Home / Romansa / Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed / 17. Rumah Pohon Saksi Bisu, 12 Oktober 1591

Share

17. Rumah Pohon Saksi Bisu, 12 Oktober 1591

Author: Risa Bluesaphier
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Disaat yang bersamaan, disebuah rumah pohon yang tersembunyi, dua insan dimabuk asmara belum juga menuntaskan hasratnya yang tidak pernah padam selama lebih dari sembilan belas tahun. Mereka seperti tidak mengenal kata lelah. Terus saja bergelut dalam keheningan hutan yang menelan semua rahasia mereka di dekat rumah pohon tempat mereka bertemu bertahun-tahun yang lalu.

Meskipun mereka sempat terpisah selama lebih dari empat belas tahun tanpa bertemu sama sekali karena terpisahkan oleh keadaan, namun di lima tahun selanjutnya mereka mulai menemukan jalan untuk bisa saling bertemu, dan di tahun terakhir ini bahkan lebih sering lagi.

Rumah pohon yang mengawali pertemuan mereka adalah saksi bisu atas setiap lenguhan dan hasrat asmara yang menggelora antara dua insan tersulut api asmara yang bergejolak. Bagi mereka, strata sosial tidak menghalangi ketertarikan satu sama lain. Mereka menikmati setiap momen dengan penuh perasaan.

Segala atribut status sosial ditanggalkan dengan penuh kesa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   18. Cemburu, 12 Oktober 1591

    Ivett memasuki kamarnya dengan kesal, malam ini seharusnya menjadi malam yang paling membahagiakan, karena Lorant kekasih yang selalu dirindukan telah kembali. Namun wanita bernama Benca telah merusak semuanya. Dia merasa sangat tertekan, sepanjang malam Lorant sama sekali tidak menoleh padanya sedikitpun. Meskipun hal itu sangat sering diterimanya, namun tidak dengan tatapan penuh cinta dan sendu pada mata Lorant setiap memandang wanita menyebalkan bernama Benca tersebut di depan matanya. Ivett merasa dunia Lorant hanya dipenuhi oleh Benca, dia seperti terbius. Bahkan sebuah gerakan halus yang dilakukan oleh Benca mampu membuat Lorant menyunggingkan senyuman, sesuatu yang langka dan belum pernah dia terima dari Lorant. Baginya, melihat Lorant tersenyum sudah merupakan berkah, meskipun tidak ditujukan kepada dirinya. Namun, senyuman penuh cinta untuk wanita lain, itu tidak bisa dia tolerir sama sekali. Ketika Ivett menangkap binar cinta di mata Lorant saat memandang Benca, hatinya

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   19. Hari Baru, 13 Oktober 1591

    Pagi masih terlalu dini, dan di luar masih pekat. Namun Benca sudah mandi dan bersiap-siap menuju dapur. Sekali lagi, Benca akan membuatkan sarapan dengan aneka garnish yang memikat dengan cita rasa yang lezat. Benca berharap hasil karyanya bisa bersaing dengan ibunya. Dia ingin mengulangi kesuksesan semalam. Mempersembahkan keterampilannya di dapur kepada keluarga calon mertuanya. Meskipun Benca bangun dengan tubuh yang pegal-pegal, akibat kurang istirahat. Kemarin seharian dia melakukan perjalanan jauh dari rumahnya menuju Arva. Setelah itu, dia sibuk memasak untuk melaksanakan rencananya bersama Erza dalam rangka mengambil hati keluarga Sarvar Felsovidek, dan dia harus bertahan sampai pesta usai tengan malam. Namun semua itu terbayarkan dengan kebahagiaan saat makan malam bersama keluarga Lorant. Rasa lelahnya seperti menguap entah ke mana. Benca bersyukur memiliki cinta Lorant, juga dukungan persahabatan dari Erza. Dia berharap kebahagiaan ini akan berlangsung selamanya. rasanya

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   20. Keriuhan Menjelang Sarapan, 13 Oktober 1591

