Part 12"Dek, maaf. Mas bersalah karena tidak mengatakan yang sejujurnya dari awal. Tapi tolong, mulai hari ini terimalah Kartika jadi adik madumu."Mataku membulat mendengar ucapan Mas Hendi. Tega-teganya dia ... Apa dia sudah gak waras?"Apa aku gak salah denger, Mas?""Iya, mas yakin kamu mau menerima Kartika. Kamu adalah wanita yang baik hati, Dek. Kita bisa hidup berdampingan nantinya.""Enak banget kamu ngomong gitu, Mas. Apa kamu gak mikirin perasaan aku 'hah? Ah iya, tentu saja tidak. Karena sudah ada wanita ini di hatimu.""Dek ...""Jadi selama sebulan ini kalian sudah menikah diam-diam? Kamu sudah mengkhianati pernikahan kita, Mas. Apa salahku?""Dek ...""Kalau iya memang kenapa? Kita sudah menikah dari sebulan lalu karena kami saling mencintai. Mas, bilang saja kalau kita memang sudah menjalin hubungan asmara sedari dulu. Ya! Kita adalah sepasang kekasih, sebelum kau hadir di kehidupan Mas Hendi, bahkan kami hampir menikah, tapi semua kandas gara-gara kehadiranmu. Puasss?
Part 13Pulang dari tempat pengacara, kulihat Adit dan Eza sibuk menyiapkan barang-barang toko dengan jumlah yang banyak."Pesanan siapa sebanyak ini?" tanyaku, rupanya cukup membuat mereka kaget.Adit dan Eza saling berpandangan. Takut dan ragu terpancar jelas di wajah keduanya."Itu Bu, ini ... Permintaan Pak Hendi katanya buat Bu Kartika--" jawab Adit dengan nada ragu."Bayar, gak?"Mereka menunduk sambil menggeleng pelan. Kuhela nafas dalam-dalam. Enak saja, dikira beli barang-barang ini gratis pakai daun, seenak jidatnya sendiri mau memindahkan barang daganganku ke rumah istri sirinya. Dasar benalu."Kalau gak bayar gak usah disiapin. Kembalikan barang-barang ke tempat semula.""Maaf Bu, tadi kata Pak Hendi suruh siapin aja, katanya Bu Reina pasti setuju," sahut Eza."Barang sebanyak ini? Ini sih namanya mau ngrampok toko, segala macam mau dibawa!""Tapi Bu, kalau kami gak nurut, Pak Hendi mengancam mau pecat kami--""Gak usah takut dengan dia. Disini kalian saya yang bayar, kali
Part 14[Sama-sama mbak. Oh iya maaf, kalau hari Minggu ini ada waktu, mau tidak mbak menemani saya membagi-bagikan donasi paket sembako ke warga? Kebetulan asisten saya sedang libur pulang ke kampung. Dan yang saya dengar mbak juga sering jadi donatur seperti ini, jadi mbak pasti lebih berpengalaman. Ah maaf sebelumnya kalau saya lancang. Harusnya saya gak bilang seperti ini ke mbak. Maaf sudah mengganggu waktunya]Aku menghela nafas dalam-dalam. Ajakannya memang baik, untuk melakukan donasi pada warga. Tapi sepertinya tidak etis pergi bersama lelaki lain disaat aku belum resmi bercerai.[Maaf mas, aku tidak bisa. Biar nanti kusuruh karyawanku saja ya yang bantu-bantu mas disana] --balasku.[Maaf merepotkanmu, mbak][Tidak apa-apa. Kira-kira mau berbagi di daerah mana?][Yang dekat-dekat saja, biar gak terlalu jauh yang di daerah Limbangan itu. Tadi siang, saya sudah sempat koordinasi dengan pengurus Masjid][Oke, biar nanti saya bilang ke Adit sama Eza. Sekarang mereka juga lagi nyi
