Share

Caught in Sugardady's Love
Caught in Sugardady's Love
Penulis: Romantica Evolution

Prolog

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-16 01:01:13

Vanesha baru saja keluar dari sebuah gedung tempat kelima kalinya ia meletakkan lamaran kerjanya. Ia menyeka peluhnya, lalu mendongak mengamati gedung-gedung tinggi di sekitarnya. Lalu mencari tempat duduk dan tak lama menemukan tempat ternyaman itu di depan sebuah pertokoan megah yang tengah tutup.

Vanesha kembali menghapus peluh dengan punggung tangannya, lalu menatap langit biru yang membentang di atas kepalanya. Di teguknya sebotol minuman yang ia genggam sedari tadi, lalu menghela napas untuk melegakan dirinya sendiri. Ia melihat sekelilingnya, menggantungkan irinya atas beberapa mahasiswa yang ia dapati tengah bercengkrama dengan kawan-kawannya.

Vanesha berpikir, jika nasibnya pun akan seindah itu kalau saja kedua orang tuanya tidak meninggal dunia. Dengan wajah sendu itu ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Lalu menatap wallpaper ponselnya, tempat dimana ia bisa melihat senyum ayah dan ibunya yang tengah merangkul dirinya.

Hingga tak lama kemudian sebuah panggilan telepon membuat benda yang ia genggam itu bergetar. Dan nama pemilik nomor itu seketika membuat dirinya nampak lebih berbinar.

"Halo, Hesti?!" sapanya penuh harap. "Gimana? Apa Bibimu bersedia menerimaku sebagai karyawan toko?"

Sekitar dua minggu lalu Vanesha menghubungi sahabatnya ketika bersekolah, yakni Hesti. Ia menanyakan perihal lowongan kerja dan menawarkan dirinya untuk dapat bekerja di toko baju milik Bibi Hesti. Ia tak peduli berapa rupiah yang akan ia terima kelak jika benar-benar bekerja di sebuah toko pakaian kecil itu, ia hanya berharap jika ia bisa menafkahi dirinya sendiri dengan penghasilan itu.

"Maaf, Nes. Tidak ada lowongan di toko bibiku. Ternyata sudah ada pegawai baru yang mengisi kekosongan beberapa hari yang lalu." jelas Hesti melalui panggilan teleponnya.

Lesu badan Vanesha mendengarnya. Ia langsung merebahkan tubuhnya di sandaran kursi panjang yang ia duduki sejak tadi. Lalu mencoba kembali tersenyum meski sahabatnya tidak memberikan jawaban yang ia inginkan.

"Baik, Hes... Gak papa kok. Aku sangat berterimakasih padamu karena mau menawarkannya kepada bibimu." jawabnya sambil terus mencoba tersenyum meski terasa sakit di hatinya ketika kembali harus menghadapi kegagalan mendapatkan pekerjaan.

Vanesha menatap langit di atas kepalanya itu dengan wajah sendunya. Bibirnya melengkung dan kedua matanya mulai berkaca-kaca karena menahan tangisnya.

"Tapi aku ingin menawarkan hal lain kepadamu. Meski ini terdengar sangat aneh, tapi mungkin saja ini bisa membantumu untuk mendapatkan apa yang kamu harapkan. Mungkin ini..."

"Apapun itu akan aku terima, Hes!" potong Vanesha cepat. Ia kembali menggantungkan harapannya.

"Tapi, ini benar-benar hal yang aneh untuk dicoba. Kamu pasti akan terkejut dan..."

"Apapun itu jika bisa mencukupi kebutuhanku, aku rela melakukannya, Hes! Katakan saja padaku, apa yang harus aku lakukan!"

Hesti terdiam. Dari jeda itu membuat Vanesha berpikir jika apa yang Hesti tawarkan bukanlah hal yang biasa. Seketika dugaan di hatinya itu membuat jantungnya berdebar. Namun ia sungguh berjanji pada dirinya, seburuk apapun pekerjaan itu, ia akan mencoba untuk melakukannya selagi itu bisa menjamin hidupnya.

"Hes?" sapanya ketika menurutnya Hesti terlampau lama untuk terdiam.

"Ah, maaf! Hehehe... Baik akan aku jelaskan tentang apa yang harus kamu lakukan dengan tawaran ini! Tapi berjanjilah jika kau tak menganggapku aneh atau memanfaatkanmu meski nyata memang aku pun menawarkannya karena jika kau menerimanya aku akan mendapatkan sedikit imbalan."

