bird, pedang itu langsung terlempar jauh dari tangan Xora. "Apa yang terjadi? Kenapa aku tak bisa menebasnya?" lirih Xora dengan mata terbelalak. Di saat yang bersamaan, Poison Tongue Bird di hadapan Xora bergerak cepat untuk mencengkram tubuh Xora. Boom! Poison Tongue Bird itu mencengkram tubuh Xora, dan menghempasnya ke atas tanah dalam waktu singkat. Rasa sakit luar biasa pun menyerang punggung Xora. 'Sakit,' keluh Xora di dalam hati. Mata Xora melirik ke arah Poison Tongue Bird yang menghempasnya ke tanah. Ada kebencian yang tersorot jelas dari tatapan Xora. Dia kemudian beralih menatap pedangnya yang tergeletak cukup jauh. Xora berusaha mengabaikan rasa sakit pada punggungnya, lalu bangkit dan meraih pedang itu. Xora menatap Pedang Kutukan di genggamannya. 'Kenapa aku tidak bisa menebas mereka dengan mudah, seperti Flyor?' batin Xora bertanya-tanya. Dia merasa kecewa karena kemampuannya tidak seperti Flyor."Miss. U!" Teri
Flyor meraba bibirnya yang tengah tersenyum lebar."Akhir-akhir ini ... aku banyak tersenyum," gumam Flyor yang merasakan perbedaan drastis pada dirinya, setelah Xora datang. "Tapi sebelum itu, lebih baik aku segera menentukan latihan apa yang perlu diberikan kepada Miss. U," sambung Flyor sambil mencuci piring. ***Mentari mengangkasa dengan angkuh dan terik. Suasana sekitar terasa begitu panas, tapi tak berlaku bagi Xora yang duduk di bawah rindangnya pohon ketapang. Gadis itu mengangkat telapak tangannya ke depan wajah, lalu memandang mereka dengan ekspresi tak percaya. "Baru saja, aku mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali." Dia bergumam lirih dengan napas terengah-engah. [Notifikasi! Anda menyelesaikan Quest Tambahan!][Notifikasi! Anda mendapatkan item rahasia berupa 'Kalung Usang'.][Notifikasi! Anda mendapatkan bonus berupa 5 distribution point!]Kening Xora mengerut melihat panel di hadapannya. Dia berlatih sampai 3000 kali ayunan sampai setengah mati, tapi hanya mendapa
"Mengayunkan pedang sebanyak 2000 kali saja perlu waktu sampai sore. Apalagi 3000 pedang?" sambung Xora dengan intonasi tak percaya diri. Dia merasa tak yakin bisa menyelesaikan misi besok. Xora membaringkan tubuhnya di atas kasur, lalu menghela napas. "Jika seperti itu, aku harus bangun lebih pagi lagi," lirih Xora. Xora mulai menutup mata, dan mulai terlelap dalam mimpi.Pagi menjelang .... Flyor yang ada di kamarnya mulai terbangun. Dia segera beranjak dari kasur dan melangkah menuju dapur. 'Aku harus segera memasak, sebelum Miss U bangun,' batin Flyor. Dia dengan cepat berkutat di dapur, memasak menggunakan teknik dan bumbu dari tumbuhan di Dungeon. Menu utamanya adalah sup Jamur Dore. Jamur Dore adalah jamur Dungeon, yang bisa menambah stamina dan vitalitas tubuh. 'Ini cocok untuk dia yang akan berlatih mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali,' pikir Flyor.Flyor tersenyum kecil di sudut bibirnya, sambil meletakkan sup Jamur Dore itu di atas meja. Tak hanya sup Jamur Dore yang
Mendengar kata-kata itu, mulut Xora terbuka lebar. Sama dengan matanya yang terbelalak tak percaya.''Bukankah hukuman ini harusnya dikurangi?!' teriak Xora di dalam hati. "Apa itu masih berat untukmu?" Xora membeku di tempat, usai mendengar jawaban yang tak sesuai dengan harapannya. Melihat Xora membeku di tempat, Flyor kembali bertanya, "Apa itu masih berat untukmu?"Secara spontan, Xora langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak-tidak! Ini sudah cukup bagi saya!"Xora pun dengan sekuat tenaga mengangkat pedang itu, lalu mengayunkannya. Tetapi, belum sampai satu ayunan. Pedangnya langsung terjatuh dan lepas dari tangan Xora. 'Berat,' keluh Xora di dalam hatinya. Selama satu bulan Xora berlatih, total ayunan yang harus dicapai setiap harinya tidak berubah ... yaitu 2000 kali ayunan. Sayangnya, Xora tidak sekuat itu. Xora hanya mampu mencapai 1000 kali ayunan. Bahkan ketika di akhir bulan. Satu bulan berikutnya, Xora juga terus berlatih dan baru mencapai
Xora mendongkak menatap langit, yang dipenuhi dengan para Poison Tongue Bird. Para Poison Tongue Bird itu terbang ke sana ke mari, seperti menjaga pintu goa. Mendengar kalimat Xora, Flyor menoleh ke arah Xora yang berada di sampingnya. Flyor mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Kaumenyebut Monster Burung itu dengan nama Poison Tongue Bird?" Xora menoleh dan mengangguk. "Ya," jawab Xora dengan senyum yang bisa dilihat oleh Flyor, karena dagu dan bibir Xora tidak ditutupi oleh topeng. "Seperti yang Anda katakan sebelumnya, air liur mereka mengandung racun. Makanya mereka dinamakan seperti itu," sambung Xora. Mata Flyor membola. 'Gadis ini benar-benar seorang Penyihir! Dia mengetahui segalanya, bahkan memberikan monster itu nama,' batin Flyor yang beralih menatap para Poison Tongue Bird. Flyor benar-benar salah paham terhadap Xora. "Bagaimana kita menyerangnya? Apakah Anda merasa yakin untuk melawan para Poison Tongue Bird itu?" Xora bertanya dan menoleh, menatap wajah Flyor. Flyor p
