Jake Jeon, adalah anggota BXS yang paling muda, tapi walaupun pria itu yang paling muda perawakannya tidak mendeskripsikan demikian. Pria itu tinggi, lebih tinggi dariku. Bertubuh tegap atletis dan memiliki kesan garang dan bad boy vibe. warna matanya hazel dan dia memiliki tahi lalat super kecil di bawah mulutnya, membuatnya tampak imut.
Kalau aku harus mendeskripsikan dia dalam satu kata maka aku mengakui kalau dia itu hampir menyentuh kata sempurna. Dari yang aku dengar di industri ini Jake itu adalah orang yang pendiam, atau mungkin lebih cenderung tidak tersentuh? Intinya dia itu begitu dingin untuk sesama rekan kerja sesama artisnya namun juga begitu hangat dan dapat digapai seperti citra yang selama ini dia tampilkan didepan para penggemarnya. Intinya Jake dapat menempatkan dirinya sendiri dengan baik.
Di dalam ruangan sempit disebut sebuah lift itu aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan Jake juga sama saja. Dia hanya bicara jika itu mendesak dan selebihnya dia hanya berkomunikasi dengan ku dengan bahasa isyarat! Lift yang kami tumpangi bergerak naik dan berhenti di lantai sepuluh Bigs Labs. Jake berjalan keluar lebih dahulu dan berhenti tepat di sebuah pintu besar yang tertutup rapat kurasa itu juga kedap suara. Ada tag label bertuliskan BXS Practic Room di depannya dan kurasa memang di sini tempat Charlie berada.
“Charlie ada di sini, silahkan,” katanya dengan suara yang menyerupai gumaman. Dia mempersilahkan aku masuk lebih dahulu. Karena tidak ingin berlama-lama bersama dengan pria kaku itu, aku mengangguk sopan dan mendorong pintunya terbuka ketika aku masuk ke dalam yang ternyata adalah sebuah studio latihan aku akhirnya melihat Charlie di sana sedang bercanda gurau dengan Ramon.
Melihat pria itu begitu senang tanpa memikirkan diriku yang hampir tidak bisa masuk ke dalam gedung membuat diriku naik pitam! Dia yang meminta diriku datang, tapi dia juga yang tidak menyambutku dengan baik aku geram tentu saja! Langkahku berderap menuju ke arahnya dan aku tidak lagi memedulikan keadaan sekitar ku dan akhirnya aku melemparkan topi yang tadi ku kenakan kearahnya saat jarak kami cukup dekat. Mendapatkan lemparan topi itu dia terkejut namun sedetik kemudian tersenyum sok manis saat menyadari siapa yang melakukannya.
“Son of bitch! Aku bahkan hampir tidak bisa masuk, dan kamu masih bisa tertawa ha ha hi hi di sini?” tanyaku dengan suara yang cukup pelan hingga hanya dapat di dengar oleh Charlie saja yang menarikku untuk duduk lesehan di lantai bersama dengannya.
“Kamu sudah datang kenapa tidak menelpon?” tanyanya dengan ringan, dan aku hendak menghajarnya kembali jika tidak mengingat di depanku ada Ramon yang mengawasi gerak-gerik yang aku lakukan.
“Tidak menelpon katamu?!” kataku menahan pekikan kekesalan yang meluap-luap karena pertanyaannya.
Tahu bahwa dia salah Charlie terkekeh. “Ups, aku lupa ponselku karena di charger,” katanya. Charlie tertawa dengan agak keras membuatku bergidik ngeri. Dia ini kenapa tidak tahu tempat saat tertawa? Ini bukan tempatnya kenapa dia begitu nyaman?
“Sekali lagi jika kamu meminta Cha Sara mengosongkan jadwal ku mati ya kamu!” peringatku tidak main-main.
“Kamu tidak akan bangkrut tidak bekerja satu hari Zee, easy.”
“Kenapa memanggilku?” tanyaku penasaran. Dia gak biasanya memanggilku tanpa agenda.
“Tidak ada, aku butuh teman dan aku pikir kamu harusnya membangun relasi juga di sini.”
