[Dia sedang bermain. Sebentar lagi kami akan makan siang]Kemudian Raya memesan take away untuk makan siangnya dan Noval. Disaat bersamaan, pesan balasan Kal datang lagi.[Apa yang kalian makan? Aku makan udang manis tadi, apa Nono menyukainya? Bagaimana jika aku memesan untuknya?]Raya terdiam saat membaca pesan itu. Kemarin dia melupakan hal ini. Tapi sekarang dia menjadi bertanya-tanya, bagaimana Kal bisa mengetahui alamat rumahnya?Raya menarik nafas dalam-dalam. Dia pernah mendengar jika untuk orang-orang kaya, menyelidiki alamat seseorang itu sangat mudah. Bahkan dalam film, menyelidiki masa lalu juga bisa dilakukan.Berpikir begitu, hati Raya gemetar. Apakah Kal menyelidiki masa lalunya? Raya tiba-tiba merasa ingin menjauh. Dia ingin berhenti berhubungan dengan Kal. Tapi.... Kal memiliki pekerjaan impiannya di masa lalu. Jika dia berteman dengan Kal, dia mungkin akan memiliki kesempatan mendengar seperti apa suasana syuting. Apakah itu menyenangkan? Apakah itu melelahkan?Seja
Makan malam keluarga Elshaad dimulai ketika pukul tujuh. Karena Gin sedang berada diluar negri, hanya ada tiga anggota keluarga Elshaad. Ditambah Niana, jadi ada empat orang yang duduk dimeja makan.“Makan ini, kau harus menambahkan berat badanmu.” Ana memasukkan sepotong iga bakar manis ke dalam mangkuk Niana.“Terima kasih bibi.” Ucap Niana ceria.“Kau sering main ke sini, sesekali ajak kakakmu.” Kali ini suara Ranu terdengar.“Kak Zaki sedang sibuk. Dia sama saja dengan Kal, sulit diajak main bersama.” Keluh Niana sambil melirik Kal.Yang dilirik bersikap seolah tidak mendengar apapun, tetap makan dengan tenang.Ana mendesah tak berdaya dalam hati. Dia segera tersenyum dan menyahuti untuk meredakan rasa malu Niana karena diacuhkan, “Di usia mereka memang sedang sibuk membangun karir. Lebih baik jangan dipikirkan agar tidak merasa kesal.”“Karir cemerlang adalah sumber kebanggaan. Bukankah senang memilih pasangan yang memiliki karir cemerlang?” timpal Ranu. Dia sama sekali tidak
Merasakan kediaman Raya, Kal bertanya, “Apakah kau tidak ingin memenjarakannya?”Sebelumnya, dia marah pada semua orang yang menganiaya Raya dan Noval. Karena Raya juga sepertinya tidak akan bergerak, jadi dia yang bergerak. Menurutnya, mereka pantas mendapatkan hukuman itu.Tapi itu adalah pemikirannya. Bagaimanapun ini adalah kasus yang dialami Raya sendiri, jadi dia akan mendengarkan keinginan Raya juga.“Aku tidak yakin.” Gumam Raya diseberang sana. “Bibi Endang dan paman Salim baik. Mereka beberapa kali membantuku. Tapi aku tidak terlalu mengenal putrinya. Aku kesal pada putrinya, tapi aku juga kasihan pada bibi Endang dan paman salim.”Mendengarkan nada kesal dan kesusahan Raya, Kal merasa tak nyaman. Entah sejak kapan dia merasa tidak bisa membiarkan wanita ini menderita keluhan sedikitpun.“Kalau begitu, biarkan gadis itu mendekam dipenjara selama seminggu lagi agar dia mengingat pelajarannya.” Gumam Kal tak berdaya.Dia merasa metode lunak ini bukanlah yang biasa dia gunakan.
