Home / Fantasi / Cermin Kala: Perjalanan Takdir / BAB 28: ARYA KERTAJAYA MENYELIDIKI 

Share

BAB 28: ARYA KERTAJAYA MENYELIDIKI 

last update Last Updated: 2025-02-08 07:00:09

BAB 28: ARYA KERTAJAYA MENYELIDIKI

Matahari mulai tenggelam di balik pegunungan, menciptakan siluet lembut yang menyelimuti istana Gilingwesi. Cahaya senja yang hangat perlahan memudar, digantikan oleh bayang-bayang malam yang semakin pekat. Udara dingin mulai menyelimuti kerajaan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang dibasahi embun. Bau asap yang masih tersisa dari serangan malam sebelumnya bercampur dengan aroma tanah gersang, menciptakan rasa tidak nyaman bagi para penduduk istana. Suara tangisan keluarga korban terdengar samar-samar dari kejauhan, menambah beban emosional pada suasana yang sudah penuh ketegangan.

Di salah satu ruangan terpencil di sayap utara istana, Arya Kertajaya duduk sendirian di balik meja kayu besar, matanya menatap selembar kertas papyrus yang dipenuhi coretan-coretan. Wajahnya tampak murung, alisnya berkerut dalam-dalam, seolah-olah beban berat ada di pundaknya. Ia telah menghabiskan sepanjang hari untuk menginterogasi para pelayan istana, mencari
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 29: DYAH SULASTRI MENGUNGKAP RAHASIA BESAR

    BAB 29: DYAH SULASTRI MENGUNGKAP RAHASIA BESARMalam semakin larut, dan udara di istana Gilingwesi terasa semakin dingin. Bulan purnama bersinar redup di balik awan tipis, menciptakan bayang-bayang panjang yang menyelimuti halaman istana. Di kejauhan, suara angin berdesir lembut di antara dedaunan, membawa aroma tanah basah dan embun malam. Namun, suasana yang tenang ini tidak mampu meredakan ketegangan yang melingkupi hati Dyah Sulastri.Dyah duduk sendirian di tepi kolam kerajaan, matanya menatap air yang tenang dengan sorot mata penuh beban. Wajahnya tampak murung, seolah-olah ia sedang memikul beban yang jauh lebih besar daripada usianya. Ia tahu bahwa waktunya semakin dekat—ritual korban akan segera dilaksanakan, dan nasib kerajaan bergantung pada dirinya. Namun, ada sesuatu yang lebih dalam yang menghantui pikirannya—sebuah rahasia besar yang selama ini ia simpan rapat-rapat.Pertemuan Rahasia dengan RakaRaka mendekati Dyah dengan langkah pelan, tak ingin mengganggu ketenangann

    Last Updated : 2025-02-08
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 30: KONFLIK BATIN RAKA

    BAB 30: KONFLIK BATIN RAKAMatahari mulai terbit di balik pegunungan, menciptakan siluet lembut yang menyelimuti istana Gilingwesi. Cahaya pagi yang hangat perlahan mengusir bayang-bayang malam, tetapi tidak mampu meredakan beban yang melingkupi hati Raka. Udara segar pagi itu membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang dibasahi embun, namun bagi Raka, suasana itu terasa berat—seolah-olah seluruh kerajaan menekannya dengan rahasia-rahasia yang belum sepenuhnya ia pahami.Raka duduk sendirian di tepi kolam kerajaan, matanya menatap air yang tenang dengan sorot mata penuh pertanyaan. Di tangannya, ia memegang cermin perunggu kuno yang membawanya ke masa lalu. Retakan kecil di permukaannya tampak berkilauan dalam cahaya matahari, seolah-olah mencoba memberitahunya sesuatu. Namun, semakin ia memandangi cermin itu, semakin ia merasa bahwa ada rahasia besar yang disembunyikannya—rahasia yang mungkin bisa mengubah segalanya.Konflik Batin RakaRaka mengepalkan tangannya erat-erat, mencoba me

    Last Updated : 2025-02-08
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 31: RAMALAN LENGKAP

