Hidup akan terasa terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa bantuan Allah dan orang lain yang menyayangi dan selalu mendukung kita, karena hakikatnya seorang manusia itu saling membutuhkan satu sama yang lain.(Arza – Cinta dan Harapan)***Arza sedikit tenang setelah menceritakan masalahnya kepada sang adik, bahkan sang adik bersikap lebih dewasa daripada dirinya. Terkadang terbesit rasa malu dan canggung dengan sang adik, tetapi itulah yang membedakannya dengan adik laki-lakinya itu.Pukul tiga pagi Arza sudah bangun dan melaksanakan sholat malam. Suasana pesantren pun sudah sedikit ramai, para santri sudah ada yang bangun untuk melaksanakan sholat malam juga, sesuai peraturan yang diterapkan di pesantren tersebut.Entah, saat dirinya berdoa terlintas wajah Fathiyah di sana. Gadis itu menatapnya dengan berlinang air mata, tatapan terakhir yang ia lihat kala itu. Jantung Arza berdetak kencang. desiran aneh ia rasakan, meskipun berulang kali ia memungkiri sedang jatuh cinta.
Terkadang seseorang perlu menjauh untuk tahu arti dekat. Terkadang seseorang perlu tahu letihnya mengejar untuk memahami sebuah perjuangan. Dan aku akan berjuang untuk itu, meskipun aku harus kesulitan mendapatkanmu. (Arza – Cinta dan Harapan) ***Arza tidak fokus dengan tugasnya. Ia masih memikirkan Luna dan bayi yang ada di kandungannya. Sungguh Arza tidak pernah menyangka Luna melakukan hal itu. Ia selalu berusaha mengarahkan Luna ke jalan yang lebih baik. Namun, sepertinya wanita itu tidak mau diingatkan atau pun dinasihati. Hari 2abita itu seolah tertutup, mungkin saja karena belum diberikan hidayah oleh Sang Pencipta.“Hei, kenapa melamun? Aku lihat kamu sejak tadi melamun dan terlihat gelisah?” tanya Razdan dan Farhan. Keduanya mendekat untuk beristirahat menyusul Arza.“Apa kalian sudah dikasih Luna undangan?” tanyanya menunjukkan undangan dari Luna.“Iya, bahkan dia dengan gamblangnya menceritakan hal itu pada kami. Tentu saja dengan berbisik supaya yang lain tidak menden
Aku yakin pertemuanku dengannya tidak akan salah tempat juga tidak akan salah waktu, apalagi salah orang. Allah sudah mengatur semuanya. Aku bersyukur Allah mengabulkan doaku.(Arza – Cinta dan Harapan)***Pukul sebelas siang acara dihentikan untuk istirahat dan sholat zuhur berjamaah. Arni segera mendekat ke arah Bu Elok dengan diikuti santrinya yang berjalan di belakangnya. “Assalamualaikum, Bu Elok.” Dengan lembut Arni menyapa wanita kalem itu.“Wa’alaikumussalam, Masya Allah ... Bu Arni, apa kabar?” Mereka saling berangkulan melepas rindu.“Alhamdulillah sehat, Bu. Bu Elok sendiri?” tanya Arni lembut.“Alhamdulillah sehat.” Keduanya pun terlibat obrolan seputar panti.“Banyak juga ya santri dari pesantrennya Bu Arni yang mengikuti lomba. Pastinya mereka sudah terpilih yang berkualitas, setiap tahun santri dari pesantren Bu Arni selalu mendapatkan juara umum,” pujinya tulus.“Alhamdulillah, Bu. O iya, Bu. Boleh saya berkenalan dengan Nak Fathiyah?” Arni penasaran pada gadis ber
