Share

Unjuk Diri!

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-19 00:21:45

Vanesha hanya diam dengan perasaan bingung ketika Velove tak berhenti memandanginya. Gugup? Tentu saja! Tapi, ia tak suka dengan cara Velove pada dirinya.

"Jadi, kamu benar-benar wanita miskin?" tanya Velove. "Ternyata kakakku tidak berbohong jika ia akan menikah dengan..."

Velove melanjutkan ucapannya itu dengan gerakan jarinya ke atas dan ke bawah, seolah menggambarkan bagaimana penampilan Vanesha yang biasa saja. Hal itu seketika membuat Vanesha tak bisa lagi menahan dirinya. Ia merasa muak melihat tingkah arogant dari Velove atas didirnya.

"Kalo miskin kenapa? Apa orang miskin tidak boleh menikah dengan orang kaya seperti kakakmu?" tanya Vanesha dingin.

Velove mengangguka pelan. Tersenyum smirk menanggapi perkataan Vanesha yang baru saja ia dengar.

"Tentu saja tidak boleh." jawab Velove enteng. "Karena tujuan orang miskin menikah dengan orang kaya hanyalah untuk uang, bukan karena cinta!"

Vanesha terkekeh. Lantas sikapnya itu tentu saja membuat Velove terperangah. Ia merasa jika wanita miskin level rendah yang duduk di hadapannya itu tengah menyepelekan dirinya.

"Kau pikir, orang kaya menikah dengan orang kaya lainnya pun tidak berdasarkan uang yang dimiliki keduanya? Apa kau yakin, jika dua orang kaya yang saling menikah itu melakukannya hanya sekedar untuk cinta?" serang Vanesha yang seketika keberaniannya itu membuat Velove tertegun. "Tentu ada cinta sebagai alasan untuk menikah dengan kakakmu, tapi jika saja kau menjadi aku, kau akan menyadari betapa pentingnya uang! Jadi, tidak ada salahnya wanita miskin seperti aku menikah dengan laki-laki kaya untuk memperbaiki nasibku!"

"Wah, baru kali ini aku melihat ada wanita seberani dirimu berkata seperti itu kepadaku!" tanggap Velove seraya bertepuk tangan.

Vanesha tak takut! Ia mengangkat dagunya. Menunjukkan keberaniannya meski gugup.

"Hidupku sudah cukup sulit menjadi wanita miskin yang tentu saja sangat jarang menyantap makanan seperti saat ini! Oleh karena itulah Tuhan mempertemukan aku dengan kakakmu! Membuat kami jatuh cinta dan sedikit menguntungkan diriku karena dia sangat tampan dan juga kaya!" tukas Vanesha dengan berani. "Lalu kau datang kesini memperkenalkan diri sebagai adiknya dan menyatakan bahwa aku tak boleh menikah dengannya karena kaya? Kau pikir aku akan berhenti?! Tentu saja tidak! Aku akan tetap menikah dengan kakakmu! Dan kau tak perlu khawatir! Aku hanya menginginkan uang kakakmu, bukan ingin harta keluarga kalian!"

Perkataan Vanesha yang blak-blakan itu membuat Velove terperangah. Mulutnya ternganga. Ia tak menyangka jika Vanesha akan seberani itu padanya.

"Wah! Kau berenergi sekali! Aku sangat menyukainya!" seru Velove yang seketika membuat Vanesha terheran-heran. "Aku sangat suka dengan perkataanmu itu! Yang bahwa kau hanya menginginkan uang kakakku, bukan harta keluarga kami! Hahahaha! Itu sangat aku suka!"

Sangat mengherankan! Apalagi ketika sikap dingin Velove menjadi hangat dengan senyuman lebar di bibirnya. Dan keheranan kian besar saat Velove menggeser kursi yang ia duduki itu agar lebih dekat dengan Vanesha. Kening Vanesha mendadak berkerut ketika wanita berpenampilan glamour itu meraih tangannya.

Kedua mata Vanesha bahkan terbelalak ketika Velove mendadak menempelkan tangannya pada wajahnya. Sementara Velove tetap tersenyum mengekspresikan kesenangannya.

"Kau kenapa? Kesurupan?" tanya Vanesha yang masih keheranan dengan sikap Velove.

"Setidaknya, kau tidak lebih buruk dari mantan kekasih Vander!" gumam Velove sembari terus menempelkan telapak tangan Vanesha pada wajahnya.

