Arpad telah bersiap-siap untuk mengunjungi kediaman keluarga sepupunya dan bermaksud melakukan investigasi lebih mendalam mengenai keberadaan Lorant di paviliun belakang seperti informasi dari Aymeric. Semalam acara pertemuan keluarga berjalan dengan lancar. Erza sepertinya curiga terhadap Benca yang dikenalkan sebagai Fia, calon istrinya. Benca dan Arpad telah memainkan peran dengan baik, sehingga kecurigaan Erza bisa tertanggulangi. Meskipun begitu, Arpad tidak pernah fokus dengan situasi makan malam yang dipenuhi keharmonisan antara dua keluarga tersebut. Pikirannya selalu tertuju pada Lorant yang mungkin juga sedang mengalami situasi mirip dengan dirinya, hanya saja, kondisi Lorant tentu tidak sedang baik-baik saja. Meskipun dirinya bahagia jika bisa menikah dengan Benca, namun kesadaran bahwa Benca hanya mencintai Lorant, membuat dirinya tahu diri. "Ya Tuhan, aku tidak tahu apa yang terjadi semalam antara keluarga Kak Lorant dan Ivett. Tetapi aku harap, aku bisa menuntaskannya
Benca tercenung, dia tidak tahu harus bagaimana. Di hadapannya, Arpad tertunduk sedih. Hatinya nelangsa menyaksikan wanita yang dicintainya terpaku tanpa ekspresi seperti itu. Benca seperti seseorang yang telah mati rasa. Mereka berdua baru saja membaca kembali pesan dari Lorant dalam hening. Arpad menyerahkan surat itu untuk disimpan oleh Benca. Arpad sudah bertekad untuk mengawali kebersamaannya dengan Benca secara jujur dan terbuka. Sebab dia tidak ingin segalanya berakhir berantakan hanya karena Benca menemukan satu saja fakta yang dianggap sebagai kebohongan. Arpad merasa, dirinya tidak akan mampu menghadapi hal tersebut. Mungkin setiap kejujuran yang disampaikan cukup menyakitkan dan menorehkan luka, tetapi setidaknya, dengan kejujuran, segalanya akan berjalan tanpa curiga satu sama lain. Arpad ingin mendapatkan kepercayaan dari Benca, apapun taruhannya. Sebab dia tahu, mendapatkan cinta dari Benca adalah harpan yang semu. Dari sikap Benca, Arpad memahami, bahwa bagi Benca, Lo
Ini adalah toko obat ketiga yang Arpad kunjungi. Dari beberapa percakapan ringan dengan semua pemilik toko yang sudah sangat mengenal Arpad, di toko ketiga inilah Arpad mendapatkan sebuah titik terang. Pemilik toko ingat bahwa dalam beberapa minggu terakhir ini, seorang tabib bernama Berta sering sekali bolak-balik ke tokonya untuk membeli bahan-bahan yang mirip dengan apa yang Arpad tanyakan. Pemilik toko berbincang-bincang dengan Arpad bagai teman lama, dia merasa sangat tersanjung, seorang bangsawan seperti Arpad mau datang ke tokonya tanpa diwakili oleh pelayan atau pengawal hanya untuk membeli bahan-bahan obat. Bahkan dengan senang hati pemilik toko memberikan alamat Berta kepada Arpad. Sebab beberapa kali pemilik toko mengantarkan pesanan Berta langsung ke rumahnya. Arpad senang bisa mendapatkan informasi tersebut,"Seandainya saja aku tidak sedang berpura-pura, rasanya ingin sekali memberikan hadiah kepada pemilik toko ini. Tetapi kalau aku mem
Arpad masih termenung menatap kesibukan Benca yang bagaikan sebuah film slow motion dihadapannya. Setiap gerakan dan langkah Benca, terasa sangat sempurna dan artistik bagi Arpad. Dia sangat mengagumi wanita yang berada di hadapannya, meski tanpa riasan seperti saat ini. Baginya, Benca adalah nama lain dari keindahan yang ada di dunia ini. Jadi, apapun yang ada pada Benca, maka yang terlihat hanyalah keindahan yang membuat Arapd terpaku, terpesona bagaikan lebah yang sangat berhasrat pada bunga. "Setiap manusia memang memiliki takdirnya masing-masing, terkadang kita merasa iri pada keberuntungan orang lain, padahal sesungguhnya belum tentu orang yang kita pikir beruntung, lebih bahagia hidupnya dari kita. Aku merasa iri pada Kak Lorant yang bisa mendapatkan cinta dari Benca. Tetapi aku yakin, saat ini, Kak Lorant juga sedang merasa sangat tertekan sebagai tawanan Ivett. Sedangkan aku? yang aku pikir tidak beruntung, justru saat ini berada sangat dekat deng
