Share

Melawan Ketakutan

Penulis: Fafafe 36
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 18:02:42

Pagi itu, sinar matahari mengintip melalui tirai jendela studio, menerangi seluruh ruangan dengan cahaya keemasan yang hangat. Di tengah keramaian kru yang sedang menyiapkan peralatan pemotretan, Sarah berdiri di depan cermin besar, memeriksa penampilannya sekali lagi. Hari ini, dia kembali ke dunia modeling, tapi kali ini dengan perasaan yang berbeda, perasaan bahwa ia tidak lagi sekadar bertahan, tetapi siap untuk melangkah maju.

Ana berdiri di sampingnya, memberi dukungan penuh. "Kamu siap, Sarah? Ini adalah momenmu."

Sarah mengangguk pelan, menarik napas dalam-dalam. "Aku siap, Ana. Aku sudah lama menghindar dari dunia ini, tapi kali ini, aku tidak akan lari lagi."

Ana tersenyum bangga dan memeluk Sarah dengan erat. "Aku selalu tahu kamu punya kekuatan itu di dalam dirimu. Sekarang, tunjukkan kepada dunia siapa Sarah yang sebenarnya."

Saat pemotretan dimulai, Sarah berdiri di depan kamera dengan pose yang anggun, tubuhnya bergerak dengan lancar, dan ekspresinya memancarkan keyakin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cahaya di Ujung Jalan   Kegiatan Baru

    Pagi itu, Sarah berdiri di tengah-tengah studio yoga, mencoba untuk fokus pada instruktur yang mengarahkan mereka ke posisi "tree pose." Ia sedikit canggung, belum terbiasa dengan postur yang mengharuskannya berdiri dengan satu kaki sambil mengangkat kedua tangan. Tapi meski ada rasa canggung, ia merasa ada sesuatu yang menyenangkan dalam kelas yoga ini."Bayangkan diri kalian sebagai pohon besar yang kuat," ujar instruktur dengan suara lembut, "berakar di tanah, tenang dan kokoh."Sarah mencoba membayangkan dirinya sebagai pohon. Ia menarik napas dalam-dalam, menutup mata, dan berusaha menenangkan pikirannya yang berlarian. Dalam beberapa menit, pikirannya mulai tenang, dan ia merasa ringan, seakan masalah yang membebani pikirannya perlahan-lahan lenyap.Namun, ketenangannya buyar saat seseorang di sebelahnya kehilangan keseimbangan dan tanpa sengaja menjatuhkan Sarah ke lantai."Astaga, maaf banget!" kata seorang wanita sambil membantu Sarah bangkit. Wanita itu mengenakan legging be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Cahaya di Ujung Jalan   Menggali Makna Hidup

    Setelah kelas yoga yang membawa banyak pencerahan, Sarah merasa hidupnya perlahan mulai berubah. Semakin sering ia bertemu Dokter Fajar, semakin besar rasa penasaran dan kekagumannya pada pria itu. Fajar memiliki kedalaman dan ketenangan yang sulit ditemui pada kebanyakan orang. Suatu sore, ketika ia datang untuk sesi kontrol di klinik, Fajar memberinya rekomendasi yang sederhana tapi terasa berarti baginya."Saya rasa, mungkin buku-buku ini bisa membantu," kata Fajar sambil menyerahkan beberapa buku pada Sarah. Judul-judulnya bervariasi, tentang pencarian makna hidup, kisah hijrah inspiratif, dan beberapa buku tentang kebahagiaan dalam kesederhanaan.Sarah membaca sampul buku-buku tersebut dengan kagum. "Terima kasih, Dokter. Sungguh, ini sangat berarti buat saya. Kadang saya merasa seperti hilang arah, dan sulit menemukan apa yang benar-benar penting dalam hidup."Fajar tersenyum, tatapannya teduh. "Kita semua pernah merasa begitu, Sarah. Tapi ketika kita mulai mencari dan membuka h

