âSusah banget sih! Bisa stress lama-lama! Baru sembuh meriang bukannya diajak healing malah dicekoki latihan soal!â2 hari sudah berlalu. Aurora sudah sepenuhnya sehat kembali setelah seseorang menusukkan jarum infus yang paling dia benci seumur hidup ke nadi dan bahkan menghabiskan 2 kantong vitamin dengan bantuan Tuan Pacar.Aurora bahkan tidak sadar kapan tepatnya dokter datang memeriksa dan memasangkan infus di tangannya, sadar-sadar Dante sudah tertidur di samping kasurnya dengan buku terbuka, tak ingin mengganggu maka Aurora kembali tidur, dan Dante membangunkannya pagi-pagi untuk sarapan.Punggung tangan Aurora masih diperban bekas infus, namun di antara jemarinya yang sedikit gemuk imut itu malah ada bolpoin dan otaknya dipaksa berpikir saat seharusnya tidak.Memiliki pacar seorang Dante Andromeda memang sebuah keberuntungan, benar Aurora tidak memungkiri itu, Dante ganteng dan pintar, bisa dia gunakan untuk pamer ke kanan kiri, namun ada sisi gelap yang mau tak mau memb
-A/Nsebenere ini bisa jadi 2 chapter tapi saya malaszz bagi2injadi... happy reading - Aurora bersiap kabur dan sudah menarik Dante untuk lari tapi cowok itu malah diam seperti patung, tubuhnya tinggi tegap, tidak tergoyahkan, dibandingkan dengan Aurora tentu saja dia tidak ada apa-apanya jadi jangan mimpi untuk bisa kabur, yang diajak kabur saja tidak mau koperatif. Lain dengan Aurora yang panik Dante malah tampak tenang, seperti biasa, tak terganggu, tidak menangkap sinyal bahaya yang kemungkinan sudah mendekat dengan langkah cepat yang dihentak marah. Mampus. Aurora melepaskan tangan Dante, berhenti menariknya, sudah tidak bisa kabur lagi, sudah tidak mungkin, dia berdiri di belakang Dante dan berpura-pura santai seolah tak takut. Awalnya Ares hanya menemani Alda membeli beberapa makanan ringan untuk teman nonton di rumah, tidak tahu kalau ternyata di swalayan ini dia malah dikejutkan oleh presesi bocah tantrum yang sudah menghilang sok misterius selama beberapa hari itu. Oh
Entah sudah berapa lama sejak kali terakhir Aurora bertukar suara dengan Dante. Mungkin... Sejak malam itu, sejak saat Dante memperlihatkan gelagat aneh yang membuat perasaan Aurora menjadi tidak nyaman, sejak kata-kata Dante membuat Aurora bahagia sekaligus sesak, sejak itu Aurora lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, menyendiri dan sedikit bicara jika tak sengaja berpapasan dengan Dante di rumah. Aurora pernah mengatakan kalau setiap detik itu berharga, apa lagi untuknya jika itu menyangkut tentang Dante. Setiap detik berharga karena Aurora sangat sadar bahwa waktu yang dia habiskan bersama Dante terbatas. Tetapi alih-alih menempeli dan meminta kencan seperti yang biasa dia lakukan Aurora justru masih betah menjaga jarak. Bukan... Tidak ada yang berubah dengan perasaan Aurora, dia juga tidak seplinplan itu. Hanya saja, ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Ada sesuatu yang aneh pada Aurora. Aurora merasa bingung dan takut pada rasa suka yang dia punya.
