Home / Young Adult / Chasing the Sexy Nerd / 2.1. Dante Andromeda

Share

2.1. Dante Andromeda

Author: Esteifa
last update Last Updated: 2023-12-08 18:20:31

Aurora tidak jadi melabrak Cassy.

Bocah sialan itu pura-pura tuli saat Aurora memanggilnya dari luar kelas, padahal jelas-jelas Cassy melihat Aurora, ia juga tidak bisa sembarangan masuk berhubung kelas Cassy sudah ada guru yang mengajar, Aurora jadi tidak biasa berbuat banyak. Ia akan menyimpan dendam ini dalam hati dan akan membalaskannya esok hari.

Sekarang. Eksekusi rencana ke dua.

Minggat.

Kalian tau, akan selalu ada pertama untuk semua hal.

Begitu juga dengan kenakalan. Ini merupakan kali pertama Aurora melakukan rencana bolos, biasanya cuma di bibir saja karena terlalu takut ketahuan dan takut terkena karma.

Tapi sekarang?

Apa pentingnya karma. Saat menghindar dari Mama Janela merupakan prioritas utama. Aurora sampai rela menyerah pada Cassy hanya untuk rencana minggatnya kali ini. Jantung Aurora sampai berdebar, ia suka dengan hal yang menantang begini.

Sehabis dari kelas Cassy, Aurora tak menunda langkah untuk pergi ke belakang sekolah. Dengan langkah yang dibuat senatural mungkin, meski matanya masih awas menatap keadaan sekitar, takut-takut ada guru atau staf sekolah yang melihat tingkah Aurora dan berujung curiga.

Harusnya ia pakai tas putih hari ini. Tas hitam terlalu mencolok dibanding dengan seragam putih yang ia gunakan.

Saat ada di ujung koridor, hampir sampai ke jalan rahasia tempat siswa-siswi kabur dari jam sekolah Aurora berhenti sejenak, ia mengambil napas, lalu memeriksa sekeliling, setelah dirasa aman, dia mulai melangkah pelan.

Satu langkah kaki kanan, satu lagi kaki kiri—

"Aduh! Aw!"

Kenapa tiba-tiba ada tembok di sini? Keras sekali.

Reflek Aurora meringis sembari memegangi dahi, ia memejamkan mata sebelum kemudian membukanya, melihat tubuh besar sesosok manusia berseragam tengah berdiri di depan mata.

Pandangan Aurora sedikit lebih naik. Berpindah dari satu dan celana abu-abu menuju dada bidang berkemeja putih ini.

"Dada?" beo Aurora tanpa sadar.

"Hm?" gumam suara sialnya terdengar berat itu.

Tak perlu waktu lama untuk sadar. Suara yang dalam, serak dan super duper seksi milik cowok di depannya ini berhasil membuat Aurora kembali menginjak bumi dalam waktu kurang dari satu detik.

Cepat-cepat Aurora menggeleng, dia mendongak. Lalu lebih terkejut lagi. Mata rubahnya tidak bisa untuk tidak membola.

Dari semua siswa yang ada di sekolah ini, kenapa harus dia sih!

Iya. Ini Dante! Dante yang itu! Yang anjing.

"Ngomong apa tadi?" tanyanya lagi dengan nada suara yang sama.

Oh my God, sebut Aurora dalam batin.

Tidak bisa dipercaya. Kenapa suara anak SMA bisa seseduktif ini! Atau Aurora yang sedang error? Sumpah? Ini bukan efek negatif karena terlalu sering nonton film dewasa, kan?

Aurora menelan ludah, ia mengedip lambat, matanya tak bisa berpindah ke tempat lain, sedari tadi ia terjebak pada netra jelaga milik Dante yang dengan intens menatapnya.

Jika dilihat sedekat ini, ternyata laki-laki Nerd ini mempunyai mata yang cukup berbahaya. Dari balik kacamata yang digunakannya, Aurora dapat melihat kilatan tajam yang tidak masuk akal.

"H-hah?" cicit Aurora gugup. "E-eh, bukan dada deng, maksudnya itu eh Da-dante, gitu."

Ingat Aurora. Ini bukan saat yang tepat untuk menganggumi suara seksi itu. Ingat! Dia ini sekutunya Bu Lasmi, musuh terbesarmu di sekolah ini!