Vanesha tersenyum.

"Apapun itu, katakan saja Hesti!"

"Baiklah! Dengarkan aku sampai selesai dan jangan sedetikpun menyela perkataanku!" tukas Hesti kemudian.

"Oke!"

Hesti kembali terdiam beberapa saat. Bahkan diam hembusan napas Hesti kali ini bisa terdengar jelas oleh telinga Vanesha. Nampaknya Hesti sangat gugup nan berat untuk mengatakannya.

"Jika kau mau, kau harus datang ke Restoran Alberton malam ini! Kau harus berdandan secantik mungkin dan bersedia menemui seorang perjaka tua di sana untuk..."

"Maksudmu adalah kencan buta dengan bujang lapuk?" potong Vanesha dengan mulut ternganga. "Apa kau gila? Aku dibayar untuk menemui seorang kakek? Untuk berkencan dengan seorang kakek? Kau,-"

"Sudah aku katakan jangan menyela perkataanku. Dan sejak awal aku sudah berkata jika pekerjaan ini akan terdengar aneh di telingamu." tanggap Hesti. "Aku pun sedikit terkejut, tapi aku hanya bisa menjelaskan sampai itu saja. Dan jika kau setuju, aku akan mengirimu gaun beserta aksesoris yang harus kamu pakai untuk menemui laki-laki itu. Kawanku berkata jika dia hanya akan menggenggam tanganmu beberapa saat, lalu..."

"Gila! Kau mau menjualku pada kakek-kakek?!" potong Vanesha geram. "Setelah memegang tanganku, apa dia akan me,-"

"Sejak tadi kau menyela ucapanku, Nes. Kau pikir aku mudah menawarkan hal ini? Jika ada hal lebih baik dari ini, sudah pasti tidak akan..."

"Maaf, Hes. Maaf sudah menyelamu. Aku hanya terkejut." tukas Vanesha yang tentu saja sangat tak ingin mendengar sahabat baiknya itu marah. "Baiklah, jelaskan kembali, kali ini aku akan mendengarkan ucapanmu sampai selesai."

"Baiklah, akan aku jelaskan kembali." tanggap Hesti yang nampaknya juga tak jadi marah pada sahabat baiknya. "Jadi, Laki-laki itu hanya akan menyentuh tanganmu. Jika kau sesuai untuknya, ia akan melanjutkan kencan itu. Dan tentunya ini tak gratis. Baik aku dan kamu akan sama-sama mendapat imbalan."

"Berapa besar yang akan aku dapat?"

"Sekitar satu juta dollar setelah pertemuan itu. Jika berlanjut, mereka akan membayar lebih untuk itu."

Vanesha kembali ternganga. Ia tak menyangka, hanya dengan membiarkan seorang kakek memegangi tangannya akan mendapatkan imbalan sebesar itu.

"Nes? Kau masih disana?"

Dan lamunan menyenangkan itu pun kembali dibubarkan.

"Hah? Ya, Hes. Lalu bagaimana? Apa benar hanya sekedar menggenggam tanganku saja?"

"Aku akan mengawasinya jika terjadi lebih dari itu, aku akan menghampirimu, Nes! Tenang saja! Aku pun tak bisa melepas kawan baikku begitu saja." jawab Hesti. "Jadi bagaimana?"

Vanesha berpikir sejenak. Pikirannya di penuhi dugaan buruk mengingat besar imbalan yang akan ia dapat dari kencan buta itu. Debaran jantungnya pun kiat cepat, hingga kemudian...

'Krucuuukk!!!' suara deru perutnya yang kelaparan mengingatkan tentang beberapa lembar uang tersisa di dompetnya saat ini.

Vanesha menghela napas sejenak. Lalu kembali menatap langit di atasnya, berharap ada wajah kedua orang tuanya yang bisa memberinya jawaban atas keraguannya. Namun lagi-lagi perutnya berbunyi, seketika membuat Vanesha tak temui lagi jawaban sepadan lainnya yang bisa memperbaiki keadaannya.

"Baiklah! Jam berapa aku harus ke sana?" tanyanya.

"Pukul delapan malam, Nes. Tapi nanti akan ada yang menjemputmu dan mengantar dirimu ke sana."

