Sore ini benar-benar sangat indah, matahari mulai merendah. Langit berwarna jingga melukiskan seluruh langit dengan berbagai bentuk awan yang menghiasinya. Pada waktu seperti ini sangat cocok meminum teh. Aku memandangi sekitar sambil menikmati secangkir teh. Ini benar-benar membuat hati sangat tenang dan nyaman. Biasanya aku akan membaca beberapa buku untuk menikmati waktu senggang ini. Hanya saja teman dari ayahku sedang berkunjung kesini. Mereka bersahabat sudah lama sekali, namun mereka tampak lebih suka berteman secara diam-diam.
Tidak sopan jika aku tidak menyambut kedatangannya. Aku hendak pergi ke pintu utama. Namun, kedatangannya sudah tiba. Aku melihat dia bersama beberapa prajurit yang sedang menemaninya. Aku mulai menghampirinya.
"Selamat datang." Aku membungkukkan badan ketika dia melewatiku.
"Terima kasih. Kau sudah tampak besar. Boleh aku bicara denganmu sebelum bertemu dengan ayahmu?"
Aku mengangguk. "Lewat sini."
Dia mulai mengikutiku berjalan, aku mengarahkannya ke tempat tadi.
"Silakan diminum." Aku menunangkan teh ke dalam cangkirnya.
"Kau sudah dewasa, apa kau sudah mulai berkencan?"
"Ah, tidak. Aku tidak memikirkan hal itu."
"Kau pasti sangat sibuk sekali. Ngomong-ngomong aku minta bantuanmu."
Aku mengangguk.
"Aku ingin anakku segera menikah. Bisakah kau membantuku, aku tidak tahu seleranya seperti apa?"
Ternyata temanku akan menikah. Dia tidak pernah membicarakan tentang wanita yang dia sukai, hanya sekedar mengaguminya. Itu pun hanya sekilas, setelahnya dia tidak berniat menghampiri wanita yang dikaguminya. Aku tidak tahu selera seperti apa yang akan menjadi seorang istrinya kelak.
"Aku menemukan seorang gadis yang sedang bekerja di salah satu kedai di wilayahku. Sepertinya dia cocok sekali dengan anakku. Bisakah kau membantuku mengamatinya diam-diam dan melaporkannya kepadaku? Aku sangat yakin anakku akan menyukainya. Kau hanya perlu mengamatinya tanpa seorang pun tahu kau sedang membantuku. Aku tahu kau sangat sibuk, tapi aku memohon kepadamu."
Ternyata dia sedang menjodohkan anaknya yang merupakan temanku. Apa boleh buat, aku tidak bisa menolaknya. Akhirnya aku menyetujuinya. Dia menyarankan aku untuk berjalan di sekitar, agar semua orang tidak mencurigaiku ketika aku tersesat. Karena aku akan pergi sendiri tanpa ditemani seorang prajurit. Sebenarnya ini pekerjaan yang cukup mengganggu, dan membuang-buang waktu. Aku tidak suka, tapi sudahlah. Aku melakukan ini demi sahabatku dan ayahnya.