Aurora mengangguk tanpa sadar. Seakan suara dari Dewi batin yang terakhir amat mempengaruhi dirinya. Benar, sekarang ini Aurora berada di ujung tanduk, ketua OSIS memergokinya yang hendak minggat, Aurora harus pasang muka setenang mungkin agar Dante tidak curiga dengan tindakannya.

Aurora pun segera mengambil langkah mundur. Dia membenarkan pakaian dan mengibas rambut ke belakang. Setelah itu, senyum maut dikeluarkan.

"Maaf ya tadi agak meleng," kata Aurora manis lengkap dengan senyum gusinya, pipi tembam gadis itu membuat taraf imut yang diberikan melesat pada level yang tidak masuk akal. "Gak liat kalo ada manusia di depan jadi nambrak deh, Lo nggak apa-apa kan?"

Dante tidak menjawab. Cowok itu setia memasang ekspresi datar, dia hanya melengos dan menaikan frame kacamata yang digunakannya.

"Gue juga nggak apa-apa, kok, Lo bisa terusin perjalanan, kayaknya pelajaran udah di mulai," lanjut Aurora lagi, dia kemudian mengangkat tangan melambai manja. "Kalo begitu, gue duluan ya, bye-bye!"

Sudah. Cukup.

Harusnya.

Aurora tau ia terlalu charming untuk dilewatkan. Dan harusnya Dante tak akan mempersulit Aurora setelah diberi pelet alami sedemikian rupa.

Dengan langkah santai Aurora pun berjalan melewati Dante.

Dan sialnya, saat baru hendak menghembuskan napas lega Aurora merasa seseorang menarik ransel yang ia gunakan.

Aurora terkesiap. Ia menolehkan kepala.

Melihat Dante dengan santainya menaikan alis, menggerakan ransel dua kali sebelum membuat Aurora membalikan badan.

Pelet my ass!

Ini orang imannya kuat amat. Nggak mempan sama pelet Orora Kiyowo!

"Mau ngapain?" tanya Dante kemudian.

Aurora mendengkus kesal. Ia tidak lagi pada mode gadis manis.

"Kenapa tanya-tanya?" balas Aurora sebal. "Udah selesai ya, gue udah minta maaf, Lo nggak kenapa-kenapa, gue juga nggak lecet sama sekali meski dada Lo kerasnya minta ampun. Jadi udah, jangan ganggu hidup gue."

"Lo tau kalo gue masih ketua OSIS di sekolah ini, kan?" tanya Dante lagi dengan nada suara kelewat santai. Cowok itu menghela napas dan memasukan tangan ke kantong celana, menunjuk tas di punggung Aurora dengan dagunya sebelum bertanya lagi. "Mau pergi?"

Aurora diam saja. Tiba-tiba tak bisa mengatakan apapun.

Dia curang.

Bawa-bawa pangkat.

"Mau ke mana? Hm?"

Elah!

Gak usah ham hem ham hem bisa nggak sih! teriak Aurora dalam hati.

Tentu saja, Aurora tak bisa berteriak selantang itu di dunia nyata. Ia masih sayang nyawa. Tidak mau diseret ke ruang BK lagi, padahal baru beberapa menit ia pergi.

Aurora menelan ludah. Dia mengalihkan pandangan ke berbagai arah, menarik napas, menemukan sebuah bilik di ujung sana dan memutuskan untuk berkata.

"Gue mau... em, gue mau, anu, itu, iya, mau pipis."

Cowok tinggi ini menaikan alis. "Bawa tas?"

"Iya," jawab Aurora terlalu cepat.

Dante menganggukkan kepala tenang. Dia kemudian mengulurkan tangan dan mencoba meraih tas Aurora.

"Sini tasnya," ujar Dante.

Aurora dengan sigap memundurkan diri, dia tidak boleh gagal minggat. Tidak boleh sama sekali.

"Kok jadi begal sih mas Ketos!" selak Aurora. "Jangan gitu dong, ini kan tas gue, terserah mau gue bawa ke mana aja."

Tak mendengarkan.

Dante masih mencoba untuk mengambil tas Aurora. Dia menggunakan tangan panjangnya untuk memutari tubuh gadis berponi depan ini.

Tidak mau kalah Aurora pun terus mundur, dia mengatakan berbagai hal agar Dante menyerah, hingga akhirnya, punggung Aurora sampai pada batas paling akhir, dia bertemu dengan tembok dan Dante berada di depan tubuhnya persis.

