Aku membuka mataku, buram. Kepalaku pusing. Aku menutup kembali mataku.
“Siapa dia? Mengapa kau membawa gadis itu kemari?”
“Diam jangan berisik, dia sedang tidur!”
Terdengar suara dua lelaki yang sedang bercakap, aku membuka mata perlahan menatap langit-langit. Tidak seperti sebelumnya, langit-langit ini tampak seperti rumah biasa saja. Apa aku sudah terbangun dari mimpi gila tadi? Akan tetapi jika itu mimpi mengapa ada dua orang laki-laki di luar kamar ini?
Aku mencoba memulihkan diriku sendiri. Diam sejenak—mengamati lingkungan sekitar. Ingatanku belum pulih secara menyeluruh. Aku bahkan tidak ingat sama sekali bagaimana rupa kamar diriku sendiri. Jelas ini bukan kamarku sepertinya, berantakan sekali. Aku bangun dan duduk di atas kasur sambil memegang kepalaku yang masih terasa pusing. Aku harus bersiap diri, jika memang ini bukan kamarku, berarti ini kamar milik orang lain. Orang itu entah baik ataupun jahat aku tidak tahu sama sekali. Aku harus menjaga diriku sendiri.
Aku mulai berdiri dan melangkahkan kaki, tiba-tiba lelaki di luar tadi masuk ke kamar. Mereka siapa? Kedua lelaki itu sangat tampan, tapi bolehkah aku mempercayai kepribadiannya dari tampangnya? Aku rasa aku tidak boleh mengandalkan insting perempuan gila seperti itu.
“Nona kau sungguh tak apa? Aku melihatmu tak sadarkan diri di atas rerumputan. Aku sudah memeriksa badanmu, tapi aku tidak menemukan luka sedikit pun.”
Apa?! Berani-beraninya dia memeriksa badanku?
“Tenang nona, ini rumah singgahku. Maaf, bukan yang seperti kau bayangkan, kami tidak memeriksa sama sekali badanmu. Aku tinggal dengan seorang teman. Jangan pikirkan dia, dia memang agak sedikit menyebalkan.”
Sepertinya dia tahu, bahwa aku memancarkan aura tidak suka.
"Dari mana asalmu, nona?"
Aku terdiam.
"Um, siapa namamu?"
"Nama?" Siapa namaku? Aku pun tidak ingat sama sekali.
"Kau bahkan tidak ingat siapa namamu sama sekali?" tanya laki-laki yang menyebalkan tadi.
"Baiklah. Bagaimana jika namamu Jane. Perkenalkan aku Tom." Dia memberikan salam kepadaku. Aku membalasnya. Kemudian aku kembali terdiam. Benar-benar seperti orang bodoh. Memalukan sekali tidak ingat nama sama sekali.
Jane? Baiklah itu namaku sekarang, tampak tidak buruk.
"Oh ya, temanku bernama Williams"
Lelaki menyebalkan tadi bernama Williams. Dia lelaki tampan yang mungkin berumur 2-5 tahun lebih tua dariku, tapi dari penampilannya terlihat seorang lelaki biasa. Namun, Tom terlihat lebih tua dari Williams. Tom mempunyai kulit sedikit gelap dari Williams, meskipun sama berkulit putih. Untuk sekilas aku bisa menilai bahwa Tom lebih baik daripada Williams. Wajar saja aku menilai seperti itu, kesan pertama aku dan Williams cukup buruk. Ah menyebalkan, tidak punya sopan santun. Mereka tampak seumuran, bahkan tingginya pun hampir sama. Williams mempunyai rambut berwarna hitam, sedangkan Tom berwarna keemasan. Apa hubungan Tom dan Williams? Wajah mereka sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka bersaudara. Apakah aku akan percaya apa yang di ucapkan Tom jika mereka hanya berteman?
Sebaiknya aku pergi dari sini atau tinggal untuk sementara waktu?
“Nona, jika tidak keberatan tinggallah sesuka dan selama kau mau. Aku tidak melarang. Karena jarak tempatmu terjatuh dan rumah ini sungguh sangat jauh.”