    BAB 31: RAMALAN LENGKAPMalam itu, langit di atas Kerajaan Gilingwesi terlihat begitu gelap, seolah-olah bintang-bintang enggan menampakkan diri. Udara dingin menyelimuti seluruh istana, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang jatuh dari pepohonan kuno di halaman belakang. Raka duduk di sebuah ruangan kecil yang remang-remang, hanya diterangi oleh cahaya lilin yang berkedip-kedip lemah. Di depannya, Resi Agung Darmaja duduk dengan sikap tenang, wajahnya tertutup bayangan sehingga sulit dibaca.Di antara mereka terbentang gulungan papyrus tua yang tampak rapuh, seolah satu sentuhan saja bisa membuatnya hancur menjadi debu. Gulungan itu adalah transkrip lengkap ramalan kuno—ramalan yang telah mengguncang fondasi kerajaan ini sejak lama. Bau kemenyan dan dupa yang menyelimuti ruangan semakin memperkuat atmosfer spiritual yang melingkupi mereka."Orang dari Kala Lain," ujar Resi Agung Darmaja pelan, suaranya serak namun berat seperti gema dari zaman purba. Matanya yang tajam menatap R

    Last Updated : 2025-02-08
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 32: ARYA KERTAJAYA MENANTANG RAKA

    BAB 32: ARYA KERTAJAYA MENANTANG RAKAMatahari baru saja mulai meninggi di langit, menyinari halaman luas di belakang istana Gilingwesi. Udara pagi yang segar membawa aroma tanah basah dan dedaunan hijau yang masih lembap oleh embun malam. Namun, ketenangan pagi itu segera terpecah saat suara logam beradu memenuhi udara—pedang kayu yang saling bertabrakan menciptakan bunyi nyaring yang memekakkan telinga. Di tengah lapangan latihan prajurit, dua sosok berdiri tegak—satu dengan pedang kayu di tangan, yang lain dengan tatapan dingin penuh determinasi.Arya Kertajaya, panglima perang kerajaan yang gagah perkasa, mengambil posisi siaga. Tubuhnya yang tinggi tegap dibalut oleh baju besi ringan, sementara pedang kayunya tampak kokoh di tangannya. Matanya yang tajam seperti elang menatap lurus ke arah Raka, pemuda dari masa depan yang kini menjadi pusat kontroversi di istana.Raka, meskipun tidak memiliki pengalaman bertarung formal, tetap berdiri tegak dengan pedang kayu yang diberikan pada

    Last Updated : 2025-02-08
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 33: DYAH SULASTRI MENGAJARKAN SPIRITUALITAS

    BAB 33: DYAH SULASTRI MENGAJARKAN SPIRITUALITASMalam itu, suasana di istana Gilingwesi begitu tenang, seolah-olah alam pun ikut menahan napas. Di sebuah halaman dalam istana yang dikelilingi oleh pepohonan besar dan bunga melati yang harum, Dyah Sulastri duduk bersila di atas tikar anyaman pandan. Cahaya bulan purnama menyinari wajahnya yang anggun namun penuh keteguhan. Di hadapannya, Raka duduk dengan posisi yang kurang nyaman, mencoba meniru cara Dyah duduk bersila. Ia merasa sedikit canggung, tetapi ada rasa penasaran yang mendalam di matanya."Kita mulai dengan meditasi," kata Dyah pelan, suaranya lembut namun tegas. "Tutup matamu, tarik napas dalam-dalam, dan biarkan pikiranmu mengalir seperti air sungai."Raka mengikuti instruksi itu, meskipun awalnya ia merasa sulit untuk fokus. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan—tentang ramalan kuno, tentang hubungannya dengan Dyah, tentang kerajaan ini yang semakin terjerat dalam misteri. Namun, perlahan-lahan, suara napasnya send

    Last Updated : 2025-02-08
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 34: MAKHLUK MITOLOGI MUNCUL LAGI