Aku membuka mata memandangi langit-langit. Setengah tersadar, bahwa aku tidak berada di sini sebelumnya. Kedua tanganku meraba sekitar, badanku sedang terbaring di sebuah ranjang yang sangat besar. Aku bangun dan duduk, memandangi sekitar. Ini kamar yang luas! Seperti sedang berada di rumah yang megah dan mewah. Ini bukan kamarku kurasa, di mana aku berada? Aku menggosok kedua mataku dengan tanganku. Sepertinya sekarang tampilanku sedang berantakan. Aku benar-benar kebingungan.“Nona, saatnya sarapan. Semuanya sedang menunggu Anda.”Semuanya? Siapa yang dia maksud 'semuanya'? Apa ini? Di mana ini? Ingatanku hilang seketika. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, tapi ada sesuatu yang mendorongku untuk melakukannya. Padahal aku rasa, sebaiknya aku pergi dari sini. Mungkin dengan ini aku bisa mengetahui mengapa aku berada di sini?Pelayan itu membantuku merapikan diriku setelah dia menyuruhku untuk membersihkan diri. Apa yang terjadi semalam? Sungguh aku tidak berani bertanya kepadanya
Aku membuka mataku, buram. Kepalaku pusing. Aku menutup kembali mataku.“Siapa dia? Mengapa kau membawa gadis itu kemari?”“Diam jangan berisik, dia sedang tidur!”Terdengar suara dua lelaki yang sedang bercakap, aku membuka mata perlahan menatap langit-langit. Tidak seperti sebelumnya, langit-langit ini tampak seperti rumah biasa saja. Apa aku sudah terbangun dari mimpi gila tadi? Akan tetapi jika itu mimpi mengapa ada dua orang laki-laki di luar kamar ini?Aku mencoba memulihkan diriku sendiri. Diam sejenak—mengamati lingkungan sekitar. Ingatanku belum pulih secara menyeluruh. Aku bahkan tidak ingat sama sekali bagaimana rupa kamar diriku sendiri. Jelas ini bukan kamarku sepertinya, berantakan sekali. Aku bangun dan duduk di atas kasur sambil memegang kepalaku yang masih terasa pusing. Aku harus bersiap diri, jika memang ini bukan kamarku, berarti ini kamar milik orang lain. Orang itu entah baik ataupun jahat aku tidak tahu sama sekali. Aku harus menjaga diriku sendiri.Aku mulai be
Lelah sekali rasanya. Aku tidak paham mengapa Williams berkata seperti itu, sedangkan kita harus jalan sejauh ini? Apa jangan-jangan dia akan menjadikanku umpan untuk hewan buas? Sial! Mengapa aku tidak terpikirkan sampai situ?Ini benar-benar hutan belantara, sama seperti sebelum aku terjatuh. Hanya jalan setapak. Sepertinya waktu menunjukkan sore hari, aku bisa melihat cahaya matahari yang mulai merendah. Badanku sudah mulai berkeringat, mungkin karena aku menempuh jalan yang cukup jauh. Cahaya matahari itu menyilaukan pandanganku, aku benar-benar merasa terganggu dengan perjalanan ini. Ah, sudahlah—tidak baik jika terus mengeluh. Hutan yang lengkap dengan pemandangan, menyejukkan pikiran, dihiasi suara kicauan burung dan serangga yang bersahutan satu sama lainnya. Lelahku hilang seketika. Aku berhenti sejenak, menutup mata menikmati semua ini.Seseorang menepuk jidatku, dan membuyarkan semuanya."Nyamuk di sini besar sekali. Aku jadi tidak tahan untuk membunuhnya."Aku melotot. Ter