Jika dilihat dari kejauhan. Posisi mereka saat ini sungguh ambigu. Apalagi dengan pergerakan yang terus dilakukan.

"Gue mau ganti pembalut," kata Aurora akhirnya.

Saat itu barulah Dante berhenti. Tak bergerak lagi.

Aurora mengedip. Mereka saling bertatapan beberapa saat. Hingga kemudian Dante memundurkan langkah. Terlihat percaya dengan apa yang Aurora katakan.

Oke. Ternyata kekuatan pembalut masih berhasil juga, batin Aurora.

Gadis itu membuang napas lega.

"Hari pertama, pembalut gue yang ukuran paling gede, yang segini," Aurora merentangkan tangan, membuat ukuran tak masuk akal untuk sebuah pembalut wanita. "... nggak muat di saku, jadi gue bawa sama tasnya."

Dante masih diam. Menunggu kata apa lagi yang akan Aurora katakan.

"Gak percaya? Mau gue tunjukin?"

Dan sialnya Dante terlihat menunggu.

"Mana?" tanya cowok berkacamata itu.

Aurora sungguh tidak percaya. Ada laki-laki semacam ini di dunia. Dia ini seriusan?

Aurora mendengkus. "Ya ada di dalem sini, gue malu nunjukin. Lagian Lo nggak malu apa? Rikuh kek ada cewek ngomongin hal kewanitaan di depan muka! Mungkin Lo nggak tau, tapi mas ketos sebagai laki-laki— eh ngapain deket-deket!"

Tanpa diduga, Dante melangkah maju kembali, dia menunduk hingga Aurora harus mencondongkan badan.

Mata hitam lelaki itu fokus pada bibir Aurora.

Aurora rasanya mau mati. Bernapas pun sulit baginya.

Apalagi saat Dante mengangkat tangan dan menyapu ibu jari ke permukaan bibir Aurora, menekannya pelan.

Mata Aurora bergetar.

Ia berdebar.

"Kalo mau minggat usahain jangan sampe keliatan di mata gue, biar nggak jadi beban," ujar Dante sebelum menurunkan tangan.

Sesaat sekali. Aurora mencium aroma mint dan sedikit bau asap dari tubuh Dante.

Rokok?

Aurora mengedip.

Dante... merokok? Di sekolah?

Lalu tanpa aba-aba. Ketua OSIS yang sepertinya perlu pendidikan sopan santun ini mengambil liptint yang ada di saku seragam Aurora. Seorang murid laki-laki harusnya tidak seberani itu, dia mengambil benda di saku dada murid perempuan.

Aurora mendelik.

"Itu--"

Dan entah kapan juga, tas Aurora sudah berada di tangan Dante. Aurora tidak menyadarinya.

"Masuk cepet, gue tunggu," ujar Dante santai. Dia berpindah, berdiri bersandar pada tembok sembari memegang tas milik Aurora.

Aurora hilang kata-kata.

Dia tidak bisa melakukan apapun lagi. Menentang hanya akan membuat keributan yang lebih besar. Dan Aurora tidak menginginkannya.

Maka tidak ada pilihan lain. Aurora berjalan menuju pintu toilet di ujung sana.

Saat jaraknya sudah lumayan jauh, Aurora menoleh ke belakang, Dante masih mengawasinya.

Dan Aurora pun tersenyum, dia mengibaskan rambutnya ke belakang bahu.

Kemudian Aurora mengangkat tangan. Mengacungkan jari tengah sembari menjulurkan lidah.

Dante terlihat menegakkan punggung, sedikit terkejut namun tidak terlalu bereaksi banyak. Dia menyirit. Apalagi setelah Aurora berlari, melewati toilet dan menuju halaman belakang sekolah.

Melaksanakan niat minggat yang sudah matang.

Jadi?

Mendengkus tak percaya Dante pun membuat lengkungan bibir tanpa sadar. Dia menunduk, melihat tas hitam dengan gantungan boneka anjing di tangannya.

Sepertinya. Dante Andromeda adalah manusia pertama yang tersenyum setelah mendapat salam jari tengah dari gadis paling kiyowo di sekolah.

