Belajar dari apa yang telah kualami, yang berujung pada penyesalan. Membawaku menjadi lebih kuat untuk memperjuangkanmu. Namun sungguh ... untuk melihatmu bersanding dengan yang lain menjadikanku terpuruk.(Arza – Cinta dan Harapan)***“Ya sudah, kapan pun Ibu siap mendengarkan kalau kamu sudah siap menceritakan. Ibu tinggal dulu.” Bu Elok keluar dari kamar Fathiyah. Ia tidak mau memaksa gadis itu untuk cerita padanya.“Tunggu, Bu!” cegah Fathiyah merasa tidak enak hati sudah berbohong pada wanita paruh baya yang sudah bersedia menampung dan memberinya limpahan kasih sayang itu.“Iya, Nak ada apa?” Bu Elok bertanya seraya tersenyum lembut.Fathiyah ingin sekali bercerita kepada Bu Elok, tetapi dirinya masih ragu. Fathiyah menundukkan kepala sekilas sedangkan Bu Elok masih setia menunggunya di depan pintu. Melihat hal itu wanita berusia 55 tahun itu mendekat.“Anggap Ibu seperti ibumu sendiri, Nak. Kamu bisa menceritakan apa yang menyiksa hatimu selama ini, jika itu akan meringankan be
Cinta dan kematian adalah dua hal yang pasti akan aku hadapi dan dihadapi oleh setiap insan, oleh karenanya jangan pernah takut untuk menghadapinya. Bagaimana rasa sakit itu datang? Aku akan siap berjuang merasakan kesakitan itu. Namun, aku tidak akan siap bila harus kehilanganmu.(Arza – Cinta dan Harapan)Sepulang dari panti Arza mengurung diri di kamar. Pria yang berprofesi sebagai abdi negara itu hanya keluar untuk berjamaah di masjid pesantren saat waktu salat tiba. Hal itu membuat Arni khawatir pada sang putra. Ia pun berniat menemuinya. Namun, Afnan mencegahnya.“Sebaiknya kita beri waktu Abang untuk sendiri. Biarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri, nanti ada saatnya kita membantunya, tapi bukan sekarang,” ujar Afnan menasihati sang istri dengan bijak. “Bunda tidak tega, Bi. Melihat Abang seperti ini.” Arni meneteskan air mata melihat sang putra seperti itu.“Percayalah kepada putra kita. Abi yakin dia bisa menyelesaikannya, meskipun harus dengan perjuangan yang tidak
Yang paling penting adalah di saat kita menyadari dan mengetahui bahwa cinta dalam hidupmu lebih kuat daripada kebencian. Dan aku sudah berhasil mengalahkan kebencian itu dengan berusaha menerimanya. (Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Operasi pengangkatan peluru yang menembus perut Arza berjalan baik. Namun, pemuda tampan itu belum sadarkan diri. Hingga ia sudah dipindahkan ke ruang rawat inap VVIP pun belum juga sadar. Arni sejak tadi menangis di pelukan Afnan. Bayangan dua puluh lima tahun yang lalu muncul kembali. Ia tidak mau kehilangan Arza, sepeti dulu ia pernah kehilangan Azzam. Afnan sampai kesulitan menenangkan sang istri yang terlihat sangat kacau. Arni memang tidak menangis meraung, wanita yang masih cantik di usianya yang terbilang tidak muda lagi itu terus mengeluarkan air mata tanpa henti tanpa suara.“Abi, tolong bangunkan Abang! Aku tidak mau terjadi sesuatu dengannya. Bunda tidak siap kalau harus kehilangan dia,” isaknya sejak tadi.“Bunda yang tenang, ya. Ucap ist