Lelahnya sebuah penantian akan terobati dengan indahnya sebuah pertemuan. Dan di saat itu tidak akan aku biarkan kamu menjauh, meskipun aku harus berjuang untuk mendapatkan maaf dan cintamu.(Arza – Cinta dan Harapan)“Assalamualaikum, saya Arza,” ucap Arza dengan menangkupkan tangannya di depan dada dengan sopamFathiyah mengepalkan tangannya di balik hijab segi empat syari yang ia pakai. Sungguh ia sangat membenci laki-laki yang ada di hadapannya. Hati dan perbuatannya tidak sinkron, padahal ia sangat ingin memaafkan kesalahan Arza padanya, tetapi melihat wajah laki-laki itu ia sangat membencinya. Ucapan Arza yang begitu meremehkannya dua tahun yang lalu masih terngiang jelas di telinganya. Hinaan dan cacian yang diucapkan Arza kala itu masih tersimpan jelas di ingatannya. Membuatnya muak dan jijik melihat senyum manis yang ditunjukkan laki-laki itu.Fathiyah berusaha menguasai dirinya untuk tidak marah pada laki-laki itu. Ia berusaha menormalkan degup jantungnya yang berderu. Ingin
Bila dirimu yakin memiliki kemampuan untuk melihat ada sebuah titik cahaya yang bersinar meskipun dalam kegelapan, maka kamu masih mempunyai harapan untuk bangkit memperjuangkan. Perjuangkan seseorang yang layak untuk kamu perjuangkan!(Arza – Cinta dan Harapan)“Jangan, Bun. Kita beri ruang untuk mereka berdua. Sebaiknya kita kembali ke kamar,” bisik Afnan pada sang istri. Pria paruh baya yang masih tampan di usianya yang sudah tidak muda itu merangkul bahu sang istri.Arni hampir saja mendekat. Wanita cantik berkacamata itu tidak tahan mendengar penuturan sang putra. Saat Afnan menceritakan masalah Arza padanya dulu, dirinya berusaha menahan agar tidak marah pada sang putra. Apalagi Arza sudah menyesal dan berniat meminta maaf. Arni dan Afnan memutuskan untuk kembali ke kamar mereka setelah mengetahui kebenaran itu. Afnan sedikit lega karena berhasil membujuk sang istri.“Bunda enggak menyangka, Bi. Ternyata Fathiyah adalah gadis yang sudah disakiti Arza. Bunda melihat ada kebenc
Bagiku kamu adalah pelita yang akan memberi arah terang jalanku, juga harapan yang akan memberi jalan keselamatan. Bersama melangkah menuju masa depan dengan keridhoan Allah. Mampukah aku menaklukkan hati dan cintamu?(Arza – Cinta dan Harapan)Fathiyah segera mengusap air matanya. Ia tidak mau ada orang yang melihatnya menangis. Ia mencoba memantapkan hatinya supaya tidak lagi tersakiti.“Us, saya permisi ke toilet sebentar,” pamitnya pada Ustazah Nafis. Namun, langkahnya terhenti saat suara Arza yang membuka sholawat pertama kali terdengar di telinganya. Suara yang begitu merdu, ia tidak menyangka Arza mempunyai suara seindah itu. Ia sekilas mengurungkan langkah kakinya dan berhenti sejenak. Setelah mendengarkan dua bait salawat yang dibaca Arza, ia segera berlalu. Namun--Fathiyah melihat ke arah Arza sekilas yang membaca sholawat dengan pandangan melihat ke arahnya juga. Kini mata keduanya saling beradu pandang, bahkan keduanya sama-sama terbawa perasaan. Namun, pada menit beriku
Di sini aku menunggumu untuk menaklukkan hatimu yang pernah dulu pergi dariku. Tidak akan lagi kubiarkan itu terjadi. Walau aku akan berjuang untukmu.(Arza – Cinta dan Harapan)Arza kembali ke tempat duduknya setelah mengatakan itu pada Fathiyah. Afnan yang sudah berada di atas panggung bersama para pemangku pondok pesantren lainnya, ia pun memulai memimpin tahlil bersamaAcara pembacaan tahlil bersama dibaca dengan khidmat dan khusuk. Setelah acara itu selesai acara dilanjutkan dengan pengumuman lomba. Namun, sebelum pengumuman dibacakan acara dialihkan ke acara lainnya. Sekitar satu jam lebih pengumuman lomba pun dibacakan. Beberapa kategori sudah diumumkan. para santri dari pesantren yang diikutkan dari pesantren Afnan mendapatkan juara mulai dari juara harapan hingga juara satu, seperti tahun-tahun berikutnya. “Selamat ya, Kiyai Afnan. Santri jenengan pasti selalu menyabet juara di setiap perlombaan,” ucap salah satu ustaz dari pesantren lain yang duduk di samping Afnan. Pujia