Mungkin perkataan dia ada benarnya. Bukan hanya jauh, tapi aku pun sebenarnya meragukan tempat tadi. Bisa saja tempat itu membahayakan untukku dan aku pun tak tahu ke mana aku harus pulang. Aku tidak ingat sama sekali di mana rumahku berada.
"Baiklah, terima kasih."
"Aku kira dia akan pergi," sela Williams sambil meninggalkan kamar ini.
Tom hanya bisa memelototi dari belakang Williams. Tingkah mereka sedikit lucu meskipun memang menyebalkan.
"Abaikan saja ucapan dia tadi."
Aku hanya tersenyum.
Tiba-tiba perutku bunyi. Astaga, ini hal paling memalukan dalam hidupku. Aku memegang perutku dan aku menyeringai menahan malu. Tom hanya bisa tersenyum menahan tawa. Dia juga tampan. Tunggu, sepertinya wajah Williams tadi tidak asing bagiku. Apa aku pernah bertemu dengannya?
"Ada masalah?"
"Apa kami benar-benar pernah bertemu sebelumnya? Sepertinya temanmu tidak asing bagiku?"
"Entahlah, sebaiknya kau tanyakan langsung kepada dia. Namun, sepertinya aku belum pernah bertemu denganmu. Um, sebaiknya kau segera mandi dan siap-siap untuk makan. Sepertinya perutmu harus segera diisi oleh makanan. Karena aku tahu betapa laparnya dirimu, kan?" Dia tersenyum sinis.
Astaga! aku sangat malu sekali dia menyindir seperti itu. Andaikan di dunia ini tidak ada yang namanya lapar, ataupun perut bunyi mungkin aku akan lolos di tahap memalukan ini.
Aku bergegas mandi setelah Tom meninggalkan kamar ini.
***
Air yang dingin menusuk langsung ke dalam tubuhku. Namun, ini benar-benar menyegarkan. Aku membersihkan badanku dari kotornya lumpur. Memang benar kata Williams, tidak ada luka. Apa memang benar dia memeriksa tubuhku? Tunggu—tidak masuk akal bukannya? Dia bilang sudah memeriksa tubuhku, tapi dia tidak melihat memar-memar di sekujur tubuhku. Ada beberapa memar, tapi tidak banyak. Namun, ketika ditekan lumayan sakit. Ah, lelaki itu menyebalkan sekali beraninya mempermainkanku seperti itu. Aku mengenakan kembali pakaian yang tadi kupakai. Kotor memang, tapi mau bagaimana lagi? Setelah aku keluar dari kamar mandi, tampak baju bersih berada di atas kasur. Aku langsung segera memakainya. Baju ini berbeda dengan yang tadi. Meskipun sudah lusuh, akan tetapi baju yang tadi adalah gaun yang cukup indah sedangkan ini baju biasa seperti rakyat biasa. Ah, sudahlah yang penting aku merasa cukup aman berada di sini.
Aku keluar kamar—di sana tampak langsung berhadapan dengan ruang makan. Rumah ini sepertinya sangat sempit, dan juga berantakan. Namun aku tidak menemukan noda atau debu di sini, cukup bersih. Ada apa dengan pekerjaan mereka? Sampai-sampai tidak punya waktu luang untuk merapikan tempat ini?
Di luar dugaanku, menu makanan ini cukup lengkap untuk ukuran rumah seperti ini dan ternyata semua ini disuguhkan oleh beberapa orang pelayan. Mereka sanggup membayar pelayan untuk melakukan ini, tapi tidak sanggup merapikan rumah? Sebenarnya mereka siapa? Menurut pendapatku, tentunya rumah ini bukanlah rumah mereka.
Aku menikmati santapan ini. Sungguh lezat. Dan tentunya aku tidak perlu berlaga seperti bangsawan, kan? Toh, di hadapanku hanya rakyat biasa tidak seperti dengan Raja tua dan para anaknya.
Aku menyadari bahwa Tom dan Williams hanya memperhatikanku tanpa ikut makan.
Aku terdiam sejenak
"Kenapa? Apakah makanan ini tidak enak?" tanya Tom
"Kau ini aneh, Tom. Bagaimana bisa dibilang tidak enak? Dia cukup lahap untuk menyantap makanan ini."