Vanesha menggigit ujung bibirnya. Lalu perlahan memejamkan kedua matanya. Sungguh ada ketakutan yang tak bisa ia singkirkan.

"Hes, tapi kau benar-benar akan menjagaku serta mengawasi aku di sana kan?"

"Tentu saja, kawan!"

Bab terkait

  • Caught in Sugardady's Love   Kencan!

    Entah sudah berapa kali Vanesha meneguk segelas air di hadapannya. Ia bahkan beberapa kali memanggil seorang pelayan untuk mengisi ulang air dalam gelasnya yang hampir kosong. Cuaca hari itu sangatlah dingin, namun entah mengapa keringat dingin terus mengucur di sekitar leher dan wajahnya. Ia juga merasa tak tenang dalam duduknya. Sesekali menarik mini dress berwarna merah jambu yang diberikan oleh Hesti tadi malam. Dilihatnya keadaan sekitar restoran itu. Yah! Sungguh aneh karena lelaki yang menawarkan sebuah kencan itu memesan semua kursi yang ada. Seolah tempat itu mendukung pertemuan rahasianya malam ini. Ia melihat dua orang laki-laki bertubuh besar dengan pakaian serba hitam berjaga di depan restoran, lalu menyusul tiga orang laki-laki berpakaian serupa mendadak menutup tirai restoran hingga membuat Vanesha terperangah. Kecemasan kembali melanda tatkala ia tak lagi bisa melihat sosok Hesti yang menjaganya di luar gedung. Lalu dengan tangan gemetaran ia pun mengirim sebuah pesa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Caught in Sugardady's Love   Kesepakatan

    "Ja-jadi, aku harus menikah dengan Tuan. I-itu artinya aku membantu Tuan membohongi publik?" Vanesha setengah meragu ketika menyuarakan rasa ingin tahunya yang lebih besar. Tapi, ia hanya ingin berhati-hati di balik suaranya itu. Ia tak mau merugi meski nyata menikah dengan sosok bintang besar seperti lelaki di hadapannya adalah impian semua orang. Vander! Wanita mana yang tak mau menikah dengannya! Lelaki lajang yang terkenal dengan bakat aktingnya sejak dini serta terlahir dari keluarga kaya raya! Semua wanita pasti akan pingsan mendengar ajakan laki-laki tampan yang bukan ukuran remaja lagi itu. Namun, bentuk wajah Vander yang terlampau muda dari usianya tak cukup merugikan bagi wanita yang akan menikah dengannya. Apalagi mendengar nominal rupiah sebagai imbalan menikah dengannya! Wanita mana pun pasti rela mengorbankan masa keemasannya untuk menjadi istri Vander. Tapi di luar semua itu, Vanesha tetap memikirkan bagaimana kelanjutan dirinya esok hari ketika tak lagi menjadi istr

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Caught in Sugardady's Love   Demi Kehidupan!

    Tentu saja Vanesha menjadi tak tenang mengingat apa yang terjadi pada dirinya semalam. Di depan cermin ia menatap bayang dirinya. Perlahan meraba permukaan bibirnya yang kering. Lalu mengoleskan lipbalm pada permukaan itu. "Merubah skrip?! Yang benar saja!" gumamnya. Seperti mimpi baginya mengingat bagaimana tadi malam seorang bintang besar seperti Vander mengecup bibirnya. Entah apa ia harus bersyukur karena kecupan itu diberikan oleh pria tampan nan kaya, atau merasa terpuruk karena masa depannya dipertaruhkan demi uang. "Hh! Pasti bisa!" gumamnya kemudian sembari menatap wajahnya di depan cermin. "Apa yang aku lakukan adalah untuk diriku! Untuk melalui kesulitan yang selama ini membuatku tak bisa hidup dengan tenang!"Vanesha beranjak dari tempatnya. Ia mengepak kembali beberapa baju yang ia keluarkan dari lemarinya ke dalam koper. Karena kesepakatan itu mengharuskan dirinya menuruti ketentuan yang Vander berikan. Vanesha harus pindah dari t

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Caught in Sugardady's Love   Unjuk Diri!