Cinta adalah kekuatan terbesar di dunia. Ketika cinta menaklukkan semua hal maka jalan damai lah yang harus aku tempuh untuk menguasai hati ini karena jalan damai adalah jalan cinta.(Fathiyah – Cinta dan Harapan )Arni menemui Fathiyah dan berniat membujuk gadis itu supaya mau menemui sang putra yang saat ini masih belum sadarkan diri. Ia berharap gadis itu dengan lapang dada mau membantu. Arni bingung harus bagaimana, ia takut kehilangan lagi. Bagaimana pun caranya sebagai seorang ibu, ia harus berjuang demi anak-anak.“Bunda mau bantuan apa dariku?” tanyanya sambil mengembangkan senyum cantik berlesung pipi.“Arza mengalami kecelakaan,” ucap Arni lirih, meremas hijab syar'inya hingga kusut.Deg ... Fathiyah langsung terdiam, ia tercengang. “Pak Arza tidak apa-apa ‘kan, Bun?” tanyanya khawatir. Bagiamana pun juga, rasa benci tidak akan menghilangkan simpatinya. Apalagi wajah sendu Arni yang terlihat sangat sedih. Arni melihat jelas wajah cantik itu langsung menegang saat mendengar
Aku memutuskan untuk memaafkanmu, bukan karena kamu menyesal telah menyakitiku, tapi karena jiwaku membutuhkan kedamaian. Selain itu ada cinta yang kau genggam yang kau janjikan akan kau berikan untukku yang membawaku menuju kebahagiaan.(Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Pagi ini Fathiyah berniat menjenguk Arza ke rumah sakit. Setelah memasak untuk sarapan anak panti, ia meminta izin Bu Elok untuk pergi ke rumah sakit sekalian meminjam motor.Fathiyah segera bersiap, ia mengganti gamis rumahannya dengan gamis berwarna rose pink senada dengan hijab segi empat syari. Membuat Fathiyah terlihat semakin cantik.Usai berdandan, ia segera menyiapkan bubur yang akan dibawa ke rumah sakit. Ia memasaknya khusus untuk Arza. Berharap pria yang pernah sangat menyakitinya dulu itu mau memakan bubur pemberitaannya. Pukul setengah sembilan, Fathiyah sampai di rumah sakit. Ia langsung menuju ruang rawat inap. Fathiyah melihat di depan ruangan itu banyak polisi, rekan seprofesi Arza. Ia memutuskan u
Cinta sejati selalu datang pada orang-orang yang berharap berjumpa padanya dan tak pernah berputus asa dalam memperjuangkan cintanya.Sedangkan ....Harapan akan selalu hadir untuk mereka yang mempercayai perubahan karena harapan akan berubah menjadi jawaban jika diiringi dengan usaha dan doa. Dan Arza percaya bahwa tidak ada yang salah dari sebuah harapan. Berusaha membulatkan tekad untuk mendapatkan impian. Yakin semua sudah diatur oleh Allah. (Arza - Fathiyah ~ Cinta dan Harapan)***Semua lega mendengar jawaban Fathiyah.“Saya ingin secepatnya melangsungkan pernikahan ini. Tentunya setelah mengurus berkas-berkas Fathiyah dan berkas-berkas punyaku untuk mengajukan izin secara khusus ke pihak kepolisian republik Indonesia,” ujar Arza menjelaskan.“Berapa lama waktunya, Nak?” tanya Pak Hamdi. Ia harus memastikan karena Fathiyah sudah ia anggap sebagai putrinya, ia merasa mempunyai kewajiban memastikan semua berjalan lancar.“Kalau langsung diurus, insya Allah secepatnya. Mohon maaf
Saat ini Arza dan Fathiyah masih berada di hotel. Mereka akan bermalam di hotel tempat mereka melangsungkan pernikahan siang tadi. Rasa canggung kembali mereka rasakan, padahal kemarin mereka sudah berada di dalam satu ruangan. “Kalau kamu butuh sesuatu langsung bilang ke aku, ya!” ucapnya membuka obrolan.“Iya,” jawab Fathiyah singkat dengan sedikit malu-malu.“Boleh aku buka kembali cadarmu?” tanyanya meminta izin. Fathiyah mengangguk samar. Arza kembali membuka cadar itu melihat wajah cantik Fathiyah. Ingin rasanya ia meminta haknya saat ini. Namun, ia malu untuk mengatakan. Takut Fathiyah menolaknya.Sejak tadi Arza hanya melihat wajah cantik yang ada di hadapannya, membuat Fathiyah malu terus di pandang. “A-aku mau ke kamar mandi,” ucapnya canggung. Arza menahan tangan itu. Entah, ada keberanian dari mana ia mengatakan. “Boleh ‘kah aku memintanya sekarang?” tanyanya ragu. Sungguh, ia takut Fathiyah menolak. Mau ditaruh di mana mukanya kalau itu terjadi.Fathiyah belum menjawa
