Share

Bab. 72

Penulis: Sellova96
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Henggar menatap sekumpulan flashdisk yang ia biarkan tergeletak di ranjangnya. Ia cukup kaget ketika membuka bungkusan plastik yang ternyata isinya lebih dari satu flashdisk. Mungkin ada sekitar sepuluh flashdik di sana dengan bentuk, model, dan ukuran yang sama. Membuat Henggar yakin kalau salah satu flashdisk itu menyimpan bukti rekaman kejadian dua tahun yang lalu.

Henggar mengambil laptop yang ia simpan di laci meja belajarnya kemudian memangkunya. Ia mengambil satu flashdsik lalu memasangnya. Keningnya berkerut dalam saat ketika tidak mendapati satupn file yang tersimpan di sana. flahdisk itu tampak seperti baru.

“Kenapa bisa gini?” tanyanya sendiri dengan bingung.

Ia pun melepaskan flashdisk itu kemudian memasang flashdisk yang lainnya. Tapi herannya, semua flashdisk yang ia pasang tidak ada satupun yang memiliki file di dalamnya. Semuanya masih baru. Membuat Henggar mengerang kesal.

“Pasti dia udah tau kalo gue bakal meriksa pos i

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Can You See Me?   Bab. 73

    Tidak ada yang mengeluarkan suara selama perjalanan. Hanya terdengar suara bising kendaraan yang berlalu lalang. Nadiv fokus menyetir dengan kecepatan sedang, sesuai perintah Tiya, mamanya. Pikirannya melayang ke pesan yang dikirimkan oleh Adelia beberapa waktu lalu. Gadis itu tengah membutuhkannya. Membuat setitik hati kecil Nadiv ingin menemui Adelia. Tapi ia sudah berjanji untuk tidak terlibat dengan gadis itu lagi demi menjaga perasaan Rallin. Lalu apa yang harus ia lakukan?Sementara Rallin, suasana hatinya sedang tidak baik. Perasaan sesak selalu menggerogoti hatinya setiap ia mengingat tentang penyakit yang diidapnya itu. Membuat Rallin merasa hidupnya begitu hancur. ia bahkan sampai membayangkan kalau nanti, ia benar-benar ditakdirkan untuk pulang lebih dulu, lalu siapa gadis beruntung yang akan menemani Nadiv sampai hari tua? Rallin selalu berdoa agar diberikan umur yang panjang agar bisa bersama Nadiv untuk selamanya.Sibuk dengan pikiran masing-masing, sampa

  • Can You See Me?   Bab. 74

    Rallin berjalan pelan menyusuri lorong rumah sakit. Langkahnya terasa berat. Tatapannya kosong, tidak ada binary cerah yang biasa ia tunjukkan dihadapan banyak orang. Tidak ada lagi topeng ceria yang senantiasa menghiasi wajahnya. Semuanya hilang, sama seperti semangat Rallin yang hilang sejak mendengar penjelasan dari Arden. Mungkin ia berdosa melakukan ini, tapi bolehkah ia menyesal karena sudah terlahir ke dunia? Bukan karena ia tidak mau bersyukur atas nikmat nyawa yang diberikan Tuhan untuknya. Hanya saja ia merasa kalau ini semua percuma. Percuma ia hidup kalau ia tidak pernah merasakan kebahagiaan. Iya, dia pernah mendengar seseorang berucap, Tuhan tidak akan memberikan ujian yang berat kecuali Dia yakin umatnya mampu melewati itu. Mampu, ya? Batin Rallin bersuara. Gadis itu menghela nafas berat. Apa mungkin ia mampu? Pandangan gadis itu mengedar, mencari keberadaan Nadiv. Keningnya berkerut dalam saat tidak menemukan Nadiv di tempat lelaki itu menungg