Part 15POV Hendi"Mas, aku hamil," ucap Kartika pagi itu.Aku terhenyak mendengarnya, rasanya tak percaya dengan apa yang ia katakan. Kami baru sebulan menikah, tapi cepat sekali diberi momongan. Tidak seperti pernikahanku dengan Reina. Lima tahun penantian, benih-benih cinta kami tak tumbuh juga."Kok ekspresimu begitu, Mas? Kamu gak suka ya aku hamil?""Eh enggak kok sayang, cuma terkejut aja. Kamu bisa cepet hamil," sahutku.Aku mendekat ke arahnya, lalu memeluknya dari belakang sembari mengusap perutnya yang masih rata. Ah di perut ini ternyata sudah tumbuh benih cintaku dengan Kartika."Jaga kandungan ini baik-baik sayang. Kamu tahu sendiri kan, aku sudah lama menanti kehadiran anak.""Sama mas, ini juga anak pertamaku, sudah pasti aku menjaganya dengan baik."Segera kukecup bibirnya yang merah delima itu. Kartika memang pintar merebut hatiku. Ia sangat pandai membuat hatiku senang dan berbunga-bunga. Tiap ada masalah dan aku cemburu, ia tahu apa yang harus dilakukan.***"Aaaar
Part 16"Lho, Freya? Apa yang terjadi?" tanyaku. Dia terperanjat kaget saat melihatku datang dengan Mas Rusdy. Ia terlihat gugup, tak bisa menjawab.Ia yang hanya memakai kaos ketat dan celana hotpants, membuatku sedikit risih menatapnya. Pakaiannya koyak disisi lengan dan bagian dadanya, mungkin disengaja untuk memuluskan sandiwaranya agar terkesan natural. Ingin rasanya tertawa saat melihat ekspresi Freya, antara kaget dan bingung, tapi segera kutahan. "Mas, tolong kamu cari bantuan yang lain dulu ya. Ini Freya adik iparku," sahutku lagi. Mas Rusdy mengangguk, lalu pergi. Syukurlah dia segera pergi dari sini jadi lolos dari jebakan yang direncanakan oleh Mas Hendi.Aku menghampirinya, menundanya berdiri. Lalu melepas jaket yang kupakai dan segera menyampirkan ke pundaknya, sedikit menutupi bagian tubuhnya yang terbuka. Dia masih sangat muda sayang sekali terjebak dalam pergaulan bebas."Kenapa kamu bisa ada disini Freya?" tanyaku.Freya terdiam. "Terus kenapa pakaianmu seperti
Part 17POV Rusdy"Kapan kamu akan menikah? Kamu sudah bukan anak muda lagi, waktunya kamu serius. Kamu sudah mapan, sukses. Apalagi yang kamu tunggu?" tanya Papa saat selesai makan malam.Aku termenung sejenak mendengar pertanyaan Papa. Memang saat ini, usiaku sudah lebih dari tiga puluh tahun. Aku yang gila bekerja tak sempat cari jodoh. Ah bukan, lebih tepatnya aku belum siap memikirkannya ke jenjang yang lebih serius. Melihat beberapa wanita yang pernah dekat denganku nyatanya cuma memanfaatkan alias mengincar hartaku saja."Iya Nak, Mama udah gak sabar lihat kamu menikah, terus menimang cucu," sambung Mama lagi dengan nada yang lembut.Aku tersenyum. Pernah suatu kali kukenalkan Anjani pada mereka, tapi mereka tak setuju. Saat melihat penampilannya yang sedikit terbuka dan seksi. Anjani, gadis itu terlalu manja dan lagi ia sering minta dibelikan ini dan itu. Awalnya kupikir hanya untuk kesenangan saja, yang penting aku tidak bertindak kelewatan, tapi lama-lama risih juga melihat
Part 18"Reina, apa-apaan ini?!" teriak Mas Hendi. Ia mendekat ke arahku sambil menyodorkan lembaran kertas putih itu.Aku membacanya sekilas, ternyata surat panggilan cerai dari pengadilan. Seulas senyum merekah dari bibirku. Ternyata cukup cepat juga prosesnya."Oh ternyata sudah datang, lebih cepat dari yang kuduga," jawabku enteng."Kamu beneran menggugatku cerai, Reina?! Apa salahku?" ketusnya. Wajahnya merah padam, dadanya naik turun menahan emosi. Entahlah, akhir-akhir ini Mas Hendi sering sekali emosi padaku."Kamu sudah tau sendiri apa jawabannya."Mas Hendi mengepalkan tangannya bersiap memukulku, mungkin. "Apa kau akan memukulku? Kasus KDRT akan tambah memberatkanmu, Mas. Kamupun bisa dipenjara kalau melakukan kekerasan pada istrimu sendiri."Ia urung melakukannya, hanya menatapku tajam."Jangan lupa, nanti datang di persidangan," ujarku santai."Tidak akan.""Tidak apa-apa, datang ataupun tidak, keputusanku tetap sama. Bercerai darimu. Justru bagus kalau kamu tidak datan