Related chapters

  • Chasing the Sexy Nerd   3. Antares Bagaskara

    Dulu sekali waktu masih duduk di bangku SD, Aurora pernah melakukan hal yang melakukan hal yang lebih nekat daripada yang dilakukannya sekarang. Mungkin, daripada nekat, hal yang dilakukan Aurora ini lebih mengarah pada kekurang ajaran.Terberkatilah Mama dan Papa, entah apa yang dilakukan mereka saat masih muda. Yang jelas mereka bertanggung jawab kenapa Aurora bisa mempunyai watak seminus ini.Membuat contekan saat ujian akhir semester agaknya bukan hal yang perlu dibesar-besarkan, tentu, kalau kamu sudah sedikit lebih dewasa dari anak-anak, tetapi waktu itu Aurora masih kelas lima. Dia membawa masuk lima baris jawaban kisi-kisi dari murid paling pintar di kelasnya- A.K.A Asmeralda, katanya kemungkinan besar soal-soal yang Alda tunjuk akan keluar dalam ulangan yang akan datang itu.Tentu saja Aurora tak mau rugi. Menghafal? Tidak mungkin, belajar dan mempelajarinya? Apa lagi itu. Jadi satu-satunya jalan agar kisi-kisi dari Alda tidak mubazir adalah dengan membuat contekan.Aurora me

    Last Updated : 2023-12-08
  • Chasing the Sexy Nerd   4. Permintaan

    -- Hidup memang kadang susah. Namun, bukankah Aurora masih terlalu muda untuk memikirkan hidup? Baru tujuh belas. Bisakah pikiran tentang tetek bengek kehidupan itu datang nanti saja saat Aurora sudah dewasa? Sekarang ini, Aurora cuma ingin main-main saja. Ia tidak mau bersedih-sedih putus cinta apa lagi kalau sampai berakhir dengan berpikir soal keadilan yang diberikan dunia. Kenapa sih gue harus punya otak thinkerbell begini, nyusahin aja! Setiap hal yang dilakukan tentu punya resiko, dan Aurora tidak buta, ia tau resiko menyukai seseorang, sejak awal pun ia tau Ares sedikit banyak keberatan dengan fakta bahwa Aurora menyukainya. Jadi bisa dibilang, Aurora sudah membayangkan hal ini sebelumnya. Sakit? Tentu. Aurora tidak mungkin tidak merasa sakit saat Ares yang notabenenya laki-laki paling ia suka dan ia percayai mengatakan kalimat sekasar itu padanya. Namun, seperti biasa, kesedihan Aurora akan disimpan dalam diam, ia tidak bisa menyalahkan siapapun. Dan kembali mencari ke

    Last Updated : 2023-12-28
  • Chasing the Sexy Nerd   5. Pagi di sekolah

    "Janela yang kemarin datang itu beneran nyokap lo, Ra?"Tuh, kan.Seperti yang sudah Aurora perkirakan sebelumnya. Teman-teman sekelas akan menggila saat tau kalau Janela yang itu adalah ibu kandungnya.Bukan cuma sekedar firasat percuma, Aurora sudah pernah menjalani hari-hari seperti ini saat masih SMP. Menjadi putri dari Janela Sarasvati yang namanya wara-wiri muncul di TV sedikit banyak memang merepotkan.Aurora yang sedari tadi sibuk melukis kuku jemarinya menggunakan kutek mengkilap berwarna biru laut juga kuning itu cuma melanjutkan kegiatannya dengan tenang.Menyapu kuas ke atas kuku dengan rapih, tidak melewati garis kuku atau mencoret kulit jemari. Setelah selesai Aurora meniup kuku-kukunya dengan angin yang pelan, matanya berbinar memandang jemari manis yang baru dibumbui warna beken semester baru itu."Mama kandung, Ra? Serius?" tanya Bian- teman satu kelas Aurora lagi. Seakan tidak menyangka Aurora yang Badung dan lenjeh ini adalah putri kandung Janela yang terkenal ramah

    Last Updated : 2024-01-10
  • Chasing the Sexy Nerd   6. Cowwo ilang

    -- Setelah cuma diam setelah menerima perlakuan tidak mengenakan yang diterimanya beberapa detik lalu, Dante Andromeda masih harus melawan keterkejutannya sendiri saat tanpa aba-aba Aurora Jasmeen menarik dasi abu-abu yang ia pakai. Menarik. Secara harfiah. Ditarik sambil dibawa bergerak jalan. Percayalah. Dante tidak pernah diperlakukan demikian. Membayangkannya saja tidak sekalipun. Serius? Diseret-seret sepanjang koridor sekolah. Dante melepas jemari lentik berkutek biru milik Aurora yang dari tadi berhasrat sekali mencengkram dasinya. Wajah cowok berkacamata itu super duper datar. Dia bercanda atau memang sebal saja? Tetapi Dante pikir sepertinya mereka tidak sedekat itu untuk bercanda dan tidak semusuh itu untuk beraksi terlampau memalukan seperti ini. Gadis manis berseragam putih itu sontak berhenti melangkah, yang cantik bermata kucing khas itu sekilas menyirit tak suka. Berbalik menatap laki-laki tinggi yang berdiri di belakangnya dengan muka dingin. "Jangan tarik-tarik