“No need!” sentakku kesal kelepasan karena ternyata pria itu meminta ku datang hanya untuk membuang waktuku yang berharga. Aku memilih mengabaikannya dan membuang muka ke sekeliling dan baru menyadari jika bukan hanya ada aku, Ramon, Jake dan Charlie di sini. Ada Jimmy si bontot berambut kuning keemasan sedang menatap ku di ujung ruangan dengan mug di kedua tangannya. Sedangkan August si dingin dan paling acuh dengan sekelilingnya terbangun dari tidurnya dan menatapku dengan geram. Kurasa pekikan ku terlalu keras hingga membangunkannya. Aku menatapnya dengan menyesal.
“Florenzee-ssi? Perkenalkan saya Ramon.” Lawan bicara Charlie menarik atensiku dari sekeliling dia mengulurkan tangannya kepadaku dan kubalas dengan senyuman canggung, karena agak tiba-tiba harus berkenalan secara formal dengan mereka. Kami tidak pernah bersinggungan secara langsung.
“Senang bertemu denganmu Ramon, saya Florenzee.” Aku menjabat tangannya, kupikir tidak sopan jika aku mengabaikannya.
“Aku pernah bilang kan, kalau aku ingin kolaborasi dengan Idol K-POP?” tanya Charlie dia menyenggol lenganku dengan pelan. “Aku memutuskan untuk kolab dengan BXS,” lanjutnya.
“Oh, semoga berhasil kalau begitu aku–“
“Food is coming!”
Kami menoleh serentak ketika pintu terbuka dengan suara yang agak keras dan menampilkan Hobee dan Vins di sana dengan tangan penuh plastik putih kemasan. Keduanya agak terkejut saat melihat ku dan aku memakluminya karena kan aku ini tamu yang tidak diundang bagi mereka. Keduanya agak ragu untuk mendekati tempat ku duduk dan minggir bergabung bersama dengan Jimmy dan Jake.
Karena aku orangnya peka dengan keadaan kalau mereka canggung dengan kehadiranku aku memutuskan untuk berdiri. “Aku akan ke sudut dulu kamu selesaikan agenda kamu dengan mereka,” kataku. Aku menepuk lengan Charlie dan beralih menatap Ramon. “May I?” tanyaku kepada Ramon meminta ijin lagipula ini bukan tempatku dan aku sadar posisi kalau aku adalah tamu di sini.
“Sure, kamu dapat menggunakan sofa yang baru saja di tempati August,” katanya menunjuk sofa tersebut. Aku mengangguk berterima kasih dan berjalan menuju ke sudut ruangan ke arah tempat yang baru saja ditinggalkan oleh August.
Benarkan? Setelah sepeninggalan diriku, mereka bertujuh ditambah Charlie berkumpul membentuk lingkaran dan sedang membicarakan sesuatu dan aku terlupakan di sudut ruangan. Mereka masih terus berbicara dan tidak ada tanda-tanda akan selesai. Jika tahu begini aku tidak akan datang! Selagi mereka berbicara aku membunuh waktu dengan bermain ponsel hingga tidak sadar kalau aku perlahan mengantuk dan berakhir terlelap dengan pulas.
***
Aku terbangun dari tidur singkat ku ketika mendengar suara riuh di sekitarku. Mataku mengerjap mencoba mengumpulkan kembali nyawaku, hal pertama yang aku lihat saat mataku benar-benar terbuka adalah wajah Sara yang nampak tidak biasa tepat ada di hadapan ku. “Wakey sleeping beauty,” katanya itu sarkasme, tapi aku tidak akan mempermasalahkan itu berhubungan aku baru bangun dan mood-ku lumayan bagus.
Menuruti keinginannya, aku menyenderkan punggungku di sofa dan meneliti keadaan sekitar. Aku masih berada di ruang latihan BXS dan hanya terlihat manager BXS dan Michael Alford. Aku tidak melihat member BXS yang lain. Apakah sudah jam tujuh malam makannya mereka menjemput diriku?
“Hi, kamu sudah bangun?” tanyanya dengan suara yang lembut lebih lembut daripada biasanya membuat diriku menatap dirinya was-was.
