Sesaat sebelum Arpad menaiki kudanya untuk bertolak ke rumah Berta, seorang pengawal datang membisikkan sesuatu di telinga Arpad. Dengan sigap Arpad mengurungkan niatnya untuk menaiki kuda dan memerintahkan Zulu untuk menemui Benca dan menyampaikan pesan darinya, selanjutnya Zulu hanya harus menunggu dirinya.
Setelah itu, dengan tergesa-gesa Arpad mengikuti langkah pengawal menuju sebuah sudut tersembunyi di area taman. Di sana terlihat seseorang dengan pakaian serba tertutup membelakangi arah kedatangan Arpad. Langkah kaki yang tergesa-gesa dan tapak sepatu yang beradu dengan rerumputan membuat orang tersebut berbalik menatap Arpad dan pengawal yang mendampingi. Arpad melihat tatapan yang penuh kewaspadaan dibalik cadar. Segera Arpad menghampiri.
"Aku tahu siapa kamu. Katakan apa yang kamu inginkan!" Arpad berbisik, namun nada dengan intonasi rendah yang disampaikan mengandung muatan ketegasan. Membuat orang tersebut sedikit gemetar.
Berta membuka pintu, setelah itu menengok ke kiri dan ke kanan, lalu memperhatikan sekeliling dengan waspada, ketika dirasa situasi cukup aman, Berta mempersilahkan pelayan bercadar untuk memasuki sebuah paviliun mungil namun tertata apik. Paviliun ini biasa digunakan oleh kerabat kerajaan untuk beristirahat saat melakukan aktifitas berburu. Sejenak kemudian pelayan telah menemui Ivett yang sedang duduk menanti dirinya, Ivett tersenyum mempersilahkan pelayan tersebut untuk mendekat, "Apakah kamu membawa yang aku pesankan padamu?" tanya Ivett tanpa basa-basi. Sang pelayan mengangguk takzim, "Bagus, letakkan di meja, setelah itu, bantu aku untuk membereskan kamar Tuan Lorant, mungkin saat ini dia masih tidur, jangan ganggu dia, bereskan saja kamarnya, sehingga saat Tuan Lorant bangun, semua sudah bersih dan rapih. Apakah kamu membawa pakaianmu? sebab aku harap, kamu bisa tinggal di sini selama beberapa hari untuk membantuku membereskan pav
Baru saja Ivett akan memeluk Lorant yang sedang berpura-pura tertidur, terdengar keributan di luar. Ivett yang sangat terkejut langsung menghambur untuk melihat apa yang terjadi, Berta dan Rossie juga tampak panik, terlihat ada pertempuran di depan paviliun antara pengawal Ivett dengan beberapa orang yang memakai penutup wajah. Lorant yang sudah mengetahui siapa yang sedang saling bertempur, segera mempersiapkan diri. Tubuhnya terasa sedikit lebih bugar setelah meminum ramuan yang diberikan oleh Benca. Dengan sangat hati-hati dia menyimpan botol-botol ramuan tersebut dibalik bajunya. Lalu bersiap untuk kabur bersama pasukan yang dikirimkan oleh Arpad saat mengikuti Shura menuju paviliun. Ketika Lorant telah berlari untuk ke luar, tiba-tiba dua tangan kekar meraihnya. Jensey dan Karoly dengan senyum sinis mengunci kedua tangan Lorant, lalu segera mengikatnya, "Mau ke mana Tuan Muda Lorant? Belum saatnya bagimu untuk pergi. Kamu harus memp
Arpad dan Benca saling berdiam diri setelah mendengar penuturan dari prajuritnya. Dia memerintahkan untuk merawat yang sakit, serta mengamankan sang kusir dalam sebuah tahanan. Arpad perlu memastikan bahwa sang kusir mendapatkan pelayanan yang baik meskipun sebagai tahanan. Setelah itu, Arpad mengajak Benca untuk bicara di halaman belakang, dengan harapan pembicaraan mereka tidak di dengarkan oleh siapapun. Di halaman belakang yang lapang dan luas, jika seseorang ingin mencuri dengar harus berada cukup dekat dengan mereka, dan itu tidak mungkin dilakukan karena situasi area yang lapang tanpa tempat persembunyian, sangat tidak menguntungkan bagi pencuri informasi. "Fia, maafkan aku, karena apa yang aku rencanakan gagal. Tetapi kita masih punya waktu, dan aku akan berusaha untuk membebaskan Lorant. Aku berjanji padamu." Arpad menatap Benca dengan sendu. Benca tersenyum tipis, meskipun hatinya sedih, tetapi dia tahu, Arpad telah mengusahaka