Tidak Tom, jangan katakan bahwa aku benar-benar lapar.
"Um, makanan ini sungguh lezat. Terima kasih sudah membuatkannya untukku. Hanya saja aku heran mengapa kalian tidak makan sama sekali?"
"Tidak kau saja."
Aku mengerutkan dahi. " Apa jangan jangan—"
"Memang benar aku memasukkan racun yang banyak ke dalam makananmu"
Aku melotot.
"Wil, hentikan!" Tom sedikit tertawa.
"Maaf, Nona, kami yang memasak ini semua. Para tuan muda tidak pernah ikut membantu kami," bisik salah seorang pelayan.
"Um, Oke. Terima kasih atas masakannya. Ini lezat sekali. Maaf telah berburuk sangka kepadamu." Aku tersenyum
Aku melirik Williams sepintas, tampaknya dia puas telah membuatku cemas. Dia sepertinya memang tidak suka kepadaku, entahlah. Apa aku pergi saja dari sini? Akan tetapi aku masih agak sedikit takut untuk melangkah kaki keluar. Tidak ada satu pun orang yang aku kenal.
Aku menghabiskan semua makananku tanpa sisa.
"Badanmu cukup kecil untuk makan sebanyak ini? Apa benar makananmu masuk langsung ke dalam perut atau kau membuangnya di suatu tempat? Apa sebenarnya kau itu hantu?"
"Dasar bodoh," ucapku pelan.
"Apa kau bilang?"
"Aku tidak mengatakan apa pun."
"Sudah hentikan. Bagaimana Wil, apa kau sudah memikirkan bagaimana kita selanjutnya?"
"Entahlah, kau kan tahu aku tidak punya tempat tinggal. Selama ini aku hanya menumpang di tempatmu. Tidak mungkin juga kita meninggalkan dia sendiri di tempat ini. Tempat ini tidak layak sama sekali. Dipakai hanya untuk persinggahan sementara."
"Tidak usah mengkhawatirkan aku, aku akan pergi dari sini. Terima kasih atas perawatannya." Aku tersenyum dan bergegas pergi.
Entah ke mana aku akan pergi, yang jelas aku tidak mau menjadi beban bagi orang lain. Aku harus mencari tahu bagaimana bisa aku berada di sini, dan mencoba mengingat semua yang sudah kulupakan.
Ketika aku keluar dari rumah itu, aku dikagetkan bagaimana keadaan luar. Hutan—ini seperti hutan belantara, tidak ada penduduk satu pun. Bagaimana mereka bisa kemari, sedangkan di luar tidak ada kereta kuda sama sekali? Baiklah aku akan mengandalkan instingku untuk keluar dari hutan ini. Sepertinya jalan itu merupakan jalan setapak. Jika aku mengikuti jalan setapak ini, besar kemungkinan ke arah pemukiman.
"Hei tunggu!" Seseorang menarik tanganku.
Dia adalah Williams.
"Jangan ceroboh, kau mungkin akan tersesat. Besar kemungkinan kau akan mati sebelum menemukan pemukiman. Kau tahu? Sudah Tom katakan tadi, jarak dari sini dan tempat asalmu sangat jauh. Kau juga bisa tinggal di sini sementara waktu. Tidak perlu khawatir, akan aku temani."
Mataku berbinar, dan secara spontan aku memeluk Williams. "Terima kasih banyak, aku kira kau orang yang jahat. Menyebalkan"
"Hei, lepaskan aku. Jangan sentuh aku, wanita gila." Williams mendorong badanku, tapi aku tetap memeluknya. Karena aku bingung harus bagaimana. Apa aku bisa hidup tanpa makan? Aku menangis tersedu-sedu.
"Hei, siapa suruh kau temani Jane? Kalian berdua ikut aku. Kita pergi dari sini," sahut Tom
"Kau bisa dengarkan apa kata Tom? Jadi lepaskan aku!"
"Baiklah, maafkan aku. Aku tidak mau mati!" Aku melepaskan Williams, dan tetap menangis tersedu-sedu, sambil mengusap air mataku.