âGue nggak mau LDR.â Aurora Jasmeen tidak pernah setegas ini seumur hidupnya, meski terbilang sering bertindak nekat tapi semua hal yang Aurora lakukan selalu berdampingan dengan sikap lada-lede tak jelas, tentu saja, hari ini adalah pengecualian. Tertolong oleh satu kotak makaron warna warni dan es krim manusia salju sundae apalah itu, emosi Aurora yang semula ngalor ngidul seketika turun menjadi gelombang yang stabil. Lupakan tentang overthinking, lupakan tentang kegugupan, lupakan tentang kisruh rumah tangga, LDR? Huh, Memangnya itu masalah besar? Bukannya cuma perlu dibicarakan dan semuanya akan selesai? Angin bertiup tak begitu kencang, tidak dingin namun mendung sudah terlihat di langit. Agaknya tak lama lagi hujan akan datang, sudah seperti ini mereka tidak bisa berada di luar terlalu lama. Dante Andromeda mengamati cewek di depannya sambil menyimpan senyum yang sudah hampir tampak di wajah, perubahan suasana hati Aurora sungguh luar biasa, masih segar Dante ingat Aur
-- Aurora balas dendam kencan membabi buta. Sepertinya Aurora benar-benar serius ketika dia bilang bahwa dia tidak ingin pulang dan ingin pacaran, Dante tidak menolaknya, cowok itu cuma tersenyum kecil dan mengangguk menyetujui permintaan pacarnya itu. Tidak heran, mereka berada di sekolah yang sama, sesekali berpapasan meski tidak pernah punya kesempatan mengobrol, mereka tinggal di rumah yang sama meski kadang Aurora pulang untuk bertemu kakaknya di akhir pekan, tapi selama kurang lebih tiga minggu ini agaknya kurang komunikasi di antara mereka sudah berlebihan. Melihat itu sangat wajar untuk membalas dendam semua waktu yang terbuang sia-sia dengan berkegiatan tanpa lihat jam. Langit sudah menggelap karena hujan turun, masih cukup sore dan belum terlalu malam, tapi jika dihitung sejak mereka keluar bersama, sudah memakan waktu setengah hari lebih, kencan setengah hari tidak memuaskan Aurora begitu saja, meski sebenarnya lumayan lama tapi Aurora merasa belum cukup. Bukan cuma
--âLagian abang ngapain sih gitu-gitu ke Dante! Mau pukul ya? Ish! Jangan anarkis dong jadi orang, coba liat sini, sakit nggak? Abang ke sini sama siapa? Nggak sama bang Ares kan? Ih, nggak mungkin sama mama, kan? Abang jawab dongââSejatinya kepekaan seseorang bisa dilihat dan dinilai dari jauh melalui mata, bahkan saat tidak ada seorang pun yang membuka mulut mengeluarkan suara, atau memberikan satu gerakan sekecil apa pun sebagai tanda bahaya. Dan sepertinya khusus malam ini saraf kepekaan Aurora Jasmeen sedang tidak dia bawa.Mall masih sepi di jam-jam tanggung seperti ini, baru setengah tujuh, hujan juga masih cukup lebat belum ada pertanda akan segera berhenti. Namun tak bisa menyangkal setelah drama kecil yang Aurora buat dengan berlebihan tadi mata orang-orang yang semula sibuk dengan urusan mereka masing-masing langsung menoleh mencari tahu keributan apa yang sedang terjadi.Bagaimana tidak ribut, Aurora memberi high kick kepada kakaknya sendiri, bukan cuma kakaknya, bah
