Arpad masih termenung menatap kesibukan Benca yang bagaikan sebuah film slow motion dihadapannya. Setiap gerakan dan langkah Benca, terasa sangat sempurna dan artistik bagi Arpad. Dia sangat mengagumi wanita yang berada di hadapannya, meski tanpa riasan seperti saat ini. Baginya, Benca adalah nama lain dari keindahan yang ada di dunia ini. Jadi, apapun yang ada pada Benca, maka yang terlihat hanyalah keindahan yang membuat Arapd terpaku, terpesona bagaikan lebah yang sangat berhasrat pada bunga.
"Setiap manusia memang memiliki takdirnya masing-masing, terkadang kita merasa iri pada keberuntungan orang lain, padahal sesungguhnya belum tentu orang yang kita pikir beruntung, lebih bahagia hidupnya dari kita. Aku merasa iri pada Kak Lorant yang bisa mendapatkan cinta dari Benca. Tetapi aku yakin, saat ini, Kak Lorant juga sedang merasa sangat tertekan sebagai tawanan Ivett. Sedangkan aku? yang aku pikir tidak beruntung, justru saat ini berada sangat dekat deng
Di halaman kediaman Gustav, Arpad mendengarkan apa yang disampaikan oleh pengawal yang ditugaskan untuk menyelidiki kediaman Berta, tabib pribadi Ivett. Di sana ternyata Berta tidak ada, sesuai dengan apa yang diperkiraan oleh Arpad. Berta tinggal bersama Ivett dan Lorant di suatu tempat, entah di mana. Arpad hanya harus menemukan cara agar bisa mengetahui tempat Lorant ditawan. Mata-mata sudah di tempatkan di sekitar rumah Berta untuk mengumpulkan informasi, bahkan di dekat toko-toko obat dan di rumah Ivett juga telah disisipi mata-mata Arpad. Mereka ada yang berperan sebagai pelayan, penjual makanan di pasar, maupun berperan sebagai pengemis yang seolah berjalan tak tentu arah dan tujuan. "Maafkan kami, Tuan Muda Arpad. Adik-adik Tabib Berta tidak mengetahui di mana Kakaknya tinggal saat ini, terakhir mereka mengatakan, Kakaknya mendapatkan banyak uang, sehingga mereka bisa merenovasi tempat tinggal mereka menjadi lebih baik. Adik-adik
Sesaat sebelum Arpad menaiki kudanya untuk bertolak ke rumah Berta, seorang pengawal datang membisikkan sesuatu di telinga Arpad. Dengan sigap Arpad mengurungkan niatnya untuk menaiki kuda dan memerintahkan Zulu untuk menemui Benca dan menyampaikan pesan darinya, selanjutnya Zulu hanya harus menunggu dirinya. Setelah itu, dengan tergesa-gesa Arpad mengikuti langkah pengawal menuju sebuah sudut tersembunyi di area taman. Di sana terlihat seseorang dengan pakaian serba tertutup membelakangi arah kedatangan Arpad. Langkah kaki yang tergesa-gesa dan tapak sepatu yang beradu dengan rerumputan membuat orang tersebut berbalik menatap Arpad dan pengawal yang mendampingi. Arpad melihat tatapan yang penuh kewaspadaan dibalik cadar. Segera Arpad menghampiri. "Aku tahu siapa kamu. Katakan apa yang kamu inginkan!" Arpad berbisik, namun nada dengan intonasi rendah yang disampaikan mengandung muatan ketegasan. Membuat orang tersebut sedikit gemetar.