Aku membuka pintu kamar berencana keluar, tetapi ada pelayan menunggu di pintu kamarku. Dia mengatakan bahwa makan malam sudah siap, sambil memegang tumpukan baju dia meminta izin untuk memasukkan semua baju itu ke dalam lemari. Dia sudah lama menunggu, tetapi karena aku sedang tertidur dengan lelap, dia membiarkanku tidur dan melewati makan siang.Makan malam sudah siap. Aku sangat menanti makan malam, karena perutku sudah benar-benar lapar. Oh, perutku tolonglah jangan membuat masalah ketika di ruang makan. Jika sampai itu terjadi, apa sebaiknya aku berpura-pura mati?Aku mengenakan gaun sederhana berwarna coklat muda yang telah disiapkan pelayan tadi. Busana yang sederhana namun tetap mempunyai kesan yang anggun. Dia mengatakan bahwa kehadiranku mendadak di sini, jadi semua baju ini adalah milik mendiang ibu Pangeran Tom. Tom yang malang, dia sudah kehilangan ibunya. Ingin aku bertanya kepada pelayan itu mengapa ibunya meninggal, tapi aku tahan. Aku harus berhati-hati dengan orang
Seorang pelayan mengetuk pintu dan masuk ke kamarku. Aku membuka mataku.”Maaf, Nona. Pangeran Tom memberikan ini untukmu.”Ternyata dia, Amy.”Baiklah, Amy. Letakkan di sana. Nanti aku pakai setelah membersihkan badanku terlebih dahulu.””Izinkan saya merias Anda, Nona.””Baiklah, tapi jangan panggil aku Nona.””Baik, Nona. Eh, Jane.”Aku pergi mandi.Aku mengenakan gaun yang sudah disiapkan Tom, dibantu Amy memakaikan korset. Aku benci sekali dengan korset ini. Gaun ini berwarna merah muda—sangat muda seperti bunga mawar yang baru mekar. Meskipun acara malam hari yang seharusnya berwarna gelap. Namun, aku yakin Tom memilih ini tanpa ragu. Dia pikir ini cocok denganku dan aku suka, sangat suka.Amy menata rambutku sedemikian rupa. Dia menyanggul rambutku ke belakang, dan membiarkan rambut depanku terurai. Rambut yang tidak bisa tersanggul karena terlalu pendek. Dia menyanggul lebih rapi daripada sebelumnya. Amy memberikanku hiasan mutiara-mutiara kecil di rambutku. Terasa lebih hidup
Pikiranku kosong. Air mata mengalir begitu saja, tapi tidak seperti sebelumnya. Aku menangis tapi ada perasaan senang di dalamnya. Apa ada hal sesuatu yang telah terjadi? Apa aku pernah bertemu dengan Tom sebelumnya? Namun, Tom mengatakan bahwa dia belum pernah menemuiku. Jika dia belum pernah bertemu denganku, mengapa dia bisa mengutarakan perasaannya meski baru bertemu beberapa hari? Padahal kami baru dekat pada saat sedang berdansa.Aku membasuh muka dan kedua tanganku. Aku melihat diriku sendiri di cermin. Riasanku mulai memudar, tapi aku tidak memikirkannya. Aku mencoba menenangkan detakan jantungku, dan air mataku sudah berhenti mengalir. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Rasanya akan canggung sekali. Aku tidak bisa mengatasinya.Aku melamunkan diri di hadapan cermin. Tujuanku sebenarnya adalah mencari tahu mengapa aku hilang ingatan, tapi aku merasakan ada hal yang berbeda. Ada apa dengan ini? Apa aku mengingat sesuatu? Mengapa jantungku tidak bisa berhenti kembali normal
Sayup-sayup aku mendengar suara perasan air menetes ke bawah genangan air dalam suatu bejana. Tetesan air itu mulai menyentuh keningku. Terasa dingin sekali. Aku mulai membuka mata, memang masih terasa berat. Sepertinya aku tidak membuka mata secara menyeluruh. Entah ini rasa kantukku atau memang aku kelelahan. Amy melakukan ini untukku, dia sudah menyiapkan makanan. Sesungguhnya aku tidak berselera dengan makanan.Aku melihat di sebrang sana, Tom sedang duduk di sofa. Namun, ia sedang tertidur. Dia masih mengenakan kemeja yang semalam ia pakai. Apa semalaman dia tertidur di sini?Badanku masih lemas. Hanya saja aku mencoba untuk berdiri menghampiri Tom. Aku sempat dicegah oleh Amy, tapi aku mengabaikannya. Dia langsung pergi keluar begitu aku membawa selimut dari tempat tidurku, dan memakaikannya kepada Tom. Aku tahu ini sudah siang, tapi aku merasa kasihan sekali kepadanya. Dia mengkhawatirkanku sampai seperti ini. Tom, maafkan aku. Dia terbangun—menggosok matanya."Jane, mengapa ka