    Benca masih dalam tahap akhir merapihkan riasannya ketika pintu kamarnya diketuk, "masuklah, aku sebentar lagi selesai, kamu terlalu mengkhawatirkanku, Erza." Benca menjawab ketukan sambil menatap dirinya di cermin, dia puas dengan riasannya. Saat berbalik, hatinya hampir mencelos, karena Baron Arpad Czobor de Czoborszentmihaly kakak Erza, berdiri di balik punggungnya dengan senyum manis. Benca tidak menduga bahwa yang mengetuk pintu adalah Arpad, dia pikir Erza, sehingga dia menyuruhnya masuk tanpa ragu. Arpad tersenyum menatap Benca, lalu melambaikan tangan kepada pelayan untuk keluar dari kamar. Sejenak Benca merasa gelisah dan tidak nyaman dengan keberadaan laki-laki lain di kamarnya, apalagi kedua pelayan tersebut dengan patuh segera melangkah meninggalkan kamarnya, "Kamu cantik sekali, Benca." Arpad memuji dengan tulus, sementara dengan canggung Benca mencoba tersenyum. "Terima kasih Arpad. Kamu terlalu memuji." Jawab Benca sopan. "Adikku memintaku untuk menjemputmu, dia men

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   21. Double Date, 14 Oktober 1591

    Beberapa hari ini semua panik, Lorant pun merasa gelisah. Dia sungguh tidak ingin berpisah dari Benca dan meninggalkan wanita yang sangat dikasihinya dalam situasi seperti ini. Namun dirinya yakin, dia tetap akan pergi meskipun bukan hari ini. Seharian dia sungguh dibuat repot dengan segala hal yang menyedot energinya, hingga membuat dirinya teramat sangat lelah. Saat sore tiba, dia bergegas menemui Benca, kemudian mengajaknya bicara, "Benca, ikutlah denganku." Benca hanya mengangguk, lalu mengikuti Lorant yang membawanya keluar dari Arva dengan berkuda. Dia tidak mau banyak bertanya, karena mengetahui dengan sangat jelas kesibukan serta kegundahan yang mengganggu kekasihnya itu. Sesampainya di tepi hutan, mereka menambatkan kudanya, lalu perlahan sambil berjalan kaki mereka saling bergandengan tangan dalam diam yang cukup panjang. Hingga akhirnya Benca memberanikan diri untuk bertanya. "Apa yang ingin Kamu sampaikan? mengapa Kamu membawaku ke hutan?" Lorant memeluk Benca sambil

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   22. Persiapan, 14 Oktober 1591

    Klara menatap Ellie dengan heran, "Kamu terlihat sangat bahagia sekali Ellie? Ada apa?" yang ditanya tersenyum, menatap Klara dan Anna yang sedang sibuk menyusun sesuatu. "Dimana Ujvari, Dorka dan Illona?" tanya Ellie dengan santai. Dia mengabaikan pertanyaan Klara, karena tidak mau terjebak dengan situasi yang tidak di inginkan. Intensitas kebahagiaannya mulai diturunkan, mewaspadai kecurigaan yang mungkin akan timbul di benak Klara. "Mereka sedang mempersiapkan acara untuk tengah malam." Klara menjawab sambil lalu. Setiap kali mereka bersiap untuk ritual purnama, Klara selalu merasa waktu berjalan sangat lambat, dan itu membuatnya merasa tidak sabar. Untuk mengalihkan hasratnya, dia sering membereskan banyak hal yang tidak perlu, hanya untuk mengalihkan emosinya sambil menunggu malam. Ditatapnya Ellie yang masih saja tersenyum sumringah. Ada semburat merah jambu di pipinya yang tirus dan berwarna pucat. Entah mengapa, Klara merasa Ellie seperti sedang jatuh cinta. Klara seperti m

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   23. Ritual Rahasia di Bulan Purnama, 15 Oktober 1591

    Tepat dini hari pukul 00, semua telah hadir di ruangan bawah tanah dengan penerangan terbatas yang sangat temaram. Di sudut ruangan terdapat sebuah bak mandi dengan tiang pancang di ujungnya. Disamping bak mandi, terdapat sebuah meja besar, dimana seorang gadis muda dengan mulut terikat kain serta luka sayat di tangan dan kakinya, tergeletak lemah tak berdaya. Ujvari mulai mengangkat gadis itu, mengikatnya di tiang, di atas bak mandi. Setelahnya Dorka membacakan mantra pada gadis itu. Masing-masing yang hadir mulai melucuti pakaian mereka, dan saling menyentuh satu sama lain, sesaat kemudian suasana semakin memanas. Suasana senyap hanya ditingkahi dengan suara Dorka yang terus saja membaca mantera perlahan, sementara gadis yang tergantung terbelalak ketakutan sambil menahan sakit di tubuhnya yang polos penuh sayatan. Darah terus menetes dari tubuh gadis yang semakin lunglai ke dalam bak mandi, tubuhnya yang memang sudah lemah menjadi semakin lemah seiring darah yang terus mengalir k