Dua panel notifikasi itu muncul di hadapan Xora, bertepatan ketika Flyor membelah tubuh monster yang tersisa di sekitar mereka. "Harus sampai seratus persen?" tanya Xora dengan nada yang sangat pelan. [Notifikasi! Benar!]Membaca notifikasi yang muncul di hadapannya, Xora membeku di tempat. 'Tadi ada banyak Monster yang dibunuh oleh Flyor, tapi, itu hanya sepuluh persennya saja?' batin Xora tak percaya. 'Memangnya, ada sebanyak apa Monster-monster di Dungeon ini?' sambung Xora bertanya-tanya. Dia mendongkakkan kepala menghadap langit yang berwarna biru cerah. "Miss U?" melihat Xora hanya berdiam di tempat sambil mendongkak menatap langit, tentu saja Flyor penasaran. Flyor memanggil nama samaran milik Xora, membuat Xora menoleh. "Apa yang kaupikirkan?" tanya Flyor yang dipenuhi rasa penasaran. Tersadar dari lamunannya, Xora segera berdiri dari posisi duduk. "Ah, tidak. Saya tiba-tiba berpikir, berapa banyak waktu yang akan diperlukan jika ingin memusnahkan semua Monster di sini,"
"Eh?!" Usai mendengar kalimat penawaran yang ditawarkan oleh Flyor, Xora memasang ekspresi terkejut dan tak percaya di balik topengnya. Pada saat yang bersamaan, panel sistem kembali muncul. [Notifikasi! Anda mendapat Quest Kesempatan Kedua!][Notifikasi! Menampilkan Quest!]Misi: Menerima tawaran yang terakhir dari pria misterius yang Anda temui di dalam Dungeon. Pelajari dan kuasai semua teknik berpedangnya. Reward: Skill ???Waktu: -*Penolakan Quest akan membuat Anda mendapatkan penalti yang lebih besar dari sebelumnya. [Terima] [Tidak]Xora ingin menolak, tapi dia teringat dengan penalti yang kemarin muncul. Mau tak mau, Xora menerima misi dan berkata, "Aku mau."[Notifikasi! Anda menerima Quest!]Flyor yang mendengar jawaban seperti apa yang dia harapkan pun tersenyum. "Oke, latihan akan dimulai ketika aku kembali. Karena kamu telah bangun dan bisa menjaga diri sendiri, aku akan keluar dulu," ucap Flyor. Flyor berjalan menuju pintu. Berbeda dengan Xora yang mendengar kalima
Rasa haus yang Xora rasakan mulai berkurang, tapi itu tak cukup untuk membuat Xora berhenti menghisap darah makhluk yang dia temui. Xora juga tak berhenti mengejar Flyor. Dia mengejar Flyor, karena Flyor memiliki aroma darah yang begitu memikat dan menggoda. "Darah-darah-darah." Xora terus menggumamkan kata itu, sepanjang perjalanan sembari mengejar Flyor. Setiap dia menghisap darah makhluk Hutan di dalam Dungeon, Xora tetap mengumamkan kata itu, seakan dia tak pernah puas. Meski sudah menghisap sebanyak lima liter, bahkan terus naik dan hampir mencapai enam liter pada layar sistem. ***"Aku pasti sudah cukup jauh," gumam Flyor. Sekarang, Flyor sudah berada di luar hutan. Dia membalikkan tubuh, menatap ke arah hutan. Keningnya mengernyit, saat merasakan gairah membunuh yang begitu kuat. Bahkan itu terus mendekat ke arahnya. "Eh?" Flyor mengukir ekspresi terkejut pada wajahnya, ketika sosok Xora mulai terlihat. "Dia mengejarku?!" tanya Flyor dengan nada tak percaya. Flyor melirik ke
"Wah, ternyata kau kuat juga sebagai seorang gadis yang terlihat lemah," ucap pria itu sambil menghempas tangan Xora dengan pelan. Xora melangkah mundur karena waspada, apalagi setelah tinjunya barusan ditangkap oleh pria itu. 'Dia bukan tandinganku,' batin Xora. "Jangan takut, aku tak akan melukaimu. Aku hanya ingin tahu, mengapa kauberada di sini?" tanya pria itu dengan ekspresi ramah. Pria bersurai putih itu menyimpan pedangnya kembali ke sarung dengan gerakan yang mampu membuat siapapun tertegun kagum, seperti yang Xora rasakan saat ini. "Oh ya, omong-omong. Namaku adalah Flyor. Karena aku sudah memberitahukan namaku, kaujuga harus memberitahukan namamu." Flyor berjalan mendekat sambil mengangkat kedua tangannya, isyarat bahwa dia tak akan bermacam-macam dengan Xora. "Miss U, Itulah panggilanku," jawab Xora berbohong. Yah, dia sengaja menciptakan identitas lain. Ada banyak alasan di baliknya, salah satu yang ada di antara alasan-alasan tersebut adalah tentang kebebasan. Xora