Part 44Rasanya begitu lelah, akhirnya aku menyerah untuk langsung pulang saja ke villa. Mas Rusdy pun menyetujui. Kami akhirnya pulang ke villa. Aku berganti baju dan kami salat dzuhur berjamaah.Kurebahkan diriku di atas springbed king size ini. Rasa nyaman menghampiriku hingga mengantarku dalam tidur yang lelap.Sebuah belaian lembut di pipi membuatku terbangun. Mas Rusdy sudah berbaring di sampingku dengan sebuah senyuman. "Mas?" sapaku sembari mengerjap pelan."Tidurmu nyenyak sekali dari tadi. Sholat ashar dulu yuk, habis itu kita makan. Tadi aku masak buat kamu. Cepetan gih bangun, dari siang kamu belum makan lho.""Iya, Mas. Maaf aku kecapekan, Mas."Beranjak duduk dan akhirnya bangkit menuju kamar mandi, untuk mengambil air wudhu. Selepas salat ashar berjamaah, Mas Rusdy sudah menungguku di meja makan. "Nih, aku masakin mie bakso. Dimakan dulu, Yang. Nanti malam kita keluar cari makan," ujarnya.Aku tersenyum. Ah suamiku ini pengertian sekali."Terima kasih ya, Mas.""Iya.
Part 45Hari selanjutnya aku dibawa keliling, jalan-jalan kembali. Mas Rusdy mengajakku ke dusun Bambu Family Leisure Park, untuk reservasi makan sekaligus melihat dan menikmati keindahan alam."Yang, aku mau makan makanan khas Sunda. Kamu setuju?" "Iya, Mas."Kami menuju resto Purbasari, memesan makanan khas Sunda. Nasi liwet, sayur asem & bekakak ayam. "Sambil menunggu makanan datang, kita sewa perahu yuk!" ajak Mas Rusdy. Dia mengajakku berkeliling danau, ia pun sudah membeli makanan ikan untuk disebar di danau.Aku mengikutinya, naik perahu sampan lalu mendayung sendiri. Kurentangkan tangan, menghirup udara yang begitu sejuk berhembus, menikmati hijaunya pemandangan alam. Tanpa terasa dua puluh menit terlewati, kami pun kembali ke resto. Hidangan sudah tersedia di meja."Alhamdulillah kayaknya enak nih, Dek."Dia membaca doa terlebih dahulu kemudian makan dengan lahapnya. Rasanya memang lezat, apalagi bila rasa lapar mendera.Selepas makan siang bersama, kami berjalan kaki mene
Part 46Satu bulan kemudianHueek ... Hueek ..."Pagi-pagi sekali, aku merasa pusing dan mual. Perutku rasanya tidak karuan."Hueek ... Hueek ..."Aku kembali memuntahkan isi perutku yang hanya berisi cairan. Seketika saat membalikkan tubuh, Mas Rusdy sudah berada di hadapanku dengan tatapan khawatir. "Kamu gak apa-apa, Dek? Kita ke dokter ya?" ajaknya dengan nada khawatir.Aku menggeleng perlahan. "Mas, tidak perlu. Hal ini normal terjadi pada wanita hamil," jawabku lirih."Apa maksudmu, Dek? Kamu hamil?""Iya mas, aku hamil. Kemarin aku tespeck dan hasilnya positif."Mas Rusdy tercengang mendengar jawabanku. Dua hari yang lalu, ia pergi keluar kota karena ada pekerjaan yang perlu diurus. "Kamu kenapa gak kabarin lewat telepon--""Emmh ... Sebenarnya aku ingin buat kejutan untukmu.""Kita ke dokter ya, mas ingin tahu perkembangan dedek bayi.""Kemarin sudah mas, diantar sama Mama. Bulan depan aja ya, kamu harus janji nganterin aku--""Iya sayang, pasti. Terima kasih. Mas gak perca