    Last Updated : 2024-01-11
  • Chasing the Sexy Nerd   7. Remaja penasaran

    "Kali ini lu mau polah apa lagi, Orora?"Selak frustasi terdengar menggelegar dari mulut cewek blasteran yang masih berdiri di ambang pintu kamar Aurora bersama dua gelas air es di tangan.Aurora terperanjat saking kagetnya. Gadis cantik yang sedang sibuk mencari posisi aman untuk menjemur sapu tangan itu menoleh dengan mata membola, Aurora buru-buru menyelampirkan sapu tangan basah itu ke punggung kursi dan setelah itu ia langsung berpindah dari teras kamarnya menuju ranjang.Aurora bersumpah ia tidak pernah keberatan Alda atau Cassy berteriak sembarangan di rumahnya yang tidak ada orang ini. Tetapi baiknya pakai aba-aba dulu, dong! Kalau Aurora mati jantungan dia mau kuburkan?"Lo kalo teriak lagi gue usir ya!" ancam Aurora kosong.Sebagai tuan rumah yang baik, Aurora menyuruh Alda serta Cassy mengambil minum dan cemilan sendiri di dapur. Dan seperti yang diduga Cassy muncul dari belakang tubuh tinggi Alda membawa satu keranjang besar cemilan ringan.Alda mendekat dengan wajah gemas

    Last Updated : 2024-01-11
  • Chasing the Sexy Nerd   8. Simulasi pacaran

    -"Dante?" tanya Cassy balik, matanya menyipit sementara bibir penuhnya bergerak seakan siap mencibir. "Maksudnya Andante, kakel yang fakboy itu?"Sejujurnya Aurora sangsi, apakah bercerita mengenai Dante pada teman-temannya merupakan hal yang benar atau tidak.Sepertinya dunia belum tau, tapi Cassy itu alergi dengan cowok cupu. Cowok yang terlalu benar dan tidak tertarik untuk berbuat nakal, dan cowok yang suka mematuhi peraturan, itu arti cupu dalam kamus hidup Cassy. Dan agaknya Dante masuk ke dalam kategori cowok cupu yang dibenci oleh Cassy tersebut.Maka tidak heran, saat Aurora menyebutkan nama Dante, Cassy lebih dulu memikirkan Dante yang lain."Simulasi sih simulasi, tapi jangan pake pro juga. Bisa langsung mobrak-mabrik kalo sama dia, Rora," lanjut Cassy lagi dengan nada suara menggurui. "Gak ketulungan, ntar Lo susah dipuasin kalo perawan diambil suhu—"Aurora mengangkat tangan, matanya memejam."Cassy," potong Aurora.Aurora bahkan tidak tau kalau ada manusia lain yang ber

    Last Updated : 2024-01-11
  • Chasing the Sexy Nerd   9. lampu hijau

    Setelah PROLOG--"Ditolak."Sayup suara burung gagak terdengar di telinga.Setelah mengatakan satu kata buruk tersebut laki-laki berkacamata yang tengah duduk di bangku taman itu dengan santainya membuka kembali buku yang tadi sedang ia baca, telunjuknya yang panjang terangkat sekilas untuk menaikan bingkai kacamata sebelum kemudian turun kembali, membaca dengan begitu tenang.Sesantai itu. Wajahnya juga seperti manusia yang tidak punya dosa. Seolah menolak perasaan anak gadis orang bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.Aurora berhasil dibuat terdiam beberapa detik sebelum akhirnya perempuan cantik itu menaikan satu alisnya tinggi-tinggi. "Ha?"Angin menerbangkan dedaunan kering, menemani hening dan rasa tak percaya seorang gadis tentang sesuatu yang baru didengarnya dua detik lalu.Ini merupakan kali pertama Aurora meminta seseorang untuk menjadi pacarnya.Dan orang itu adalah Dante Andromeda.Ares? Oh, Aurora selalu mengajak Ares menikah, bukan untuk jadi pacar, jadi jika dibilan