Baru saja Jensey dan rombongannya tiba di gerbang keluarga de Czoborszentmihaly, dia memerintahkan pengawal untuk segera membawa Lorant ke sebuah ruangan rahasia. Sedangkan dirinya menggendong Ivett yang meringis sambil memegangi perutnya yang sakit. Berta dan Rossie mengikuti Jensey menuju kamar Ivett. Setelah membaringkan Ivett di tempat tidur, Jensey memerintahkan Berta untuk segera memeriksa keadaan Adiknya. Sesaat kemudian, Berta tampak pucat, lalu menyingkap pakaian Ivett dan menemukan noda darah di sana. Jensey yang tidak tega melihat Adiknya berdarah langsung memalingkan wajahnya, "Berta, lakukan yang terbaik yang kamu bisa. Dan Rossie, bantu Berta, aku tidak akan memanggil pelayan lain ke sini. Kalian berdua harus bisa menyelesaikannya. Apapun informasi yang ada di dalam ruangan ini, tidak boleh ada yang tahu. Jika sampai bocor, maka kalian berdua akan menerima konsekwensinya. Aku akan menunggu di ruang kerja. Kabarkan kepadaku secepatnya jika ada ses
"Keguguran?" Jensey mengulangi kata-kata Berta dengan gamang. Jensey tidak tahu apakah dirinya harus bersedih atau justru bahagia dengan informasi yang disampaikan oleh Berta. Disatu sisi, dirinya ingin Ivett bahagia, dan memiliki anak dari Lorant adalah mimpi terindah Ivett. Sementara di sudut hati terdalam, dia merasa bersyukur, sebab setidaknya, tali yang mengikat antara Ivett dan Lorant sebelum pernikahan telah terputus. Seandainyapun Ivett tidak jadi menikah dengan Lorant, maka tidak ada seseorang yang disebut anak yang pada akhirnya akan membuat keduanya memiliki hubungan yang rumit. Kecuali, Lorant bisa mencintai Ivett dengan tulus. Namun Jensey tidak melihat kemungkinan tersebut. Jensey yakin, hati Lorant sudah sangat tertutup untuk Ivett, sementara Ivett sebaliknya, justru dibutakan oleh rasa cintanya pada Lorant, seperti dirinya yang dibutakan oleh cinta kepada Ivett. Cintanya yang tumbuh untuk Ivett dalam diam yang sempurna.
Setelah beberapa saat Jensey menumpahkan unek-unek di dalam hatinya di depan altar doa, dia bangkit berdiri, pergi ke kamarnya dan mengganti pakaiannya yang kusut juga dipenuhi air mata. Dia harus selalu tampak tegar dan kuat di hadapan Ivett. Saat baru saja Jensey ke luar dari kamarnya, dia berpapasan dengan Karoly yang dipapah oleh beberapa pengawal. Ada banyak luka di sekujur tubuh Karoly. Jensey memerintahkan pengawal untuk membawa Karoly ke kamar Karoly yang berada di samping kamarnya, dan membersihkan luka serta mengganti pakaian Karoly secepatnya. Sementara dirinya bergegas ke kamar Ivett untuk meminta Berta melakukan pertolongan pada Karoly. Di kamar Ivett, tampak Berta sedang duduk di samping ranjang sambil sekali-sekali mengganti kompres di dahi Ivett yang tampak sedang demam. Jensey menghampiri dengan rasa khawatir. Disentuhnya dahi Ivett yang terasa panas. "Dia kenapa?" Berta menu
Benca dan Arpad hanya duduk dan saling diam dengan pikirannya masing-masing. Hari berlalu dan mereka masih belum bisa menemukan titik terang di mana Lorant berada. Sekuat apapun mereka menahan diri, kesedihan dan rasa tidak berdaya akan situasi yang sedang mereka hadapi tetap membayangi. Sementara pihak keluarga semakin sibuk mengurus rencana pernikahan mereka. Namun para pengantin justru bergumul dengan peperangan bathinnya masing-masing.Diantara para pengantin yang bersiap menuju pelaminan, rasanya hanya Gyorgy dan Erza yang paling antusias menyambut serta menunggu hari pernikahan mereka dengan tidak sabar. Pasangan Benca dan Arpad tampak berharap waktu berhenti berjalan saja sampai Lorant ditemukan.Sedangkan pasangan Lorant dan Ivett lebih rumit. Ivett masih lemah dan sering pingsan set
Kesibukan di kediaman keluarga Gyorgy dalam rangka merayakan hari pernikahan membuat semua orang seperti tidak memiliki waktu luang. Gyorgy sendiri berupaya segenap tenaga untuk bisa memiliki waktu yang cukup agar bisa berada cukup lama bersama Erza yang akan menjadi istrinya, sebelum kembali bertugas di medan perang. Kesibukan semakin luar biasa, setelah keluarga de Bethlenfalva mendapatkan kabar bahwa akan ada satu pasangan pengantin lagi selain Fia dan Arpad. Ivett dengan pengantin pria yang masih di rahasiakan juga akan melangsungkan pernikahan bersama-sama. Banyak bangsawan di wilayah Arva yang terkejut mendengar kabar tersebut. Sementara kerabat dari kerajaan yang jauh masih belum mendengar kabar mengenai hal itu. Gyorgy sendiri tidak sempat memikirkannya, dia hanya menyerahkan semua urusan kepada pihak keluarga saja. Pikirannya sudah sangat penuh dengan urusan perang, dan akhir-akhir ini j