Berta membuka pintu, setelah itu menengok ke kiri dan ke kanan, lalu memperhatikan sekeliling dengan waspada, ketika dirasa situasi cukup aman, Berta mempersilahkan pelayan bercadar untuk memasuki sebuah paviliun mungil namun tertata apik. Paviliun ini biasa digunakan oleh kerabat kerajaan untuk beristirahat saat melakukan aktifitas berburu. Sejenak kemudian pelayan telah menemui Ivett yang sedang duduk menanti dirinya, Ivett tersenyum mempersilahkan pelayan tersebut untuk mendekat, "Apakah kamu membawa yang aku pesankan padamu?" tanya Ivett tanpa basa-basi. Sang pelayan mengangguk takzim, "Bagus, letakkan di meja, setelah itu, bantu aku untuk membereskan kamar Tuan Lorant, mungkin saat ini dia masih tidur, jangan ganggu dia, bereskan saja kamarnya, sehingga saat Tuan Lorant bangun, semua sudah bersih dan rapih. Apakah kamu membawa pakaianmu? sebab aku harap, kamu bisa tinggal di sini selama beberapa hari untuk membantuku membereskan pav
Baru saja Ivett akan memeluk Lorant yang sedang berpura-pura tertidur, terdengar keributan di luar. Ivett yang sangat terkejut langsung menghambur untuk melihat apa yang terjadi, Berta dan Rossie juga tampak panik, terlihat ada pertempuran di depan paviliun antara pengawal Ivett dengan beberapa orang yang memakai penutup wajah. Lorant yang sudah mengetahui siapa yang sedang saling bertempur, segera mempersiapkan diri. Tubuhnya terasa sedikit lebih bugar setelah meminum ramuan yang diberikan oleh Benca. Dengan sangat hati-hati dia menyimpan botol-botol ramuan tersebut dibalik bajunya. Lalu bersiap untuk kabur bersama pasukan yang dikirimkan oleh Arpad saat mengikuti Shura menuju paviliun. Ketika Lorant telah berlari untuk ke luar, tiba-tiba dua tangan kekar meraihnya. Jensey dan Karoly dengan senyum sinis mengunci kedua tangan Lorant, lalu segera mengikatnya, "Mau ke mana Tuan Muda Lorant? Belum saatnya bagimu untuk pergi. Kamu harus memp
Arpad dan Benca saling berdiam diri setelah mendengar penuturan dari prajuritnya. Dia memerintahkan untuk merawat yang sakit, serta mengamankan sang kusir dalam sebuah tahanan. Arpad perlu memastikan bahwa sang kusir mendapatkan pelayanan yang baik meskipun sebagai tahanan. Setelah itu, Arpad mengajak Benca untuk bicara di halaman belakang, dengan harapan pembicaraan mereka tidak di dengarkan oleh siapapun. Di halaman belakang yang lapang dan luas, jika seseorang ingin mencuri dengar harus berada cukup dekat dengan mereka, dan itu tidak mungkin dilakukan karena situasi area yang lapang tanpa tempat persembunyian, sangat tidak menguntungkan bagi pencuri informasi. "Fia, maafkan aku, karena apa yang aku rencanakan gagal. Tetapi kita masih punya waktu, dan aku akan berusaha untuk membebaskan Lorant. Aku berjanji padamu." Arpad menatap Benca dengan sendu. Benca tersenyum tipis, meskipun hatinya sedih, tetapi dia tahu, Arpad telah mengusahaka
Baru saja Jensey dan rombongannya tiba di gerbang keluarga de Czoborszentmihaly, dia memerintahkan pengawal untuk segera membawa Lorant ke sebuah ruangan rahasia. Sedangkan dirinya menggendong Ivett yang meringis sambil memegangi perutnya yang sakit. Berta dan Rossie mengikuti Jensey menuju kamar Ivett. Setelah membaringkan Ivett di tempat tidur, Jensey memerintahkan Berta untuk segera memeriksa keadaan Adiknya. Sesaat kemudian, Berta tampak pucat, lalu menyingkap pakaian Ivett dan menemukan noda darah di sana. Jensey yang tidak tega melihat Adiknya berdarah langsung memalingkan wajahnya, "Berta, lakukan yang terbaik yang kamu bisa. Dan Rossie, bantu Berta, aku tidak akan memanggil pelayan lain ke sini. Kalian berdua harus bisa menyelesaikannya. Apapun informasi yang ada di dalam ruangan ini, tidak boleh ada yang tahu. Jika sampai bocor, maka kalian berdua akan menerima konsekwensinya. Aku akan menunggu di ruang kerja. Kabarkan kepadaku secepatnya jika ada ses
"Keguguran?" Jensey mengulangi kata-kata Berta dengan gamang. Jensey tidak tahu apakah dirinya harus bersedih atau justru bahagia dengan informasi yang disampaikan oleh Berta. Disatu sisi, dirinya ingin Ivett bahagia, dan memiliki anak dari Lorant adalah mimpi terindah Ivett. Sementara di sudut hati terdalam, dia merasa bersyukur, sebab setidaknya, tali yang mengikat antara Ivett dan Lorant sebelum pernikahan telah terputus. Seandainyapun Ivett tidak jadi menikah dengan Lorant, maka tidak ada seseorang yang disebut anak yang pada akhirnya akan membuat keduanya memiliki hubungan yang rumit. Kecuali, Lorant bisa mencintai Ivett dengan tulus. Namun Jensey tidak melihat kemungkinan tersebut. Jensey yakin, hati Lorant sudah sangat tertutup untuk Ivett, sementara Ivett sebaliknya, justru dibutakan oleh rasa cintanya pada Lorant, seperti dirinya yang dibutakan oleh cinta kepada Ivett. Cintanya yang tumbuh untuk Ivett dalam diam yang sempurna.