Part 19POV Hendi"Aku sudah resmi bercerai," ujarku lirih. Tanpa ada semangat ketika melihat surat dari pengadilan itu. Reina benar-benar melakukannya. Dia menceraikanku padahal selama ini aku telah banyak membantunya. Tapi kini, dia menceraikanku karena aku menikahi wanita lain. Tersenyum kecut saat membayangkannya. Dada terasa sedikit sesak saat mengingat Reina bukan lagi istriku. Rasanya sebagian hatiku ada yang hilang."Bagus dong, Mas. Jadi mulai hari ini akulah satu-satunya istri kamu," sahut Kartika sembari memelukku manja. Dia baru saja pulang dari luar kota. "Iya sayang, kamu pasti capek banget ya? Bisa tidak kalau mulai sekarang gak usah menyanyi lagi, kasihan bayi yang ada dalam kandunganmu," ucapku."Mas, kita sudah bicarakan ini, bukan? Katanya kamu gak akan mengekangku?" sela Kartika."Iya, untuk sementara saja selama kamu hamil. Apa kamu gak kepayahan lagi hamil tetap kerja?"Kartika menggeleng perlahan. "Ini sudah jadi hobi aku, kamu harusnya ngerti dong. Aku gak bi
Season 2 Part 26"Mbak Anita, aku titip Bayu. Tolong jaga dan rawat dia dengan baik. Anggap saja dia sebagai anakmu. Aku percaya padamu, sekali lagi maaf aku merepotkanmu," ucap Viona sesaat sebelum masuk ke jeruji besi.Dia divonis bersalah dengan masa hukuman lima belas tahun penjara. Kulirik bocah kecil dalam gendonganku, aku trenyuh saat menatapnya. Di usia sekecil ini, ia harus ditinggal oleh ayah dan ibunya. Rasa kasihan muncul begitu saja. Ya, aku merasa kasihan, takutnya ia terlantar.Aku melirik lelaki yang berdiri di sampingku. Ia tersenyum."Ikuti saja kata hatimu."Hanya ucapan itu yang keluar dari bibirnya, membuat tekadku mantap untuk merawatnya layaknya anakku sendiri. Walaupun kedua orangtuanya pernah menyakitiku, tapi anaknya tidak bersalah. Mungkin ini ujian bagiku agar tetap bersabar.***"Dek, besok kakak akan resmi melamarmu bersama orang tua kakak. Setelah itu, kakak akan langsung mengurus pernikahan kita," ucapnya saat itu. Enam bulan sudah berlalu, ia masih sa
Season 2 Part 25POV Viona"Maaf. Maafkan semua kesalahanku. Aku sudah berbuat jahat padamu.""Apa maksudmu, Mbak?""Aku ... Aku ..."Kuhela nafas dalam-dalam, untuk meringankan gejolak di dada. Baiklah, aku ingin berubah. Hukuman apapun akan kuterima. Aku sudah salah, jadi harus kupertanggungjawabkan ini semua. "Sebentar mbak, sepertinya pembicaraan ini cukup serius. Aku bawa Bayu ke kamar dulu."Aku memandanginya, Anita terlihat begitu tulus sayang sama Bayu. Tak lama, Anita kembali."Ada apa, Mbak?" tanyanya."Maafkan atas semua kesalahanku. Aku, aku yang sudah membuatmu celaka," sahutku sambil terisak."Apa kamu bilang?"Plaaakk!!Tiba-tiba, sebuah tamparan mendarat di pipiku. Kurasakan pipiku sangat panas, pedih dan perih."Kak, jangan kasar sama wanita. Kasihan, Kak." Kupegang pipi yang pasti sudah memerah ini. Lelaki itu yang sudah menamparku. Justru dia yang lebih marah dari pada Anita. Matanya nyalang menatap ke arahku."Duh, kamu ini terlalu baik, Dek! Wanita sejahat dia t