Kamu ya?Oke, sebetulnya tidak ada yang istimewa, Aurora selalu memanggil dan dipanggil menggunakan cara yang sopan dengan semua orang yang lebih tua darinya, pada keluarga dan kerabatnya, pada sepupu jauh juga, dan pada teman yang memang sejak kecil sudah terbiasa berbicara lembut, Aurora bisa bicara menyesuaikan orang yang dia ajak bicara, jujur tidak ada yang baru bagi Aurora.Tetapi sejauh Aurora mengenal Dante, Aurora tidak pernah mendengar Dante menyebut orang lain dengan sebutan âkamuâ dan tidak pernah menyebut dirinya sendiri dengan âakuâ. Biasanya jika tidak Gue-elo dengan nada dingin dan tajam, Dante lebih sering Saya-bapak/ibuâ ih bagaimana ya menjelaskannya.Pokoknya, meski sejak awal panggilan âkamuâ tidak begitu berbeda bagi Aurora, saat Dante Andromeda yang memanggilnya begitu Aurora tidak bisa menahan kupu-kupu yang mulai beterbangan di perutnya. Tanpa sadar jemarinya menggenggam sendok terlalu erat, matanya berbinar-binar tanpa tahu bahwa pipinya telah merona bersa
Jika kepekaan tidak dia bawa hari ini, maka kalian bisa tenang karena untungnya Aurora membawa setumpuk kesabaran di saku seragamnya. Menjawab pertanyaan bukan hal yang sulit, dia yakin itu. Tapi entah kenapa dua bujang yang terkenal memiliki otak encer ini malah senang sekali menjadi rumit dan membuat Aurora hampir membakar tiap lembar kesabaran yang dia bawa. âMau aku kepret ya? Jawab yang bener!â Aurora menarik napas dalam-dalam, bertanya dengan nada mendesis pelan. âTemenan kan, Abang? Sebelum tahu kalo aku sama Dante pacaran?â Samuel mengerjap cepat, sedikit panik dan merasa cukup terancam, dia mengenal adiknya dengan baik, jangankan high kick dan pukulan, jika Aurora mau dia bisa membuat uang jajannya melayang selama sebulan. Singkatnya, Aurora tidak pernah main-main dengan kata-katanya, meski terdengar ngasal dan cukup nakal tapi jika seseorang memang berani bermain dengan kesabarannya, maka mereka harus berani menghadapi dendam anak gadis itu. âIya,â balas Samuel akh
âTerus elo pulang gitu aja waktu Dante selesai jelasin?â pertanyaan itu terdengar, Aurora yang semula sibuk membenamkan wajah ke bantal pun mengangkat wajahnya.Memperlihatkan muka pucat berpadu rona merah di sekitar mata, hidung dan bibirnya, habis menangis meraung-raung seperti anak kecil.Sesi curhat dengan teman-temannya dilakukan, penggilan grup berisi tiga orang itu terdengar berisik karena Alda dan Cassy bicara saling menyahut menanggapi kisah pilu percintaan Rora Jonggrang yang ogah ditinggal merantau.âGue punya manner kali,â sahut Aurora sengau, dia menangis sampai hidungnya mampet. âGue tetep di sana buat ngehargain bunda Wilo, tapi gua enggak ngomong sama sekali ke si kampret mata empat, kesel banget!ââCinta emang serem ya, enggak bisa ditebak. Padahal kemarin elo masih excited banget waktu lihat Dante, sekarang ngatain kampret.âAlda menyindir Aurora.âNtar Alda, tungguin aja, kalo sampe nanti elo jatuh cinta dan patah hati, Lo juga bakal tahu rasanya.ââTakut,â balas Al
-Kaki berbalut sepatu bertali itu menginjak rem dengan hati-hati, sementara cowok berkacamata itu melirik ke samping, lalu saat polisi tidur itu terlewati dia menekan gas dengan sangat pelan pula.Sementara Aurora sibuk meneliti riasan wajahnya di pantulan cermin, memeriksa bahwa dandanan yang dia pakai tidak berlebihan untuk menyapa bunda Wilona, semula dia menggunakan riasan viral ala si seksi Madison Beerâ baru membuat video tutorial untuk di upload karena kemarin video make up tutorial Adriana Lima lumayan ramai. Tapi berhubung Dante tiba-tiba mendatanginya dan berniat membawanya bertemu bunda, Aurora berpikir kalau dandanan yang minim akan meninggalkan kesan pertama yang lebih mantap.Jadi dia menghapus riasannya dan memulai melukis wajahnya dari awal.âIni pipinya kemerahan enggak?âDante menoleh, menatap pipi gembul Aurora di antara wajah ayu yang tenteram itu.Dia berkedip beberapa kali, mengulum bibir sendiri dan akhirnya menggeleng.âEnggak.âDia sama sekali tidak