“Kamu membuat kesalahan Charlie?” tanyaku langsung menatapnya dengan mata memicing. Kalau pria itu bersikap baik pasti ada sesuatu hal buruk yang dia sembunyikan. Aku sudah terlalu mengenal pria itu dan kadang aku menyesal punya intuisi supeet tepat itu.
Charlie tidak menjawab dia hanya memaksakan senyumnya membuat diriku bertanya-tanya, apa yang ku lewatkan saat tidur? Kurasa sebelumnya semuanya baik-baik saja.
Wait.
“What's wrong?” tanyaku meneliti wajah mereka satu persatu. Sara menghembuskan nafasnya berat lalu menyerahkan handphonenya kepadaku. Dan aku melihat Charlie beringsut mundur menjaga jarak dariku membuat diriku meyakini kalau memang ada yang disembunyikan oleh pria itu.
Ponsel yang diberikan Sara menampilkan sebuah laman postingan I*******m yang telah diunggah oleh akun resmi milik Charlie. Sekilas tidak ada yang aneh dengan photo yang diunggah Charlie. Photonya bersama dengan BXS di ruang latihan ini, tapi aku membelak ketika menyadari bahwa aku pun ada di frame sedang tidur! Diriku yang tertidur di sofa terpantul jelas di photo itu!
700.678 likes 100.000 Comments
@charlieruth Todays with the boys! 💚
@bxslo Heol! awalnya aku tidak menyadari nya namun setelah itu aku menyadari ada seorang wanita tertidur di sofa malas milik August! Heol jika itu seorang staf mereka tidak mungkin seberani itu. Tinggal menunggu waktu hingga semua terungkap
@Wifeujake Daebak! Kurasa aku tahu siapa gadis itu. Aku melihatnya hari ini di depan pintu gedung Big Labs. Tinggal menunggu waktu hingga Dispatchx mendapatkan skandal mereka.
“I am sorry Zee. Aku tidak bermaksud melakukannya. Aku sudah menghapus postingannya saat Jake memberitahuku kalau kamu terekspos,” kata Charlie dengan suara yang cukup keras dan terburu-buru. Ketika aku ingin mencapai Charlie, tangan lain menarikku lebih dulu untuk menjauh. Itu bukan Sara! Tidak mungkin tenaganya sekuat itu.
“Sudah nanti saja jangan di sini.” Suara Michael terdengar memperingati. Dia masih kekeuh untuk menahan diriku walaupun aku tidak berniat menyerah.
“Kemari kamu Charlie! lepaskan aku Michael Alford!” Aku berteriak seperti orang gila. Tidak lagi memedulikan dimana diriku sekarang. Aku biasanya tidak seperti ini, tapi karena tekanan yang aku dapatkan beberapa hari ini aku tidak lagi tahan.
Demi tuhan aku bahkan tidak dapat membayangkan masalah seperti apa yang akan menghantui diriku ke depannya. Kalau dipikir-pikir ini belum genap dua hari setelah skandal ku yang pertama. Jadi, menambah skandal baru seperti ini sama saja aku bunuh diri! Yang sekarang aku hadapi ini adalah idol dengan semua penggemarnya yang toxic, juga Idol yang dekat dengan lawan jenis seperti sebuah dosa besar! Ini bukan Barat bung! Ini adalah Asia.
Charlie berlari keluar disusul Sara dibelakangnya. Aku terkadang tidak tahu apakah Sara memihak diriku atau Charlie … Michael baru melepaskan diriku beberapa saat kemudian saat dia yakin kalau Charlie telah jauh dari jangkauanku.
Aku mendengus kesal. Dia pikir aku menyerah begitu saja tanpa memberikan dia peringatan?! Tidak tentu saja aku tidak mau menyerah begitu saja karena yang aku lakukan selanjutnya adalah berlari kearah pintu secepat kilat hingga Michael tidak sempat menghentikan diriku. Aku yakin dia pasti tertinggal di belakang, tapi ketika aku ingin naik ke lift dan dapat menyusulnya. Keyakinan yang diriku miliki tiba-tiba surut karena sebuah tangan yang kokoh melingkar di perutku – oh sial siapa pemilik tangan kurang ajar ini!