    Last Updated : 2024-01-11
  • Chasing the Sexy Nerd   10. anak kost

    --Aurora diledek habis-habisan!Sampai ingin pindah ke Pluto saking malunya.Aurora lupa memberitahumu ini tetapi kemarin waktu ia melakukan proses pengakuan pada Dante, Alda dan juga Cassy memantau dari kejauhan, di tempat yang cukup jauh untuk dilihat tetapi dari jarak itu mereka juga masih mampu mendengar suara percakapan yang Aurora dan Dante ciptakan.Mulai dari Bandung Bondowoso sampai Raden Wijaya. Karena hal itu pula Aurora yang dipanggil Rora Jonggrang oleh kedua teman laknatnya.Sayang sekali Cassy dan Alda pergi saat semua belum selesai, mereka melewatkan adegan di mana Dante ditembak kaum pelangi dan berlanjut mencubit pipi Aurora dengan kedua tangan. Padahal itu best part-nya. Dan saat Aurora menceritakannya, tidak ada yang percaya, mereka hanya percaya bahwa Aurora sudah ditolak, dan dengan cara yang tidak terhormat pula.Cassy mengingatkan satu kali lagi bahwa Dante mengatakan dengan sadis; Aurora bukanlah tipenya.Tetapi coba pikirkan. Kalau cowok itu tidak berpikir b

    Last Updated : 2024-01-11

Latest chapter

  • Chasing the Sexy Nerd   47. Lah

    “Terus elo pulang gitu aja waktu Dante selesai jelasin?” pertanyaan itu terdengar, Aurora yang semula sibuk membenamkan wajah ke bantal pun mengangkat wajahnya.Memperlihatkan muka pucat berpadu rona merah di sekitar mata, hidung dan bibirnya, habis menangis meraung-raung seperti anak kecil.Sesi curhat dengan teman-temannya dilakukan, penggilan grup berisi tiga orang itu terdengar berisik karena Alda dan Cassy bicara saling menyahut menanggapi kisah pilu percintaan Rora Jonggrang yang ogah ditinggal merantau.“Gue punya manner kali,” sahut Aurora sengau, dia menangis sampai hidungnya mampet. “Gue tetep di sana buat ngehargain bunda Wilo, tapi gua enggak ngomong sama sekali ke si kampret mata empat, kesel banget!”“Cinta emang serem ya, enggak bisa ditebak. Padahal kemarin elo masih excited banget waktu lihat Dante, sekarang ngatain kampret.”Alda menyindir Aurora.“Ntar Alda, tungguin aja, kalo sampe nanti elo jatuh cinta dan patah hati, Lo juga bakal tahu rasanya.”“Takut,” balas Al

  • Chasing the Sexy Nerd   46. surprise LDR

    -Kaki berbalut sepatu bertali itu menginjak rem dengan hati-hati, sementara cowok berkacamata itu melirik ke samping, lalu saat polisi tidur itu terlewati dia menekan gas dengan sangat pelan pula.Sementara Aurora sibuk meneliti riasan wajahnya di pantulan cermin, memeriksa bahwa dandanan yang dia pakai tidak berlebihan untuk menyapa bunda Wilona, semula dia menggunakan riasan viral ala si seksi Madison Beer— baru membuat video tutorial untuk di upload karena kemarin video make up tutorial Adriana Lima lumayan ramai. Tapi berhubung Dante tiba-tiba mendatanginya dan berniat membawanya bertemu bunda, Aurora berpikir kalau dandanan yang minim akan meninggalkan kesan pertama yang lebih mantap.Jadi dia menghapus riasannya dan memulai melukis wajahnya dari awal.“Ini pipinya kemerahan enggak?”Dante menoleh, menatap pipi gembul Aurora di antara wajah ayu yang tenteram itu.Dia berkedip beberapa kali, mengulum bibir sendiri dan akhirnya menggeleng.“Enggak.”Dia sama sekali tidak