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Cahaya di Ujung Jalan   Mulai Ragu

    Hari itu, Sarah kembali ke studio untuk sesi pemotretan. Lampu-lampu sorot kembali menyinari wajahnya, memancarkan glamor yang biasa ia kenakan seperti topeng. Tapi kali ini, rasanya berbeda. Ada kehampaan yang sulit dijelaskan, perasaan bahwa sesuatu telah berubah di dalam dirinya.Di sela-sela pengambilan gambar, Nadia, manajernya, mendekat. "Sarah, kamu kelihatan… berbeda hari ini," komentar Nadia, alisnya terangkat penasaran. "Ada sesuatu yang mengganggumu?"Sarah tersenyum tipis, berusaha tetap profesional. "Enggak, kok, Nad. Cuma mungkin… aku lagi mikirin banyak hal," jawabnya, setengah melamun.Namun, di tengah percakapan mereka, seorang teman lama, Maya, yang juga seorang model, tiba-tiba muncul. "Sarah! Lama banget nggak ketemu, ya ampun!" serunya sambil memeluk Sarah dengan hangat. Maya masih sama, ceria dan penuh semangat, tapi sekarang, ada sesuatu dalam dirinya yang mengingatkan Sarah akan masa lalunya."Wow, Maya! Udah lama banget, gimana kabar kamu?" jawab Sarah dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Cahaya di Ujung Jalan   Menemukan Ketenangan di Masjid

    Sarah mengangkat telepon dan mendengar suara Ana yang penuh semangat di seberang sana. "Sarah, besok ada kegiatan di masjid dekat rumahku. Ayo, kamu ikut ya? Aku yakin kamu bakal suka."Sarah tersenyum tipis, meski ada sedikit ragu dalam dirinya. Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di masjid, dan ia tak yakin apa yang akan ia rasakan. Namun, ajakan Ana ini terdengar menarik, terutama setelah semua kekosongan yang belakangan ia rasakan dalam hidupnya."Baiklah, Ana," jawab Sarah akhirnya, "Aku ikut."Setelah menolak ajakan Adam, Sarah membutuhkan pencerahan agar bisa melupakan masa lalu yang terus mengiringi. Keesokan harinya, Sarah dan Ana memasuki halaman masjid. Masjid itu tidak terlalu besar, tapi memiliki arsitektur yang indah dan suasana yang damai. Beberapa wanita duduk berkelompok, mengenakan hijab dan tersenyum ramah ke arah mereka. Sarah merasa sedikit canggung, namun ada ketenangan aneh yang mulai meresap ke dalam hatinya.Ana menyentuh lengan Sarah. "Aku tahu, ini mungki

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Cahaya di Ujung Jalan   Rumit

    Tiba-tiba, segala kekuatan yang Sarah kumpulkan untuk melanjutkan hidup terasa goyah. "Apa maksudmu, Adam?" tanyanya dengan nada khawatir.Adam menarik napas dalam-dalam di seberang telepon, seolah mencari keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang berat. "Sarah… ada sesuatu yang kau perlu tahu tentang Dokter Fajar. Dia… dia bukan siapa yang kau kira."Sarah terdiam, jantungnya berdetak cepat. Dalam kepalanya, Dokter Fajar adalah sosok yang penuh ketenangan dan kebijaksanaan. Bagaimana mungkin ada sisi lain dari dirinya yang begitu asing?"Adam, jika ini hanya trikmu untuk mengalihkan perhatianku, aku...""Tidak, Sarah. Aku tidak main-main," potong Adam dengan tegas. "Dulu aku pernah satu kampus dengan Dokter Fajar di fakultas kedokteran. Dia… dia memang dikenal baik, tapi… ada insiden di tahun terakhir kami yang membuat banyak orang mempertanyakan siapa dia sebenarnya."Sarah masih terpaku, rasa penasaran bercampur takut semakin menguasainya. "Insiden apa yang kau bicarakan?"Adam m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Cahaya di Ujung Jalan   Rahasia yang Terkuak