“Mich– Jake!” kataku setengah terkejut karena mendapati bukan Michael yang melakukannya, itu orang lain! Berani-beraninya dia menyentuh dan menghentikan diriku! “Jake! Jangan ikut campur dan lepaskan tangan kamu dari diriku sekarang juga!” Aku meronta dengan kesal. Dia harusnya tidak menghentikan dan ikut campur.
“Kamu bisa melukai diri kamu sendiri, calm.”
Aku masih memukul tangannya yang berada di perutku untuk beberapa saat ke depan hingga tenaga ku terkuras. Aku menahan nafas ketika baru menyadari posisi kelewat tidak wajar kami—dengan santainya dia mendekap tubuhku dari belakang! Aku berbalik ingin memukul Jake lebih keras, tapi kalah cepat dengan dia yang mengeratkan dekapannya sehingga aku benar-benar tidak bisa bergerak. Benar-benar terkunci, membuat diriku kelimpungan, sial!
“Jake lepaskan!! atau aku akan–“
“Akan melakukan apa?” Suaranya tenang, berat dan membuat diriku sedikit bergedik ngeri. Wajahku benar-benar menempel dengan dada Jake dan itu tidak baik apalagi kami ini orang asing! Kurang ajar! Tidak punya manners! Apakah seperti ini kelakuan aslinya?
“Thanks ya Jake.” Tangan lain menarik diriku ke belakang lalu mengunci kepalaku di bawah ketiaknya– Michael Alford sialan! Memperlakukan diriku seperti anak nakal!
“Dude! Ayolah aku bukan anak kecil!” teriakku gak terima karena diperlukan seperti ini.
Kerjaanku setelah tampil dengan satu lagu, hanya duduk sampai acara selesai. Seharusnya aku membawakan dua lagu, tapi karena kesehatanku yang sedang tidak stabil setelah skandal itu aku hanya diijinkan tampil dengan satu lagu. Aku tahu Michael tidak ingin mengambil resiko. Aku melirik handphone ku yang menampilkan pop up notifikasi pesan dari Charlie.Charlie Ruth Aku kembali ke LA maaf. Aku benar-benar sangat menyesal karena membuat kamu harus terlibat skandal. Semoga kamu memaafkan aku ya love you much! Oh iya Zed dan Shawn menyanyakan dirimu kapan kembali, tapi saran ku jangan kembali dulu ya kemari. Aku tidak siap mobil baruku kamu hancurkan lagi. Xoxo salam sayang sahabat kamu yang paling mencintai dirimu Charlie. Aku mendengus tidak senang setelah membaca pesan yang dia kirimkan padaku. Setelah kejadian hari itu, Charlie bahkan tidak menemui diriku sama sekali. Pria itu menghilang dari jangkaua
Aku terbangun dari tidurku ketika mendengar suara berisik beberapa orang disekelilingku dan aku mengerjapkan mataku beberapa kali setelah mendengar bunyi bip pelan yang konstan. Karena penasaran dari mana bunyi itu berasal aku menggulirkan pandanganku ke samping dan berakhir mendapati selang infus dan alat-alat vital sign terpasang ditanganku.“Florenzee Hwang, can you hear me how do you feel?" Pertanyaan itu terdengan tidak beberapa lama setelah aku membuka mataku. Aku menoleh ke kanan dimana di sana terdapat seseorang berseragam putih bersih dengan name tag - Chaeyon— berdiri tepat di sampingku wanita tersebut mengecek patient monitor sign sebelum kembali beralih bertanya kepadaku. Tidak perlu bertanya dengan apa yang terjadi karena aku cukup ingat apa yang terjadi padaku hingga aku berbaring disini dengan selang infus. "Jadi kali ini berapa lama?" Tanyaku dengan suara yang pelan dan serak, melihat bagaiman alat medis yang terpasang di tubuhku sebenarnya itu sudah mendeskripsikan k