Bab 47Hari ini bulan kedua aku checkup ke dokter, kali ini Mas Rusdy yang menemaniku."Selamat ya, Pak. Perkembangannya semakin baik, baik ibu dan bayinya cukup sehat. Tetap jaga pola makan, banyak istirahat dan kurangi stress. Ibu hamilnya harus tetap happy ya. Ini vitaminnya bisa ditebus di apotik rumah sakit.""Terima kasih, dokter.""Sama-sama, Pak. Kalau ada keluhan bisa langsung hubungi saya, Pak.""Baik, dok. Kami permisi ya."Aku keluar dari ruangan dokter. Kami tersenyum bersama. Mas Rusdy langsung merangkulku dan menciumi pucuk kepalaku dengan lembut. Mas Rusdy terlihat bahagia, senyuman tak pernah lekang dari bibirnya."Reina, Rusdy," sapa seseorang. Kami berdua menoleh. Untuk sesaat kami saling diam. Apalagi saat Mas Hendy menatapku dengan tatapan tak biasa."Hendy, gimana kabarmu?" tanya Mas Rusdy. "Ya, seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja. Kami baru selesai periksakan si kecil, badannya demam.""Lho mana istri dan bayimu?""Tadi dia masih di belakang. Kalian ada
Part 48Sejak kiriman bangkai tikus yang pertama kali kudapatkan, banyak pula teror-teror lainnya. Sebuah pesan dari nomor asing yang terus menerus masuk ke nomorku.[Kau tidak akan bahagia karena telah merebut kebahagiaan orang lain][Tunggu saja, suamimu tercinta akan pergi meninggalkanmu][Kau akan hidup menderita selamanya, hingga kau merasa menyesal karena sudah dilahirkan][Dia hanya milikku bukan milikmu!]Aku mengerutkan kening, benar-benar tak mengerti siapa pengirim pesan asing ke nomorku ini. Dari kata-katanya sudah jelas dia seorang wanita. Apakah wanita yang jatuh cinta pada suamiku? Tapi siapa dia? Kupikir selama ini tak ada yang dekat dengan Mas Rusdy, dia selalu menjaga perasaannya untukku.Berulang kali kublokir, tetap saja ada nomor asing lain yang mengirimiku pesan-pesan gak jelas seperti ini.[Tunggu saja, milikku akan kurebut kembali, berbahagialah untuk sesaat, karena ke depannya kau akan gigit jari][Kamu hanyalah pelampiasan nafsu, karena cintanya adalah milik
Bab 49Aku naik ke mobil Mas Rusdy. Aroma parfum kamper mobil bercampur udara AC justru membuatku mual. "Hueeek ... Hueeek ..." Mas Rusdy urung menyalakan mobilnya. "Dek, kamu gak apa-apa?" tanyanya panik, ia merasa iba padaku."Mas, perutku mual banget. Baunya gak enak, bikin mau muntah," sahutku sambil menahan rasa mual luar biasa.Aku langsung membuka pintu mobil dan muntah di luar. Astaga, rasanya kampungan sekali! Harusnya kan aku merasa segar di dalam mobil, tapi aroma itu justru membuat perutku mual-mual."Kamu tidak apa-apa, Sayang?" tanya Mas Rusdy, dia memijat pundakku dengan lembut."Mas, aku gak mau naik mobil lah, mending aku di rumah aja. Aku gak tahan sama baunya," ucapku."Lho, gak jadi ikut ke kantor?" Ia kembali bertanya.Aku menggeleng."Padahal kemarin malam kamu baik-baik saja kan naik mobil?""Entahlah, Mas, pagi ini aku mendadak mual karena aroma parfum di mobilmu. Aku gak tahan, Mas."Mas Rusdy masuk ke tokoku, lalu kembali lagi, rupanya dia mengambil minyak
Part 50"Surprize ...!" Tiba-tiba sepulang kerja, Mas Rusdy menyodorkan buket bunga dan kotak kado ke dalam pangkuanku. Aku yang saat ini tengah duduk di sofa ruang keluarga sembari menonton televisi langsung mendongak ke arahnya. Mas Rusdy tersenyum, lalu mencium pipiku dengan hangat."Selamat ulang tahun, Sayang ... Selamat bertambahnya umur. Semoga bahagia selalu dan pernikahan kita langgeng," ujarnya penuh perhatian.Sebuah senyuman merekah di bibirku. Aw, suamiku ini so sweet sekali. "Makasih ya, Mas."Mas Rusdy langsung beralih duduk di sampingku dan merangkul pundakku. "Tentu saja sayang. Love you." Sebuah kecupan kembali mendarat di pipiku.Lagi, aku tersenyum. Memandang hadiah yang dibawa oleh Mas Rusdy. Sebuah buket mawar merah dengan aroma yang wangi.Aku menghirup bunga itu sejenak, aromanya begitu menenangkan."Bunga yang cantik untuk orang yang spesial. Mawar merah melambangkan cinta dan kasih sayang yang tulus dan dalam," ujar Mas Rusdy membuatku menoleh."Terima kas