"Ah sialan." Sepertinya Williams tampak kesal.
Lelah sekali rasanya. Aku tidak paham mengapa Williams berkata seperti itu, sedangkan kita harus jalan sejauh ini? Apa jangan-jangan dia akan menjadikanku umpan untuk hewan buas? Sial! Mengapa aku tidak terpikirkan sampai situ?Ini benar-benar hutan belantara, sama seperti sebelum aku terjatuh. Hanya jalan setapak. Sepertinya waktu menunjukkan sore hari, aku bisa melihat cahaya matahari yang mulai merendah. Badanku sudah mulai berkeringat, mungkin karena aku menempuh jalan yang cukup jauh. Cahaya matahari itu menyilaukan pandanganku, aku benar-benar merasa terganggu dengan perjalanan ini. Ah, sudahlah—tidak baik jika terus mengeluh. Hutan yang lengkap dengan pemandangan, menyejukkan pikiran, dihiasi suara kicauan burung dan serangga yang bersahutan satu sama lainnya. Lelahku hilang seketika. Aku berhenti sejenak, menutup mata menikmati semua ini.Seseorang menepuk jidatku, dan membuyarkan semuanya."Nyamuk di sini besar sekali. Aku jadi tidak tahan untuk membunuhnya."Aku melotot. Ter
Aku membuka pintu kamar berencana keluar, tetapi ada pelayan menunggu di pintu kamarku. Dia mengatakan bahwa makan malam sudah siap, sambil memegang tumpukan baju dia meminta izin untuk memasukkan semua baju itu ke dalam lemari. Dia sudah lama menunggu, tetapi karena aku sedang tertidur dengan lelap, dia membiarkanku tidur dan melewati makan siang.Makan malam sudah siap. Aku sangat menanti makan malam, karena perutku sudah benar-benar lapar. Oh, perutku tolonglah jangan membuat masalah ketika di ruang makan. Jika sampai itu terjadi, apa sebaiknya aku berpura-pura mati?Aku mengenakan gaun sederhana berwarna coklat muda yang telah disiapkan pelayan tadi. Busana yang sederhana namun tetap mempunyai kesan yang anggun. Dia mengatakan bahwa kehadiranku mendadak di sini, jadi semua baju ini adalah milik mendiang ibu Pangeran Tom. Tom yang malang, dia sudah kehilangan ibunya. Ingin aku bertanya kepada pelayan itu mengapa ibunya meninggal, tapi aku tahan. Aku harus berhati-hati dengan orang
Seorang pelayan mengetuk pintu dan masuk ke kamarku. Aku membuka mataku.”Maaf, Nona. Pangeran Tom memberikan ini untukmu.”Ternyata dia, Amy.”Baiklah, Amy. Letakkan di sana. Nanti aku pakai setelah membersihkan badanku terlebih dahulu.””Izinkan saya merias Anda, Nona.””Baiklah, tapi jangan panggil aku Nona.””Baik, Nona. Eh, Jane.”Aku pergi mandi.Aku mengenakan gaun yang sudah disiapkan Tom, dibantu Amy memakaikan korset. Aku benci sekali dengan korset ini. Gaun ini berwarna merah muda—sangat muda seperti bunga mawar yang baru mekar. Meskipun acara malam hari yang seharusnya berwarna gelap. Namun, aku yakin Tom memilih ini tanpa ragu. Dia pikir ini cocok denganku dan aku suka, sangat suka.Amy menata rambutku sedemikian rupa. Dia menyanggul rambutku ke belakang, dan membiarkan rambut depanku terurai. Rambut yang tidak bisa tersanggul karena terlalu pendek. Dia menyanggul lebih rapi daripada sebelumnya. Amy memberikanku hiasan mutiara-mutiara kecil di rambutku. Terasa lebih hidup