Setelah beberapa saat Jensey menumpahkan unek-unek di dalam hatinya di depan altar doa, dia bangkit berdiri, pergi ke kamarnya dan mengganti pakaiannya yang kusut juga dipenuhi air mata. Dia harus selalu tampak tegar dan kuat di hadapan Ivett. Saat baru saja Jensey ke luar dari kamarnya, dia berpapasan dengan Karoly yang dipapah oleh beberapa pengawal. Ada banyak luka di sekujur tubuh Karoly. Jensey memerintahkan pengawal untuk membawa Karoly ke kamar Karoly yang berada di samping kamarnya, dan membersihkan luka serta mengganti pakaian Karoly secepatnya. Sementara dirinya bergegas ke kamar Ivett untuk meminta Berta melakukan pertolongan pada Karoly. Di kamar Ivett, tampak Berta sedang duduk di samping ranjang sambil sekali-sekali mengganti kompres di dahi Ivett yang tampak sedang demam. Jensey menghampiri dengan rasa khawatir. Disentuhnya dahi Ivett yang terasa panas. "Dia kenapa?" Berta menu
Suasana pemakaman cukup sepi. Hanya dihadiri oleh kerabat dekat saja. Waktu pemakaman juga dibuat sesingkat mungkin. Benca menatap nanar saat peti mati diturunkan ke dalam liang lahat. "Bibi Ellie, semoga arwahmu tenang di sisi-Nya. Aku sudah memafkanmu, meskipun kamu tidak pernah memintanya." Benca memejamkan matanya, mencoba melupakan kejadian empat tahun lalu saat dirinya disekap bersama Lovisa di ruang bawah tanah. Bagaimanapun, Benca merasakan bahwa Ellie tidak sungguh-sungguh ingin menyakitinya. Ellie hanya sedang terjebak dalam situasi yang serba salah. Setelah prosesi pemakaman dilakukan, satu persatu pergi meninggalkan makam dan kembali ke rumah masing-masing. Orang memastikan bahwa di sanalah jasad Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire disemayamkan. Sebuah episode kehidupan dari seorang Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire telah berakhir. *** Epilog : Yang orang-orang dan dunia luar tidak ketahui adalah, jasad Ellie dimakamkan di dalam hutan, dekat sebu
Seluruh keluarga masih berduka saat selesai menghadiri pemakaman Gustav. Tidak berapa lama, seorang pengawal masuk, mengabarkan bahwa Ellie telah meninggal di dalam ruangan tahanannya. Hal tersebut diketahui karena Ellie tidak menyentuh makanannya sama sekali, setelah pintu dibuka untuk memeriksa, Ellie ditemukan terkapar di lantai sudah tidak bernyawa. Arpad berdiri terpaku, membeku seperti patung yang bernyawa."Apakah aku yang telah menyebabkan bibi Ellie meninggal? Selama ini, Ayah Gustav tidak pernah mengetahui bahwa Bibi Ellie masih hidup dan ditahan di dalam kastilnya sendiri. Ayah Gustav selalu berpikir, bahwa Bibi Ellie telah menerima hukuman mati bersama yang lainnya. Sejak itu, kondisi kesehatan Ayah Gustav terus menurun dan akhirnya pergi. Ayah Gustav memang tidak pernah membicarakan atau mengeluhkan apa yang dirasakannya. tetapi aku tahu, apa yang membuatnya berubah seratus delapanpuluh derajat sejak kepergian Bibi Ellie. Dia pasti sangat