  • Can You See Me?   Bab. 75

    Layaknya menaiki trampolin, dilambungkan begitu tinggi lalu dihempaskan begitu keras sampai ke dasar. Mungkin itulah yang dapat menggambarkan perasaan Rallin saat ini. Sakit, hancur, dan kecewa semuanya berpadu menjadi satu. Membuat dadanya begitu sesak ketika melihat bagaimana Nadiv, lelaki yang ia yakini akan selalu bersamanya dalam situasi apapun nyatanya lelaki itu juga yang kembali menorehkan luka begitu dalam. Dulunya ia kira ia telah mendapatkan hati Nadiv sepenuhnya. Tapi kenyataannya hanyalah angan belaka. Tidak ada yang lebih hancur daripada melihat orang yang dicintai lebih mementingkan masa lalunya. Lalu untuk apa hadirnya Rallin kalau ternyata lelaki itu masih menaruh perasaan pada Adelia? Untuk apa lelaki itu memberikan harapan yang begitu manis kalau nyatanya harus berujung pahit? Rallin mengusap air matanya yang terus berjatuhan sejak tadi. Tidak ada isakan yang terdengar, namun yang ia tahu menangis dalam diam seperti inilah yang paling

  • Can You See Me?   Bab. 76

    Rallin dan Arden berjalan berdampingan ketika mereka menyusuri jalanan menuju taman kota. Tempat itu tampak ramai karen hari sudah menjelang sore. Kemarin Rallin sering pergi kesini bersama Nadiv. Tapi itu kemarin, untuk saat ini Rallin masih belum ingin membahas tentang lelaki itu.Bahkan Rallin sengaja menonaktifkan ponselnya lantaran tidak ingin Nadiv menghubunginya. Entahlah, Rallin juga merasa bimbang dengan perasaannya. Ia sangat mencintai Nadiv tapi melihat kelakuan Nadiv yang seperti itu membuat ia menjadi ragu.Rallin mengalihkan pandangannya menatap wajah teduh milik Arden. Lelaki itu, Rallin bahkan baru mengenalnya beberapa waktu yang lalu. Tapi entah kenapa, setiap berasa di dekat lelaki itu Rallin merasa aman.Bukan, bukannya Rallin mulai menyimpan rasa diam-diam. Hanya saja ia bisa merasakan kalau Arden itu memang tulus untuk membantunya. Setidaknya lelaki itu bisa sedikit mengurangi beban pikiran Rallin yang terus menghantuinya.Arden menga

  • Can You See Me?   Bab. 77

    Sendi PrasajaSini dong ke SMA Dwingga, gue ada turnamen basket. Dibuka untuk umum kok. Gue butuh penyemangat.Kedua sudut bibir Rallin terangkat kala membaca pesan dari Sendi yang masuk beberapa menit yang lalu. Gadis itu tadinya tengah rebahan di ranjangnya. Ia tidak tahu ingin melakukan apa karena hari ini juga Henggar tengah bersekolah. Sedangkan Nadiv? Ah, tidak perlu di tanya pasal lelaki itu. Nadiv bahkan dengan santainya tidak menghubungi Rallin sejak kemarin. Sedih? Sudah pasti Rallin sedih, bahkan sakit hati.Tak mau memikirkan Nadiv terlalu lama, Rallin segera beranjak untuk berganti pakaian. Gadis itu memilih untuk memakai kaos oblong berwarna putih dipadukan dengan celana jeans berwarna biru langit. Gadis itu mencepol asal rambutnya. Lalu memoleskan sedikit bedak dan lipgloss agar bibirnya tidak pucat. Rallin mematut pantulan dirinya di cermin.Gadis itu menyunggingkan senyum tipis. “Cantik banget gue. Tapi suka di sia-sia

  • Can You See Me?   Bab. 78

    Suasana lapangan basket SMA Dwingga pagi ini sudah tampak ramai. Bahkan tribun pun sudah disesaki olah siswa yang ingin menonton pertandingan antara Grand Nusa dan Kencana. Dua club basket yang sama-sama memiliki pemain yang mahir dalam menyusun strategi.Disisi lapangan sebelah kanan, ada Sendi dan para anggotanya yang tengah duduk membentuk lingkaran. Mereka tampak tengah membicarakan strategi lagi. agar para anggota bisa memahami dan tidak melakukan kesalahan nantinya. Sendi tampak mendominasi di sini karena dia adalah sang kapten. Lelaki itu memegang penuh tanggung jawab agar bisa membawa timnya ke garis kemenangan.Sementara Rallin, gadis itu tampak duduk di tribun bagian bawah. Tepatnya di dekat Sendi. Rallin tampak sedikit risih dengan beberapa tatapan siswa Dwingga yang mengarah padanya. Apalagi siswa laki-laki yang duduk bergerombol dengan jarak lima meter di depannya. Mereka sering mencuri-curi pandang ke arah Rallin membuat gadis itu sedikit canggung.