    BAB 34: MAKHLUK MITOLOGI MUNCUL LAGIMalam itu, suasana di istana Gilingwesi berubah menjadi tegang. Udara yang semula tenang kini dipenuhi dengan energi gaib yang tak terlihat namun dapat dirasakan oleh setiap orang yang berada di sekitar istana. Di tengah halaman dalam istana, Raka dan Dyah Sulastri sedang berdiri di bawah pohon beringin raksasa yang konon dihuni oleh roh-roh penjaga kerajaan. Cahaya bulan yang redup menembus dedaunan tebal, menciptakan pola bayangan yang bergerak-gerak seperti makhluk hidup.Tiba-tiba, angin dingin berhembus kencang, membuat dedaunan bergoyang liar meskipun tidak ada tanda-tanda badai. Api obor yang tersebar di sekitar halaman mulai berkedip-kedip, seolah-olah kekuatan besar sedang mengganggu elemen-elemen alam. Bau asap dari api obor yang berkedip-kedip menambah atmosfer misterius malam itu. Dyah menoleh ke arah Raka dengan ekspresi waspada. "Ada yang mendekat," katanya pelan, suaranya penuh ketegangan.Raka merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia tid

    Last Updated : 2025-02-09
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 35: INTRIK KI JAGABAYA

    BAB 35: INTRIK KI JAGABAYAMalam itu, suasana di istana Gilingwesi tampak tenang di permukaan, namun di balik bayang-bayang yang menyelimuti sudut-sudut kerajaan, ada sesuatu yang gelap dan berbahaya sedang bergerak. Di sebuah hutan kecil di luar perbatasan istana, Ki Jagabaya berdiri di bawah sinar bulan purnama yang redup, dikelilingi oleh pasukan bayangan—makhluk-makhluk gaib yang sebelumnya menyerang istana. Mereka adalah prajurit tanpa wujud nyata, hanya siluet hitam dengan mata merah menyala, mencerminkan kekuatan jahat yang mereka layani.Ki Jagabaya, yang biasanya tampak tenang dan terkendali, kini memancarkan aura dingin yang mengintimidasi. Ia mengenakan jubah panjang berwarna hitam dengan sulaman simbol-simbol kuno di tepinya, tanda bahwa ia bukan sekadar penasihat kerajaan biasa. Dengan suara rendah namun tegas, ia memberikan instruksi kepada para makhluk bayangan."Kalian telah gagal dalam serangan pertama," katanya, nada suaranya tidak meninggalkan ruang untuk bantahan.

    Last Updated : 2025-02-11
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 36: RITUAL GAIB

    BAB 36: RITUAL GAIBMalam itu, suasana di istana Gilingwesi begitu tegang. Di halaman dalam istana, sebuah lingkaran besar telah digambar dengan kapur putih di atas tanah, dikelilingi oleh lilin-lilin yang menyala dengan api biru kehijauan. Udara terasa berat, seolah-olah dipenuhi oleh energi gaib yang tak terlihat. Para pendeta kerajaan berdiri di sekitar lingkaran, mengenakan jubah panjang berwarna merah dan hitam, sambil membawa genta kecil dan tongkat kayu bertatahkan simbol-simbol kuno. Mereka mulai melantunkan mantra-mantra dalam bahasa yang asing, suaranya bergema seperti guntur di udara malam.Di tengah lingkaran, Raka berdiri bersama Dyah Sulastri. Wajah mereka tampak tegang, namun penuh tekad. Rakai Wisesa, raja kerajaan, berdiri di tepi lingkaran, matanya penuh harap namun juga waspada. Ritual ini adalah upaya terakhir untuk menenangkan roh-roh yang marah—roh-roh yang diyakini menjadi penyebab semua ketegangan dan ancaman yang menghantui kerajaan."Kita harus memulai ritual

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 69: PENYIHIR GELAP TERLUKA

    BAB 69: PENYIHIR GELAP TERLUKAPuncak PertempuranPertempuran di hutan mistis mencapai puncaknya. Kabut tebal yang sebelumnya menyelimuti hutan mulai menipis, memperlihatkan kehancuran besar di sekitar mereka. Pohon-pohon raksasa terbakar oleh api Banaspati, sementara Genderuwo terus bergerak cepat di antara bayang-bayang, membantai prajurit asing yang tersisa. Naga Niskala melingkarkan tubuhnya di sungai suci, matanya bersinar tajam saat ia menjaga agar air tetap murni dari cemaran energi hitam.Raka, Dyah Sulastri, Arya Kertajaya, dan Ksatria Wibawa (mantan Buto Ijo) berdiri di garis depan, menghadapi penyihir gelap yang kini tampak semakin marah. Penyihir itu mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi, menciptakan badai energi hitam yang menghan