Dengan belajar memberi, kita belajar ketulusan. Dengan mencintai kita belajar arti kesetiaan. Layaknya BURUNG MERPATI simbol kesetiaan. Begitu pun cinta kita nanti yang tak lekang zaman. Meskipun ujian menghadang, kita akan tetap belajar kesabaran.(Athar Farhad Hisbullah)***Sebagai putra pengusaha sukses Athar sudah terbiasa hidup mewah. Namun, karena kesibukan kedua orang tuanya, ia tumbuh menjadi anak yang kurang kasih sayang. Sang mama seorang desainer terkenal mengharuskannya sering bepergian ke luar kota, bahkan ke luar negeri. Begitu pula sang papa yang kini mengembangkan perusahaannya ke luar negeri. Keduanya sudah jarang di rumah.Athar merindukan kebersamaan bersama kedua orang tuanya yang sudah hilang sejak ia duduk di bangku SMA. Beruntung sang kakek yang paham agama selalu ada untuknya, sehingga ia tidak salah pergaulan.Athar tumbuh menjadi pemuda agamis dan introvert. Ia lebih sering berdiam diri di rumah bersama sang kakek. Menghabiskan waktu untuk belajar membaca k
Susah payah Afni duduk, ia ingin bergegas ke kamar mandi tanpa harus membangunkan sang suami. Tubuhnya sakit semua seperti habis dipukuli. Ia tidak tahu, gerakannya tadi dirasakan Athar karena pria tampan itu hanya pura-pura tidur.Afni dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya, bangun dari ranjang. Namun, belum juga ia berdiri Athar kembali menarik tangan wanita cantik itu. Ia kembali mengukung tubuh itu.“Mau ke mana, Hm ...?” tanya Athar sambil membelitkan tangannya.“Mas, aku mau mandi,” jawabnya lembut dengan malu-malu. "Tubuhku capek banget, kayak habis nguli panggul di pasar. atau lebih parahnya kayak habis dipukuli orang," ucapnya mendramatisir sambil mengerucutkan bibirnya mengemaskan.“Apanya yang sakit?” tanyanya sambil menciumi tengkuk wanita cantik itu. Afni menggeliat menatap horor sang suami. Tanpa menunggu lama, Athar langsung berdiri. Membuat Afni berteriak menutup mata, dengan tanpa rasa malu, laki-laki tampan itu menghampirinya. Tubuh Afni diangkat, lalu membawanya
Sesampainya di rumah, Afni dan Athar berkumpul di ruang keluarga sambil membuka oleh-oleh mereka. Niat hati ingin langsung beristirahat harus tertunda. Sang papa dan sang mama ingin mereka bercerita keseruan mereka saat bulan madu. Tentu saja yang ditanyakan adalah kerajaan mereka mengunjungi tempat wisata, bukan saat mereka memadu kasih di apartemen. Kedua orang tua Athar mendengarkan keseruan mereka, hingga terbawa suasana."Jadi pingin liburan ke Turki bersama kalian semua," ucap Syafina sambil melirik sang suami seolah memberi kode."Enggak usah melirik Papa, Ma. Papa sudah paham, kok. Ya, boleh akhir tahun kita habiskan dengan liburan ke Turki," ucap Farhad menatap sang istri sambil mengeringkan matanya. Sungguh, mirip sekali kelakuannya dengan sang putra."Kalau bisa, Papa Luthfi, Ayah Dipta, dan Ibu kita ajak sekalian, pasti makin seru liburan bersama," ucap Syafina yang diangguki antusias oleh sang putra."Iya, aku mendukungmu, Ma. Apa yang dikatakan Mama aku setuju," ucap Ath