    Vanesha hanya diam dengan perasaan bingung ketika Velove tak berhenti memandanginya. Gugup? Tentu saja! Tapi, ia tak suka dengan cara Velove pada dirinya. "Jadi, kamu benar-benar wanita miskin?" tanya Velove. "Ternyata kakakku tidak berbohong jika ia akan menikah dengan..." Velove melanjutkan ucapannya itu dengan gerakan jarinya ke atas dan ke bawah, seolah menggambarkan bagaimana penampilan Vanesha yang biasa saja. Hal itu seketika membuat Vanesha tak bisa lagi menahan dirinya. Ia merasa muak melihat tingkah arogant dari Velove atas didirnya. "Kalo miskin kenapa? Apa orang miskin tidak boleh menikah dengan orang kaya seperti kakakmu?" tanya Vanesha dingin. Velove mengangguka pelan. Tersenyum smirk menanggapi perkataan Vanesha yang baru saja ia dengar. "Tentu saja tidak boleh." jawab Velove enteng. "Karena tujuan orang miskin menikah dengan orang kaya hanyalah untuk uang, bukan karena cinta!"Vanesha terkekeh. Lantas sikapny

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Caught in Sugardady's Love   Persiapan

    Vander menatap bayang dirinya di dalam cermin. Kala itu ia baru saja mengganti bajunya selepas mandi. Ia terbebas dari keringat yang membasahi kemejanya ketika mengantar Vanesha pulang untuk berdiskusi perihal kontrak pernikahan kembali tadi. Dan dalam diam lelaki itu mengingat bagaimana sosok Vanesha dengan sikapnya yang apa adanya. Lalu tersenyum saat mengingat cuplikan adegan yang sempat ia lihat tentang bagaimana wanita itu menghadapi adiknya yang galak. "Kak!""Astaga!" Kedatangan Velove di kamarnya tanpa mengetuk pintu sangat mengejutkan Vander. Lelaki itu bahkan mengelus dada dan menatap sosok Velove setengah melotot. Sementara Velove tampak acuh. Wanita muda itu merasa acuh dengan perbuatannya yang mengejutkan Vander. Velove langsung duduk di atas ranjang sang kakak sambil menatap sang kakak yang sedang merapikan rambutnya di depan cermin. "Kamu itu bukan anak SD lagi, Velove! Seharusnya kamu ketuk pintu dulu sebelum,-" Dan ucapan Vander tertahan dengan Velove yang mendadak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Caught in Sugardady's Love   Bukan Cinderella

    Vanesha berdiam di depan loby apartement. Ia duduk di sofa panjang sembari memainkan ponselnya. Sesekali ia menghela napas, atau sekedar membenarkan posisi duduknya yang tak biasa dengan setelan dress mewah pemberian Vander. "Aku harus bagaimana jika bertemu dengan ibunya?" gumamnya sembari memutar-mutar ponselnya dengan satu tangan. "Dia memintaku bersikap apa adanya, seperti biasa, tapi dia memintaku berdandan seperti ini. Sungguh membingungkan!""Tak perlu bingung, karena aku bersamamu!"Vanesha terkejut ketika tanpa ia duga Vander sudah duduk di sampingnya. Lelaki itu dengan sangat enteng merangkul Vanesha hingga membuat beberapa orang yang berlalu di sekitar sama fokus pada mereka. Vanesha terpaku ketika Vander menatap matanya. Mendadak jantungnya berdegup kencang. Seolah dunia berhenti untuknya. "Tu-Tuan Va-Vander?"Vanesha sedikit kikuk menyadari bagaimana aktor tampan itu merangkulnya. Pipinya juga memerah saat menatap senyuman lebar superstar yang biasanya hanya ia pandan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Caught in Sugardady's Love   Menghadapi Ratu Sebenarnya!

    'Sampai akhir hayat? Semudah itu ia mengatakannya?! Ck, benar-benar seorang aktor yang hebat!' batin Vanesha di sela senyuman yang ia layangkan pada semua mata kamera awak media di hadapannya. Ia hanya bisa menatap mereka dan tersenyum, sesuai bagaimana Vander memberi titahnya di dalam perjalanan tadi. Meski ada debar dasyat dalam benak ketika tangan besar Vander yang mulus itu menggenggam tangannya, Vanesha berusaha nampak se-relax mungkin. Selain ingin memenangkan sandiwaranya di depan awak media, ia juga tak mau membuat Vander yang selalu bangga dengan ketampanannya itu semakin besar kepala. "Cukup sampai di sini, kita akan bertemu di jumpa pers nanti, ya! Kami mohon pamit dulu, karena kebetulan Mama sedang menunggu di dalam!" jelas Vander yang seketika membuat para wartawan di hadapannya itu berbinar mendengar kalimat akhirnya. Mereka juga berdecak kagum sambil melanjutkan pengambilan gambar ketika sosok Nyonya Ana nampak menyapa mereka dari mulut pintu. Tentu kehadiran sosok ib

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Caught in Sugardady's Love   Berdebar?