Part 51Drrrttt ... Drrrttt ...Ponsel Mas Rusdy dari tadi bergetar. Aku yang tengah sibuk merekap pesanan toko jadi beralih melihatnya. Sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Aku melongok ke dalam Mas Rusdy sepertinya masih sibuk di dapur. Aroma roti bakar menguar sampai ke hidungku."Mas, ada telepon nih!" panggilku. "Dari siapa?" Dia menyahut dengan nada setengah berteriak."Gak tahu mas, nomor asing.""Angkat dulu dek. Mas lagi nanggung nih," sahutnya lagi.Belum sempat kuangkat panggilan itupun terputus. Aku menghela nafas dalam-dalam. Sejak kehamilanku ini memang terasa lebih cepat lelah. Drrrttt .... Drrrttt ... Lagi-lagi ponsel itu bergetar. Panggilan dari nomor yang sama. Aku mengangkat panggilannya."Hallo, assalamualaikum ..." sapaku mengawali pembicaraan.Hening. Tak ada sahutan apapun dari sana."Hallo, ini siapa?"Masih saja hening, walaupun panggilan itu tersambung."Hallo?"Tut ... Tut ... Tut ... Panggilan itu diputus secara sepihak. Aku menggeleng perlahan. S
Season 2 Part 26"Mbak Anita, aku titip Bayu. Tolong jaga dan rawat dia dengan baik. Anggap saja dia sebagai anakmu. Aku percaya padamu, sekali lagi maaf aku merepotkanmu," ucap Viona sesaat sebelum masuk ke jeruji besi.Dia divonis bersalah dengan masa hukuman lima belas tahun penjara. Kulirik bocah kecil dalam gendonganku, aku trenyuh saat menatapnya. Di usia sekecil ini, ia harus ditinggal oleh ayah dan ibunya. Rasa kasihan muncul begitu saja. Ya, aku merasa kasihan, takutnya ia terlantar.Aku melirik lelaki yang berdiri di sampingku. Ia tersenyum."Ikuti saja kata hatimu."Hanya ucapan itu yang keluar dari bibirnya, membuat tekadku mantap untuk merawatnya layaknya anakku sendiri. Walaupun kedua orangtuanya pernah menyakitiku, tapi anaknya tidak bersalah. Mungkin ini ujian bagiku agar tetap bersabar.***"Dek, besok kakak akan resmi melamarmu bersama orang tua kakak. Setelah itu, kakak akan langsung mengurus pernikahan kita," ucapnya saat itu. Enam bulan sudah berlalu, ia masih sa
Season 2 Part 25POV Viona"Maaf. Maafkan semua kesalahanku. Aku sudah berbuat jahat padamu.""Apa maksudmu, Mbak?""Aku ... Aku ..."Kuhela nafas dalam-dalam, untuk meringankan gejolak di dada. Baiklah, aku ingin berubah. Hukuman apapun akan kuterima. Aku sudah salah, jadi harus kupertanggungjawabkan ini semua. "Sebentar mbak, sepertinya pembicaraan ini cukup serius. Aku bawa Bayu ke kamar dulu."Aku memandanginya, Anita terlihat begitu tulus sayang sama Bayu. Tak lama, Anita kembali."Ada apa, Mbak?" tanyanya."Maafkan atas semua kesalahanku. Aku, aku yang sudah membuatmu celaka," sahutku sambil terisak."Apa kamu bilang?"Plaaakk!!Tiba-tiba, sebuah tamparan mendarat di pipiku. Kurasakan pipiku sangat panas, pedih dan perih."Kak, jangan kasar sama wanita. Kasihan, Kak." Kupegang pipi yang pasti sudah memerah ini. Lelaki itu yang sudah menamparku. Justru dia yang lebih marah dari pada Anita. Matanya nyalang menatap ke arahku."Duh, kamu ini terlalu baik, Dek! Wanita sejahat dia t