    Bab 12: Kebenaran yang TersembunyiSarah merasakan hatinya berdebar tak menentu setelah percakapan terakhir dengan Adam. Masih terngiang di benaknya peringatan Adam tentang masa lalu Dokter Fajar dan gadis bernama Aisyah. Namun, di tengah keraguannya, ada sesuatu yang tak masuk akal dari cerita Adam. Adam selalu memiliki caranya sendiri untuk menyampaikan sesuatu, dan Sarah sadar betul, dia tak selalu jujur.Dengan pikiran penuh kebimbangan, Sarah kembali bertemu Dokter Fajar di taman klinik tempatnya berobat. Hembusan angin sore menambah keheningan di antara mereka sebelum akhirnya Sarah mengumpulkan keberanian untuk bertanya, "Dokter Fajar, aku… aku merasa harus menanyakan ini meski rasanya tidak pantas. Tentang Aisyah... Adam bilang dia masih hidup."Dokter Fajar tampak terkejut, tetapi segera menghela napas dalam-dalam. "Sarah, aku tak ingin ada keraguan di antara kita. Aisyah memang masih hidup. Dia tidak hilang atau meninggal seperti yang dikabarkan. Tapi… ada peristiwa yang mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Cahaya di Ujung Jalan   Jalan Terjal

    Sarah menggenggam ponselnya erat. Nama Dokter Fajar yang terpampang di layar seperti panggilan dari dunia yang selama ini ia percayai, tapi kini penuh dengan keraguan. Di sisi lain, amplop misterius itu tergeletak di meja, menggoda untuk dibuka dan menguak rahasia yang mungkin akan mengubah segalanya.Akhirnya, dengan napas yang tertahan, ia menjawab panggilan itu. "Halo, Dokter Fajar.""Sar… kamu baik-baik saja?" Suara Fajar terdengar hangat dan menenangkan seperti biasa, tapi kali ini Sarah merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik nada suaranya."Ya, aku baik-baik saja," jawabnya pendek, suaranya serak. Ada begitu banyak yang ingin ia tanyakan, tapi semuanya mengendap dalam keraguan yang kian dalam.Fajar terdiam sejenak, seolah menyadari ada yang tidak beres. "Kita harus bicara. Bisa bertemu besok?"Sarah menggigit bibirnya, menimbang-nimbang. Bagian dari dirinya ingin menjauh, tapi ada sesuatu yang mendesaknya untuk menghadapi Dokter Fajar dan menemukan kebenaran. "Baik, kita

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Cahaya di Ujung Jalan   Bayangan yang Mengintai

    Bab 15: Menerima Masa LaluSarah menatap pesan di layar ponselnya, merasakan campuran ketakutan dan kebimbangan. Ia tahu bahwa pesan itu mungkin akan membawanya pada kebenaran yang berbeda, atau justru manipulasi yang lebih dalam. Namun, kali ini ia memilih untuk mengikuti suara hatinya, bukan godaan untuk mengorek lebih jauh.Ia menghapus pesan itu, memutuskan untuk tidak mengejar bayang-bayang dari masa lalu Dokter Fajar. Sebaliknya, ia ingin mencoba menerima bahwa setiap orang memiliki masa lalu, termasuk dirinya sendiri. Ia sadar, dirinya pun pernah memiliki banyak cerita yang tak selamanya menyenangkan, dan ia berharap Fajar pun bisa menerimanya seutuhnya.Beberapa hari berlalu dengan Sarah dan Fajar kembali pada percakapan yang lebih terbuka. Meski tak sepenuhnya mudah, ia mulai merasakan beban kecurigaan yang dulu menghantuinya perlahan memudar. Suatu sore di taman kota, Sarah duduk berdua dengan Fajar di bangku kayu yang menghadap ke danau kecil. Daun-daun berguguran di sekita