Season 2 Part 24POV VIONA"Viona sayang, cepat kau siap-siap," ucap Leo sambil mengedipkan mata genitnya."Mau kemana?""Kamu gak mau kan tertangkap polisi?""Maksudnya?""Sayang, polisi mulai mengejar kita. Apa kamu mau hidup di penjara?"Aku menggeleng perlahan. Dadaku berdegup lebih kencang. Entahlah selama beberapa hari ini hidupku tidak tenang, seperti dikejar-kejar oleh perasaan bersalah."Kita akan pergi keluar kota, luar pulau kalau bisa.""Beri aku waktu.""Baiklah, mulai besok kita akan pergi.""Tapi--""Ah iya satu lagi, sekarang kau sudah jadi milikku. Bercerailah dari suamimu. Terserah apapun alasanmu, kamu harus berpisah dengannya."Aku menunduk dalam. Kalau akhirnya seperti ini, aku tak mungkin mau mencelakai Anita. Yang kudengar kabar terakhir tentang Anita, dia lolos dari maut. Tapi kenapa polisi justru akan menangkapku? Yang bersalah disini adalah Leo, bukan aku. Kenapa kesialan terus menerus menghantuiku? "Bukankah dia tidak jadi mati? Kenapa polisi--""Polisi te
Season 2 Part 23POV AryaUntuk beberapa jeda, Anita menoleh ke arahku, tatapannya begitu sayu dan mendung."Kak, apa yang terjadi?" tanyanya pelan. Anita terlihat sangat lemah.Aku hanya tersenyum, belum berani mengatakan yang sejujurnya. Takut ia kembali shock.Tak lama, perawat datang bersama dokter jaga. Lalu memeriksa kondisi Anita. Kondisinya memang belum stabil, tapi sudah menunjukkan kemajuan."Kak, gimana keadaan ayah?" tanyanya kemudian.Deg. Bagaimana aku menyampaikan berita sebenarnya pada Anita. Haruskah kukatakan yang sejujurnya? Tapi aku takut kondisinya akan drop kembali."Tenanglah dek, ayahmu baik-baik saja. Kamu harus sehat ya, jangan pikirkan yang lain dulu."Anita mengangguk lalu tersenyum. Tiba-tiba ia meraba perutnya."Bayiku, mana bayiku...?! Mana bayiku?!" tanyanya histeris, saat menyadari kehilangannya."Sayang, tenanglah. Bayimu sudah tidak merasakan sakit lagi. Kamu kegugur--""Tidak, itu tidak mungkin! Aku tidak mungkin keguguran, Kak! Tolong kembalikan ba
Season 2 Part 22"Paman tahu perasaanmu padanya. Kamu mencintai Anita, bukan? Paman merestui kalian. Tolong jaga Anita untuk paman--"Suaranya tertahan, tanpa terasa butiran bening jatuh di pipi keduanya. "Ya, Paman, pasti. Paman tidak usah khawatir, saya akan menjaga mereka dengan baik. Paman, cepatlah sembuh, agar bisa melihat pernikahan kami."Pak Rusdy tersenyum, kemudian ia pamit untuk tidur. Arya tak pernah menyangka kalau tidurnya adalah tidur untuk selamanya dan tak pernah kembali lagi."Innalilahi wa innailaihi roji'un--" ucap dokter saat ia memeriksanya.Semua hening, seolah tak percaya Pak Rusdy berpulang begitu cepat, padahal Anita pun belum sadar dari komanya.Fandi dan Bi Surwi menangis tergugu. Kehilangan orang yang sangat penting dalam hidup adalah menyakitkan.Arya menelepon beberapa orang kepercayaannya, untuk mengurus segala keperluan pemakaman Pak Rusdy.Para relasi, karyawan serta staff perusahaan ikut berbela sungkawa atas kepergiannya.***Sementara di balik je