Florenzee Hwang menatap Cha Sara dengan kening berkerut dalam saat melihat wanita tersebut hanya berdiri di depan pintu kamar hotelnya saat dirinya dan Michael jelas sedang sibuk membereskan koper-koper mereka yang hendak di bawa ke Hongkong. Sejujurnya Florenzee agak tidak mengerti dengan apa yang wanita itu lakukan di sana karena bukannya membantu wanita itu malah terlihat gelisah dan sibuk sendiri dengan pikirannya hingga Michael menegur wanita itu dengan suara beratnya, “Ngapain kamu di sana enggak mencoba membantu kami yang sedang meringankan pekerjaan kamu?” walaupun kalimat Michael disusun dengan kata sindirian yang terang-terangan, Sara masih tidak bereaksi untuk segera membantu. Wanita itu malah berkaca pinggang dan menatap Michael jufga Florenzee dengan kening yang berkerut dalam, “Aku sedang enggak ingin meladeni kamu ya Michael … ada yang lebih penting dari itu understand?!” katanya dengan suara agak keras dengan jari telunjuk yang mengarah ke wajah Michael dengan tidak s
People be starvin' and people be killin' for luv with that crack and that spoon but these rich mothafuckas, they stay eatin' good Brian menatap Florenzee dengan seringai membuat wanita itu menjafi agak malas namun tetap menatapnya dengan menantang, dia melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Florenzee dan sambil terus melakukan rap mengikuti alunan melodi yang terdengar keras memenuhi hall konser malam ini. Droppin' wage livin' good holdin' steel socks, but you been a suck a thick cock shit a Crip walk, hit the strip like in Hongkong Florenzee mendorong Brian menjauh dan menaikan sebelah alisnya sambil terus menyanyikan bagiannya dan tidak lupa juga ia menunjukkan wajah songongnya dihadapan Brian untuk membalasnya yang agak kurang ajar di atas panggung. Bagaimana pun juga sebenarnya Florenzee masih kesal pada adiknya tersebut karena merasa terlalu posesif dan menganggapnya sebagai anak kecil padahal dia ini kan kakaknya! Florenzee melakukan rap
Jam menunjukkan pukul setengah dua dini hari ketika Florenzee berniat menyelinap keluar dari kamar hotelnya, wanita itu tidak bisa tidur jadi dia berencana akan keluar sebentar untuk menghirup udara segar dikawasan The Ritz Carlton. Ini tengah malam jadi presentase diketahui oleh fans maupun paparazi adalah kurang dari lima puluh persen kan? — setidaknya itu yang dipikirkan Florenzee saat dia memantapkan niatannya. Setelah memastikan semua orang staffnya telah tertidur dengan lelap karena kelelahan setelah pertunjukan —karena mungkin mereka kelelahan setelah jadwal padat yang hampir menguras seluruh engergi mereka. Florenzee mengendap keluar dengan hati?hati dan menutup pintu kamar hotelnya dengan gerakan pelan. Wanita itu berharap Michael dan Sara yang menempati kamar di sampingnya tidak terbangun karena hal itu. Sembari menunggu pintu lift terbuka, Florenzee kembali memastikan kalau dia telah membawa dompet dan handphone miliknya, walaupun belum tentu akan ia gunakan tapi siapa
Florenzee Hwang meluruskan kakinya sebelum mendorong tubuhnya ke belakanga untuk merebahkan dirinya di atas ubin dingin gym center The Ritz Carlton Hotel sore hari ini. Keringatnya sudah bercucuran deras dan cukup hampir membasahi seluruh pakaian stretch yang dia kenakan sore hari ini. Matanya terpejam rapat, sembari mencoba mengatur nafasnya yang menderu — secara fisik dia benar-benar lelah dan mungkin secara mental pun sama .... Satu menit .... dua menit ... tiga menit. Florenzee, mau jadi pacarku? —pertanyaan yang dilontarakan kemarin oleh Jake terngiang kembali di otak Florenzee membuat wanita itu menghembuskan nafasnya kesal lalu membuka matanya yang sebelumnya terpejam erat. Sialan! Florenzee bukan jenis wanita yang baru gede yang gampang terbawa perasas , dia bukan juga sejenis tipe yang mudah tersipu atau mudah memikirkan sesuatu dengan serius tapi entah mengapa pengakuan Jake kemarin banyak mempengaruhinya —dia jadi banyak berpikir hingga sulit mengenyahkan pertanyaan itu