    ‘I-ingin menyentuh? A-apa laki-laki gila i-itu sedang memperdalam perannya?! Tapi, me-mengapa matanya ketika menatapku...’ Tentu Vanesha tak bisa melupakan kata-kata akhir Vander yang tak hanya mengejutkan Nyonya Ana selaku ibunya, nyata perkataan itu sama mengejutkan bagi Vanesha. Terlebih lagi cara pandang Vander yang membingungkan. Membuatnya dilema tatkala melihat wajah itu ketika berlakon sebagai seorang kekasih di depan matanya. Hingga saat detik Vander tengah mengantar dirinya pulang pun sorot mata laki-laki itu benar-benar tak bisa ia lupakan. “Kita mampir ke mini market sebentar ya? Aku harus membeli beberapa benda untuk syutingku besok.” tukas Vander yang kemudian segera turun dari mobil setelah Vanesha menganggukkan kepalanya. Dari kaca jendela mobil yang nampak gelap dari luar itu ia memperhatikan langkah seorang aktor dengan pakaian serba hitam dan topi beserta masker bewarna senada yang ia kenakan. Ia mencoba menerka gerak tubuh yang sedang tampil misterius itu, Dahi V

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05

Bab terbaru

  • Caught in Sugardady's Love   Lelaki yang Manis...

    Menyadari bahwa dirinya tak sanggup untuk lama berdiri, Vander meminta Vanesha memapahnya ke sebuah kamar utama. Maka dengan susah payah Vanesha berusaha memapah tubuh besar itu untuk menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar utama. Dan beruntung Vanesha dapat bertahan membawa lelaki itu hingga membantunya tidur di atas ranjang. Perlahan-lahan Vanesha membuka sepatu kets yang Vander kenakan. Lalu membantu lelaki itu membuka kemejanya untuk menghilangkan rasa gerah. Ia juga mengatur suhu ruangan itu setelah mendengar interupsi dari Vander tentang suhu yang biasa ia pakai. "Tuan beristirahatlah, aku akan turun untuk menyiapkan air hangat.""Terimakasih Vanes..." tukas Vander seraya meraih tangan Vanesha, memandang wanita itu dengan mata sayu sebab suhu tubuh yang tak nyaman. Tentu genggaman itu berhasil membuat Vanesha berdebar, bahkan pipinya memerah karena sentuhan tangan Vander. Namun Vanesha tau diri. Karena tidak mungkin lelaki berperawakan sempurna itu akan menyukainya. "Sa

  • Caught in Sugardady's Love   Penawar Luka

    Setelah sepakat, Vander membawa Vanesha ke kediamannya. Bukan rumah keluarga besar dimana ada adik serta ibu Vander berada, namun tempat tinggal yang selama ini hanya di huni oleh Vander dan managernya. Vander mengajak Vanesha ke sana karena benar setiba mereka di sana terlihat seorang wanita berdiri di depan mobil mewah miliknya yang berparkir di depan rumah Vander. Di tengah terpesonanya Vanesha yang menamatkan wajah cantik wanita itu di kejauhan, ia dikejutkan dengan Vander yang tiba-tiba meraih tangannya. Seketika membuat jantungnya berdebar kencang saat menatap wajah nyaris sempurna Vander meski tanpa senyuman. “Kau hanya perlu di sampingku dan ikut masuk ke dalam. Apapun yang ia katakan ataupun yang ia tanyakan, kau tak perlu menjawabnya. Sampai di sini apa kau mengerti?” tukas Vander kemudian. “I-iya..” jawab Vanesha setengah gemetar ditatap tajam oleh Vander kala itu. “Ayo kita keluar!” Vanesha kembali mengangguk, lalu mengikuti langkah Vander keluar dari mobil setelah san

  • Caught in Sugardady's Love   Laki-laki Tua yang Mendebarkan!