***Aku menjadikan harapan yang tinggi dengan tekad yang tak akan pernah padam. Akan kuhadirkan semua itu untuk meluluhkan hatimu, pada saat waktunya tiba.(Arza – Cinta dan Harapan)***“Kalau Gus Arza mau, bisa menemui Nak Fathiyah di panti. Bukannya Gus Arza sering memberi pengajaran pada anak panti, jujur anak-anak merindukan pengajaran dan tausiah dari Gus Arza, sudah lama mereka tidak mendengarnya, itu pun kalau jenangan berkenan dan tidak keberatan meluangkan waktu untuk mereka,” ucap Bu Elok menawarkan pada Arza.“Insya Allah, Bu. Saya akan mengusahkan waktunya untuk memberi pengajaran pada anak-anak panti seperti dulu lagi, tapi apa anak-anak masih bersedia belajar dengan saya?" ucapnya seraya bertanya dengan ragu.“Pasti mau, Gus. Mereka semua menyukai Gus Arza, bahkan mereka sering menanyakan tentang Gus Arza saat Bunda Arni datang ke panti. Terima kasih sebelumnya kalau jenengan berkenan, Gus." Bu Elok terlihat senang mendengar jawaban Arza.“Sama-sama, Bu. Mohon maaf saya
Susah payah Afni duduk, ia ingin bergegas ke kamar mandi tanpa harus membangunkan sang suami. Tubuhnya sakit semua seperti habis dipukuli. Ia tidak tahu, gerakannya tadi dirasakan Athar karena pria tampan itu hanya pura-pura tidur.Afni dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya, bangun dari ranjang. Namun, belum juga ia berdiri Athar kembali menarik tangan wanita cantik itu. Ia kembali mengukung tubuh itu.“Mau ke mana, Hm ...?” tanya Athar sambil membelitkan tangannya.“Mas, aku mau mandi,” jawabnya lembut dengan malu-malu. "Tubuhku capek banget, kayak habis nguli panggul di pasar. atau lebih parahnya kayak habis dipukuli orang," ucapnya mendramatisir sambil mengerucutkan bibirnya mengemaskan.“Apanya yang sakit?” tanyanya sambil menciumi tengkuk wanita cantik itu. Afni menggeliat menatap horor sang suami. Tanpa menunggu lama, Athar langsung berdiri. Membuat Afni berteriak menutup mata, dengan tanpa rasa malu, laki-laki tampan itu menghampirinya. Tubuh Afni diangkat, lalu membawanya
Sesampainya di rumah, Afni dan Athar berkumpul di ruang keluarga sambil membuka oleh-oleh mereka. Niat hati ingin langsung beristirahat harus tertunda. Sang papa dan sang mama ingin mereka bercerita keseruan mereka saat bulan madu. Tentu saja yang ditanyakan adalah kerajaan mereka mengunjungi tempat wisata, bukan saat mereka memadu kasih di apartemen. Kedua orang tua Athar mendengarkan keseruan mereka, hingga terbawa suasana."Jadi pingin liburan ke Turki bersama kalian semua," ucap Syafina sambil melirik sang suami seolah memberi kode."Enggak usah melirik Papa, Ma. Papa sudah paham, kok. Ya, boleh akhir tahun kita habiskan dengan liburan ke Turki," ucap Farhad menatap sang istri sambil mengeringkan matanya. Sungguh, mirip sekali kelakuannya dengan sang putra."Kalau bisa, Papa Luthfi, Ayah Dipta, dan Ibu kita ajak sekalian, pasti makin seru liburan bersama," ucap Syafina yang diangguki antusias oleh sang putra."Iya, aku mendukungmu, Ma. Apa yang dikatakan Mama aku setuju," ucap Ath