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   24. Tugas Negara, 25 Oktober 1591

    Baru saja Lorant dan Benca merasakan kebahagiaan, seketika dunia mereka serasa jungkir balik 180° karena kondisi yang tidak terduga. Setelah beberapa hari yang lalu Lorant dan Gyorgy beserta ksatria bangsawan lainnya berkumpul, mereka memutuskan untuk turut serta menuju Habsburg. Senjata dan perbekalan yang dikirimkan sebelumnya seharusnya sudah tiba di lokasi masing-masing. Mereka membagi tugas, Lorant mendapatkan posisi mendampingi Gyorgy di Habsburg. Mereka akan berangkat siang ini bersama beberapa pengawal terlatih, disertai perbekalan makanan dan senjata. Dengan berat hati, Benca melepas Lorant. Sementara Erza juga menahan rasa sedih karena harus merelakan Gyorgy tunangannya memenuhi panggilan tugas dari negara. Benca dan Erza saling berpelukan melepas pria terkasih mereka ke medan pertempuran. "Benca, maafkan karena aku belum bisa memenuhi harapan untuk bisa bersama, situasi sedang sangat genting. Maukan kamu menungguku?" Benca menahan air mata yang siap meluncur di pipinya.

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   25. Siasat, 27 Oktober 1591

    "Nona Benca, nyonya Ester ingin bertemu di kamar beliau." Seorang pelayan menghampiri Erza dan Benca yang sedang berbincang-bincang. Keduanya saling berpandangan. "Baik, Benca akan segera menemui nyonya Ester." Erza mewakili Benca menjawab pelayan tersebut. Setelah pelayan pergi, Erza berbisik, "kira-kira apa yang di inginkan oleh nyonya Ester ya?" Benca mengedikkan bahu, "entahlah" tiba-tiba hatinya menjadi sangat gelisah. "Jika nyonya Ester sedang bersama Ivett, maka berhati-hatilah. Aku akan datang bersamamu, ayo, jangan takut." Benca mengangguk, "baiklah, jika ada Kamu, aku akan merasa lebih tenang." Erza menarik tangan Benca menuju kamar nyonya Ester. Dan benar saja, di sana sudah ada Ivett yang sedang berbicara dengan nyonya Ester. Keduanya tampak sangat akrab. Erza mengetuk pintu pelan, memberi tahu kedua orang tersebut akan kehadiran mereka. "Masuklah sayang, kami sudah menunggu," nyonya Ester mempersilahkan keduanya masuk, "aku sedang ngobrol-ngobrol bersama Ivett tent

Latest chapter

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   119. Episode Kehidupan

    Suasana pemakaman cukup sepi. Hanya dihadiri oleh kerabat dekat saja. Waktu pemakaman juga dibuat sesingkat mungkin. Benca menatap nanar saat peti mati diturunkan ke dalam liang lahat. "Bibi Ellie, semoga arwahmu tenang di sisi-Nya. Aku sudah memafkanmu, meskipun kamu tidak pernah memintanya." Benca memejamkan matanya, mencoba melupakan kejadian empat tahun lalu saat dirinya disekap bersama Lovisa di ruang bawah tanah. Bagaimanapun, Benca merasakan bahwa Ellie tidak sungguh-sungguh ingin menyakitinya. Ellie hanya sedang terjebak dalam situasi yang serba salah. Setelah prosesi pemakaman dilakukan, satu persatu pergi meninggalkan makam dan kembali ke rumah masing-masing. Orang memastikan bahwa di sanalah jasad Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire disemayamkan. Sebuah episode kehidupan dari seorang Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire telah berakhir. *** Epilog : Yang orang-orang dan dunia luar tidak ketahui adalah, jasad Ellie dimakamkan di dalam hutan, dekat sebu

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   118. Datang dan Pergi, 21 Agustus 1614