Azril menceritakan apa yang diceritakan sang tante pada Arsyi yang saat ini berada di kanar mereka. Salah satu keluarga almarhum Azam mengalami hal yang di luar nalar dan meminta Azril untuk membantunya. Azril yang kebetulan memiliki keahlian menolong orang yang diganggu mahkluk halus pun mau membantu merukyah bersama pakdenya yang lain. Arsyi tercengang dan hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Mereka percaya ada dunia lain, tetapi melakukan cara mistik di zaman modern untuk menggait laki-laki, hampir mereka tidak percaya.Azril sendiri juga pernah menangani pasangan yang hampir terkena sihir itu kalau saja ikatan cinta pasiennya tidak kuat. Entah, apa yang terjadi selanjutnya pada hidup orang tersebut, bahkan orang tersebut tidak sanggup bila istrinya meninggalkannya karena kesalahan itu. “Awal Jumpa, mereka merasakan biasa aja, bahkan mangaku langsung menyukai wanita itu saat itu juga, pasien Azril yang merupakan sepupunya itu pun tidak peduli, tetapi saat berangkat b
Kumala baru saja keluar dari ruangannya di salah satu rumah sakit di Turki. Ia segera bergegas pulang ke apartemen mewahnya. “Bagaimana malam ini kalau aku menagih janji pada Athar dan mengajaknya makan malam? Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini sebelum Athar kembali ke Indonesia,” ucapnya lirih.Dengan cepat Kumala segera menghubungi Athar untuk mengajaknya makan malam. “Assalamualaikum, Thar,” sapanya lembut.“Wa’alaikumussalam, La. Ada apa ini? Tumben telepon,” jawab Athar di seberang sana. “Aku hanya ingin menagih janjimu padamu. Bisakah kamu mengajakku makan malam hari ini? Aku takut kamu segera kembali ke Indonesia. Itu artinya aku akan menyia-nyiakan kesempatanku untuk bersamamu,” ucapnya manja dengan mengerlingka mata, meskipun Athar tidak bisa melihatnya hanya mendengar suaranya saja.“Tentu saja. Apa kamu punya rekomendasi restoran yang enak dan romantis sambil menghabiskan malam bersama pasangan?” tanya Athar tersenyum di seberang sana, sedangkan di sampingnya ada
Tiga hari dirawat, kondisi Athar semakin membaik. Hari ini ia diperbolehkan pulang. Afni menyambutnya dengan suka cita. Beberapa hari yang lalu, keluarga Afni juga menjenguk Athar di rumah sakit, bahkan Arni dan Afnan diminta untuk menginap. Oleh-oleh yang dibawa Afni dan Athar dari Malang sudah dibongkar Syafina, mereka membawakan oleh-oleh itu untuk Arni dan Afnan saat pulang ke Gresik.Syafina dan Farhad yang mendapatkan kabar dari Afni kalau Athar sudah diizinkan pulang pun menjemput mereka. Awalnya mereka akan menjenguk sepulangnya Farhad dari kantor, tetapi mendapatkan kabar sang putra diizinkan pulang, Farhad menghubungi bawahannya dan mengabarkan kalau dirinya hari ini mengambil libur. Kakek Luthfi juga turut ikut menjemput sang putra, meskipun awalnya menolak, tapi Syafina sedikit memaksa. Sang menantu bilang, selain menjemput Athar, mereka akan mengunjungi panti untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan.Athar dan Afni sudah menunggu kedatangan Syafina, Farhad, dan Kakek Lut
Sesuai janjinya pada Farhad, usai mengunjungi pasien dan tugasnya di rumah sakit selesai, Dokter Amri segera menuju ke rumah sang sahabat itu.Tadi siang, setelah meneleponnya, Farhad langsung menghubungi sang adik untuk memintanya memeriksa Athar. Tidak perlu lama, jarak kediaman Farhad dari rumah sakit cukup dekat, sehingga memudahkan Dokter Amri untuk segera sampai rumah tersebut.“Assalamualaikum,” sapa Dokter yang menjadi sahabat Farhad dan Syafina itu ramah saat memasuki rumah itu. Ia melihat Farhad, Syafina, dan Kakek Luthfi duduk di ruang keluarga.“Wa’alaikumussalam, Had," jawab ketiga orang itu serempak.“Akhirnya kamu datang juga. Segera periksa Athar, ya, Am. Panasnya kembali tinggi. Tadi sempat menurun, sekarang panas lagi,” ujar Syafina langsung menyahut dengan wajah penuh kekhawatiran.“Mereka baru pulang dari bulan madu atau gimana, sih?"” tanya Dokter yang sudah menjadi bagian dari keluarga Kakek Luthfi itu.“Bukan bulan madu, Athar dan Afni diperintah kakek neneknya