[BREAKING NEWS] Newcomer Hollywood worldwide artist Florenzee Hwang was harshly criticized for exploiting the popularity of Jay Bieber, both fans at war. (Source : TZM News) Kinabalu, Sabah, Malaysia, 2015 Sekali lagi aku menatap layar ponsel milikku yang menunjukkan tajuk utama sebuah berita teratas nomor satu dengan nanar. Mengapa rasanya tetap sakit sekali? Perasaan tidak terima itu tetap ada menyelimuti hatiku padahal sebenarnya aku sudah tahu konsekuensi yang akan aku hadapi tetapi tetap saja aku tidak bisa terbiasa. Harusnya aku menganggap ini bukan apa-apa, harusnya respons negatif media ujaran kebencian dari para pembenci bukan apa-apa itu adalah hal wajar karena yang menimpaku kali ini adalah harga yang harus diriku bayar untuk menjadi selebriti terkenal. Aku menatap sekeliling dengan pandangan sendu. Keindahan laut Kinabalu malam ini, ketenangan yang ditawarkannya sama sekali tidak bisa mengobati rasa sakitku. Aku mengangkat botol berisi minuman keras itu, ingin menegukny
7 Tahun kemudian Seoul, Korea Selatan, 2022 Penampilanku kali ini sukses seperti biasa, ditambah sebuah senyuman manis di akhir penampilan, orang akan berpikir kalau aku baik-baik saja. Ya setidaknya, aku kelihatan baik-baik saja dari luar walaupun yang aku rasakan jauh dari kata baik. Kelelahan bukanlah perkara yang baik bagi seorang selebriti seperti kami yang memiliki segudang jadwal padat yang mendekati tidak manusiawi. Kepalaku terasa seperti dipukul tiap kali aku menarik napas, perutku mual, dan semua persendianku rasanya benar-benar nyeri dan aku sekarang benar-benar merasa seperti nenek tua yang sebentar lagi tidak bisa melakukan apa-apa."Kamu baik-baik saja kan?" ucap Cha Sara yang menyambut ku di belakang stage. Dia segera membantuku berjalan ke backstage diikuti oleh dua orang hair stylist dan satu orang make up artist yang membenahi penampilan ku. Mereka adalah para
Florenzee Hwang meluruskan kakinya sebelum mendorong tubuhnya ke belakanga untuk merebahkan dirinya di atas ubin dingin gym center The Ritz Carlton Hotel sore hari ini. Keringatnya sudah bercucuran deras dan cukup hampir membasahi seluruh pakaian stretch yang dia kenakan sore hari ini. Matanya terpejam rapat, sembari mencoba mengatur nafasnya yang menderu — secara fisik dia benar-benar lelah dan mungkin secara mental pun sama .... Satu menit .... dua menit ... tiga menit. Florenzee, mau jadi pacarku? —pertanyaan yang dilontarakan kemarin oleh Jake terngiang kembali di otak Florenzee membuat wanita itu menghembuskan nafasnya kesal lalu membuka matanya yang sebelumnya terpejam erat. Sialan! Florenzee bukan jenis wanita yang baru gede yang gampang terbawa perasas , dia bukan juga sejenis tipe yang mudah tersipu atau mudah memikirkan sesuatu dengan serius tapi entah mengapa pengakuan Jake kemarin banyak mempengaruhinya —dia jadi banyak berpikir hingga sulit mengenyahkan pertanyaan itu
Jam menunjukkan pukul setengah dua dini hari ketika Florenzee berniat menyelinap keluar dari kamar hotelnya, wanita itu tidak bisa tidur jadi dia berencana akan keluar sebentar untuk menghirup udara segar dikawasan The Ritz Carlton. Ini tengah malam jadi presentase diketahui oleh fans maupun paparazi adalah kurang dari lima puluh persen kan? — setidaknya itu yang dipikirkan Florenzee saat dia memantapkan niatannya. Setelah memastikan semua orang staffnya telah tertidur dengan lelap karena kelelahan setelah pertunjukan —karena mungkin mereka kelelahan setelah jadwal padat yang hampir menguras seluruh engergi mereka. Florenzee mengendap keluar dengan hati?hati dan menutup pintu kamar hotelnya dengan gerakan pelan. Wanita itu berharap Michael dan Sara yang menempati kamar di sampingnya tidak terbangun karena hal itu. Sembari menunggu pintu lift terbuka, Florenzee kembali memastikan kalau dia telah membawa dompet dan handphone miliknya, walaupun belum tentu akan ia gunakan tapi siapa