Season 2 Part 24POV VIONA"Viona sayang, cepat kau siap-siap," ucap Leo sambil mengedipkan mata genitnya."Mau kemana?""Kamu gak mau kan tertangkap polisi?""Maksudnya?""Sayang, polisi mulai mengejar kita. Apa kamu mau hidup di penjara?"Aku menggeleng perlahan. Dadaku berdegup lebih kencang. Entahlah selama beberapa hari ini hidupku tidak tenang, seperti dikejar-kejar oleh perasaan bersalah."Kita akan pergi keluar kota, luar pulau kalau bisa.""Beri aku waktu.""Baiklah, mulai besok kita akan pergi.""Tapi--""Ah iya satu lagi, sekarang kau sudah jadi milikku. Bercerailah dari suamimu. Terserah apapun alasanmu, kamu harus berpisah dengannya."Aku menunduk dalam. Kalau akhirnya seperti ini, aku tak mungkin mau mencelakai Anita. Yang kudengar kabar terakhir tentang Anita, dia lolos dari maut. Tapi kenapa polisi justru akan menangkapku? Yang bersalah disini adalah Leo, bukan aku. Kenapa kesialan terus menerus menghantuiku? "Bukankah dia tidak jadi mati? Kenapa polisi--""Polisi te
Season 2 Part 23POV AryaUntuk beberapa jeda, Anita menoleh ke arahku, tatapannya begitu sayu dan mendung."Kak, apa yang terjadi?" tanyanya pelan. Anita terlihat sangat lemah.Aku hanya tersenyum, belum berani mengatakan yang sejujurnya. Takut ia kembali shock.Tak lama, perawat datang bersama dokter jaga. Lalu memeriksa kondisi Anita. Kondisinya memang belum stabil, tapi sudah menunjukkan kemajuan."Kak, gimana keadaan ayah?" tanyanya kemudian.Deg. Bagaimana aku menyampaikan berita sebenarnya pada Anita. Haruskah kukatakan yang sejujurnya? Tapi aku takut kondisinya akan drop kembali."Tenanglah dek, ayahmu baik-baik saja. Kamu harus sehat ya, jangan pikirkan yang lain dulu."Anita mengangguk lalu tersenyum. Tiba-tiba ia meraba perutnya."Bayiku, mana bayiku...?! Mana bayiku?!" tanyanya histeris, saat menyadari kehilangannya."Sayang, tenanglah. Bayimu sudah tidak merasakan sakit lagi. Kamu kegugur--""Tidak, itu tidak mungkin! Aku tidak mungkin keguguran, Kak! Tolong kembalikan ba
Season 2 Part 22"Paman tahu perasaanmu padanya. Kamu mencintai Anita, bukan? Paman merestui kalian. Tolong jaga Anita untuk paman--"Suaranya tertahan, tanpa terasa butiran bening jatuh di pipi keduanya. "Ya, Paman, pasti. Paman tidak usah khawatir, saya akan menjaga mereka dengan baik. Paman, cepatlah sembuh, agar bisa melihat pernikahan kami."Pak Rusdy tersenyum, kemudian ia pamit untuk tidur. Arya tak pernah menyangka kalau tidurnya adalah tidur untuk selamanya dan tak pernah kembali lagi."Innalilahi wa innailaihi roji'un--" ucap dokter saat ia memeriksanya.Semua hening, seolah tak percaya Pak Rusdy berpulang begitu cepat, padahal Anita pun belum sadar dari komanya.Fandi dan Bi Surwi menangis tergugu. Kehilangan orang yang sangat penting dalam hidup adalah menyakitkan.Arya menelepon beberapa orang kepercayaannya, untuk mengurus segala keperluan pemakaman Pak Rusdy.Para relasi, karyawan serta staff perusahaan ikut berbela sungkawa atas kepergiannya.***Sementara di balik je