Semua orang hampir meninggalkan kamarku begitu Tuan Philip pergi, dan Williams ikut pergi untuk mengantarkannya.Tom masih di sini dan duduk di atas kasur. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Setelah kejadian semalam, aku benar-benar merasa canggung. Apakah aku menyakiti hatinya?Kepalanya masih menunduk. Aku sangat yakin dia ingin mengatakan sesuatu, akan tetapi mengingat kejadian semalam, itu membuatnya menjadi canggung. Aku tidak berani berucap, hanya saja pandanganku tidak berpaling darinya. Aku menatap rambutnya yang berwarna keemasan, rasanya aku ingin sekali menyentuh rambutnya yang lembut itu. Kemudian dia mulai menegakkan kepalanya, dan melihat bahwa aku sedang menatapnya.Aku benar-benar memalukan, mungkin dia berpikir jika aku memang sedang memperhatikannya. Meskipun itu memang benar, tapi aku berharap dia tidak berpikir seperti itu."Jane?""Ya? Ada yang ingin kau sampaikan? Aku tidak tahu harus berkata apa? Sedangkan kau hanya melamun menunduk ke bawah."Dia tersen
"Jika aku mengetahui hal itu. Aku tidak akan pergi dan tidak pula berdiam diri lama dikediamanmu.""Apa kau bilang?""Dia sosok wanita yang aku cari. Ternyata dia seorang Putri. Aku kira ayahku akan menjodohkanku dengan wanita sembarangan yang memiliki darah bangsawan."Aku menatapnya tajam.”Jaga mulutmu! Aku mengenalnya jauh sebelum bertemu denganmu!” Aku melayangkan sebuah pedang ke arahnya. Aku berniat berduel dengannya.”Oh, jadi ini maumu?” Dia pun melakukan hal yang sama.Kami sedang berlatih, hanya saja latihan ini berubah menjadi sebuah duel.”Jangan kau ganggu wanitaku!”Kami memulai pertarungan, setiap aku melayangkan pedang ke arahnya dia selalu menangkalnya. Begitu pun sebaliknya. Aku tidak menemukan celah untuk menyerangnya. Akhirnya kami kelelahan, aku berbaring di lantai begitu pun dengannya."Aku tidak bisa melawanmu," ucapku dengan napas yang tersenggal-senggal."Kau benar, begitu pun denganku. Aku tidak suka berkelahi dengan sahabatku sendiri. Karena kau sering meng
Ayahku terkejut mendengar semua yang telah aku ceritakan, dari awal pertemuan dengan Jane dan berakhir dengan penculikan Jane. Aku pun menceritakan bagaimana keterlibatan Raja Arthur dalam hal ini.Dia mengusap bahuku. "Kita perlu menyelamatkan Jane tanpa memberitahukan Grissham. Aku benar-benar khawatir dengannya. Gadis itu tampak polos dan memiliki hati yang baik. Aku tidak menyangka banyak orang yang memanfaatkannya demi kerakusan mereka.""Kapan Raja Cedric akan memberitahumu?"Aku menggeleng. "Setelah semua yang dipersiapkannya sudah sangat matang."Ayahku tersenyum dan mengangguk. "Aku menyerahkan semua ini kepadamu, dan akan berpura-pura tidak tahu. Aku harus tetap mempertahankan pertemanan bersama Raja Arthut. Karena aku rasa, dia pun berpikir demikian."Aku mengerutkan dahi."Tidak ada pertemanan yang benar-benar tulus dalam berpolitik."Aku berharap tidak demikian dengan Williams.Setelah beberapa hari kemudian, aku berlatih dengan beberapa prajuritku untuk kesiapan nanti. M