    Seluruh keluarga masih berduka saat selesai menghadiri pemakaman Gustav. Tidak berapa lama, seorang pengawal masuk, mengabarkan bahwa Ellie telah meninggal di dalam ruangan tahanannya. Hal tersebut diketahui karena Ellie tidak menyentuh makanannya sama sekali, setelah pintu dibuka untuk memeriksa, Ellie ditemukan terkapar di lantai sudah tidak bernyawa. Arpad berdiri terpaku, membeku seperti patung yang bernyawa."Apakah aku yang telah menyebabkan bibi Ellie meninggal? Selama ini, Ayah Gustav tidak pernah mengetahui bahwa Bibi Ellie masih hidup dan ditahan di dalam kastilnya sendiri. Ayah Gustav selalu berpikir, bahwa Bibi Ellie telah menerima hukuman mati bersama yang lainnya. Sejak itu, kondisi kesehatan Ayah Gustav terus menurun dan akhirnya pergi. Ayah Gustav memang tidak pernah membicarakan atau mengeluhkan apa yang dirasakannya. tetapi aku tahu, apa yang membuatnya berubah seratus delapanpuluh derajat sejak kepergian Bibi Ellie. Dia pasti sangat

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   117. Menjemputmu, 21 Agustus 1614

    Di dalam sebuah ruang sempit dengan ventilasi kecil untuk sekedar bernafas, serta lubang pintu yang hanya cukup untuk meletakkan sepiring makanan setiap harinya. Ellie terduduk di sudut sambil memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang hanya tinggal tulang berbalut kulit saja. Entah sudah berapa lama dia terkurung di ruangan ini. Ingatannya sudah mulai memudar, dan dia juga telah menjadi tua, keriput, jelek, kurus dan lemah. Namun semua itu tidak lagi mengganggu Ellie. Hanya ada sesuatu yang masih lekat dalam memorinya, dia adalah Gustav, kekasih hatinya, orang yang paling dia cintai seumur hidupnya. Saat ini dirinya tidak lagi meratapi serta menyesali perbuatannya yang telah merugikan banyak pihak, dia sudah menerima hukumannya dengan ikhlas. Tetapi, hatinya lebih sering didera kerinduan, serta kesepian yang teramat sangat terhadap Gustav kekasihnya. Terakhir kali dia menatap wajah kekasihnya adalah ketika dirinya digiring seperti

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   116. Mother Of Vampire

    Setelah terungkapnya tragedi pembunuhan berantai di Kastil Cachtice, beredar desas-desus mengenai sisi lain dari sang putri yang diberi julukan Blood Countess De Ecsed. Cerita bergulir bagaikan bola liar yang panas, menghubungkan praktek pembunuhan tersebut dengan ritual satanisme yang di anut oleh sang putri berdarah. Rakyat dicekam rasa takut akan adanya semacam sekte atau aliran satanisme yang membutuhkan tumbal atau persembahan berupa darah gadis perawan yang mungkin masih berjalan di suatu tempat di sekitar mereka. Gosip dan desas-desus terus berseliweran diantara para rakyat untuk waktu yang cukup lama. Kondisi tidak serta merta menjadi normal lagi seperti sediakala setelah keputusan dan hukuman dijatuhkan terhadap putri berdarah dan pengikutnya. "Sebaiknya, selepas senja, tidak boleh ada seorang gadispun yang boleh berkeliaran di luar rumah. Mungkin saja arwah Blood Countess de Ecsed masih bergentayangan mencari korban." Sekelompo

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   115. Persidangan Tertutup, tahun 1611

    Para tersangka duduk diam menunduk di hadapan Raja Matyas. Sebelumnya, Raja Matyas telah mendengarkan keterangan dari para saksi dalam pertemuan terpisah, juga mempelajari semua laporan yang disusun oleh Gyorgy, Lorant dan Arpad. Tidak ada keramaian dalam persidangan ini, hanya para tersangka, Gyorgy, Arpad, Lorant, beberapa mentri, serta hakim yang akan memberikan pertimbangan hukuman bagi para tersangka yang sesungguhnya telah diputuskan pada pertemuan tertutup sebelumnya. Elizabeth Bathory dan Klara sebagai tersangka utama tidak dihadirkan dalam persidangan dengan berbagai pertimbangan. Bagaimanapun, persidangan secara terbuka bagi keluarga kerajaan akan sangat memalukan, mengingat garis keturunan serta hubungan kekerabatan dengan kerajaan-kerajaan lain, juga mengingat jasa-jasa kepahlawanan suami tersangka utama pada kerajaan menjadi faktor penting dalam menjaga hubungan baik, maka mereka tidak akan pernah melakukan persidangan terbuka untuknya. Memperkara