  • Can You See Me?   Bab. 79

    Pertandingan sudah berakhir sejak lima belas menit yang lalu. Kini tim Sendi sedang duduk bersantai di pinggir lapangan. Pertandingan yang cukup sengit tadi berakhir dengan tim Sendi yang memenangkan. Itupun hanya selisih dua angka. Sendi tampak menyiramkan satu botol aqua ke rambutnya. Membuat para siswi Dwingga yang melihatnya sontak memekik tertahan. Kadar ketampanan lelaki itu bertambah dua kali lipat.Rallin menahan tawanya. “Tuh, dilihatin sama cewek,” ujarnya pada Sendi.Sendi hanya tersenyum tipis. “Udah biasa. Biasalah orang ganteng,” katanya menyombongkan diri.Hal itu membuat Rallin mencebik kesal. “Nyesel gue muji lo.”“Tapi tetep, di sini yang paling ganteng itu gue,” ujar Didan sembari menepuk dadanya bangga.“Dih, muka kek monyet upin-upin pake bilang ganteng,” cibir Rangga.Didan mendelik kesal. “Kok lo body semriwing sih, Ngga!”“Body shammi

  • Can You See Me?   Bab. 80

    BRAK!!Suara gebrakan meja yang cukup keras membuat seluruh murid yang kini berada di kantin sontak berjengit kaget. Terutama dua siswa yang tengah makan semangkuk mie ayam itu. Pasalnya, seseorang telah menggebrak meja mereka dengan kasar.Nadiv, siswa lelaki yang tengah makan mie ayam itu mengerang kesal karena hampir saja tersedak pentol bakso karena kaget. Ia marah karena sudah dirusak acara makannya. Namun wajah lelaki itu berubah pias saat mendapati tatapan tajam dari sang pelaku.Nadiv menelan salivanya kelat. “Gar?” cicitnya. Kemudian ia menurunkan pandanganny. Tak berani menatap mata elang milik Henggar.Henggar menatap sinis dua orang itu. Ia tak peduli dengan tatapan heran dari para siswa di kantin. Fokusnya kini tertuju pada dua orang yang berperan penting dalam menyakiti hati adiknya. Kemudian tatapannya tertuju pada gadis yang dulu mengejar-ngejarnya dengan alasan dia mirip dengan seseorang. Dan sayangnya, orang itu adalah saudar

Bab terbaru

  • Can You See Me?   Epilog

    Seorang lelaki berusia 20 tahun menatap wanita paruh baya dari kaca tembus pandang. Tatapannya terlihat datar.“Setiap malam dia menangis. Setiap aku mengantarkan makanan, dia selalu mengira aku putrinya,” ujar seorang gadis berpakaian perawat membuat lelaki itu mengalihkan pandangannya.“Apa kau kenal dengan putrinya? Apa kau bisa membawakan putrinya kemari?” tanya perawat.Lelaki itu tersenyum getir. “Putrinya sudah meninggal. Membuat dia hidup penuh dengan penyesalan,” jawab lelaki itu.Perawat hanya diam saja. Merasa tidak enak karena telah menanyakan hal itu. Lalu perawat itupun pamit permisi, meninggalkan lelaki itu sendiri.Lelaki itu berjalan pergi meninggalkan ruangan. Tangannya merogoh saku celananya kemudian mengeluarkan sebuah kertas yang sudah usang. Ia membuka kertas itu dan kembali membaca isinya yang hampir tiap malam ia baca tanpa bosan.“Teruntuk kamu, aku selalu mencintai kamu samp

  • Can You See Me?   Bab. 90

    “Nyokap gue bukan pelakor,”tekan lelaki di depan Henggar dengan matanya yang menyorot tajam.“Sudah, biar saya jelaskan,” lerai wanita itu dengan lembut.Kemudian tatapannya beralih ke Henggar. Wanita itu menatap sendu ke arah Henggar. “Saya tidak pernah merebut Papa kamu dari Mama kamu. Tapi Mama kamu yang telah merebut mas Herman dari saya,” terang wanita itu.Henggar menggeleng tak percaya. “Saya tidak percaya!”“Kamu bisa tahu saya, pasti kamu punya kalung berliontin hati, kan? Di dalamnya ada foto saya dan mas Herman,” ujar wanita itu.Henggar langsung bungkam. Benar yang dikatakan wanita itu, ia bisa tahu wanita itu karena dari liontin. Wanita itu tampak mengulas senyum tipis kemudian ia menepuk bahu Henggar.“Saya adalah istri pertama mas Herman tapi Mama kamu tidak pernah tahu tentang ini. Kenapa? Karena hubungan saya dan mas Herman tidak mendapat restu dari kedu