Azril menceritakan apa yang diceritakan sang tante pada Arsyi yang saat ini berada di kanar mereka. Salah satu keluarga almarhum Azam mengalami hal yang di luar nalar dan meminta Azril untuk membantunya. Azril yang kebetulan memiliki keahlian menolong orang yang diganggu mahkluk halus pun mau membantu merukyah bersama pakdenya yang lain. Arsyi tercengang dan hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Mereka percaya ada dunia lain, tetapi melakukan cara mistik di zaman modern untuk menggait laki-laki, hampir mereka tidak percaya.Azril sendiri juga pernah menangani pasangan yang hampir terkena sihir itu kalau saja ikatan cinta pasiennya tidak kuat. Entah, apa yang terjadi selanjutnya pada hidup orang tersebut, bahkan orang tersebut tidak sanggup bila istrinya meninggalkannya karena kesalahan itu. “Awal Jumpa, mereka merasakan biasa aja, bahkan mangaku langsung menyukai wanita itu saat itu juga, pasien Azril yang merupakan sepupunya itu pun tidak peduli, tetapi saat berangkat b
Kumala baru saja keluar dari ruangannya di salah satu rumah sakit di Turki. Ia segera bergegas pulang ke apartemen mewahnya. “Bagaimana malam ini kalau aku menagih janji pada Athar dan mengajaknya makan malam? Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini sebelum Athar kembali ke Indonesia,” ucapnya lirih.Dengan cepat Kumala segera menghubungi Athar untuk mengajaknya makan malam. “Assalamualaikum, Thar,” sapanya lembut.“Wa’alaikumussalam, La. Ada apa ini? Tumben telepon,” jawab Athar di seberang sana. “Aku hanya ingin menagih janjimu padamu. Bisakah kamu mengajakku makan malam hari ini? Aku takut kamu segera kembali ke Indonesia. Itu artinya aku akan menyia-nyiakan kesempatanku untuk bersamamu,” ucapnya manja dengan mengerlingka mata, meskipun Athar tidak bisa melihatnya hanya mendengar suaranya saja.“Tentu saja. Apa kamu punya rekomendasi restoran yang enak dan romantis sambil menghabiskan malam bersama pasangan?” tanya Athar tersenyum di seberang sana, sedangkan di sampingnya ada
Tiga hari dirawat, kondisi Athar semakin membaik. Hari ini ia diperbolehkan pulang. Afni menyambutnya dengan suka cita. Beberapa hari yang lalu, keluarga Afni juga menjenguk Athar di rumah sakit, bahkan Arni dan Afnan diminta untuk menginap. Oleh-oleh yang dibawa Afni dan Athar dari Malang sudah dibongkar Syafina, mereka membawakan oleh-oleh itu untuk Arni dan Afnan saat pulang ke Gresik.Syafina dan Farhad yang mendapatkan kabar dari Afni kalau Athar sudah diizinkan pulang pun menjemput mereka. Awalnya mereka akan menjenguk sepulangnya Farhad dari kantor, tetapi mendapatkan kabar sang putra diizinkan pulang, Farhad menghubungi bawahannya dan mengabarkan kalau dirinya hari ini mengambil libur. Kakek Luthfi juga turut ikut menjemput sang putra, meskipun awalnya menolak, tapi Syafina sedikit memaksa. Sang menantu bilang, selain menjemput Athar, mereka akan mengunjungi panti untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan.Athar dan Afni sudah menunggu kedatangan Syafina, Farhad, dan Kakek Lut
Sesuai janjinya pada Farhad, usai mengunjungi pasien dan tugasnya di rumah sakit selesai, Dokter Amri segera menuju ke rumah sang sahabat itu.Tadi siang, setelah meneleponnya, Farhad langsung menghubungi sang adik untuk memintanya memeriksa Athar. Tidak perlu lama, jarak kediaman Farhad dari rumah sakit cukup dekat, sehingga memudahkan Dokter Amri untuk segera sampai rumah tersebut.“Assalamualaikum,” sapa Dokter yang menjadi sahabat Farhad dan Syafina itu ramah saat memasuki rumah itu. Ia melihat Farhad, Syafina, dan Kakek Luthfi duduk di ruang keluarga.“Wa’alaikumussalam, Had," jawab ketiga orang itu serempak.“Akhirnya kamu datang juga. Segera periksa Athar, ya, Am. Panasnya kembali tinggi. Tadi sempat menurun, sekarang panas lagi,” ujar Syafina langsung menyahut dengan wajah penuh kekhawatiran.“Mereka baru pulang dari bulan madu atau gimana, sih?"” tanya Dokter yang sudah menjadi bagian dari keluarga Kakek Luthfi itu.“Bukan bulan madu, Athar dan Afni diperintah kakek neneknya