"Ck! Lepaskan tanganku! Tanganku gatal!" tukas Vanesha yang tak lama berhasil melepaskan tangannya dari jemari Velove.

Velove masih tersenyum meski Vanesha menunjukkan raut wajah kesalnya. Lalu wanita itu berdiri dan melambaikan tangannya.

"Lanjutkan makanmu, aku akan pergi dari sini untuk melaporkan pertemuan ini dengan orang tuaku!" seru Velove seraya melangkah mundur meninggalkan Vanesha sendiri untuk menyantap kembali makanannya.

Dan ketika wanita itu keluar, nampak sosok Vander yang baru saja turun dari mobilnya. Dari jendela restoran itu Vanesha sempat melihat Vander yang menyapa adiknya, lalu menyimak langkah lelaki tampan itu ketika menghampirinya.

Vander duduk di hadapan Vanesha, menatapnya dengan tatapan sumringah. Berbeda dengan Vanesha yang menyambut kedatangannya dengan wajah keheranan.

"Kau kenapa? Apa memang kau dan adikmu sering kesurupan?" ujar Vanesha menanggapi wajah sumringah Vander terhadapnya.

Vander meraih segelas air milik Vanesha, lalu meneguknya. Perlahan ia menyandarkan tubuhnya, menatap Vanesha seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ternyata benar kata kawanmu dalam formulirnya atas dirimu. Ternyata kau benar-benar tidak mengecewakan!" tukas Vander kemudian.

Kening Vanesha kembali berkerut. Ia masih tak bisa memahami ucapan Vander.

"Memangnya apa yang Hesti tuliskan dalam formulir yang kau sebutkan tadi?" tanya Vanesha penasaran.

"Dia berkata dalam formulir itu, bahwa kau adalah wanita yang tahan banting!" jawab Vander. "Dan benar adanya! Kau sungguh tahan banting! Untuk pertama kalinya teman kencanku bisa mengalahkan seorang Velove yang selalu berusaha mencari kekurangan wanita yang aku kencani!"

"Jadi, maksudmu itu..."

"Selamat, kau berhasil mengalahkan asisten nenek sihir dalam keluargaku! Untuk selanjutnya, kau akan berhadapan dengan nenek sihir yang sesungguhnya!"

"Nenek sihir?" kening Vanesha kembali berkerut.

Vander tersenyum. Lalu mengangguk pelan.

"Ibuku!" jelas Vander singkat. "Meski pilihan menikah tak bisa diubah oleh siapapun dan akan selalu terserah dengan keputusanku, mau tidak mau kau tetap harus menghadapi ibuku!"

Vanesha menelan saliva. Ada perasaan gugup ketika Vander mengatakannya. Apalagi melihat bagaimana laki-laki tampan itu tersenyum dalam konteks yang mencurigakan. Dan title nenek sihir tentu saja menjadi isyarat menyeramkan bagi Vanesha.

"Jika adikmu saja seperti itu, maka aku pun harus menghadapi serangan kalimat jahat dari ibumu?"

Vander mengangguk pelan, ia mengiyakan pertanyaan Vanesha terhadapnya tentang sang ibu. Lalu melipat kedua tangannya di atas meja, membiarkan wajahnya bertumpu di sana sambil menatap Vanesha yang berwajah tegang.

"Jangan takut! Tetaplah bersikap apa adanya seperti itu dan jangan pernah mencoba bersikap manis pada ibuku." tukasnya. "Karena ibuku tidak suka kepribadian yang dibuat-buat. Sama seperti adikku, Ibuku sangat suka manusia dengan sikap apa adanya!"

"Termasuk kemiskinanku dan perkataan kurang ajarku pada adikmu tadi?"

"Ya!" jawab Vander penuh semangat. "Tetaplah seperti itu! Menjadi wanita miskin yang tinggi harga dirinya! Keluarga kami sangat menyukai kepribadian seperti itu daripada sosok yang naif dalam menghadapi kehidupan!"

Vanesha kembali termenung. Ia mencoba meyakinkan dirinya meski title nenek sihir itu cukup membuatnya gugup. Ia bisa membayangkan akan bagaimana sikap kejam ibu Vander yang diduga melebihi kekurang ajaran seorang Velove terhadapnya.

