Perlahan-lahan Niken membuka matanya. Cewek itu mulai tersadar, namun tubuhnya masih terlihat lemas. Ia melihat Rama berdiri di sampingnya. Namun dia tak berkata apa-apa. Bibirnya nampak pucat.
"Syukurlah kau sudah sadar," kata Rama. Suaranya terdengar lembut.
Cewek itu masih tak bergeming. Pandangannya kosong menatap langit-langit kamar. Lalu perlahan mata bening itu menitikkan airmata. Niken menangis. Rama sedih melihatnya. Dia melihat bening itu terus membasahi pipinya. Sesaat kedua bola matanya yang sembab itu melirik ke arah Rama. Seolah tatapan itu mengharapkan sebuah pertolongan.
"Kau harus segera sembuh, Niken," Hanya itu kalimat yang bisa Rama ucapkan. Sesaat Rama kemudian terdiam. Ruangan itu jadi hening. Tak ada yang bicara.
Tiba-tiba suasana hening itu dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Seorang dokter masuk. Dokter itu kemudian menyuruh Rama dan Anita keluar. D
Rama penasaran. Ia mengejar Anita menuju sebuah taman di sebelah ruangan paviliun rumah sakit. Anita tahu, cowok itu pasti akan menanyakan siapa orangnya.Di taman itu, Anita melihat seorang bocah sedang bermain mengejar kupu-kupu. Dia ditemani seorang pria. Betapa bahagianya anak itu. Anita merasa iri melihatnya. Sejak kecil dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Kedua orangtuanya bercerai. Itulah sebabnya dia merasa bertanggungjawab terhadap keluarganya. Lebih-lebih ketika Niken mendadak mengidap serangan jantung."Kau masih belum menjawab pertanyaanku," kata Rama mengejutkan lamunannya."Aku kira kau sudah tahu siapa orangnya, Rama," sahut Anita. "Sebelum aku mengenalmu, Niken sering bercerita banyak tentang dirimu."Rama hanya menatap cewek itu. Semakin tidak mengerti arah pembicaraannya. Sesekali dia menghela napas."Seharusnya kau
Di depan ruang ICU itu Rama terkejut. Dia melihat beberapa teman kuliahnya ada disana. Termasuk juga Lastri. Mereka terlihat sibuk. Ada apa dengan Niken? Rama membuang pikiran buruknya jauh-jauh. Dia tak ingin terjadi sesuatu dengan cewek itu."Happy Birthday to You, Happy Birthday to You, Happy Birthday Dear.... Happy Birthday to You...."Lantunan lagu itu terdengar menggema. Rama terkejut. Dia melihat Niken masih terbaring disana. Siapa yang berulang tahun? Rama menghentikan langkahnya, berdiri di ambang pintu.Dari balik tirai jendela ruangan itu, Rama melihat cewek itu tersenyum. Tiba-tiba Rama terkejut, sebuah tangan menarik pundaknya. Lastri. "Masuklah, dia menunggumu," katanya.Rama diam, merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya. Perlahan dia kemudian melangkahkan kakinya. Sambil memegang kue tar, Rama mendekati Niken yang sedang terbaring. Sementara lagu Happy Birthday to You  
Siang itu tidak seperti biasanya. Cuaca panas membuat Nyonya Marni merasa gerah. Dia melihat sepeda motor Rama masih terparkir di garasinya. Entah mengapa hari ini dia tidak masuk kuliah. Perempuan setengah baya itu mencarinya di kamar. Namun Nyoya Marni tidak menemukan siapa-siapa. Dia hanya melihat kamar Rama yang acak-acakan.Perempuan itu kemudian keluar. Menuju ke samping rumah. Disana, Nyonya Marni melihat Rama sedang duduk di tepi kolam."Rama..."Cowok itu hanya menoleh. Seraya menabur sentrat, cowok itu tidak menggubris kedatangan mamanya. "Hari ini kau tidak kuliah kenapa?" tanya Mamanya."Tidak apa-apa, Ma. Hanya malas saja," sahutnya.Mendengar jawaban itu, Nyonya Marni hanya memandangi anak semata wayangnya. Tidak biasanya dia menjadi anak pemurung. Sejak sepeninggal ayahnya, Rama menjadi anak yang manja. Apalagi dia hanya anak satu-satunya.Nyonya Mar
Rama hanya menggeliat saat mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Ia sudah tahu siapa yang mengetuknya. Mama. Ya, dia pasti Mamanya. Cowok itu tak menggubrisnya. Dia membungkus kembali tubuhnya dengan kain selimut. Lalu kembali mendengkur."Rama, buka pintunya," suara Mamanya kembali berteriak dari luar kamar. Namun panggilan itu tak mendapatkan jawaban. "Ini sudah jam delapan. Kau pasti akan terlambat jika tak segera bangun,"Mendengar teriakan itu, Rama tersentak. Sudah jam delapan. Lamat-lamat telinganya mendengar kalimat itu. Matanya lalu melirik jam weker di atas meja. Benar saja. Jarum pendeknya menunjuk angka delapan kurang sepuluh menit. Cowok itu kemudian beranjak dan meloncat dari atas springbednya. Dia sadar jam delapan Rama harus berada di kampusnya."Ya, Ma," sahut cowok itu langsung menyambar kain handuk di rak stainless. Tidak kurang dari lima menit, dia kemudian keluar dari kamar mandi. Lalu