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   114. Pertemuan Tertutup

    Sambil menarik nafas sejenak, Pendeta Luthern Istvan Magyari melanjutkan laporannya kepada Raja Matyas, “….karena jumlahnya semakin banyak, aku mencurigai bahwa meninggalnya mereka bukanlah sesuatu yang wajar, Tuanku. Sehingga aku menolak untuk memberikan penghormatan terakhir bagi mereka yang meninggal tersebut. Tetapi kalau pada akhirnya mereka membuang mayat-mayat tersebut di sembarang tempat begitu saja, aku sungguh tidak mengetahuinya.” Pendeta Luthern Istvan Magyari mengakhiri laporannya, di hadapannya Raja Matyas terpaku bisu setelah mendengar penjelasan tersebut. Bayangan mayat-mayat bergelimpangan di semak-semak, di dalam hutan, maupun di tempat-tempat pembuangan, membuatnya merasa sangat terpukul. Dia sering berada di medan tempur untuk berjuang membela negara, melibas musuh-musuhnya tanpa ampun, namun di dalam area pemerintahannya sendiri, telah terjadi praktek pembunuhan yang kejam dan berjalan sudah cukup lama tanpa diketahui. Hal ini seperti sebu

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   113. Sebuah Kesadaran

    Gustav sedang berada di taman yang dipenuhi bunga-bunga, dia duduk tersenyum menatap istri dan putri ciliknya yang memiliki wajah bercahaya, sedang bermain mengejar kupu-kupu yang menarik perhatian dengan warnanya yang rupawan. Ellie begitu cantik, muda dan mempesona. Putri mereka tidak berhenti tertawa mengejar kupu-kupu, tiba-tiba saja seekor burung gagak menyerang putri mereka hingga tersungkur jatuh. Wajah putri mereka yang bercahaya beradu dengan tanah, membuat dia menangis. Gustav yang kaget segera hendak menolong, namun istrinya yang cantik mendadak berubah menjadi monster yang mengerikan. Wajahnya menjadi sangat pucat dengan taring yang semakin memanjang. Tatapan matanya nanar tertuju pada burung gagak tersebut, lalu secepat kilat menyambar burung gagak dan melumatnya dengan buas, membuat wajahnya berlumuran dengan darah segar. Putri mereka yang sudah bangkit dan melihat ibunya melakukan sesuatu yang sangat mengerikan dengan waja

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   112. Mimpi Benca

    Lorant memperhatikan kening Benca yang berkedut serta sudut mata yang sedikit mengerut, seperti sedang gelisah. Lorant masih menggenggam jemari Lovisa untuk memberinya kekuatan, sementara kondisi Benca membuatnya hawatir, jadi dia mengulurkan sebelah tangannya untuk mengelus kening Benca agar bisa lebih tenang. Saat itu, Arpad datang sambil membawa roti dan air untuk diberikan kepada Lorant. Dia juga melihat wajah Benca yang gelisah. Sepertinya Benca sedang memimpikan sesuatu di dalam bawah sadarnya. Arpad dan Lorant saling memandang. Lorant meminta Arpad untuk duduk di dekatnya dan menggenggam jemari Benca, sementara dirinya tetap berada di dekat Lovisa. Dengan sebelah tangannya yang tadi mengelus Benca, Lorant mengambil roti dan mulai mengisi perutnya yang kosong sejak lama. Rasanya, makanan terakhir yang masuk ke tubuhnya adalah kemarin saat mereka baru saja selesai dari penyelidikkan di rumah pohon milik Gustav. Setelah itu, mereka langsung marathon melaku

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   111. Aku, Kamu, dan Cinta Kita

    Gustav memasuki rumahnya dengan gontai. Rasanya, seluruh jiwa raganya berada terpisah di dunia masing-masing, tidak saling terhubung satu sama lain. Gustav memasuki ruang kerja, mengambil sebuah lukisan dalam bingkai kecil yang berada dalam laci mejanya, lalu memandang lekat-lekat lukisan versi mini antara dirinya dengan Ellie, satu-satunya wanita yang telah membuat hatinya terjerat dan tidak mampu berpaling. Lintasan-lintasan peristiwa berseliweran di kepalanya bagaikan sebuah film yang diputar secara otomatis. Segalanya tampak baru terjadi kemarin, padahal waktu telah membawa mereka pada usia senja. "Ellie, sayangku. Sampai kapanpun, aku akan tetap mencintaimu. Bila dunia memutuskan bahwa dirimu bersalah, maka aku harus bisa menerima dengan ikhlas segala keputusan yang akan diberikan. Kalau saja boleh, aku ingin menggantikan posisimu saat dipersidangan. Karena aku pasti tidak akan kuat melihatmu diadili."

DMCA.com Protection Status