  • Chasing the Sexy Nerd   45. Cardigan

    “Alda, kok kayaknya gue agresif banget ya ke Dante.” Alda melirik sekilas. “Lah, baru sadar?” “Ish!” selak Aurora kesal. Dia cemberut, menempelkan dagunya ke tangan yang terlipat di atas meja kafe. “Padahal yang gue lakuin wajar tahu, kita cuma terlalu beda sifat aja. Kalo misal cowok lain punya pacar kayak gue— bukan maen hoki dia, lah Dante malah takut sama gue.” “Emang Lo ngapain aja?” tanya Alda kemudian, masih agak ogah menatap Aurora, sibuk scroll ponsel yang sudah pasti isinya oppa-oppa. “Gue sering touch-touch dia, hampir nggak pernah lepas, gandengan tangan, ngelendot, kadang juga peluk kalo berdua.” “Kemarin gue lihat Lo peluk dia di depan umum,” sahut Alda tak terima, ada apa dengan imbuhan berdua itu? Di depan umum juga dia tidak rikuh peluk-pelukan. Aurora mengibaskan tangan tak peduli. “Ya pokoknya gitu doang, kok. Nih ya. Dia tub— enggak pernah cemburu sama gue, jadi gue ngerasa kayak cinta sendirian.” Suara Aurora terdengar sedih, merasa kalau curhatan cewek temb

  • Chasing the Sexy Nerd   44. Debat pertama

    -Setelah mereka selesai makan siang, Aurora benar-benar langsung mengeluarkan kamera dan menata rambutnya untuk membuat video unboxing seperti yang dia rencanakan sebelumnya.Dia bahkan mengganti pakaian santainya jadi dress putih bunga-bunga dengan gaya off shoulder.Niat sekali. Cantik sekali.Dante hanya melihatnya dari jarak di mana kamera tidak akan menangkap keberadaannya, tanpa mengeluarkan suara sama sekali, membaca buku di sofa sambil sesekali melirik ke arah Aurora yang sudah beralih membuat video tutorial make up.Mengikuti tipe kit make up yang Diatala cosmetics keluarkan kali ini, sepertinya dia membuat look make up kebarat-baratan.“Cantik, kan?” tanya Aurora setelah beberapa saat.Dante mendongak, mengalihkan pandangannya dari buku. Lalu mengangguk setuju.Dia tidak tahu menahu apa pun tentang make up atau dunia perempuan, namun dia setuju kalau Aurora sangat cantik.Aurora nyengir puas melihat anggukan kepala Dante.“Berhasil ya? Mirip Adriana Lima nggak?” ta

  • Chasing the Sexy Nerd   43. love language

    Pacaran itu menyenangkan.Setidaknya Aurora sudah bisa pamer tentang hal itu sekarang. Dijemput pacar ganteng dengan senyum dan pelukan, dipanggil sayang dengan suara lembut, dimanja-manja sampai burung-burung pun iri padanya. Anjay.Lihat saja muka ngeri Cassy dan Alda. Mereka ngiri dan cuma bisa mupeng.Tidak sia-sia usaha Aurora untuk meruntuhkan dinding pertahanan Dante yang kokoh, dia tidak menyesal bisa jadi pacar Dante pakai jalur menggoda ugal-ugalan layaknya cabe-cabean.Setelah dijemput, Dante bertanya apakah Aurora sudah makan siang dan Aurora menjawab kalau dia belum makan; beberapa potong cake dan minuman manis tidak bisa dihitung sebagai makan siang— baginya, kenyang sih, tapi pokoknya Aurora masih ingin dan harus makan siang bersama Dante.Karena Aurora tidak ingin makan di luar, akhirnya Dante membawa Aurora ke apartemen, dia bisa memasak menu sederhana.Cowok kalau sudah pintar, tampan, tinggi, sexy, dan jago masak, memangnya masih bisa dikategorikan sebagai

  • Chasing the Sexy Nerd   42. Teman bucin

    Satu hal baru yang Aurora tahu dari pacarnya, Dante Andromeda bukan cowok yang suka berbalas pesan singkat, setiap kali Aurora mengirim chat Dante tidak membalas dan malah akan langsung meneleponnya.Padahal kemarin Aurora hanya ingin berterima kasih soal boneka-boneka yang Dante kirim, lalu besoknya Aurora PAP foto saat dia date dengan Papa, dan Dante juga merespons dengan telepon.Aurora menyukainya, tentu saja, meski dari satu jam sambungan telepon itu didominasi oleh celotehnya sendiri tapi mendengar suara Dante secara singkat juga terasa menyenangkan.Hari ini lagi, Aurora mengirim pesan singkat pada Dante, mengatakan kalau dia sedang nongki di cafe bersama Alda dan Cassy. Seperti biasa, Dante tidak langsung membalas, karena dia memang bukan tipe orang yang selalu membawa ponsel ke mana-mana, biasanya butuh waktu sekitar 30 menit atau beberapa jam kemudian baru dia akan menelepon Aurora.Setelah mengirim pesan pada Dante, Aurora menyimpan ponselnya. Dia mengambil smoothies di gel