    Mendadak keduanya terpaku. Baik Vanesha maupun Vander, keduanya terhanyut dalam debar. Vander merasa mata sejuk milik Vanesha itu menyihir dirinya. Namun kesadarannya dengan cepat merubah ekspresi wajahnya itu kembali datar. Ia tersenyum smirk dengan satu alis tebalnya yang terangkat seolah tengah menganggap remeh Vanesha yang masih terbelalak karena sikapnya. "Berdebar kan?" godanya tanpa peduli nyata benar dirinya pun jua tengah berdebar. Sontak hal itu membuat Vanesha tersadar dan langsung mendorong Vander agar menjauh dari tubuhnya. "Wanita di luar sana mungkin iya, tapi tidak dengan aku!" elak Vanesha sembari membuang pandangannya keluar jendela. Hal itu membuat Vander terkekeh. "Jelas pipimu memerah! Apa artinya jika bukan karena berdebar?!" Perkataan Vander membuat Vanesha perlahan meraba kedua pipinya. Lalu melirik lelaki yang sungguh berhasil menggodanya. "Itu karena blush on!" tukasnya lalu menarik diri dan membuang pandangannya ke arah yang berlawanan agar tak menatap

  • Caught in Sugardady's Love   Berdebar?

    ‘I-ingin menyentuh? A-apa laki-laki gila i-itu sedang memperdalam perannya?! Tapi, me-mengapa matanya ketika menatapku...’ Tentu Vanesha tak bisa melupakan kata-kata akhir Vander yang tak hanya mengejutkan Nyonya Ana selaku ibunya, nyata perkataan itu sama mengejutkan bagi Vanesha. Terlebih lagi cara pandang Vander yang membingungkan. Membuatnya dilema tatkala melihat wajah itu ketika berlakon sebagai seorang kekasih di depan matanya. Hingga saat detik Vander tengah mengantar dirinya pulang pun sorot mata laki-laki itu benar-benar tak bisa ia lupakan. “Kita mampir ke mini market sebentar ya? Aku harus membeli beberapa benda untuk syutingku besok.” tukas Vander yang kemudian segera turun dari mobil setelah Vanesha menganggukkan kepalanya. Dari kaca jendela mobil yang nampak gelap dari luar itu ia memperhatikan langkah seorang aktor dengan pakaian serba hitam dan topi beserta masker bewarna senada yang ia kenakan. Ia mencoba menerka gerak tubuh yang sedang tampil misterius itu, Dahi V

  • Caught in Sugardady's Love   Menghadapi Ratu Sebenarnya!

    'Sampai akhir hayat? Semudah itu ia mengatakannya?! Ck, benar-benar seorang aktor yang hebat!' batin Vanesha di sela senyuman yang ia layangkan pada semua mata kamera awak media di hadapannya. Ia hanya bisa menatap mereka dan tersenyum, sesuai bagaimana Vander memberi titahnya di dalam perjalanan tadi. Meski ada debar dasyat dalam benak ketika tangan besar Vander yang mulus itu menggenggam tangannya, Vanesha berusaha nampak se-relax mungkin. Selain ingin memenangkan sandiwaranya di depan awak media, ia juga tak mau membuat Vander yang selalu bangga dengan ketampanannya itu semakin besar kepala. "Cukup sampai di sini, kita akan bertemu di jumpa pers nanti, ya! Kami mohon pamit dulu, karena kebetulan Mama sedang menunggu di dalam!" jelas Vander yang seketika membuat para wartawan di hadapannya itu berbinar mendengar kalimat akhirnya. Mereka juga berdecak kagum sambil melanjutkan pengambilan gambar ketika sosok Nyonya Ana nampak menyapa mereka dari mulut pintu. Tentu kehadiran sosok ib

  • Caught in Sugardady's Love   Bukan Cinderella

    Vanesha berdiam di depan loby apartement. Ia duduk di sofa panjang sembari memainkan ponselnya. Sesekali ia menghela napas, atau sekedar membenarkan posisi duduknya yang tak biasa dengan setelan dress mewah pemberian Vander. "Aku harus bagaimana jika bertemu dengan ibunya?" gumamnya sembari memutar-mutar ponselnya dengan satu tangan. "Dia memintaku bersikap apa adanya, seperti biasa, tapi dia memintaku berdandan seperti ini. Sungguh membingungkan!""Tak perlu bingung, karena aku bersamamu!"Vanesha terkejut ketika tanpa ia duga Vander sudah duduk di sampingnya. Lelaki itu dengan sangat enteng merangkul Vanesha hingga membuat beberapa orang yang berlalu di sekitar sama fokus pada mereka. Vanesha terpaku ketika Vander menatap matanya. Mendadak jantungnya berdegup kencang. Seolah dunia berhenti untuknya. "Tu-Tuan Va-Vander?"Vanesha sedikit kikuk menyadari bagaimana aktor tampan itu merangkulnya. Pipinya juga memerah saat menatap senyuman lebar superstar yang biasanya hanya ia pandan