"La-lalu... Kapan a-aku akan bertemu dengan ibumu?" tanya Vanesha yang terbata karena rasa gugupnya.

Vander kambali merebahkan tubu ke sandaran kursi yang didudukinya. Ia tersenyum, menatap sosok Vanesha yang nampak sangat gugup setelah mendengar penjelasannya.

"Tentu saja kau harus menemuinya nanti malam!"

Bab terkait

  • Caught in Sugardady's Love   Persiapan

    Vander menatap bayang dirinya di dalam cermin. Kala itu ia baru saja mengganti bajunya selepas mandi. Ia terbebas dari keringat yang membasahi kemejanya ketika mengantar Vanesha pulang untuk berdiskusi perihal kontrak pernikahan kembali tadi. Dan dalam diam lelaki itu mengingat bagaimana sosok Vanesha dengan sikapnya yang apa adanya. Lalu tersenyum saat mengingat cuplikan adegan yang sempat ia lihat tentang bagaimana wanita itu menghadapi adiknya yang galak. "Kak!""Astaga!" Kedatangan Velove di kamarnya tanpa mengetuk pintu sangat mengejutkan Vander. Lelaki itu bahkan mengelus dada dan menatap sosok Velove setengah melotot. Sementara Velove tampak acuh. Wanita muda itu merasa acuh dengan perbuatannya yang mengejutkan Vander. Velove langsung duduk di atas ranjang sang kakak sambil menatap sang kakak yang sedang merapikan rambutnya di depan cermin. "Kamu itu bukan anak SD lagi, Velove! Seharusnya kamu ketuk pintu dulu sebelum,-" Dan ucapan Vander tertahan dengan Velove yang mendadak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Caught in Sugardady's Love   Bukan Cinderella

    Vanesha berdiam di depan loby apartement. Ia duduk di sofa panjang sembari memainkan ponselnya. Sesekali ia menghela napas, atau sekedar membenarkan posisi duduknya yang tak biasa dengan setelan dress mewah pemberian Vander. "Aku harus bagaimana jika bertemu dengan ibunya?" gumamnya sembari memutar-mutar ponselnya dengan satu tangan. "Dia memintaku bersikap apa adanya, seperti biasa, tapi dia memintaku berdandan seperti ini. Sungguh membingungkan!""Tak perlu bingung, karena aku bersamamu!"Vanesha terkejut ketika tanpa ia duga Vander sudah duduk di sampingnya. Lelaki itu dengan sangat enteng merangkul Vanesha hingga membuat beberapa orang yang berlalu di sekitar sama fokus pada mereka. Vanesha terpaku ketika Vander menatap matanya. Mendadak jantungnya berdegup kencang. Seolah dunia berhenti untuknya. "Tu-Tuan Va-Vander?"Vanesha sedikit kikuk menyadari bagaimana aktor tampan itu merangkulnya. Pipinya juga memerah saat menatap senyuman lebar superstar yang biasanya hanya ia pandan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Caught in Sugardady's Love   Menghadapi Ratu Sebenarnya!

    'Sampai akhir hayat? Semudah itu ia mengatakannya?! Ck, benar-benar seorang aktor yang hebat!' batin Vanesha di sela senyuman yang ia layangkan pada semua mata kamera awak media di hadapannya. Ia hanya bisa menatap mereka dan tersenyum, sesuai bagaimana Vander memberi titahnya di dalam perjalanan tadi. Meski ada debar dasyat dalam benak ketika tangan besar Vander yang mulus itu menggenggam tangannya, Vanesha berusaha nampak se-relax mungkin. Selain ingin memenangkan sandiwaranya di depan awak media, ia juga tak mau membuat Vander yang selalu bangga dengan ketampanannya itu semakin besar kepala. "Cukup sampai di sini, kita akan bertemu di jumpa pers nanti, ya! Kami mohon pamit dulu, karena kebetulan Mama sedang menunggu di dalam!" jelas Vander yang seketika membuat para wartawan di hadapannya itu berbinar mendengar kalimat akhirnya. Mereka juga berdecak kagum sambil melanjutkan pengambilan gambar ketika sosok Nyonya Ana nampak menyapa mereka dari mulut pintu. Tentu kehadiran sosok ib

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Caught in Sugardady's Love   Berdebar?