Di dalam sebuah ruang sempit dengan ventilasi kecil untuk sekedar bernafas, serta lubang pintu yang hanya cukup untuk meletakkan sepiring makanan setiap harinya. Ellie terduduk di sudut sambil memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang hanya tinggal tulang berbalut kulit saja. Entah sudah berapa lama dia terkurung di ruangan ini. Ingatannya sudah mulai memudar, dan dia juga telah menjadi tua, keriput, jelek, kurus dan lemah. Namun semua itu tidak lagi mengganggu Ellie. Hanya ada sesuatu yang masih lekat dalam memorinya, dia adalah Gustav, kekasih hatinya, orang yang paling dia cintai seumur hidupnya. Saat ini dirinya tidak lagi meratapi serta menyesali perbuatannya yang telah merugikan banyak pihak, dia sudah menerima hukumannya dengan ikhlas. Tetapi, hatinya lebih sering didera kerinduan, serta kesepian yang teramat sangat terhadap Gustav kekasihnya. Terakhir kali dia menatap wajah kekasihnya adalah ketika dirinya digiring seperti
Setelah terungkapnya tragedi pembunuhan berantai di Kastil Cachtice, beredar desas-desus mengenai sisi lain dari sang putri yang diberi julukan Blood Countess De Ecsed. Cerita bergulir bagaikan bola liar yang panas, menghubungkan praktek pembunuhan tersebut dengan ritual satanisme yang di anut oleh sang putri berdarah. Rakyat dicekam rasa takut akan adanya semacam sekte atau aliran satanisme yang membutuhkan tumbal atau persembahan berupa darah gadis perawan yang mungkin masih berjalan di suatu tempat di sekitar mereka. Gosip dan desas-desus terus berseliweran diantara para rakyat untuk waktu yang cukup lama. Kondisi tidak serta merta menjadi normal lagi seperti sediakala setelah keputusan dan hukuman dijatuhkan terhadap putri berdarah dan pengikutnya. "Sebaiknya, selepas senja, tidak boleh ada seorang gadispun yang boleh berkeliaran di luar rumah. Mungkin saja arwah Blood Countess de Ecsed masih bergentayangan mencari korban." Sekelompo
Para tersangka duduk diam menunduk di hadapan Raja Matyas. Sebelumnya, Raja Matyas telah mendengarkan keterangan dari para saksi dalam pertemuan terpisah, juga mempelajari semua laporan yang disusun oleh Gyorgy, Lorant dan Arpad. Tidak ada keramaian dalam persidangan ini, hanya para tersangka, Gyorgy, Arpad, Lorant, beberapa mentri, serta hakim yang akan memberikan pertimbangan hukuman bagi para tersangka yang sesungguhnya telah diputuskan pada pertemuan tertutup sebelumnya. Elizabeth Bathory dan Klara sebagai tersangka utama tidak dihadirkan dalam persidangan dengan berbagai pertimbangan. Bagaimanapun, persidangan secara terbuka bagi keluarga kerajaan akan sangat memalukan, mengingat garis keturunan serta hubungan kekerabatan dengan kerajaan-kerajaan lain, juga mengingat jasa-jasa kepahlawanan suami tersangka utama pada kerajaan menjadi faktor penting dalam menjaga hubungan baik, maka mereka tidak akan pernah melakukan persidangan terbuka untuknya. Memperkara
Sambil menarik nafas sejenak, Pendeta Luthern Istvan Magyari melanjutkan laporannya kepada Raja Matyas, “….karena jumlahnya semakin banyak, aku mencurigai bahwa meninggalnya mereka bukanlah sesuatu yang wajar, Tuanku. Sehingga aku menolak untuk memberikan penghormatan terakhir bagi mereka yang meninggal tersebut. Tetapi kalau pada akhirnya mereka membuang mayat-mayat tersebut di sembarang tempat begitu saja, aku sungguh tidak mengetahuinya.” Pendeta Luthern Istvan Magyari mengakhiri laporannya, di hadapannya Raja Matyas terpaku bisu setelah mendengar penjelasan tersebut. Bayangan mayat-mayat bergelimpangan di semak-semak, di dalam hutan, maupun di tempat-tempat pembuangan, membuatnya merasa sangat terpukul. Dia sering berada di medan tempur untuk berjuang membela negara, melibas musuh-musuhnya tanpa ampun, namun di dalam area pemerintahannya sendiri, telah terjadi praktek pembunuhan yang kejam dan berjalan sudah cukup lama tanpa diketahui. Hal ini seperti sebu