Usai memanjakan sang istri dengan menjekajahi kuliner, Athar mengajak Afni untuk melanjutkan perjalanan. Wanita cantik yang sangat ia cintai itu terlihat lega sambil terus mengusap perutnya."Kenapa dielus, Sayang? Emangnya di dalam sana Athat junior, 'kah?" tanyanya tersenyum menggoda."Hadeeh, Mas. aku baru tiga Minggu selesai kedatangan tamu bulanan, bagaiman bisa secepat itu," ujar Afni dengan polosnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil mereka."Bisa saja, Yang. Kalau Allah sudah berkehendak, mengapa tidak. Kun fayakun," ucap Athar tersenyum bijak."Aamiin, semoga apa yang kita harapkan benar-benar diijabah oleh Allah," ucap Afni tersenyum lembut. Keduanya sudah dalam mode serius dan tidak selengean lagi.Athar segera melajukan mobilnya kembali melanjutkan pulang. Tidak sabar mengajak sang istri pulang. Bukan karena tidak ingin menghabiskan waktu berlama dengan sang istri di luaran, tetapi rasa capek setelah perjalanan jauh dan beberapa hari yang lalu berusaha kuat untuk
Afni sudah membereskan barang-barangnya di lemari dan memasukkannya ke dalam koper. setelah semua dirasa tidak ada yang ketinggalan, ia tersenyum lega. Hal sama dilakukan Athar yang turut membantu sang istri. Athar ditugaskan Afni merapikan ranjang dan melipat selimut. Seperti keberangkatan mereka saat ke sini, mereka juga akan meninggalkan Malang selepas salat Subuh. Hal itu mereka lakukan supaya tidak terjebak kemacetan, apalagi ini musim liburan. Athar juga tidak memilih lewat tol karena Afni yang meminta. Wanita cantik itu ingin mampir-mampir dan bisa menikmati pemandangan.Usai membereskan semua dan membawanya keluar untuk diletakkan di bagasi. Afni dan Athar mengerjakan salat subuh terlebih dahulu.Afni sempatkan untuk mengaji sebentar setelah berdoa dan berzikir. Athar tersenyum pada sang istri yang sudah siap untuk pulang.Nenek Murni tidak membiarkan sang cucu dan cucu menantunya kembali ke Surabaya dengan perut kosong. Sebelum salat Subuh, wanita cantik di usia senja itu sud
Fathiyah tersenyum sambil menyuapi sang buah hati, kala terdengar sayup suara mobil sang suami kembali masuk ke dalam halaman rumah. Pria tampan yang berprofesi sebagai abdi negara itu ternyata menepati janjinya untuk tidak berlama-lama setelah mengerjakan tugasnya karena akan membawa keluarga kecilnya jalan-jalan.“Assalamualaikum, Sayang,” ucapnya sambil mencium kepala sang istri dari belakang. Wanita cantik itu tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari sang suami.“Wa’alaikumussalam. Akhirnya datang juga,” serunya sambil menghadap ke arah sang suami.“Pantang bagiku untuk mengingkari janjiku pada istri tercintaku,” balasnya tersenyum lembut sambil duduk di samping sang istri.“Hai, kesayangannya Ayah. Lagi makan apa ini?” sapa Arza pada sang putra yang makin hari makin gemuk dan mengemaskan.“Makan udang,” jawab si kecil Arnav yang terlihat semakin menggemaskan dengan pipi gembulnya.“Sini dipangku Ayah,” ucapnya sambil menepuk pahanya. Bocah tampan itu tersenyum sambil berjalan t