âAlda, kok kayaknya gue agresif banget ya ke Dante.â Alda melirik sekilas. âLah, baru sadar?â âIsh!â selak Aurora kesal. Dia cemberut, menempelkan dagunya ke tangan yang terlipat di atas meja kafe. âPadahal yang gue lakuin wajar tahu, kita cuma terlalu beda sifat aja. Kalo misal cowok lain punya pacar kayak gueâ bukan maen hoki dia, lah Dante malah takut sama gue.â âEmang Lo ngapain aja?â tanya Alda kemudian, masih agak ogah menatap Aurora, sibuk scroll ponsel yang sudah pasti isinya oppa-oppa. âGue sering touch-touch dia, hampir nggak pernah lepas, gandengan tangan, ngelendot, kadang juga peluk kalo berdua.â âKemarin gue lihat Lo peluk dia di depan umum,â sahut Alda tak terima, ada apa dengan imbuhan berdua itu? Di depan umum juga dia tidak rikuh peluk-pelukan. Aurora mengibaskan tangan tak peduli. âYa pokoknya gitu doang, kok. Nih ya. Dia tubâ enggak pernah cemburu sama gue, jadi gue ngerasa kayak cinta sendirian.â Suara Aurora terdengar sedih, merasa kalau curhatan cewek temb
-Setelah mereka selesai makan siang, Aurora benar-benar langsung mengeluarkan kamera dan menata rambutnya untuk membuat video unboxing seperti yang dia rencanakan sebelumnya.Dia bahkan mengganti pakaian santainya jadi dress putih bunga-bunga dengan gaya off shoulder.Niat sekali. Cantik sekali.Dante hanya melihatnya dari jarak di mana kamera tidak akan menangkap keberadaannya, tanpa mengeluarkan suara sama sekali, membaca buku di sofa sambil sesekali melirik ke arah Aurora yang sudah beralih membuat video tutorial make up.Mengikuti tipe kit make up yang Diatala cosmetics keluarkan kali ini, sepertinya dia membuat look make up kebarat-baratan.âCantik, kan?â tanya Aurora setelah beberapa saat.Dante mendongak, mengalihkan pandangannya dari buku. Lalu mengangguk setuju.Dia tidak tahu menahu apa pun tentang make up atau dunia perempuan, namun dia setuju kalau Aurora sangat cantik.Aurora nyengir puas melihat anggukan kepala Dante.âBerhasil ya? Mirip Adriana Lima nggak?â ta
Pacaran itu menyenangkan.Setidaknya Aurora sudah bisa pamer tentang hal itu sekarang. Dijemput pacar ganteng dengan senyum dan pelukan, dipanggil sayang dengan suara lembut, dimanja-manja sampai burung-burung pun iri padanya. Anjay.Lihat saja muka ngeri Cassy dan Alda. Mereka ngiri dan cuma bisa mupeng.Tidak sia-sia usaha Aurora untuk meruntuhkan dinding pertahanan Dante yang kokoh, dia tidak menyesal bisa jadi pacar Dante pakai jalur menggoda ugal-ugalan layaknya cabe-cabean.Setelah dijemput, Dante bertanya apakah Aurora sudah makan siang dan Aurora menjawab kalau dia belum makan; beberapa potong cake dan minuman manis tidak bisa dihitung sebagai makan siangâ baginya, kenyang sih, tapi pokoknya Aurora masih ingin dan harus makan siang bersama Dante.Karena Aurora tidak ingin makan di luar, akhirnya Dante membawa Aurora ke apartemen, dia bisa memasak menu sederhana.Cowok kalau sudah pintar, tampan, tinggi, sexy, dan jago masak, memangnya masih bisa dikategorikan sebagai