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 68: PERTEMPURAN DI HUTAN MISTIS

    BAB 68: PERTEMPURAN DI HUTAN MISTISSuasana Memanas di Hutan MistisPertempuran besar pecah di hutan mistis. Udara dipenuhi dengan aroma tanah basah, asap, dan energi gaib yang menyengat. Kabut tebal yang sebelumnya menyelimuti hutan kini mulai menipis, memperlihatkan pemandangan mengerikan: prajurit-prajurit asing bersenjata lengkap bergerak cepat, sementara penyihir gelap mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi, menciptakan badai energi hitam yang merusak segala sesuatu di sekitarnya.Raka, Dyah Sulastri, Arya Kertajaya, dan Ksatria Wibawa (mantan Buto Ijo) berdiri di garis depan, siap untuk melawan pasukan musuh. Di belakang mereka, makhluk-makhluk gaib seperti Banaspati, Genderuwo, dan Naga Niskala mulai muncul, bergabung dalam pertempuran ini.Naga Niskala melin

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 67: PASUKAN ASING MENYERANG HUTAN

    BAB 67: PASUKAN ASING MENYERANG HUTANSuasana Tegang di Hutan MistisPagi mulai menyingsing, namun hutan mistis masih diselimuti kabut tebal yang membuat pandangan menjadi terbatas. Raka, Dyah Sulastri, Arya Kertajaya, dan Ksatria Wibawa (mantan Buto Ijo) sedang beristirahat setelah malam yang penuh ketegangan. Api unggun kecil telah padam, meninggalkan jejak-jejak abu di tanah.Tiba-tiba, suara gemerisik dedaunan terdengar dari kejauhan. Udara dingin yang tadinya tenang kini dipenuhi dengan aroma logam dan kegelapan—pertanda bahwa sesuatu yang tidak wajar sedang mendekat. Genderuwo muncul di pinggir hutan, wajahnya muram seperti biasa. "Mereka datang," katanya dengan suara rendah. "Pasukan asing... dan penyihir gelap."

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 66: ARYA KERTAJAYA MENYATAKAN CINTANYA

    BAB 66: ARYA KERTAJAYA MENYATAKAN CINTANYASuasana Hening di Tepi SungaiSetelah pertemuan dengan Naga Niskala, suasana hutan mistis kembali tenang. Raka, Dyah Sulastri, Arya Kertajaya, dan Ksatria Wibawa duduk di tepi sungai suci, mencoba mencerna pesan penting yang baru saja mereka terima. Api unggun kecil telah dinyalakan untuk menghangatkan tubuh mereka dari udara dingin malam itu.Cahaya bulan yang lembut memantul di permukaan sungai, menciptakan kilauan biru keperakan yang menenangkan. Namun, ketenangan ini hanya ilusi. Udara dingin berhembus kencang, membawa aroma segar dari sungai suci yang berada tidak jauh dari sana. Kabut tipis mulai merayap di antara pepohonan, seolah menyelimuti mereka dalam misteri.

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 65: NAGA NISKALA MENGIRIM PESAN

    BAB 65: NAGA NISKALA MENGIRIM PESANKemunculan Naga NiskalaSetelah kepergian Genderuwo dan redupnya api unggun, suasana hutan mistis menjadi semakin tenang. Namun, ketenangan ini tidak berlangsung lama. Dari arah sungai suci yang mengalir di tepi hutan, muncul cahaya biru kehijauan yang lembut. Air sungai mulai bergolak meskipun tidak ada angin atau aliran deras, dan dari kedalaman air itu, sosok besar Naga Niskala muncul.Tubuhnya yang bersisik biru keperakan memantulkan cahaya bulan yang samar, sementara matanya yang bersinar tajam menatap langsung ke arah Raka. Suara gemuruh halus terdengar dari sungai, seolah-olah alam itu sendiri sedang menyambut kemunculan makhluk gaib ini."Kalian telah melakukan