Pikiranku kosong. Air mata mengalir begitu saja, tapi tidak seperti sebelumnya. Aku menangis tapi ada perasaan senang di dalamnya. Apa ada hal sesuatu yang telah terjadi? Apa aku pernah bertemu dengan Tom sebelumnya? Namun, Tom mengatakan bahwa dia belum pernah menemuiku. Jika dia belum pernah bertemu denganku, mengapa dia bisa mengutarakan perasaannya meski baru bertemu beberapa hari? Padahal kami baru dekat pada saat sedang berdansa.Aku membasuh muka dan kedua tanganku. Aku melihat diriku sendiri di cermin. Riasanku mulai memudar, tapi aku tidak memikirkannya. Aku mencoba menenangkan detakan jantungku, dan air mataku sudah berhenti mengalir. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Rasanya akan canggung sekali. Aku tidak bisa mengatasinya.Aku melamunkan diri di hadapan cermin. Tujuanku sebenarnya adalah mencari tahu mengapa aku hilang ingatan, tapi aku merasakan ada hal yang berbeda. Ada apa dengan ini? Apa aku mengingat sesuatu? Mengapa jantungku tidak bisa berhenti kembali normal
Sayup-sayup aku mendengar suara perasan air menetes ke bawah genangan air dalam suatu bejana. Tetesan air itu mulai menyentuh keningku. Terasa dingin sekali. Aku mulai membuka mata, memang masih terasa berat. Sepertinya aku tidak membuka mata secara menyeluruh. Entah ini rasa kantukku atau memang aku kelelahan. Amy melakukan ini untukku, dia sudah menyiapkan makanan. Sesungguhnya aku tidak berselera dengan makanan.Aku melihat di sebrang sana, Tom sedang duduk di sofa. Namun, ia sedang tertidur. Dia masih mengenakan kemeja yang semalam ia pakai. Apa semalaman dia tertidur di sini?Badanku masih lemas. Hanya saja aku mencoba untuk berdiri menghampiri Tom. Aku sempat dicegah oleh Amy, tapi aku mengabaikannya. Dia langsung pergi keluar begitu aku membawa selimut dari tempat tidurku, dan memakaikannya kepada Tom. Aku tahu ini sudah siang, tapi aku merasa kasihan sekali kepadanya. Dia mengkhawatirkanku sampai seperti ini. Tom, maafkan aku. Dia terbangun—menggosok matanya."Jane, mengapa ka
Semua orang hampir meninggalkan kamarku begitu Tuan Philip pergi, dan Williams ikut pergi untuk mengantarkannya.Tom masih di sini dan duduk di atas kasur. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Setelah kejadian semalam, aku benar-benar merasa canggung. Apakah aku menyakiti hatinya?Kepalanya masih menunduk. Aku sangat yakin dia ingin mengatakan sesuatu, akan tetapi mengingat kejadian semalam, itu membuatnya menjadi canggung. Aku tidak berani berucap, hanya saja pandanganku tidak berpaling darinya. Aku menatap rambutnya yang berwarna keemasan, rasanya aku ingin sekali menyentuh rambutnya yang lembut itu. Kemudian dia mulai menegakkan kepalanya, dan melihat bahwa aku sedang menatapnya.Aku benar-benar memalukan, mungkin dia berpikir jika aku memang sedang memperhatikannya. Meskipun itu memang benar, tapi aku berharap dia tidak berpikir seperti itu."Jane?""Ya? Ada yang ingin kau sampaikan? Aku tidak tahu harus berkata apa? Sedangkan kau hanya melamun menunduk ke bawah."Dia tersen
Keesokan harinya aku merasa bahwa tidak selamanya bermalas-malasan itu menyenangkan dan aku membutuhkan udara yang segar serta pemandangan luar yang cerah. Walaupun aku baru saja menghabiskan waktu sehari di sini, aku mulai bosan dengan udara yang aku hirup dan pemandangan di dalam kamar. Bukan waktu yang lama, tapi aku merasa jika waktu berjalan terlalu lambat. Dua hari terasa seperti dua bulan. Meski kamar ini sangat indah, mataku mesti melihat pemandangan dengan jangkauan yang lebih luas dan tentunya berada di alam terbuka.Setiap kali aku keluar kamar, Amy memergokiku. Dia melarang keras jika aku keluar kamar, dengan alasan perintah dari Pangeran Tom tidak bisa dilanggar. Aku muak mendengarnya, aku benar-benar bosan. Ketika aku mencobanya lagi, aku bertemu dengan Williams di depan pintu. Dia memelototiku. Dia yang lebih menyeramkan daripada ucapan Amy."Tidak bisa kah kau berdiam diri di kamar?" ketus Williams.Baru saja dia bersikap manis kemarin, dan hari ini sifatnya kembali ke