Satu hal baru yang Aurora tahu dari pacarnya, Dante Andromeda bukan cowok yang suka berbalas pesan singkat, setiap kali Aurora mengirim chat Dante tidak membalas dan malah akan langsung meneleponnya.Padahal kemarin Aurora hanya ingin berterima kasih soal boneka-boneka yang Dante kirim, lalu besoknya Aurora PAP foto saat dia date dengan Papa, dan Dante juga merespons dengan telepon.Aurora menyukainya, tentu saja, meski dari satu jam sambungan telepon itu didominasi oleh celotehnya sendiri tapi mendengar suara Dante secara singkat juga terasa menyenangkan.Hari ini lagi, Aurora mengirim pesan singkat pada Dante, mengatakan kalau dia sedang nongki di cafe bersama Alda dan Cassy. Seperti biasa, Dante tidak langsung membalas, karena dia memang bukan tipe orang yang selalu membawa ponsel ke mana-mana, biasanya butuh waktu sekitar 30 menit atau beberapa jam kemudian baru dia akan menelepon Aurora.Setelah mengirim pesan pada Dante, Aurora menyimpan ponselnya. Dia mengambil smoothies di gel
Aurora berjalan memasuki rumah dengan ponsel di tangannya, melihat-lihat foto paling bagus yang dia ambil beberapa saat lalu, niatnya yang akan dia upload ke sosial media, bagaimana pun dia tidak bisa membiarkan hari ini berlalu jadi hari yang menyebalkan hanya karena kencannya diganggu Ares. Kebetulan Aurora sempat memotret, ralatâ dia memotret banyak hal, termasuk dirinya dan Dante. Foto berdua. Dante tidak begitu suka difoto, namun dia tersenyum cukup tulus saat Aurora tanpa izin memotretnya. Tampan. Akhirnya Aurora memutuskan untuk menempatkan foto berdua itu di slide paling akhir. Saat langkah kaki Aurora baru melewatkan pintu besar paling depan rumahnya, dia mendongak karena keributan kecil yang terdengar, ada beberapa orang asing di sana, tampak sibuk karena sedang instalasi sesuatu di pojok langit-langit. âPaman Ali,â panggil Aurora riang, dia berjingkat dan berlari memeluk sekretaris ayahnya itu. âLong time no see, how are you, Paman!â âBaik-baik,â jawab paman A
Aurora ingat Alda pernah mengatakan kalau Ares sedang didisiplinkan dengan cara memaksanya bekerja. Ares bahkan harus batal berangkat ke Australia hanya karena ini. Hanya saja Aurora tak tahu kalau ternyata Ares bekerja di perusahaan Talaila.Sumpah?Pasti tidak mudah bekerja dengan orang ini, mendengar keluhan sebal Tala beberapa saat lalu tentang sekretarisnya yang dia panggil âNepo babyâ.Tapi... Kenapa bisa sangat kebetulan?Dan lagi, kenapa Aurora harus bertemu dengannya di sini sih!Dengan sifatnya, Aurora yakin Ares akan menciptakan banyak drama seperti saat di swalayan waktu itu.Belum apa-apa perkataannya pada Dante sudah keterlaluan.âBang Ares,â panggil Aurora pelan, dia melirik ke arah Tala. Bagaimana pun, dia harus menjaga sikap karena di sini ada Tante Tala. âMama udah tahu kalo aku jalan sama Dante hari ini, jangan ngomong sembarangan!âTapi sungguh perkataan Ares sudah sangat keterlaluan!Apa tadi katanya?Bajingan? Dia mengatai Dante bajingan? For real, dia
âAdiknya Samuel?ââTante ingat Samuel?ââTemanmu cuma sebiji aneh kalo Tante lupa!âJuteknya.Aurora sedari tadi tak habis-habisnya menunduk salah tingkah, tangannya dingin, sementara ekor matanya melirik Dante mendekati Tala dan memberi pelukan rindu, hingga menurut saja di dikecup di pipi kanan dan kirinya, lalu dipeluk lagi erat dan lama sekali. Padahal wajah Dante tampak enggan tapi dia tidak menolak diperlakukan sedemikian manja oleh Tala.Benar. Sekali lagi Aurora ingatkan, mereka baru saja ârealâ pacaran dan baru sempat berbagi hal manis berdua belum lama ini, Dante tidak pernah cerita tentang keluarganya dan Aurora hanya sekadar tahu hal-hal kecil saja.Aurora tidak tahu seberapa dekat Dante dengan keluarganya, dia juga tidak tahu bagaimana hubungan Dante dengan keluarga ibunya, tapi sepertinya ini bukan hubungan yang buruk, setidaknya tidak seburuk hubungan Dante dengan ayahnya.âUdah ah!â eluh Dante ketika Tala masih gemas memeluknya. Mereka memang sudah lama tidak