Season 2 Part 21"Tentang perasaan kakak padamu. Kakak tahu ini tabu. Tapi---" ucapannya terhenti ketika melihat sosok laki-laki paruh baya itu datang mendekat."Lho kok pada diam? Lagi pada serius ngobrolin apa?" tanya Pak Rusdy.Mereka saling berpandangan. Tegang."Ah itu Paman ..." Arya melirik ke arah Anita yang tampak menggeleng pelan lalu menunduk dalam. Sepertinya ia tak setuju kalau Arya mengatakan yang sejujurnya. Ia takut sang ayah tidak setuju."Sini duduk dulu, Paman. Biar sekalian saya kupasin buahnya ya, hahaha ..." Arya mencoba mencairkan suasana. Pak Rusdy hanya tersenyum simpul lalu melirik putrinya yang sedari tadi diam."Menurut Paman gimana kalau ada laki-laki yang menyukai Anita dan melamarnya?" tanya Arya basa-basi sembari mengupas buah apel yang ada di tangannya."Memangnya siapa? Dia tidak dekat dengan siapapun kecuali kamu," sahut Pak Rusdy."Hahaha, ini kan misalnya ...""Paman tidak akan memaksa Anita lagi, semua terserah padanya. Kalau Anita suka, Paman ak
Season 2 Part 20"Apaaa? gagal, Mas?" pekik Viona, kecewa."Sorry Vi, tadi keburu ada yang dateng menolongnya, kami sempat berkelahi, terus ada polisi juga. Jadi kami kabur.""Ish ... Punya mantra apa sih wanita itu, kenapa selalu saja beruntung! Pokoknya aku gak mau tau ya mas, kamu harus menghancurkan dia! Bagaimanapun caranya.""Iya, iya Viona'ku sayang. Kamu jangan khawatir.""Pokoknya aku mau lihat dia hancur, Mas! Karena dia sudah menghancurkanku!" seru Viona lagi. Dendam dan amarah kasih menguasai hatinya.***Arya membopong tubuh Anita dan membawanya masuk ke dalam mobil. Perasaanya diliputi kekhawatiran yang berlebih. Ia takut terjadi apa-apa terhadap Anita. Arya mengendarai mobilnya cukup kencang. Sampai di rumah sakit, Anita langsung ditangani oleh tenaga medis.Laki-laki itu tampak berjalan mondar-mandir di depan ruang perawatan. Gelisah. Ia masih menunggu hasil pemeriksaan Anita. Entahlah, ia sendiri tidak tahu jelas dengan perasaannya. Perasaannya bukan hanya sekedar ra
Season 2 Part 19Usai kepergian Mas Bagus, aku masih berada di kantor, menunggu ayah dan Kak Arya selesai meeting lanjutan. Rencananya kami akan pulang bersama sore nanti.***"Bagaimana perasaanmu, Nak? Apa kamu sudah lebih baik?" tanya ayah saat kami akan berjalan menuju ke rumah. "Ya, Ayah. Jauh lebih baik dari sebelumnya," sahutku seraya mencari kunci pintu."Syukurlah. Kapan kamu mau pindah dari sini?""Ayah, Anita perlu waktu untuk mengemas barang-barang disini.""Gak usah khawatir, biar kakak bantu," tukas Kak Arya.Mereka duduk di sofa sambil menyenderkan tubuhnya, sesekali matanya tampak terpejam. Tiba-tiba ponsel ayah berdering."Assalamualaikum, ya halo. Ada apa, Bi? Fandi? Ya, ya saya segera pulang."Ayah beranjak dari duduknya. "Kenapa, Ayah? Ada apa dengan Fandi?" tanyaku khawatir."Kata Bi Surwi, tubuhnya babak belur. Mungkin berkelahi lagi itu anak. Ayah pulang dulu ya," sahut ayah agak tegang."Nita ikut, Yah.""Jangan. Kamu istirahat disini saja. Gak boleh stress
Season 2 Part 18POV Viona"Selamat sore, dengan Bu Viona?" --ucap suara dari seberang telepon."Iya saya sendiri," sahut wanita itu harap-harap cemas."Kami dari kepolisian.""Iya pak, ada apa?""Pak Bagus ditangkap atas tuduhan korupsi dan menggelapkan uang perusahaan.""Apaa?""Kami hanya ingin menginformasikan hal itu, bila ada pertanyaan lebih lanjut, silahkan datang ke kepolisian.""Baik, pak. Terima kasih""Sama-sama. Selamat sore.""Sore"Panggilan itu terputus begitu saja. Kenapa Mas Bagus bisa di penjara? Siapa yang melaporkannya? Bukankah ia menantu pemilik perusahaan? Kenapa ambil sedikit uangnya saja dituduh korupsi dan menggelapkan uang perusahaan? Lalu bagaimana dengan nasibku dan Bayu? Apalagi pembangunan rumah di kampung belum selesai, sekarang justru Mas Bagus masuk penjara. Aargghh.Anita pasti bisa membantunya keluar dari penjara. Aku yak