Aku memakai pakaian yang Williams berikan, aku berusaha tidak memedulikan sesuatu yang terjadi di balik pakaian ini. Meskipun terkadang ketika aku memperhatikan pakaian ini secara mendalam, kepalaku kembali terasa sedikit sakit. Aku merapikan pakaian di hadapan cermin, dan mengepang rambutku agak ke samping, yang seharusnya lurus ke belakang. Terlihat sedikit berantakan memang, karena aku melakukannya sendiri tanpa bantuan Amy. Aku belum memotong poniku, terlihat sangat panjang dan ikal, akan sangat mengganggu jika aku melakukan banyak aktivitas. Aku menjepit poniku dengan jepitan yang diberikan Williams. Setelah semuanya selesai, aku mengikat tali sepatuku. Sepatu boot yang panjang sehingga menutupi seluruh betisku. Jujur saja, aku lebih terasa nyaman mengenakan sepatu ini daripada sepatu yang berhak.Pakaian ini sangat melekat di tubuhku. Meskipun terlihat jelas lekukannya, aku masih bisa bernapas lega. Tidak seperti ketika mengenakan korset. Aku merasa sangat nyaman dengan pakaian
"Jika aku mengetahui hal itu. Aku tidak akan pergi dan tidak pula berdiam diri lama dikediamanmu.""Apa kau bilang?""Dia sosok wanita yang aku cari. Ternyata dia seorang Putri. Aku kira ayahku akan menjodohkanku dengan wanita sembarangan yang memiliki darah bangsawan."Aku menatapnya tajam.”Jaga mulutmu! Aku mengenalnya jauh sebelum bertemu denganmu!” Aku melayangkan sebuah pedang ke arahnya. Aku berniat berduel dengannya.”Oh, jadi ini maumu?” Dia pun melakukan hal yang sama.Kami sedang berlatih, hanya saja latihan ini berubah menjadi sebuah duel.”Jangan kau ganggu wanitaku!”Kami memulai pertarungan, setiap aku melayangkan pedang ke arahnya dia selalu menangkalnya. Begitu pun sebaliknya. Aku tidak menemukan celah untuk menyerangnya. Akhirnya kami kelelahan, aku berbaring di lantai begitu pun dengannya."Aku tidak bisa melawanmu," ucapku dengan napas yang tersenggal-senggal."Kau benar, begitu pun denganku. Aku tidak suka berkelahi dengan sahabatku sendiri. Karena kau sering meng
Ayahku terkejut mendengar semua yang telah aku ceritakan, dari awal pertemuan dengan Jane dan berakhir dengan penculikan Jane. Aku pun menceritakan bagaimana keterlibatan Raja Arthur dalam hal ini.Dia mengusap bahuku. "Kita perlu menyelamatkan Jane tanpa memberitahukan Grissham. Aku benar-benar khawatir dengannya. Gadis itu tampak polos dan memiliki hati yang baik. Aku tidak menyangka banyak orang yang memanfaatkannya demi kerakusan mereka.""Kapan Raja Cedric akan memberitahumu?"Aku menggeleng. "Setelah semua yang dipersiapkannya sudah sangat matang."Ayahku tersenyum dan mengangguk. "Aku menyerahkan semua ini kepadamu, dan akan berpura-pura tidak tahu. Aku harus tetap mempertahankan pertemanan bersama Raja Arthut. Karena aku rasa, dia pun berpikir demikian."Aku mengerutkan dahi."Tidak ada pertemanan yang benar-benar tulus dalam berpolitik."Aku berharap tidak demikian dengan Williams.Setelah beberapa hari kemudian, aku berlatih dengan beberapa prajuritku untuk kesiapan nanti. M