    ‘I-ingin menyentuh? A-apa laki-laki gila i-itu sedang memperdalam perannya?! Tapi, me-mengapa matanya ketika menatapku...’ Tentu Vanesha tak bisa melupakan kata-kata akhir Vander yang tak hanya mengejutkan Nyonya Ana selaku ibunya, nyata perkataan itu sama mengejutkan bagi Vanesha. Terlebih lagi cara pandang Vander yang membingungkan. Membuatnya dilema tatkala melihat wajah itu ketika berlakon sebagai seorang kekasih di depan matanya. Hingga saat detik Vander tengah mengantar dirinya pulang pun sorot mata laki-laki itu benar-benar tak bisa ia lupakan. “Kita mampir ke mini market sebentar ya? Aku harus membeli beberapa benda untuk syutingku besok.” tukas Vander yang kemudian segera turun dari mobil setelah Vanesha menganggukkan kepalanya. Dari kaca jendela mobil yang nampak gelap dari luar itu ia memperhatikan langkah seorang aktor dengan pakaian serba hitam dan topi beserta masker bewarna senada yang ia kenakan. Ia mencoba menerka gerak tubuh yang sedang tampil misterius itu, Dahi V

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • Caught in Sugardady's Love   Laki-laki Tua yang Mendebarkan!

    Mendadak keduanya terpaku. Baik Vanesha maupun Vander, keduanya terhanyut dalam debar. Vander merasa mata sejuk milik Vanesha itu menyihir dirinya. Namun kesadarannya dengan cepat merubah ekspresi wajahnya itu kembali datar. Ia tersenyum smirk dengan satu alis tebalnya yang terangkat seolah tengah menganggap remeh Vanesha yang masih terbelalak karena sikapnya. "Berdebar kan?" godanya tanpa peduli nyata benar dirinya pun jua tengah berdebar. Sontak hal itu membuat Vanesha tersadar dan langsung mendorong Vander agar menjauh dari tubuhnya. "Wanita di luar sana mungkin iya, tapi tidak dengan aku!" elak Vanesha sembari membuang pandangannya keluar jendela. Hal itu membuat Vander terkekeh. "Jelas pipimu memerah! Apa artinya jika bukan karena berdebar?!" Perkataan Vander membuat Vanesha perlahan meraba kedua pipinya. Lalu melirik lelaki yang sungguh berhasil menggodanya. "Itu karena blush on!" tukasnya lalu menarik diri dan membuang pandangannya ke arah yang berlawanan agar tak menatap

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • Caught in Sugardady's Love   Penawar Luka

    Setelah sepakat, Vander membawa Vanesha ke kediamannya. Bukan rumah keluarga besar dimana ada adik serta ibu Vander berada, namun tempat tinggal yang selama ini hanya di huni oleh Vander dan managernya. Vander mengajak Vanesha ke sana karena benar setiba mereka di sana terlihat seorang wanita berdiri di depan mobil mewah miliknya yang berparkir di depan rumah Vander. Di tengah terpesonanya Vanesha yang menamatkan wajah cantik wanita itu di kejauhan, ia dikejutkan dengan Vander yang tiba-tiba meraih tangannya. Seketika membuat jantungnya berdebar kencang saat menatap wajah nyaris sempurna Vander meski tanpa senyuman. “Kau hanya perlu di sampingku dan ikut masuk ke dalam. Apapun yang ia katakan ataupun yang ia tanyakan, kau tak perlu menjawabnya. Sampai di sini apa kau mengerti?” tukas Vander kemudian. “I-iya..” jawab Vanesha setengah gemetar ditatap tajam oleh Vander kala itu. “Ayo kita keluar!” Vanesha kembali mengangguk, lalu mengikuti langkah Vander keluar dari mobil setelah san

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Caught in Sugardady's Love   Lelaki yang Manis...

    Menyadari bahwa dirinya tak sanggup untuk lama berdiri, Vander meminta Vanesha memapahnya ke sebuah kamar utama. Maka dengan susah payah Vanesha berusaha memapah tubuh besar itu untuk menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar utama. Dan beruntung Vanesha dapat bertahan membawa lelaki itu hingga membantunya tidur di atas ranjang. Perlahan-lahan Vanesha membuka sepatu kets yang Vander kenakan. Lalu membantu lelaki itu membuka kemejanya untuk menghilangkan rasa gerah. Ia juga mengatur suhu ruangan itu setelah mendengar interupsi dari Vander tentang suhu yang biasa ia pakai. "Tuan beristirahatlah, aku akan turun untuk menyiapkan air hangat.""Terimakasih Vanes..." tukas Vander seraya meraih tangan Vanesha, memandang wanita itu dengan mata sayu sebab suhu tubuh yang tak nyaman. Tentu genggaman itu berhasil membuat Vanesha berdebar, bahkan pipinya memerah karena sentuhan tangan Vander. Namun Vanesha tau diri. Karena tidak mungkin lelaki berperawakan sempurna itu akan menyukainya. "Sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Caught in Sugardady's Love   Prolog