People be starvin' and people be killin' for luv with that crack and that spoon but these rich mothafuckas, they stay eatin' good Brian menatap Florenzee dengan seringai membuat wanita itu menjafi agak malas namun tetap menatapnya dengan menantang, dia melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Florenzee dan sambil terus melakukan rap mengikuti alunan melodi yang terdengar keras memenuhi hall konser malam ini. Droppin' wage livin' good holdin' steel socks, but you been a suck a thick cock shit a Crip walk, hit the strip like in Hongkong Florenzee mendorong Brian menjauh dan menaikan sebelah alisnya sambil terus menyanyikan bagiannya dan tidak lupa juga ia menunjukkan wajah songongnya dihadapan Brian untuk membalasnya yang agak kurang ajar di atas panggung. Bagaimana pun juga sebenarnya Florenzee masih kesal pada adiknya tersebut karena merasa terlalu posesif dan menganggapnya sebagai anak kecil padahal dia ini kan kakaknya! Florenzee melakukan rap
Florenzee Hwang menatap Cha Sara dengan kening berkerut dalam saat melihat wanita tersebut hanya berdiri di depan pintu kamar hotelnya saat dirinya dan Michael jelas sedang sibuk membereskan koper-koper mereka yang hendak di bawa ke Hongkong. Sejujurnya Florenzee agak tidak mengerti dengan apa yang wanita itu lakukan di sana karena bukannya membantu wanita itu malah terlihat gelisah dan sibuk sendiri dengan pikirannya hingga Michael menegur wanita itu dengan suara beratnya, “Ngapain kamu di sana enggak mencoba membantu kami yang sedang meringankan pekerjaan kamu?” walaupun kalimat Michael disusun dengan kata sindirian yang terang-terangan, Sara masih tidak bereaksi untuk segera membantu. Wanita itu malah berkaca pinggang dan menatap Michael jufga Florenzee dengan kening yang berkerut dalam, “Aku sedang enggak ingin meladeni kamu ya Michael … ada yang lebih penting dari itu understand?!” katanya dengan suara agak keras dengan jari telunjuk yang mengarah ke wajah Michael dengan tidak s
Aku terbangun dari tidurku ketika mendengar suara berisik beberapa orang disekelilingku dan aku mengerjapkan mataku beberapa kali setelah mendengar bunyi bip pelan yang konstan. Karena penasaran dari mana bunyi itu berasal aku menggulirkan pandanganku ke samping dan berakhir mendapati selang infus dan alat-alat vital sign terpasang ditanganku.“Florenzee Hwang, can you hear me how do you feel?" Pertanyaan itu terdengan tidak beberapa lama setelah aku membuka mataku. Aku menoleh ke kanan dimana di sana terdapat seseorang berseragam putih bersih dengan name tag - Chaeyon— berdiri tepat di sampingku wanita tersebut mengecek patient monitor sign sebelum kembali beralih bertanya kepadaku. Tidak perlu bertanya dengan apa yang terjadi karena aku cukup ingat apa yang terjadi padaku hingga aku berbaring disini dengan selang infus. "Jadi kali ini berapa lama?" Tanyaku dengan suara yang pelan dan serak, melihat bagaiman alat medis yang terpasang di tubuhku sebenarnya itu sudah mendeskripsikan k