Malam semakin larut. Aku tidak bisa tidur karena menunggu kabar dari Darren. Beberapa kali tubuhku ingin beristirahat dan memejamkan mata, tapi aku meyakinkan diriku sendiri untuk tidak tertidur. Aku harus bertahan hingga Darren tiba.Namun, aku tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi. Aku mempersiapkan diriku untuk bergegas ke wilayah Grissham.Malam semakin mencekam. Dinginnya angin malam berhasil menusuk tubuhku. Sapuan angin yang kencang berhasil membuat kedua mataku tetap terjaga. Aku menunggangi kuda dengan laju yang sangat cepat. Beruntung kudaku telah terlatih untuk berlari di segala waktu dan cuaca, kecuali banjir. Gemuruh suara malam membisingkan telingaku, seharusnya aku mempersiapkan penutup telinga sebelum pergi. Karena ini benar-benar tidak nyaman, semoga saja gendang telingaku baik-baik saja.Rasa khawatir memusnahkan segala ketakutanku malam ini. Ketakutan akan tertidur selama perjalanan, ketakutan akan kedinginan, ketakutan akan gendang telinga pecah, atau ap
Pikiranku tidak karuan saat ini. Daren berencana untuk menangkap Jane dan Williams hari ini. Dia dan pasukannya berjaga di sekitaran Kastil Grissham. Jika mereka melarikan hari ini, ini merupakan suatu kesempatan yang bagus. Akan tetapi jika tidak, mereka harus menunggu dan berjaga di sana.Namun, aku yakin jika Jane tidak akan berlama-lama di sana. Pada saat dia berada di Kastil Grissham untuk pertama kalinya, dia berniat untuk pergi dari sana hingga terjadi suatu kecelakaan.Rasa khawatir menyelimutiku secara menyeluruh. Aku bahkan melewati sarapan pagi bersama ayahku. Aku tidak berani mengatakan yang sebenarnya, karena khawatir dia akan terlalu memikirkan kepergian Jane. Aku tidak ingin menambah pikirannya, ayahku harus mementingkan kesehatannya saat ini. Aku berbohong kepadanya jika Jane pergi kembali ke rumah keluarganya. Suatu saat nanti, aku akan menceritakan kebenaran kepada ayahku.Sinar matahari berhasil masuk menembus jendela, dan membuatku bangkit dari tempat tidurku. Aku
Pagi ini, cahaya matahari pagi yang lembut memancar dari balik awan, menyinari permukaan danau dengan kilauan yang menakjubkan. Aku menghirup udara segar dan merasakan keajaiban alam yang menyapu wajahku. Suara gemerincing air dan kicauan burung mengiringi langkahku, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Aku perlu menenangkan diri sejenak untuk saat ini. Hanya sebentar, dan tidak akan lama.Aku menduduki kursi yang menghadap ke danau, sama seperti pada saat bersama Jane. Ingatan masa laluku tentangnya yang begitu indah, mucul pada saat menghabiskan waktu ketika saat bersamanya di sini.Aku mungkin tidak bisa melindunginya dengan baik, berkali-kali aku membuatnya kesal karena tidak bisa memberitahu tentang ingatannya di masa lalu. Namun, aku benar-benar dilema.Rumah Cedric terbakar, dan aku yakin bahwa Jane sudah tidak ada di sana sebelum kejadian buruk itu terjadi.Aku gagal melindunginya. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku sudah mencari ke berbagai tempat dan dibantu oleh
Kami kembali ke kerumunan orang yang sedang menikmati acara pesta pernikahan Rhys dan Amy. Di tengah-tengah keramaian, di sana aku melihat Marry sedang menggandeng tangan Philip?Apakah laki-laki yang di maksudnya adalah Philip? Tapi, mengapa bisa? Bukankah Philip jauh dari kata selera yang disukai Marry. Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkan Philip. Dia memang pria dewasa, tapi menurutku dia kurang memiliki karismatik yang bisa membuat wanita tertarik begitu saja kepadanya. Aku berharap Marry sudah yakin dengan keputusannya, karena Philip terlalu mencintai sebuah buku daripada seorang gadis.Marry melihat ke arahku kemudian melambaikan tangannya. Aku membalasnya.Kami mendekat.Marry tampak canggung karena melihat Tom. Aku memeluk Marry."Akhirnya kau datang.""Aku sudah memastikan diriku untuk datang dan bertemu kalian, meskipun tampaknya kehadiranku di sini sangat asing."Aku melepaskan pelukannya. "Tidak! Meskipun sikapmu tidak akan kau rubah, aku akan tetap menganggapmu sebagai t