Malam semakin larut. Aku tidak bisa tidur karena menunggu kabar dari Darren. Beberapa kali tubuhku ingin beristirahat dan memejamkan mata, tapi aku meyakinkan diriku sendiri untuk tidak tertidur. Aku harus bertahan hingga Darren tiba.Namun, aku tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi. Aku mempersiapkan diriku untuk bergegas ke wilayah Grissham.Malam semakin mencekam. Dinginnya angin malam berhasil menusuk tubuhku. Sapuan angin yang kencang berhasil membuat kedua mataku tetap terjaga. Aku menunggangi kuda dengan laju yang sangat cepat. Beruntung kudaku telah terlatih untuk berlari di segala waktu dan cuaca, kecuali banjir. Gemuruh suara malam membisingkan telingaku, seharusnya aku mempersiapkan penutup telinga sebelum pergi. Karena ini benar-benar tidak nyaman, semoga saja gendang telingaku baik-baik saja.Rasa khawatir memusnahkan segala ketakutanku malam ini. Ketakutan akan tertidur selama perjalanan, ketakutan akan kedinginan, ketakutan akan gendang telinga pecah, atau ap
Pikiranku tidak karuan saat ini. Daren berencana untuk menangkap Jane dan Williams hari ini. Dia dan pasukannya berjaga di sekitaran Kastil Grissham. Jika mereka melarikan hari ini, ini merupakan suatu kesempatan yang bagus. Akan tetapi jika tidak, mereka harus menunggu dan berjaga di sana.Namun, aku yakin jika Jane tidak akan berlama-lama di sana. Pada saat dia berada di Kastil Grissham untuk pertama kalinya, dia berniat untuk pergi dari sana hingga terjadi suatu kecelakaan.Rasa khawatir menyelimutiku secara menyeluruh. Aku bahkan melewati sarapan pagi bersama ayahku. Aku tidak berani mengatakan yang sebenarnya, karena khawatir dia akan terlalu memikirkan kepergian Jane. Aku tidak ingin menambah pikirannya, ayahku harus mementingkan kesehatannya saat ini. Aku berbohong kepadanya jika Jane pergi kembali ke rumah keluarganya. Suatu saat nanti, aku akan menceritakan kebenaran kepada ayahku.Sinar matahari berhasil masuk menembus jendela, dan membuatku bangkit dari tempat tidurku. Aku
Pagi ini, cahaya matahari pagi yang lembut memancar dari balik awan, menyinari permukaan danau dengan kilauan yang menakjubkan. Aku menghirup udara segar dan merasakan keajaiban alam yang menyapu wajahku. Suara gemerincing air dan kicauan burung mengiringi langkahku, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Aku perlu menenangkan diri sejenak untuk saat ini. Hanya sebentar, dan tidak akan lama.Aku menduduki kursi yang menghadap ke danau, sama seperti pada saat bersama Jane. Ingatan masa laluku tentangnya yang begitu indah, mucul pada saat menghabiskan waktu ketika saat bersamanya di sini.Aku mungkin tidak bisa melindunginya dengan baik, berkali-kali aku membuatnya kesal karena tidak bisa memberitahu tentang ingatannya di masa lalu. Namun, aku benar-benar dilema.Rumah Cedric terbakar, dan aku yakin bahwa Jane sudah tidak ada di sana sebelum kejadian buruk itu terjadi.Aku gagal melindunginya. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku sudah mencari ke berbagai tempat dan dibantu oleh
Kami kembali ke kerumunan orang yang sedang menikmati acara pesta pernikahan Rhys dan Amy. Di tengah-tengah keramaian, di sana aku melihat Marry sedang menggandeng tangan Philip?Apakah laki-laki yang di maksudnya adalah Philip? Tapi, mengapa bisa? Bukankah Philip jauh dari kata selera yang disukai Marry. Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkan Philip. Dia memang pria dewasa, tapi menurutku dia kurang memiliki karismatik yang bisa membuat wanita tertarik begitu saja kepadanya. Aku berharap Marry sudah yakin dengan keputusannya, karena Philip terlalu mencintai sebuah buku daripada seorang gadis.Marry melihat ke arahku kemudian melambaikan tangannya. Aku membalasnya.Kami mendekat.Marry tampak canggung karena melihat Tom. Aku memeluk Marry."Akhirnya kau datang.""Aku sudah memastikan diriku untuk datang dan bertemu kalian, meskipun tampaknya kehadiranku di sini sangat asing."Aku melepaskan pelukannya. "Tidak! Meskipun sikapmu tidak akan kau rubah, aku akan tetap menganggapmu sebagai t