    Vanesha baru saja keluar dari sebuah gedung tempat kelima kalinya ia meletakkan lamaran kerjanya. Ia menyeka peluhnya, lalu mendongak mengamati gedung-gedung tinggi di sekitarnya. Lalu mencari tempat duduk dan tak lama menemukan tempat ternyaman itu di depan sebuah pertokoan megah yang tengah tutup. Vanesha kembali menghapus peluh dengan punggung tangannya, lalu menatap langit biru yang membentang di atas kepalanya. Di teguknya sebotol minuman yang ia genggam sedari tadi, lalu menghela napas untuk melegakan dirinya sendiri. Ia melihat sekelilingnya, menggantungkan irinya atas beberapa mahasiswa yang ia dapati tengah bercengkrama dengan kawan-kawannya. Vanesha berpikir, jika nasibnya pun akan seindah itu kalau saja kedua orang tuanya tidak meninggal dunia. Dengan wajah sendu itu ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Lalu menatap wallpaper ponselnya, tempat dimana ia bisa melihat senyum ayah dan ibunya yang tengah merangkul dirinya. Hingga tak lama kemudian sebuah panggilan tel

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16

Bab terbaru

  • Caught in Sugardady's Love   Lelaki yang Manis...

    Menyadari bahwa dirinya tak sanggup untuk lama berdiri, Vander meminta Vanesha memapahnya ke sebuah kamar utama. Maka dengan susah payah Vanesha berusaha memapah tubuh besar itu untuk menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar utama. Dan beruntung Vanesha dapat bertahan membawa lelaki itu hingga membantunya tidur di atas ranjang. Perlahan-lahan Vanesha membuka sepatu kets yang Vander kenakan. Lalu membantu lelaki itu membuka kemejanya untuk menghilangkan rasa gerah. Ia juga mengatur suhu ruangan itu setelah mendengar interupsi dari Vander tentang suhu yang biasa ia pakai. "Tuan beristirahatlah, aku akan turun untuk menyiapkan air hangat.""Terimakasih Vanes..." tukas Vander seraya meraih tangan Vanesha, memandang wanita itu dengan mata sayu sebab suhu tubuh yang tak nyaman. Tentu genggaman itu berhasil membuat Vanesha berdebar, bahkan pipinya memerah karena sentuhan tangan Vander. Namun Vanesha tau diri. Karena tidak mungkin lelaki berperawakan sempurna itu akan menyukainya. "Sa

  • Caught in Sugardady's Love   Penawar Luka

    Setelah sepakat, Vander membawa Vanesha ke kediamannya. Bukan rumah keluarga besar dimana ada adik serta ibu Vander berada, namun tempat tinggal yang selama ini hanya di huni oleh Vander dan managernya. Vander mengajak Vanesha ke sana karena benar setiba mereka di sana terlihat seorang wanita berdiri di depan mobil mewah miliknya yang berparkir di depan rumah Vander. Di tengah terpesonanya Vanesha yang menamatkan wajah cantik wanita itu di kejauhan, ia dikejutkan dengan Vander yang tiba-tiba meraih tangannya. Seketika membuat jantungnya berdebar kencang saat menatap wajah nyaris sempurna Vander meski tanpa senyuman. “Kau hanya perlu di sampingku dan ikut masuk ke dalam. Apapun yang ia katakan ataupun yang ia tanyakan, kau tak perlu menjawabnya. Sampai di sini apa kau mengerti?” tukas Vander kemudian. “I-iya..” jawab Vanesha setengah gemetar ditatap tajam oleh Vander kala itu. “Ayo kita keluar!” Vanesha kembali mengangguk, lalu mengikuti langkah Vander keluar dari mobil setelah san

  • Caught in Sugardady's Love   Laki-laki Tua yang Mendebarkan!