Usai memanjakan sang istri dengan menjekajahi kuliner, Athar mengajak Afni untuk melanjutkan perjalanan. Wanita cantik yang sangat ia cintai itu terlihat lega sambil terus mengusap perutnya."Kenapa dielus, Sayang? Emangnya di dalam sana Athat junior, 'kah?" tanyanya tersenyum menggoda."Hadeeh, Mas. aku baru tiga Minggu selesai kedatangan tamu bulanan, bagaiman bisa secepat itu," ujar Afni dengan polosnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil mereka."Bisa saja, Yang. Kalau Allah sudah berkehendak, mengapa tidak. Kun fayakun," ucap Athar tersenyum bijak."Aamiin, semoga apa yang kita harapkan benar-benar diijabah oleh Allah," ucap Afni tersenyum lembut. Keduanya sudah dalam mode serius dan tidak selengean lagi.Athar segera melajukan mobilnya kembali melanjutkan pulang. Tidak sabar mengajak sang istri pulang. Bukan karena tidak ingin menghabiskan waktu berlama dengan sang istri di luaran, tetapi rasa capek setelah perjalanan jauh dan beberapa hari yang lalu berusaha kuat untuk
Afni sudah membereskan barang-barangnya di lemari dan memasukkannya ke dalam koper. setelah semua dirasa tidak ada yang ketinggalan, ia tersenyum lega. Hal sama dilakukan Athar yang turut membantu sang istri. Athar ditugaskan Afni merapikan ranjang dan melipat selimut. Seperti keberangkatan mereka saat ke sini, mereka juga akan meninggalkan Malang selepas salat Subuh. Hal itu mereka lakukan supaya tidak terjebak kemacetan, apalagi ini musim liburan. Athar juga tidak memilih lewat tol karena Afni yang meminta. Wanita cantik itu ingin mampir-mampir dan bisa menikmati pemandangan.Usai membereskan semua dan membawanya keluar untuk diletakkan di bagasi. Afni dan Athar mengerjakan salat subuh terlebih dahulu.Afni sempatkan untuk mengaji sebentar setelah berdoa dan berzikir. Athar tersenyum pada sang istri yang sudah siap untuk pulang.Nenek Murni tidak membiarkan sang cucu dan cucu menantunya kembali ke Surabaya dengan perut kosong. Sebelum salat Subuh, wanita cantik di usia senja itu sud
Fathiyah tersenyum sambil menyuapi sang buah hati, kala terdengar sayup suara mobil sang suami kembali masuk ke dalam halaman rumah. Pria tampan yang berprofesi sebagai abdi negara itu ternyata menepati janjinya untuk tidak berlama-lama setelah mengerjakan tugasnya karena akan membawa keluarga kecilnya jalan-jalan.“Assalamualaikum, Sayang,” ucapnya sambil mencium kepala sang istri dari belakang. Wanita cantik itu tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari sang suami.“Wa’alaikumussalam. Akhirnya datang juga,” serunya sambil menghadap ke arah sang suami.“Pantang bagiku untuk mengingkari janjiku pada istri tercintaku,” balasnya tersenyum lembut sambil duduk di samping sang istri.“Hai, kesayangannya Ayah. Lagi makan apa ini?” sapa Arza pada sang putra yang makin hari makin gemuk dan mengemaskan.“Makan udang,” jawab si kecil Arnav yang terlihat semakin menggemaskan dengan pipi gembulnya.“Sini dipangku Ayah,” ucapnya sambil menepuk pahanya. Bocah tampan itu tersenyum sambil berjalan t