Matahari pagi menerangi taman kastil dengan sinarnya yang lembut, menciptakan perpaduan warna-warni antara cahaya emas dan bayangan yang menawan.Orkestra terampil memainkan musik yang merdu, menciptakan harmoni indah di udara. Melodi yang mengalun menambahkan nuansa romantis pada suasana yang sudah penuh cinta ini. Di antara dedaunan pohon, burung-burung bernyanyi ikut merayakan momen bahagia ini.Suasana riang diisi dengan tarian dan musik yang mengalun merdu di bawah sinar matahari pagi. Para tamu berdansa dengan riang, sambil menikmati momen bahagia ini dengan segala kesenangan dan keceriaan.Williams hadir di antara aku dan Tom yang berencana untuk berdansa di tengah-tengah keramaian pesta. Lalu kami menghurungkan niat untuk berdansa."Jane?""Kau datang, Wil?"Dia mengangguk dengan malu-malu."Kau begitu cantik, Jane."Aku tersenyum.Lalu Tom berdeham. "Rupanya aku tidak dianggap di sini."Aku menyilangkan kedua tanganku di dada, menatap ke arahnya dan kemudian berganti ke arah
Jantungku berdegup dengan kencang menyambut hari ini. Ini adalah hari berbahagianya untuk kakakku dan temanku.Rhys tampak mempesona dengan tuxedo yang dia kenakan. Wajahnya tampak bersinar dan tersenyum dengan ceria. Ketika aku merapihkan jas yang dia kenakan, aku mulai menatapnya dengan dalam."Kau sungguh-sungguh mencintai Amy?""Mengapa kau bertanya seperti itu?" Tatapannya hanya berpusat pada dirinya di balik cermin. Dia sedang menyombongkan dirinya sendiri karena sedang berpenampilan mempesona. Menyebalkan! Dia bahkan tidak menatapku yang sedang berbicara dengannya."Karena Amy terlalu indah dan memiliki hati yang seperti malaikat. Dia tidak cocok denganmu." Aku menyilangkan kedua tanganku di dadaku, dan menatapnya sinis."Aku menyebalkan hanya pada saat bersamamu. Jika aku berbuat baik secara terus menerus kepadamu, harga diriku akan semakin terinjak-injak.""Cih! Menyebalkan!"Kemudian dia memelukku. "Namun, aku begitu sangat mencintaiku adikku yang bodoh dan menyebalkan tapi
Alam telah menghipnotisku untuk terlelap dalam nuansanya. Rasa damai dan ketenangan berhasil menjelajah seluruh tubuhku. Aku mulai tersadar jika aku telah tidur dalam lelap.Mataku mulai terbuka.Ketika itu, wajah seseorang sedang berada di atas wajahku. Dia sangat dekat, sehingga membuatku sangat terkejut. Aku hampir melompat karena melihatnya."Marry?"Dia tampak canggung dan malu-malu. "Ah, hai, Jane." Dia melambai tangannya ke arahku dengan penuh keraguan."Tidak bisakah kau membangunkanku dengan cara yang lain?""Aku hanya memperhatikan wajahmu. Ternyata kau tidak secantik yang aku kira. Aku tetap berada di atasmu.""Aku tidak peduli."Dia tertawa kemudian duduk di sampingku."Maafkan aku, Jane.""Jangan khawatir, aku sudah memaafkanmu sejak lama.""Tidak, bukan itu. Aku tidak bermaksud meminta maaf atas kejadian yang lalu.""Aku kira kau sudah berubah, tapi tetap saja menyebalkan!"Dia mengangguk. "Karena aku harus mempertahankan sikapku itu."Aku menghela napas dan menatap sini