Matahari pagi menerangi taman kastil dengan sinarnya yang lembut, menciptakan perpaduan warna-warni antara cahaya emas dan bayangan yang menawan.Orkestra terampil memainkan musik yang merdu, menciptakan harmoni indah di udara. Melodi yang mengalun menambahkan nuansa romantis pada suasana yang sudah penuh cinta ini. Di antara dedaunan pohon, burung-burung bernyanyi ikut merayakan momen bahagia ini.Suasana riang diisi dengan tarian dan musik yang mengalun merdu di bawah sinar matahari pagi. Para tamu berdansa dengan riang, sambil menikmati momen bahagia ini dengan segala kesenangan dan keceriaan.Williams hadir di antara aku dan Tom yang berencana untuk berdansa di tengah-tengah keramaian pesta. Lalu kami menghurungkan niat untuk berdansa."Jane?""Kau datang, Wil?"Dia mengangguk dengan malu-malu."Kau begitu cantik, Jane."Aku tersenyum.Lalu Tom berdeham. "Rupanya aku tidak dianggap di sini."Aku menyilangkan kedua tanganku di dada, menatap ke arahnya dan kemudian berganti ke arah
Jantungku berdegup dengan kencang menyambut hari ini. Ini adalah hari berbahagianya untuk kakakku dan temanku.Rhys tampak mempesona dengan tuxedo yang dia kenakan. Wajahnya tampak bersinar dan tersenyum dengan ceria. Ketika aku merapihkan jas yang dia kenakan, aku mulai menatapnya dengan dalam."Kau sungguh-sungguh mencintai Amy?""Mengapa kau bertanya seperti itu?" Tatapannya hanya berpusat pada dirinya di balik cermin. Dia sedang menyombongkan dirinya sendiri karena sedang berpenampilan mempesona. Menyebalkan! Dia bahkan tidak menatapku yang sedang berbicara dengannya."Karena Amy terlalu indah dan memiliki hati yang seperti malaikat. Dia tidak cocok denganmu." Aku menyilangkan kedua tanganku di dadaku, dan menatapnya sinis."Aku menyebalkan hanya pada saat bersamamu. Jika aku berbuat baik secara terus menerus kepadamu, harga diriku akan semakin terinjak-injak.""Cih! Menyebalkan!"Kemudian dia memelukku. "Namun, aku begitu sangat mencintaiku adikku yang bodoh dan menyebalkan tapi
Alam telah menghipnotisku untuk terlelap dalam nuansanya. Rasa damai dan ketenangan berhasil menjelajah seluruh tubuhku. Aku mulai tersadar jika aku telah tidur dalam lelap.Mataku mulai terbuka.Ketika itu, wajah seseorang sedang berada di atas wajahku. Dia sangat dekat, sehingga membuatku sangat terkejut. Aku hampir melompat karena melihatnya."Marry?"Dia tampak canggung dan malu-malu. "Ah, hai, Jane." Dia melambai tangannya ke arahku dengan penuh keraguan."Tidak bisakah kau membangunkanku dengan cara yang lain?""Aku hanya memperhatikan wajahmu. Ternyata kau tidak secantik yang aku kira. Aku tetap berada di atasmu.""Aku tidak peduli."Dia tertawa kemudian duduk di sampingku."Maafkan aku, Jane.""Jangan khawatir, aku sudah memaafkanmu sejak lama.""Tidak, bukan itu. Aku tidak bermaksud meminta maaf atas kejadian yang lalu.""Aku kira kau sudah berubah, tapi tetap saja menyebalkan!"Dia mengangguk. "Karena aku harus mempertahankan sikapku itu."Aku menghela napas dan menatap sini