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 64: BUTO IJO BEBAS

    BAB 64: BUTO IJO BEBAS Transformasi Buto IjoCahaya biru keperakan dari Kristal Niskala perlahan memudar, meninggalkan jejak-jejak energi spiritual yang masih berdenyut di udara. Tubuh besar dan hijau Buto Ijo mulai berubah, menghilang seperti kabut yang tersapu angin. Dalam sekejap, sosok itu bertransformasi menjadi seorang ksatria kuno dengan senjata lengkap—pedang panjang yang bersinar redup di bawah cahaya api unggun.Raka, Dyah Sulastri, dan Arya Kertajaya terdiam, menatap sosok baru ini dengan campuran rasa takjub dan waspada. Wajah ksatria itu tampak gagah namun penuh kesedihan, matanya mencerminkan beban berat yang telah ia tanggung selama berabad-abad."Terima kasih," kata Ksatria Wibawa&

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 63: RITUAL PEMBEBASAN

    BAB 63: RITUAL PEMBEBASAN Persiapan Ritual di Hutan MistisMalam semakin larut, dan hutan mistis yang biasanya tenang kini dipenuhi dengan energi spiritual yang luar biasa. Udara dingin menyelimuti setiap sudut, sementara kabut tebal mulai merayap di antara pepohonan raksasa. Di tengah hutan, sebuah altar batu kuno telah disiapkan untuk ritual pembebasan Buto Ijo. Api unggun kecil berkedip-kedip di sekitar altar, memberikan cahaya lembut yang memantulkan bayangan-bayangan aneh di dinding pepohonan. Raka, Dyah Sulastri, dan Arya Kertajaya berdiri di sekitar altar, masing-masing dengan perasaan tegang dan penuh harap. Di belakang mereka, sosok besar Buto Ijo—masih dalam wujud makhluk mitologi—menatap altar dengan mata penuh kerinduan. Ia tampak seperti makhluk yang sudah lama menunggu momen ini.

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 62: KUTUKAN BUTO IJO

    BAB 62: KUTUKAN BUTO IJOPenemuan Rahasia Buto IjoMatahari mulai tenggelam, menyelimuti hutan mistis dengan cahaya jingga yang lembut. Udara semakin dingin, dan kabut tipis mulai merayap di antara pepohonan raksasa. Raka, Dyah Sulastri, dan Arya Kertajaya berdiri di depan sebuah altar batu kuno yang tersembunyi di dalam hutan. Di atas altar itu, ada relief tua yang menggambarkan seorang ksatria bersenjata lengkap dikelilingi oleh simbol-simbol dewa."Buto Ijo pernah menjadi manusia?" tanya Arya, suaranya penuh ketidakpercayaan saat ia menatap relief tersebut. "Aku selalu menganggapnya hanya makhluk mitologi."Dyah mengangguk pelan, matanya memindai relief dengan penuh konsentrasi. "Ini lebih dari sekada

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 61: SYARAT BUTO IJO

    BAB 61: SYARAT BUTO IJOPertemuan di Tepi Sungai SuciMatahari mulai terbit, menyinari hutan mistis dengan cahaya keemasan yang lembut. Udara pagi terasa dingin dan segar, namun ketegangan masih membayangi setiap langkah Raka, Dyah Sulastri, dan Arya Kertajaya saat mereka mendekati tepi sungai suci. Air sungai itu tampak jernih seperti kristal, memantulkan sinar matahari dengan kilauan aneh, seolah menyimpan rahasia besar di dalamnya."Apakah ini sungai yang dimaksud Buto Ijo?" tanya Arya pelan, matanya menyipit mencermati lingkungan sekitar.Dyah mengangguk, tangannya meraba permukaan air yang dingin. "Ya, aku bisa merasakan energi spiritual yang kuat di sini. Ini pasti tempatnya."Raka berdiri agak jauh dari sungai, matany

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status