  • Chasing the Sexy Nerd   41. Rumah

    Aurora berjalan memasuki rumah dengan ponsel di tangannya, melihat-lihat foto paling bagus yang dia ambil beberapa saat lalu, niatnya yang akan dia upload ke sosial media, bagaimana pun dia tidak bisa membiarkan hari ini berlalu jadi hari yang menyebalkan hanya karena kencannya diganggu Ares. Kebetulan Aurora sempat memotret, ralat— dia memotret banyak hal, termasuk dirinya dan Dante. Foto berdua. Dante tidak begitu suka difoto, namun dia tersenyum cukup tulus saat Aurora tanpa izin memotretnya. Tampan. Akhirnya Aurora memutuskan untuk menempatkan foto berdua itu di slide paling akhir. Saat langkah kaki Aurora baru melewatkan pintu besar paling depan rumahnya, dia mendongak karena keributan kecil yang terdengar, ada beberapa orang asing di sana, tampak sibuk karena sedang instalasi sesuatu di pojok langit-langit. “Paman Ali,” panggil Aurora riang, dia berjingkat dan berlari memeluk sekretaris ayahnya itu. “Long time no see, how are you, Paman!” “Baik-baik,” jawab paman A

  • Chasing the Sexy Nerd   40. Akhir kencan

    Aurora ingat Alda pernah mengatakan kalau Ares sedang didisiplinkan dengan cara memaksanya bekerja. Ares bahkan harus batal berangkat ke Australia hanya karena ini. Hanya saja Aurora tak tahu kalau ternyata Ares bekerja di perusahaan Talaila.Sumpah?Pasti tidak mudah bekerja dengan orang ini, mendengar keluhan sebal Tala beberapa saat lalu tentang sekretarisnya yang dia panggil ‘Nepo baby’.Tapi... Kenapa bisa sangat kebetulan?Dan lagi, kenapa Aurora harus bertemu dengannya di sini sih!Dengan sifatnya, Aurora yakin Ares akan menciptakan banyak drama seperti saat di swalayan waktu itu.Belum apa-apa perkataannya pada Dante sudah keterlaluan.“Bang Ares,” panggil Aurora pelan, dia melirik ke arah Tala. Bagaimana pun, dia harus menjaga sikap karena di sini ada Tante Tala. “Mama udah tahu kalo aku jalan sama Dante hari ini, jangan ngomong sembarangan!”Tapi sungguh perkataan Ares sudah sangat keterlaluan!Apa tadi katanya?Bajingan? Dia mengatai Dante bajingan? For real, dia

  • Chasing the Sexy Nerd   39. Kejutan lain

    “Adiknya Samuel?”“Tante ingat Samuel?”“Temanmu cuma sebiji aneh kalo Tante lupa!”Juteknya.Aurora sedari tadi tak habis-habisnya menunduk salah tingkah, tangannya dingin, sementara ekor matanya melirik Dante mendekati Tala dan memberi pelukan rindu, hingga menurut saja di dikecup di pipi kanan dan kirinya, lalu dipeluk lagi erat dan lama sekali. Padahal wajah Dante tampak enggan tapi dia tidak menolak diperlakukan sedemikian manja oleh Tala.Benar. Sekali lagi Aurora ingatkan, mereka baru saja ‘real’ pacaran dan baru sempat berbagi hal manis berdua belum lama ini, Dante tidak pernah cerita tentang keluarganya dan Aurora hanya sekadar tahu hal-hal kecil saja.Aurora tidak tahu seberapa dekat Dante dengan keluarganya, dia juga tidak tahu bagaimana hubungan Dante dengan keluarga ibunya, tapi sepertinya ini bukan hubungan yang buruk, setidaknya tidak seburuk hubungan Dante dengan ayahnya.“Udah ah!” eluh Dante ketika Tala masih gemas memeluknya. Mereka memang sudah lama tidak

DMCA.com Protection Status