  • Can You See Me?   Bab. 89

    Seorang wanita dengan pakaian yang tampak glamour serta elegan itu tengah berada di sebuah studio foto. Sepertinya tengah melakukan photoshoot. Wanita itu terlihat sedang berjalan menuju ruang make up.“Ibu masih saja awet muda. Padahal sudah punya anak tiga,” puji seorang gadis yang berada di belakangnya. Sepertinya tengah membenarkan rambut yang berantakan.Wanita itu tersenyum tipis. Matanya menatap ke arah cermin yang ada di depannya. “Anakku hanya dua,” ujarnya tegas seolah tanpa beban.Gadis di belakangnya itu mengernyit. “Oh, iya? Bukankah ada tiga? Yang satu lagi perempuan?” tanya gadis itu lagi.“Hanya dua dan semuanya laki-laki. Satu anak lelakiku sudah meninggal,” tegas wanita itu lagi.Gadis hanya tersenyum simpul. Tak lagi melanjutkan pertanyaannya. Kemudian ia kembali membenahi tatanan rambut milik wanita di depannya itu.“Pemirsa, sebuah fakta mengejutkan terungkap dari sal

  • Can You See Me?   Bab. 88

    Tidak ada yang baik-baik saja jika berada di posisi Henggar. Lelaki itu tampak putus asa. Ia bahkan berulang kali menyalahkan dirinya karena tidak bisa menjaga Rallin dengan baik. Adiknya yang begitu ia sayangi, kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan keadaan belum sadarkan diri. Ia tidak tahu apa yang membuat adiknya drop seperti itu.“Kemarin dia masih baik-baik aja, Di.” Henggar berkata lirih. Tatapan lelaki itu tampak kosong. Seperti tidak ada gairah hidup di dalam tatapannya.Maudi yang setia menemani Henggar pun ikut merasakan kehampaan lelaki itu. Ia juga merasa sangat terpukul. Terlebih lagi Rallin adalah sahabat satu-satunya yang mampu mengerti dirinya bahkan lebih dari siapapun termasuk orang tuanya. Melihat Rallin lemah tak berdaya membuat relung hatinya berdenyut sakit.“Doain aja yang terbaik buat dia, Gar. Gue bahkan ngerasa orang paling bodoh karena sahabat gue sakit aja gue nggak tau,” ujar Maudi miris.K

  • Can You See Me?   Bab. 87

    Dalam hidupnya, Henggar tidak pernah berfikir akan mengalami hal seburuk ini. Kehilangan saudara kembar dengan cara yang tragis menyisakan trauma yang dalam untuknya. Terjadinya perpecahan di dalam keluarganya, membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih dingin dan tertutup.Menjadi pribadi yang dingin, membuat Henggar tidak pernah merasa takut dengan apapun. Ia merasa, hatinya sudah mati. Namun untuk kedua kalinya, rasa takut yang begitu hebat kembali menyerang ulu hatinya.Derap langkah kaki yang begitu cepat seperti tengah berlari, membuat para pengunjung rumah sakit menatapnya dengan heran. Pandangan lelaki itu tampak mengabur karena buliran kristal mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak peduli dengan tatapan yang tertuju padanya. Pikirannya sekarang hanya terfokus pada adiknya, Rallin.Detak jantung Henggar mendadak terhenti saat tadi mendapati pesan dari Maudi yang mengabarkan kalau Rallin tiba-tiba mimisan lalu pingsan. Maudi juga memberitahu ruma