Di halaman kediaman Gustav, Arpad mendengarkan apa yang disampaikan oleh pengawal yang ditugaskan untuk menyelidiki kediaman Berta, tabib pribadi Ivett. Di sana ternyata Berta tidak ada, sesuai dengan apa yang diperkiraan oleh Arpad. Berta tinggal bersama Ivett dan Lorant di suatu tempat, entah di mana. Arpad hanya harus menemukan cara agar bisa mengetahui tempat Lorant ditawan. Mata-mata sudah di tempatkan di sekitar rumah Berta untuk mengumpulkan informasi, bahkan di dekat toko-toko obat dan di rumah Ivett juga telah disisipi mata-mata Arpad. Mereka ada yang berperan sebagai pelayan, penjual makanan di pasar, maupun berperan sebagai pengemis yang seolah berjalan tak tentu arah dan tujuan. "Maafkan kami, Tuan Muda Arpad. Adik-adik Tabib Berta tidak mengetahui di mana Kakaknya tinggal saat ini, terakhir mereka mengatakan, Kakaknya mendapatkan banyak uang, sehingga mereka bisa merenovasi tempat tinggal mereka menjadi lebih baik. Adik-adik
Sesaat sebelum Arpad menaiki kudanya untuk bertolak ke rumah Berta, seorang pengawal datang membisikkan sesuatu di telinga Arpad. Dengan sigap Arpad mengurungkan niatnya untuk menaiki kuda dan memerintahkan Zulu untuk menemui Benca dan menyampaikan pesan darinya, selanjutnya Zulu hanya harus menunggu dirinya. Setelah itu, dengan tergesa-gesa Arpad mengikuti langkah pengawal menuju sebuah sudut tersembunyi di area taman. Di sana terlihat seseorang dengan pakaian serba tertutup membelakangi arah kedatangan Arpad. Langkah kaki yang tergesa-gesa dan tapak sepatu yang beradu dengan rerumputan membuat orang tersebut berbalik menatap Arpad dan pengawal yang mendampingi. Arpad melihat tatapan yang penuh kewaspadaan dibalik cadar. Segera Arpad menghampiri. "Aku tahu siapa kamu. Katakan apa yang kamu inginkan!" Arpad berbisik, namun nada dengan intonasi rendah yang disampaikan mengandung muatan ketegasan. Membuat orang tersebut sedikit gemetar.
Berta membuka pintu, setelah itu menengok ke kiri dan ke kanan, lalu memperhatikan sekeliling dengan waspada, ketika dirasa situasi cukup aman, Berta mempersilahkan pelayan bercadar untuk memasuki sebuah paviliun mungil namun tertata apik. Paviliun ini biasa digunakan oleh kerabat kerajaan untuk beristirahat saat melakukan aktifitas berburu. Sejenak kemudian pelayan telah menemui Ivett yang sedang duduk menanti dirinya, Ivett tersenyum mempersilahkan pelayan tersebut untuk mendekat, "Apakah kamu membawa yang aku pesankan padamu?" tanya Ivett tanpa basa-basi. Sang pelayan mengangguk takzim, "Bagus, letakkan di meja, setelah itu, bantu aku untuk membereskan kamar Tuan Lorant, mungkin saat ini dia masih tidur, jangan ganggu dia, bereskan saja kamarnya, sehingga saat Tuan Lorant bangun, semua sudah bersih dan rapih. Apakah kamu membawa pakaianmu? sebab aku harap, kamu bisa tinggal di sini selama beberapa hari untuk membantuku membereskan pav
Baru saja Ivett akan memeluk Lorant yang sedang berpura-pura tertidur, terdengar keributan di luar. Ivett yang sangat terkejut langsung menghambur untuk melihat apa yang terjadi, Berta dan Rossie juga tampak panik, terlihat ada pertempuran di depan paviliun antara pengawal Ivett dengan beberapa orang yang memakai penutup wajah. Lorant yang sudah mengetahui siapa yang sedang saling bertempur, segera mempersiapkan diri. Tubuhnya terasa sedikit lebih bugar setelah meminum ramuan yang diberikan oleh Benca. Dengan sangat hati-hati dia menyimpan botol-botol ramuan tersebut dibalik bajunya. Lalu bersiap untuk kabur bersama pasukan yang dikirimkan oleh Arpad saat mengikuti Shura menuju paviliun. Ketika Lorant telah berlari untuk ke luar, tiba-tiba dua tangan kekar meraihnya. Jensey dan Karoly dengan senyum sinis mengunci kedua tangan Lorant, lalu segera mengikatnya, "Mau ke mana Tuan Muda Lorant? Belum saatnya bagimu untuk pergi. Kamu harus memp