Gustav sedang berada di taman yang dipenuhi bunga-bunga, dia duduk tersenyum menatap istri dan putri ciliknya yang memiliki wajah bercahaya, sedang bermain mengejar kupu-kupu yang menarik perhatian dengan warnanya yang rupawan. Ellie begitu cantik, muda dan mempesona. Putri mereka tidak berhenti tertawa mengejar kupu-kupu, tiba-tiba saja seekor burung gagak menyerang putri mereka hingga tersungkur jatuh. Wajah putri mereka yang bercahaya beradu dengan tanah, membuat dia menangis. Gustav yang kaget segera hendak menolong, namun istrinya yang cantik mendadak berubah menjadi monster yang mengerikan. Wajahnya menjadi sangat pucat dengan taring yang semakin memanjang. Tatapan matanya nanar tertuju pada burung gagak tersebut, lalu secepat kilat menyambar burung gagak dan melumatnya dengan buas, membuat wajahnya berlumuran dengan darah segar. Putri mereka yang sudah bangkit dan melihat ibunya melakukan sesuatu yang sangat mengerikan dengan waja
Lorant memperhatikan kening Benca yang berkedut serta sudut mata yang sedikit mengerut, seperti sedang gelisah. Lorant masih menggenggam jemari Lovisa untuk memberinya kekuatan, sementara kondisi Benca membuatnya hawatir, jadi dia mengulurkan sebelah tangannya untuk mengelus kening Benca agar bisa lebih tenang. Saat itu, Arpad datang sambil membawa roti dan air untuk diberikan kepada Lorant. Dia juga melihat wajah Benca yang gelisah. Sepertinya Benca sedang memimpikan sesuatu di dalam bawah sadarnya. Arpad dan Lorant saling memandang. Lorant meminta Arpad untuk duduk di dekatnya dan menggenggam jemari Benca, sementara dirinya tetap berada di dekat Lovisa. Dengan sebelah tangannya yang tadi mengelus Benca, Lorant mengambil roti dan mulai mengisi perutnya yang kosong sejak lama. Rasanya, makanan terakhir yang masuk ke tubuhnya adalah kemarin saat mereka baru saja selesai dari penyelidikkan di rumah pohon milik Gustav. Setelah itu, mereka langsung marathon melaku
Gustav memasuki rumahnya dengan gontai. Rasanya, seluruh jiwa raganya berada terpisah di dunia masing-masing, tidak saling terhubung satu sama lain. Gustav memasuki ruang kerja, mengambil sebuah lukisan dalam bingkai kecil yang berada dalam laci mejanya, lalu memandang lekat-lekat lukisan versi mini antara dirinya dengan Ellie, satu-satunya wanita yang telah membuat hatinya terjerat dan tidak mampu berpaling. Lintasan-lintasan peristiwa berseliweran di kepalanya bagaikan sebuah film yang diputar secara otomatis. Segalanya tampak baru terjadi kemarin, padahal waktu telah membawa mereka pada usia senja. "Ellie, sayangku. Sampai kapanpun, aku akan tetap mencintaimu. Bila dunia memutuskan bahwa dirimu bersalah, maka aku harus bisa menerima dengan ikhlas segala keputusan yang akan diberikan. Kalau saja boleh, aku ingin menggantikan posisimu saat dipersidangan. Karena aku pasti tidak akan kuat melihatmu diadili."