  • Caught in Sugardady's Love   Persiapan

    Vander menatap bayang dirinya di dalam cermin. Kala itu ia baru saja mengganti bajunya selepas mandi. Ia terbebas dari keringat yang membasahi kemejanya ketika mengantar Vanesha pulang untuk berdiskusi perihal kontrak pernikahan kembali tadi. Dan dalam diam lelaki itu mengingat bagaimana sosok Vanesha dengan sikapnya yang apa adanya. Lalu tersenyum saat mengingat cuplikan adegan yang sempat ia lihat tentang bagaimana wanita itu menghadapi adiknya yang galak. "Kak!""Astaga!" Kedatangan Velove di kamarnya tanpa mengetuk pintu sangat mengejutkan Vander. Lelaki itu bahkan mengelus dada dan menatap sosok Velove setengah melotot. Sementara Velove tampak acuh. Wanita muda itu merasa acuh dengan perbuatannya yang mengejutkan Vander. Velove langsung duduk di atas ranjang sang kakak sambil menatap sang kakak yang sedang merapikan rambutnya di depan cermin. "Kamu itu bukan anak SD lagi, Velove! Seharusnya kamu ketuk pintu dulu sebelum,-" Dan ucapan Vander tertahan dengan Velove yang mendadak

  • Caught in Sugardady's Love   Unjuk Diri!

    Vanesha hanya diam dengan perasaan bingung ketika Velove tak berhenti memandanginya. Gugup? Tentu saja! Tapi, ia tak suka dengan cara Velove pada dirinya. "Jadi, kamu benar-benar wanita miskin?" tanya Velove. "Ternyata kakakku tidak berbohong jika ia akan menikah dengan..." Velove melanjutkan ucapannya itu dengan gerakan jarinya ke atas dan ke bawah, seolah menggambarkan bagaimana penampilan Vanesha yang biasa saja. Hal itu seketika membuat Vanesha tak bisa lagi menahan dirinya. Ia merasa muak melihat tingkah arogant dari Velove atas didirnya. "Kalo miskin kenapa? Apa orang miskin tidak boleh menikah dengan orang kaya seperti kakakmu?" tanya Vanesha dingin. Velove mengangguka pelan. Tersenyum smirk menanggapi perkataan Vanesha yang baru saja ia dengar. "Tentu saja tidak boleh." jawab Velove enteng. "Karena tujuan orang miskin menikah dengan orang kaya hanyalah untuk uang, bukan karena cinta!"Vanesha terkekeh. Lantas sikapny

  • Caught in Sugardady's Love   Demi Kehidupan!

    Tentu saja Vanesha menjadi tak tenang mengingat apa yang terjadi pada dirinya semalam. Di depan cermin ia menatap bayang dirinya. Perlahan meraba permukaan bibirnya yang kering. Lalu mengoleskan lipbalm pada permukaan itu. "Merubah skrip?! Yang benar saja!" gumamnya. Seperti mimpi baginya mengingat bagaimana tadi malam seorang bintang besar seperti Vander mengecup bibirnya. Entah apa ia harus bersyukur karena kecupan itu diberikan oleh pria tampan nan kaya, atau merasa terpuruk karena masa depannya dipertaruhkan demi uang. "Hh! Pasti bisa!" gumamnya kemudian sembari menatap wajahnya di depan cermin. "Apa yang aku lakukan adalah untuk diriku! Untuk melalui kesulitan yang selama ini membuatku tak bisa hidup dengan tenang!"Vanesha beranjak dari tempatnya. Ia mengepak kembali beberapa baju yang ia keluarkan dari lemarinya ke dalam koper. Karena kesepakatan itu mengharuskan dirinya menuruti ketentuan yang Vander berikan. Vanesha harus pindah dari t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status