    Mendadak keduanya terpaku. Baik Vanesha maupun Vander, keduanya terhanyut dalam debar. Vander merasa mata sejuk milik Vanesha itu menyihir dirinya. Namun kesadarannya dengan cepat merubah ekspresi wajahnya itu kembali datar. Ia tersenyum smirk dengan satu alis tebalnya yang terangkat seolah tengah menganggap remeh Vanesha yang masih terbelalak karena sikapnya. "Berdebar kan?" godanya tanpa peduli nyata benar dirinya pun jua tengah berdebar. Sontak hal itu membuat Vanesha tersadar dan langsung mendorong Vander agar menjauh dari tubuhnya. "Wanita di luar sana mungkin iya, tapi tidak dengan aku!" elak Vanesha sembari membuang pandangannya keluar jendela. Hal itu membuat Vander terkekeh. "Jelas pipimu memerah! Apa artinya jika bukan karena berdebar?!" Perkataan Vander membuat Vanesha perlahan meraba kedua pipinya. Lalu melirik lelaki yang sungguh berhasil menggodanya. "Itu karena blush on!" tukasnya lalu menarik diri dan membuang pandangannya ke arah yang berlawanan agar tak menatap

  • Caught in Sugardady's Love   Berdebar?

    ‘I-ingin menyentuh? A-apa laki-laki gila i-itu sedang memperdalam perannya?! Tapi, me-mengapa matanya ketika menatapku...’ Tentu Vanesha tak bisa melupakan kata-kata akhir Vander yang tak hanya mengejutkan Nyonya Ana selaku ibunya, nyata perkataan itu sama mengejutkan bagi Vanesha. Terlebih lagi cara pandang Vander yang membingungkan. Membuatnya dilema tatkala melihat wajah itu ketika berlakon sebagai seorang kekasih di depan matanya. Hingga saat detik Vander tengah mengantar dirinya pulang pun sorot mata laki-laki itu benar-benar tak bisa ia lupakan. “Kita mampir ke mini market sebentar ya? Aku harus membeli beberapa benda untuk syutingku besok.” tukas Vander yang kemudian segera turun dari mobil setelah Vanesha menganggukkan kepalanya. Dari kaca jendela mobil yang nampak gelap dari luar itu ia memperhatikan langkah seorang aktor dengan pakaian serba hitam dan topi beserta masker bewarna senada yang ia kenakan. Ia mencoba menerka gerak tubuh yang sedang tampil misterius itu, Dahi V

  • Caught in Sugardady's Love   Menghadapi Ratu Sebenarnya!

    'Sampai akhir hayat? Semudah itu ia mengatakannya?! Ck, benar-benar seorang aktor yang hebat!' batin Vanesha di sela senyuman yang ia layangkan pada semua mata kamera awak media di hadapannya. Ia hanya bisa menatap mereka dan tersenyum, sesuai bagaimana Vander memberi titahnya di dalam perjalanan tadi. Meski ada debar dasyat dalam benak ketika tangan besar Vander yang mulus itu menggenggam tangannya, Vanesha berusaha nampak se-relax mungkin. Selain ingin memenangkan sandiwaranya di depan awak media, ia juga tak mau membuat Vander yang selalu bangga dengan ketampanannya itu semakin besar kepala. "Cukup sampai di sini, kita akan bertemu di jumpa pers nanti, ya! Kami mohon pamit dulu, karena kebetulan Mama sedang menunggu di dalam!" jelas Vander yang seketika membuat para wartawan di hadapannya itu berbinar mendengar kalimat akhirnya. Mereka juga berdecak kagum sambil melanjutkan pengambilan gambar ketika sosok Nyonya Ana nampak menyapa mereka dari mulut pintu. Tentu kehadiran sosok ib

  • Caught in Sugardady's Love   Bukan Cinderella

    Vanesha berdiam di depan loby apartement. Ia duduk di sofa panjang sembari memainkan ponselnya. Sesekali ia menghela napas, atau sekedar membenarkan posisi duduknya yang tak biasa dengan setelan dress mewah pemberian Vander. "Aku harus bagaimana jika bertemu dengan ibunya?" gumamnya sembari memutar-mutar ponselnya dengan satu tangan. "Dia memintaku bersikap apa adanya, seperti biasa, tapi dia memintaku berdandan seperti ini. Sungguh membingungkan!""Tak perlu bingung, karena aku bersamamu!"Vanesha terkejut ketika tanpa ia duga Vander sudah duduk di sampingnya. Lelaki itu dengan sangat enteng merangkul Vanesha hingga membuat beberapa orang yang berlalu di sekitar sama fokus pada mereka. Vanesha terpaku ketika Vander menatap matanya. Mendadak jantungnya berdegup kencang. Seolah dunia berhenti untuknya. "Tu-Tuan Va-Vander?"Vanesha sedikit kikuk menyadari bagaimana aktor tampan itu merangkulnya. Pipinya juga memerah saat menatap senyuman lebar superstar yang biasanya hanya ia pandan