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05

Bab terbaru

  • Cahaya di Ujung Jalan   Hari yang Penuh Cinta

    Pagi itu, sinar matahari menembus jendela kamar, membiaskan cahaya hangat ke seluruh ruangan. Sarah terbangun lebih dulu dan tersenyum melihat Fajar yang tidur nyenyak di sampingnya. Di antara mereka, dua bayi mungil dengan pipi kemerahan tampak tenang dalam tidurnya.Sarah mengulurkan tangan, membelai pipi Fajar dengan lembut. "Mas… bangun, ayo kita lihat si kembar," bisiknya.Fajar membuka matanya perlahan, kemudian tersenyum melihat wajah istrinya yang begitu tenang. "Selamat pagi, Sayang."Sarah tertawa kecil. "Lihat mereka, Mas. Lucu sekali. Aku masih nggak percaya mereka benar-benar ada di sini."Fajar mendekat ke salah satu bayi dan mengecup keningnya. "Mereka adalah anugerah terbesar dalam hidup kita, Sayang. Kamu luar biasa."Hari itu dipenuhi dengan tawa kecil bayi, obrolan ringan, dan kebersamaan yang penuh cinta. Fajar mengambil cuti untuk memastikan dirinya ada di rumah, menemani Sarah dan bayi mereka.Di ruang tengah, Fajar menggendong bayi laki-lakinya sambil berbicara

  • Cahaya di Ujung Jalan   Masa Lalu yang Lain

    Bab 48Suasana pagi di rumah Fajar dan Sarah terasa hangat. Cahaya matahari menembus tirai jendela, memantulkan bayangan lembut di wajah Sarah yang tengah menyusui salah satu bayi kembarnya. Sementara itu, Fajar bersiap untuk pergi menemui Jo, sahabat lamanya yang kini menjadi dosen di kampus."Aku harus pergi sebentar, Sayang. Jo bilang dia punya informasi penting," ujar Fajar sambil membetulkan kerah bajunya.Sarah menatap suaminya dengan penuh khawatir. "Hati-hati ya, Mas. Jangan terlalu memaksakan diri."Fajar mendekati Sarah, mengecup keningnya dengan lembut. "Aku janji akan berhati-hati. Fokus saja pada bayi kita, jangan pikirkan yang aneh-aneh."Setelah berpamitan, Fajar melesat pergi. Jo sudah menunggu di sebuah kafe kecil dekat kampus. Pria bertubuh atletis dengan rambut cepak itu menyambut Fajar dengan senyuman tipis."Sudah lama ya, kita nggak duduk bareng begini," ujar Jo sambil menyeruput kopinya.Fajar tersenyum lelah. "Iya, Jo. Tapi kali ini bukan untuk sekadar nostalgi

  • Cahaya di Ujung Jalan   Detik-detik Menegangkan

    Beberapa bulan telah berlalu sejak pesan misterius terakhir yang diterima Fajar. Kehidupan mereka berjalan penuh kebahagiaan dan persiapan menyambut kelahiran anak kembar mereka. Sarah semakin bersinar dengan perutnya yang membesar, dan Fajar selalu berusaha untuk ada di setiap momen penting istrinya.Pagi itu, mentari baru saja muncul di balik jendela kamar mereka. Sarah, yang masih terbaring di ranjang, tiba-tiba merasakan nyeri hebat di perutnya. Wajahnya pucat, dan keringat dingin membasahi dahinya."Mas Fajar… Aaah… Sakit, sakit sekali…" ucap Sarah dengan suara bergetar, tangannya mencengkeram selimut.Fajar yang sedang merapikan peralatan kerjanya langsung berbalik. Wajahnya seketika tegang melihat kondisi Sarah. Tanpa berpikir panjang, ia menghampiri istrinya dan memegang perut Sarah dengan lembut."Sayang, tarik napas pelan-pelan, ya. Aku akan periksa sekarang." Fajar berusaha tetap tenang meskipun hatinya dipenuhi kecemasan.Setelah memeriksa Sarah dengan cepat, Fajar menatap