Langkah Rama terhenti ketika ada seseorang yang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang. Feri sedang berlarian menghampirinya. "Gimana Rama, jadi dengan rencana kita?" tanyanya. Napasnya sedikit ngos-ngosan."Rancana yang mana?" tanya Rama balik tanya.Rama dan teman-temannya memang mempunyai rencana untuk melakukan camping di gunung Semeru. Rencana itu memang sudah lama. Namun selalu gagal karena banyak kegiatan di kampusnya. "Apa tidak berbahaya kita memilih tempat itu," kata Feri.Bukit Tanjakan Cinta memang cukup menantang. Namun tempat itu sudah disepakati bersama. Mereka tidak bisa merubah dengan menggantikan lokasi lainnya tanpa melalui kesepakatan bersama.Ya, Bukit Tanjakan Cinta, sebuah bukit yang berada di dekat Ranu Kumbolo dan Oro-Oro Ombo. Konon, untuk menuju bukit itu, mereka harus melalui sebuah jalan setapak. Saat mendaki bukit itu, mereka dilarang menoleh ke be
Rama terkejut begitu mendengar suara teriakan. Begitu juga dengan Tedy, Bando dan Feri. Suara teriakan itu berasal dari tenda sebelah. Mereka saling pandang. Sementara jam sudah menunjuk angka delapan. Malam di luar gelap gulita. Hujan deras baru saja reda.Begitu mendengar teriakan itu Rama langsung meloncat. Ia ingin memastikan suara teriakan itu apa benar dari tenda sebelah. Melihat Rama keluar tenda, yang lain pun turut mengikutinya dari belakang.Di dalam tenda itu, Rama melihat Lastri sedang menangis. Gadis itu duduk sambil memeluk kedua lututnya. Sedangkan mahasiswa lainnya masih tertidur pulas. Rupanya mereka kecapaian akibat menempuh perjalanan yang cukup jauh. Sehingga tidak mendengar suara jeritan Lastri."Ada apa, Lastri?" suara Rama terdengar panik. Dia langsung menghampiri gadis itu yang masih terisak menangis.Lastri terdiam. Ia terlihat seperti orang ketakutan.
Dari balik sorotan cahaya itu, Rama melihat dua orang sedang berjalan. Mereka menyusuri di antara kelebatan pepohonan. Nampaknya, mereka sedang menuju ke tempat perkemahan Rama dan kawan-kawannya."Apa kalian tahu ini kawasan larangan?" ujar salah satu dari mereka. Melihat dari baju yang dipakainya, kedua orang itu sepertinya petugas pos jaga gunung Semeru.Rama dan kawan-kawannya hanya diam. Sementara kedua orang itu memandangi mereka satu persatu."Kami baru saja datang, Pak. Setelah itu terjadi hujan lebat, sehingga kita tidak sempat meminta ijin," sahut Rama memberanikan diri."Kalian tahu kawasan ini kan? Kami tidak ingin terjadi apa-apa. Sehingga kita nanti yang akan menanggung resiko," kata petugas itu yang mengaku bernama Misbah. Pria itu menatap Rama yang berdiri tak jauh darinya.Benar, daerah itu memang termasuk kawasan larangan. Rama sendiri seringkali mendengar banyak pendaki yang hilan
Rama tidak menyangka betapa indahnya puncak Mahameru. Dia benar-benar merasa takjub. Panorama keindahan alamnya membawa daya tarik tersendiri. Tak heran, jika selama ini banyak pendaki yang ngiler ingin menaiki gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl itu.Embun pagi masih menetes. Udaranya yang segar membuat cowok itu merasa betah duduk berlama-lama di tepian danau Kumboro. Dia tidak menyadari kehadiran Niken yang sedari tadi sudah berdiri di dekatnya."Apa kita tetap melanjutkan mendaki bukit itu, Rama," tanya Niken.Cowok itu menoleh. Dia sedikit terkejut ketika melihat kehadiran cewek itu yang datang secara tiba-tiba. "Kenapa tidak? Itu tujuan kita datang kemari," sahutnya.Rama kembali menikmati keindahan alam danau Kumboro. Dia melempar sebuah batu krikil ke tepian danau. Lemparan itu menimbulkan riak kecil yang membentuk sebuah lingkaran. "