Kerjaanku setelah tampil dengan satu lagu, hanya duduk sampai acara selesai. Seharusnya aku membawakan dua lagu, tapi karena kesehatanku yang sedang tidak stabil setelah skandal itu aku hanya diijinkan tampil dengan satu lagu. Aku tahu Michael tidak ingin mengambil resiko. Aku melirik handphone ku yang menampilkan pop up notifikasi pesan dari Charlie.Charlie Ruth Aku kembali ke LA maaf. Aku benar-benar sangat menyesal karena membuat kamu harus terlibat skandal. Semoga kamu memaafkan aku ya love you much! Oh iya Zed dan Shawn menyanyakan dirimu kapan kembali, tapi saran ku jangan kembali dulu ya kemari. Aku tidak siap mobil baruku kamu hancurkan lagi. Xoxo salam sayang sahabat kamu yang paling mencintai dirimu Charlie. Aku mendengus tidak senang setelah membaca pesan yang dia kirimkan padaku. Setelah kejadian hari itu, Charlie bahkan tidak menemui diriku sama sekali. Pria itu menghilang dari jangkaua
Jake Jeon, adalah anggota BXS yang paling muda, tapi walaupun pria itu yang paling muda perawakannya tidak mendeskripsikan demikian. Pria itu tinggi, lebih tinggi dariku. Bertubuh tegap atletis dan memiliki kesan garang dan bad boy vibe. warna matanya hazel dan dia memiliki tahi lalat super kecil di bawah mulutnya, membuatnya tampak imut.Kalau aku harus mendeskripsikan dia dalam satu kata maka aku mengakui kalau dia itu hampir menyentuh kata sempurna. Dari yang aku dengar di industri ini Jake itu adalah orang yang pendiam, atau mungkin lebih cenderung tidak tersentuh? Intinya dia itu begitu dingin untuk sesama rekan kerja sesama artisnya namun juga begitu hangat dan dapat digapai seperti citra yang selama ini dia tampilkan didepan para penggemarnya. Intinya Jake dapat menempatkan dirinya sendiri dengan baik.Di dalam ruangan sempit disebut sebuah lift itu aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan Jake juga sama saja. Dia hanya bicara jika itu me
Siapa orang di abad ini yang tidak kenal dengan BXS? Mungkin kalau dijumlahkan dalam bentuk statistika, aku dapat dengan percaya diri mengatakan bahwa yang mengenal siapa itu BXS hampir sembilan puluh persen populasi manusia di bumi ini. Dan sisanya sepuluh persen adalah orang-orang kudet parah yang sama sekali tidak menyentuh teknologi! Iya jangan terkejut begitu dengan angkanya karena mereka memang seterkenal dan sefenomenal itu. Kalau dibandingkan dengan generasi jaman dulu mungkin setara dengan One Direction populernya.Aku tidak tahu darimana awalnya ini terjadi, tapi aku rasa sejak industri musik di dunia ini mulai didominasi oleh genre K-POP setelah BXS masuk dan menyabet berbagai penghargaan acara musik bergengsi di Amerika, mereka menjadi ujung tombak dan bukti mutlak dari keberhasilan K-POP di berbagai negara, bahkan kalau dipikir-pikir sekarang industri musik berkiblat kepada mereka dan dominasi barat mulai menurun. Sedih memang kalau melihat fakta itu.Sebe
7 Tahun kemudian Seoul, Korea Selatan, 2022 Penampilanku kali ini sukses seperti biasa, ditambah sebuah senyuman manis di akhir penampilan, orang akan berpikir kalau aku baik-baik saja. Ya setidaknya, aku kelihatan baik-baik saja dari luar walaupun yang aku rasakan jauh dari kata baik. Kelelahan bukanlah perkara yang baik bagi seorang selebriti seperti kami yang memiliki segudang jadwal padat yang mendekati tidak manusiawi. Kepalaku terasa seperti dipukul tiap kali aku menarik napas, perutku mual, dan semua persendianku rasanya benar-benar nyeri dan aku sekarang benar-benar merasa seperti nenek tua yang sebentar lagi tidak bisa melakukan apa-apa."Kamu baik-baik saja kan?" ucap Cha Sara yang menyambut ku di belakang stage. Dia segera membantuku berjalan ke backstage diikuti oleh dua orang hair stylist dan satu orang make up artist yang membenahi penampilan ku. Mereka adalah para