  • Cahaya di Ujung Jalan   Hari-hari Manis

    Pagi itu, Fajar terbangun lebih dulu. Ia memandang Sarah yang masih terlelap dengan wajah damai. Tangannya perlahan membelai rambut istrinya, lalu berhenti di perut Sarah yang mulai terlihat membuncit. Ia tersenyum kecil, merasa tak pernah cukup bersyukur atas anugerah yang Allah berikan dalam hidupnya.Sarah menggeliat pelan, membuka matanya dengan malas. Melihat Fajar yang menatapnya penuh kasih, ia tersenyum tipis. "Mas, udah bangun? Kok nggak bangunin aku?""Aku nggak tega, Sayang. Kamu tidur nyenyak banget, pasti capek," jawab Fajar lembut, lalu mengecup keningnya. "Gimana perutnya? Ada yang nendang pagi ini?"Sarah mengusap perutnya sambil terkikik kecil. "Kayaknya mereka masih tidur, deh. Anak-anak kamu emang sopan banget, Mas."Fajar tertawa kecil. "Tentu dong, anak siapa dulu? Pasti nurun bapaknya."Sarah memutar mata sambil tertawa. "Narsis banget."Hari itu, Fajar memutuskan untuk bekerja dari rumah agar bisa menemani Sarah. Ia tidak mau istrinya kelelahan dan lebih memilih

  • Cahaya di Ujung Jalan   Kejutan Indah

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui jendela kamar, menyinari wajah Sarah yang sedang tertidur pulas. Fajar duduk di tepi ranjang, menatap istrinya dengan penuh kasih. Sudah beberapa minggu berlalu sejak kepergian Mira, dan meskipun badai telah berlalu, bayangannya masih menyisakan luka di hati Fajar. Namun, kehadiran Sarah dan calon buah hati mereka menjadi alasan baginya untuk tetap tegar dan melangkah maju.Sarah menggeliat perlahan, matanya terbuka dan langsung bertemu dengan senyuman hangat Fajar. "Kamu dari tadi lihat-lihatin aku, ya?" godanya dengan suara serak karena baru bangun.Fajar terkekeh kecil dan membelai rambut istrinya. "Iya, soalnya ada bidadari cantik di sebelahku, sayang."Sarah tersenyum malu-malu, lalu duduk sambil memegang perutnya yang mulai membesar. "Mas Fajar..." ucapnya lembut."Hm?" Fajar menatapnya serius, tahu istrinya ingin mengatakan sesuatu yang penting."Menurut kamu... kita beneran bisa bahagia sekarang? Setelah semua yang kita lewati?

  • Cahaya di Ujung Jalan   Kepergian Tak Terduga

    Suasana di rumah sakit terasa begitu mencekam. Lampu ruang ICU yang selalu terang benderang seolah tak mampu mengusir gelapnya duka yang melingkupi tempat itu. Beberapa dokter keluar-masuk ruangan dengan raut serius, sementara perawat bergegas dengan langkah berat.Fajar berdiri di dekat mesin monitor, memperhatikan grafik vital Mira yang semakin melemah. Ia tahu, waktu Mira tidak banyak lagi. Meskipun sudah diberikan perawatan terbaik, tubuh Mira tidak merespons pengobatan seperti yang diharapkan.Pak Hendra berdiri di sudut ruangan, kedua tangannya menggenggam tasbih kecil. Bibirnya komat-kamit melantunkan doa-doa, sementara air mata terus mengalir tanpa henti."Fajar... bagaimana keadaan Mira?" tanyanya dengan suara parau.Fajar menatap pria itu dengan penuh empati, namun sulit baginya untuk mengucapkan kebenaran. "Kami sudah melakukan yang terbaik, Pak. Tapi... Mira sangat lemah."Pak Hendra menatap putrinya yang terbaring dengan berbagai alat medis menempel di tubuhnya. "Dia kuat