“Karna aku membutuhkannya. Bukankah sesama manusia harus saling membantu?” Ucap wanita itu dengan percaya diri. Dia bahkan mengangkat dagunya.Raya terdiam. Apakah dia sedang dirampok?“Aku tidak membawa uang.” Raya menggeleng. Dia keluar rumah hanya membawa sampah yang akan dibuang.“Aku bisa ikut ke rumahmu. Di gedung ini kan?” Wanita itu menunjuk gedung apartemen Raya.Sikapnya membuat Raya agak khawatir. Jenis penipuan macam apa yang sedang dihadapinya ini?“Kita orang asing.” Raya mengingatkan.“Kita bisa berkenalan. Namaku Jul, siapa namamu? Tapi sebenarnya tidak perlu saling kenal jika kau berniat membantu.” Wanita itu mengamati Raya dari atas kebawah. Seolah meremehkan pendapat Raya tentang 'tidak perlu membantu jika tidak kenal'.Tapi Raya sama sekali tidak berniat membantu! Dia benar-benar tidak mungkin membantu orang asing yang tidak terlihat seperti membutuhkan bantuan. Justru terlihat seperti sedang melakukan pemerasan!“Maaf, aku harus kembali. Kau bisa meminta bantuan o
Hening diujung sana. Sampai Kal merasa jika mungkin Raya tidak mau melakukannya. Tapi sebelum dia bahkan sempat kecewa, suara Raya terdengar.“Aku akan menghubungi Nuar. Tunggu sebentar.”“Oke.” Sahut Kal dengan kelegaan yang tidak dia sadari.Sambungan antara Kal dan Raya terputus. Tepat setelah itu ponsel Yasnuar berdering. Melihat Raya yang menghubunginya, segera saja Yasnuar menjawab.“Kakak, ada orang mencurigakan didepan pintu.” Lapor Yasnuar segera. “Dia ingin bertemu Nono.” Tambahnya.“Buka saja pintunya, tidak apa-apa.”“Tapi kak, dia memakai masker dan kacamata hitam. Sangat mencurigakan. Bagaimana jika dia penjahat yang suka menculik dan menjual organ anak?” Yasnuar khawatir.Raya tertawa dengan pikiran liar Yasnuar. Tapi dia yang mengajari gadis itu untuk penuh kecurigaan. Jadi dia sama sekali tak bisa menyalahkannya.“Aku mengenalnya. Jangan khawatir. Dia baru meneleponku. Jadi bukakan pintu untuknya, oke?” “Oke kak.” Ucap Yasnuar patuh setelah diyakinkan.Setelah sambun
Doni menghentikan mobilnya di restoran paling baik di kota F. Tentu saja Tiwi sudah melakukan reservasi sebelumnya.Kal menggendong Noval keluar dari mobil. Saat Raya keluar juga, dia menyentuh lengan Kal dan berkata, “Nono sudah hampir lima tahun.”“Benarkah? Kapan ulang tahun ke limanya? Aku akan mengosongkan waktu pada hari itu.” Ucap Kal sambil melangkah masuk ke dalam restoran.Raya terdiam sesaat kemudian tertawa kecil. “Bukan itu maksudku. Tapi dia bisa jalan sendiri. Tidak perlu digendong.”Kal tertegun sebelum tertawa kecil. Ternyata dia juga memiliki waktu dimana bisa salah paham seperti ini. Agak konyol.“Tidak apa-apa. Aku yang ingin menggendongnya. Nono suka digendong?” tanya Kal.Noval tertawa, “Ne anoy te eratai.”Kal tertawa. Dia tidak mengerti. Tapi anggap saja dia mengerti. Beberapa jam dia bergaul dengan Noval, dia agak terkejut dengan kecerewetan pria kecil ini. Hanya saja tidak banyak kata yang dimengerti olehnya.Bukan berarti semua kata yang diucapkan tidak bisa
“Jika yang kau peras bukan Raya, maka itu tidak akan ada hubungannya denganku.” Ucap Kal sambil meletakkan piring berisi udang yang sudah dikupas bersih ke hadapan Noval. Kemudian dia melanjutkan mengupas kepiting.“Memangnya dia siapamu?!” todong Juleha.Gerakan Kal meletakkan piring sedikit melambat. Tapi kemudian segera menjadi normal lagi.Raya siapanya? Tentu saja temannya, untuk saat ini. Tapi di masa depan, siapa yang tahu. Yang pasti, apapun statusnya, ketika Kal tidak ingin ada orang yang mengganggunya maka tidak boleh ada yang mengganggunya. Semudah itu.“Oke Leha, makan. Kau bilang kelaparan sejak kemarin. Sekarang kau bisa makan sampai kenyang.” Bujuk Raffa.Diam-diam dia melirik Raya dan putranya. Niat tidak murni Kal pada mereka mungkin lebih serius dari yang dia pikirkan.“Itu karna ayah dengan kejam membekukan semua kartuku. Jika tidak, apa kau pikir aku akan mendatangi orang asing satu persatu hanya demi makanan?!” omel Juleha.“Jika kau tidak menentang keputusan kake
Porsche abu metalik memasuki kawasan perumahan elit. Kemudian mobil itu berhenti didepan gerbang rumah dengan papan nama Elshaad. “Ayo masuk.” Ajak Gin. “Tidak perlu. Bukankah ini waktunya reuni keluarga?” kekeh Kenzi. “Omong kosong, kami selalu bertemu setiap tahun. Apanya yang membutuhkan reuni?” “Paling tidak, kalian membutuhkan makan malam bersama. Okelah, sampai ketemu besok.” Kenzi melambaikan tangannya dan melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Elshaad. Gin balas melambai sekilas kemudian memasuki rumah yang telah ditinggalkannya selama lima tahun. “Gin, sayang, kenapa tidak mengabari jika kau kembali hari ini?” Ana tergopoh-gopoh menyambut putranya setelah mendapatkan kabar dari pelayan. Wanita itu memeluk putra sulungnya dengan sayang. Gin balas memeluk ibunya. “Sebenarnya tadi aku tidak begitu merindukan ibu. Tapi sekarang tiba-tiba aku merasa sangat merindukan ibu.” Ucap Gin dengan nada main-main. Refleks Ana memukul punggung Gin kesal, “Anak tidak berbakti! Beran