Season 2 Part 21"Tentang perasaan kakak padamu. Kakak tahu ini tabu. Tapi---" ucapannya terhenti ketika melihat sosok laki-laki paruh baya itu datang mendekat."Lho kok pada diam? Lagi pada serius ngobrolin apa?" tanya Pak Rusdy.Mereka saling berpandangan. Tegang."Ah itu Paman ..." Arya melirik ke arah Anita yang tampak menggeleng pelan lalu menunduk dalam. Sepertinya ia tak setuju kalau Arya mengatakan yang sejujurnya. Ia takut sang ayah tidak setuju."Sini duduk dulu, Paman. Biar sekalian saya kupasin buahnya ya, hahaha ..." Arya mencoba mencairkan suasana. Pak Rusdy hanya tersenyum simpul lalu melirik putrinya yang sedari tadi diam."Menurut Paman gimana kalau ada laki-laki yang menyukai Anita dan melamarnya?" tanya Arya basa-basi sembari mengupas buah apel yang ada di tangannya."Memangnya siapa? Dia tidak dekat dengan siapapun kecuali kamu," sahut Pak Rusdy."Hahaha, ini kan misalnya ...""Paman tidak akan memaksa Anita lagi, semua terserah padanya. Kalau Anita suka, Paman ak
Season 2 Part 20"Apaaa? gagal, Mas?" pekik Viona, kecewa."Sorry Vi, tadi keburu ada yang dateng menolongnya, kami sempat berkelahi, terus ada polisi juga. Jadi kami kabur.""Ish ... Punya mantra apa sih wanita itu, kenapa selalu saja beruntung! Pokoknya aku gak mau tau ya mas, kamu harus menghancurkan dia! Bagaimanapun caranya.""Iya, iya Viona'ku sayang. Kamu jangan khawatir.""Pokoknya aku mau lihat dia hancur, Mas! Karena dia sudah menghancurkanku!" seru Viona lagi. Dendam dan amarah kasih menguasai hatinya.***Arya membopong tubuh Anita dan membawanya masuk ke dalam mobil. Perasaanya diliputi kekhawatiran yang berlebih. Ia takut terjadi apa-apa terhadap Anita. Arya mengendarai mobilnya cukup kencang. Sampai di rumah sakit, Anita langsung ditangani oleh tenaga medis.Laki-laki itu tampak berjalan mondar-mandir di depan ruang perawatan. Gelisah. Ia masih menunggu hasil pemeriksaan Anita. Entahlah, ia sendiri tidak tahu jelas dengan perasaannya. Perasaannya bukan hanya sekedar ra
Season 2 Part 19Usai kepergian Mas Bagus, aku masih berada di kantor, menunggu ayah dan Kak Arya selesai meeting lanjutan. Rencananya kami akan pulang bersama sore nanti.***"Bagaimana perasaanmu, Nak? Apa kamu sudah lebih baik?" tanya ayah saat kami akan berjalan menuju ke rumah. "Ya, Ayah. Jauh lebih baik dari sebelumnya," sahutku seraya mencari kunci pintu."Syukurlah. Kapan kamu mau pindah dari sini?""Ayah, Anita perlu waktu untuk mengemas barang-barang disini.""Gak usah khawatir, biar kakak bantu," tukas Kak Arya.Mereka duduk di sofa sambil menyenderkan tubuhnya, sesekali matanya tampak terpejam. Tiba-tiba ponsel ayah berdering."Assalamualaikum, ya halo. Ada apa, Bi? Fandi? Ya, ya saya segera pulang."Ayah beranjak dari duduknya. "Kenapa, Ayah? Ada apa dengan Fandi?" tanyaku khawatir."Kata Bi Surwi, tubuhnya babak belur. Mungkin berkelahi lagi itu anak. Ayah pulang dulu ya," sahut ayah agak tegang."Nita ikut, Yah.""Jangan. Kamu istirahat disini saja. Gak boleh stress
Season 2 Part 18POV Viona"Selamat sore, dengan Bu Viona?" --ucap suara dari seberang telepon."Iya saya sendiri," sahut wanita itu harap-harap cemas."Kami dari kepolisian.""Iya pak, ada apa?""Pak Bagus ditangkap atas tuduhan korupsi dan menggelapkan uang perusahaan.""Apaa?""Kami hanya ingin menginformasikan hal itu, bila ada pertanyaan lebih lanjut, silahkan datang ke kepolisian.""Baik, pak. Terima kasih""Sama-sama. Selamat sore.""Sore"Panggilan itu terputus begitu saja. Kenapa Mas Bagus bisa di penjara? Siapa yang melaporkannya? Bukankah ia menantu pemilik perusahaan? Kenapa ambil sedikit uangnya saja dituduh korupsi dan menggelapkan uang perusahaan? Lalu bagaimana dengan nasibku dan Bayu? Apalagi pembangunan rumah di kampung belum selesai, sekarang justru Mas Bagus masuk penjara. Aargghh.Anita pasti bisa membantunya keluar dari penjara. Aku yak