  • Can You See Me?   Bab. 86

    “Gila lo? Demi apa, anjir?!”Rallin menutup telinganya dengan kedua tangan. Meredam suara Maudi yang begitu melengking memekakkan telinga. Raut wajah Maudi tampak begitu terkejut setelah Rallin menceritakan kejadian di rumah sakit tadi. Tepat saat Arden menyatakan perasaannya pada Rallin.Jangankan Maudi, Rallin saja sangat terkejut bahkan gadis itu tidak bisa berkata apa-apa tadi. Setelah pulang dari rumah sakit, Rallin meminta Sendi untuk mengantarkannya ke rumah Maudi. Pasalnya gadis itu tidak sedang ada di apartemen. Toh, Rallin juga enggan pergi ke apartemen Maudi yang berdekatan dengan apartemen milik Nadiv.Entahlah, Rallin rasanya sudah mati rasa dengan lelaki yang sampai saat ini masih merajai hatinya. Perlakuan serta sikap lelaki itu seolah meminta Rallin untuk pergi dari sisinya. Rallin tersenyum getir, lalu untuk apa kemarin Nadiv melontarkan janji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi kalau pada akhirnya akan terus terulang seperti in

  • Can You See Me?   Bab. 85

    “Mungkin mengikhlaskan adalah cara terbaik untuk menyelamatkan diri, sebelum semuanya semakin dalam dan semakin sakit lagi.”Rallin menarik nafas panjang kala mendengar penuturan Arden yang menyentuh hatinya itu. Lelaki itu selalu tahu apa yang dipikirkan Rallin. Kini keduanya tengah duduk di sebuah bangku taman yang ada di halaman belakang rumah sakit. Tempat yang jarang dikunjungi, sehingga mampu menenangkan hati yang tengah gundah.Gadis itu menatap jauh ke depan. Pandangannya tampak kosong. Ada rasa hampa dalam dirinya ketika tidak bersama Nadiv. Nyatanya ia tak bisa membohongi perasaannya sendiri. Terlalu dalam mencintai rupanya salah satu cara mendekatkan diri dengan kecewa yang dalam juga. Ingin marah, tapi percuma. Sama saja seperti dirinya membuang-buang tenaga.Kemudian gadis itu mengalihkan pandangannya ke samping. Menatap Arden yang tampak ikut diam. “Kenapa saya nggak pernah beruntung dalam hal percintaan, Dok?” tanyanya send

  • Can You See Me?   Bab. 84

    Mulai saat ini, bersikaplah seharusnya. Tanpa harus membiarkan diri terluka hanya demi menjaga perasaan orang lain. Karena pada dasarnya, setiap hati juga ingin dihargai. Bukan terus memaklumi mereka yang tak pernah mencoba mengerti. Semua hal itu butuh waktu, dan hal baik datang di waktu yang tepat.Rallin menghela nafasnya panjang. Rasa sesak masih terus menggerogoti relung hatinya. Baru saja berjanji, namun langsung ingkar. Tidak pernah habis fikir dengan sikap Nadiv saat ini. Kalau memang ia masih mencintai Adelia, kenapa ia enggan kembali? Malah meminta Rallin untuk terus bersamanya.Sekarang, Rallin hanya ingin tenang. Ia tidak ingin terbebani dengan hal apapun termasuk asmara. Ia sadar, selama ini ia terlalu dalam melukai hatinya sendiri. Gadis itu mengusap air matanya yang tiba-tiba saja menetes.Bohong kalau ia tidak sakit hati. Cewek mana yang rela liat cowoknya mentingin cewek lain terlebih itu adalah mantannya sendiri. Namun sekarang, ia sudah meyaki

  • Can You See Me?   Bab. 82

    Ucapan Rallin membuat kepala Nadiv berputar 180 derajat menghadap Rallin. Tak mengerti dengan ucapan gadis itu. Wajahnya tampak bingung.Melihat itu, Rallin mengulas senyum getir. “Setidaknya, kalo lo emang nggak cinta, jangan bertingkah seolah-olah lo bakal cinta sama gue. Dibohongi kayak gini lebih menyakitkan daripada ditinggalkan.”Kening Nadiv berkerut. Ia tak suka dengan apa yang dibicarakan oleh Rallin. Apa maksud gadis itu menyuruhnya pergi? Apa Rallin sudah tidak mencintai dirinya lagi?“Maksud lo apa?”Rallin mengalihkan pandangannya ke depan. Menatap bunga-bunga yang tampaknya lebih menarik. “Pada akhirnya, yang pernah mencintai tanpa tapi, pernah bertahan tanpa paksaan, dan pernah sabar menanti sadar pun, akan melepaskan tanpa pesan,” ujarnya tanpa menatap Nadiv.“Lo mau ngelepasin gue? Kenapa?” tanya Nadiv. Ia tak terima dengan Rallin yang seperti ini. Ini hanya perkara ia menjaga Adelia

DMCA.com Protection Status