  • Cahaya di Ujung Jalan   Permohonan Seorang Ayah

    Bab 40: Kabar yang MenggetarkanPagi itu, Fajar baru saja selesai memeriksa salah satu pasien di rumah sakit ketika seorang perawat mendekatinya dengan wajah serius."Dokter Fajar, ada kabar penting," ujar perawat tersebut dengan nada ragu.Fajar mengerutkan kening. "Apa itu? Ada yang terjadi di ruang IGD?"Perawat itu menggeleng. "Bukan, Dok. Ini tentang... Pasien yang baru saja tiba!"Hati Fajar langsung berdegup kencang. "Siapa? Apa ada yang serius?""Seorang wanita mengalami kecelakaan tadi pagi, Dok. Mobilnya menabrak pembatas jalan di kawasan tol. Dia dibawa ke sini dan sekarang sedang dirawat di ICU. Keadaannya kritis."Fajar terdiam, merasakan gelombang emosi bercampur aduk di dadanya. "Apa yang sebenarnya terjadi?"Perawat itu melanjutkan dengan hati-hati. "Menurut saksi, perempuan itu mengemudi dengan kecepatan tinggi dan tampak tidak fokus. Polisi menemukan beberapa botol minuman di mobilnya, tapi kami belum tahu apakah itu ada hubungannya dengan kecelakaan."Tanpa berpikir

  • Cahaya di Ujung Jalan   Tamu Tak Terduga

    Sarah berjalan mendekati pintu dengan ragu. Fajar yang berdiri kaku di ambang pintu tampak sedikit tegang, sesuatu yang jarang sekali terlihat darinya."Mas Fajar?" panggil Sarah lagi, suaranya pelan tapi penuh dengan rasa ingin tahu.Saat ia mendekat, sosok di depan pintu akhirnya terlihat jelas. Seorang pria paruh baya dengan rambut mulai memutih berdiri di sana, mengenakan setelan jas sederhana dan rapi. Wajahnya menunjukkan campuran antara keraguan dan tekad."Siapa ini?" tanya Sarah lembut, berdiri di samping suaminya.Pria itu tersenyum tipis, lalu berkata, "Perkenalkan, saya Pak Hendra... ayah Mira."Mendengar nama itu, Sarah tertegun. Fajar segera melangkah maju, sedikit menutupi istrinya dengan tubuhnya."Pak Hendra, ada yang bisa saya bantu?" tanya Fajar dengan nada datar, tapi jelas berusaha tetap sopan.Pak Hendra menarik napas panjang sebelum menjawab. "Saya ke sini untuk meminta maaf, Dokter Fajar, kepada Anda dan istri Anda. Saya tahu anak saya telah menyebabkan banyak

  • Cahaya di Ujung Jalan   Titik Baru

    Fajar membuka pintu dengan hati-hati. Di depannya berdiri seorang pria paruh baya dengan raut wajah serius dan terlihat gugup. Sarah berdiri di belakang Fajar, mengintip dari balik bahunya."Dokter Fajar?" tanya pria itu dengan suara yang sedikit bergetar."Iya, saya. Anda siapa?" balas Fajar sambil memperhatikan pria itu dengan waspada."Saya Andri, seorang detektif swasta. Ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan Anda dan istri Anda, ini sangat penting," ujar pria itu sambil melirik ke arah Sarah.Fajar ragu sejenak, lalu memberi isyarat pada pria itu untuk masuk. Setelah mereka duduk di ruang tamu, Andri membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa dokumen serta foto."Saya sudah lama mengikuti kasus yang menyangkut keluarga Anda, terutama almarhumah Nisa," kata Andri langsung ke pokok permasalahan.Sarah merasa jantungnya berdebar kencang, sementara Fajar memperhatikan dokumen-dokumen itu dengan tatapan penuh tanya."Dulu, saya disewa oleh seseorang untuk menyelidiki latar belakan

DMCA.com Protection Status