  • Caught in Sugardady's Love   Persiapan

    Vander menatap bayang dirinya di dalam cermin. Kala itu ia baru saja mengganti bajunya selepas mandi. Ia terbebas dari keringat yang membasahi kemejanya ketika mengantar Vanesha pulang untuk berdiskusi perihal kontrak pernikahan kembali tadi. Dan dalam diam lelaki itu mengingat bagaimana sosok Vanesha dengan sikapnya yang apa adanya. Lalu tersenyum saat mengingat cuplikan adegan yang sempat ia lihat tentang bagaimana wanita itu menghadapi adiknya yang galak. "Kak!""Astaga!" Kedatangan Velove di kamarnya tanpa mengetuk pintu sangat mengejutkan Vander. Lelaki itu bahkan mengelus dada dan menatap sosok Velove setengah melotot. Sementara Velove tampak acuh. Wanita muda itu merasa acuh dengan perbuatannya yang mengejutkan Vander. Velove langsung duduk di atas ranjang sang kakak sambil menatap sang kakak yang sedang merapikan rambutnya di depan cermin. "Kamu itu bukan anak SD lagi, Velove! Seharusnya kamu ketuk pintu dulu sebelum,-" Dan ucapan Vander tertahan dengan Velove yang mendadak

  • Caught in Sugardady's Love   Unjuk Diri!

    Vanesha hanya diam dengan perasaan bingung ketika Velove tak berhenti memandanginya. Gugup? Tentu saja! Tapi, ia tak suka dengan cara Velove pada dirinya. "Jadi, kamu benar-benar wanita miskin?" tanya Velove. "Ternyata kakakku tidak berbohong jika ia akan menikah dengan..." Velove melanjutkan ucapannya itu dengan gerakan jarinya ke atas dan ke bawah, seolah menggambarkan bagaimana penampilan Vanesha yang biasa saja. Hal itu seketika membuat Vanesha tak bisa lagi menahan dirinya. Ia merasa muak melihat tingkah arogant dari Velove atas didirnya. "Kalo miskin kenapa? Apa orang miskin tidak boleh menikah dengan orang kaya seperti kakakmu?" tanya Vanesha dingin. Velove mengangguka pelan. Tersenyum smirk menanggapi perkataan Vanesha yang baru saja ia dengar. "Tentu saja tidak boleh." jawab Velove enteng. "Karena tujuan orang miskin menikah dengan orang kaya hanyalah untuk uang, bukan karena cinta!"Vanesha terkekeh. Lantas sikapny

  • Caught in Sugardady's Love   Demi Kehidupan!

    Tentu saja Vanesha menjadi tak tenang mengingat apa yang terjadi pada dirinya semalam. Di depan cermin ia menatap bayang dirinya. Perlahan meraba permukaan bibirnya yang kering. Lalu mengoleskan lipbalm pada permukaan itu. "Merubah skrip?! Yang benar saja!" gumamnya. Seperti mimpi baginya mengingat bagaimana tadi malam seorang bintang besar seperti Vander mengecup bibirnya. Entah apa ia harus bersyukur karena kecupan itu diberikan oleh pria tampan nan kaya, atau merasa terpuruk karena masa depannya dipertaruhkan demi uang. "Hh! Pasti bisa!" gumamnya kemudian sembari menatap wajahnya di depan cermin. "Apa yang aku lakukan adalah untuk diriku! Untuk melalui kesulitan yang selama ini membuatku tak bisa hidup dengan tenang!"Vanesha beranjak dari tempatnya. Ia mengepak kembali beberapa baju yang ia keluarkan dari lemarinya ke dalam koper. Karena kesepakatan itu mengharuskan dirinya menuruti ketentuan yang Vander berikan. Vanesha harus pindah dari t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status