Sejak dulu anak-anak sering bergosip jika rumah gedong yang kelihatan jarang ditempati adalah rumahnya setan dan jin.
"Jadi serius lo kerja buat ngasih makan kucing?" Bang Nugie memastikan lagi."Ya, Bang! Orang kaya super sibuk jarang di rumah apa lagi buat ngasih makan kucing. Aku cuma diberi tugas ngasih makan kucingnya dua kali sehari jam tujuh pagi dan jam empat sore."Bang Nugie baru agak percaya jika adiknya benar-benar mau bekerja, padahal biasanya disuruh bantu mengerjakan tugas rumah saja dia harus diomelin dulu."Memangnya untuk apa kau mau kerja jadi pengasuh kucing segala?""Bulan depan Jerfy ulang tahun, duitku masih kurang buat beliin dia kado.""Sayang betul kau sama anak manja itu, abangmu saja belum pernah kau belikan kado!""Nanti kalau aku sudah gajian kado buat Bang Nugie aku rapel!""Hiss!" desis Bang Nugie. "Memang berapa gaji pengasuh kucing sudah sombong banget!""Percaya gak Bang?" Alex sudag berdiri menegakkan bahunya jambil menjentikkan tiga jari. "Gajinya tiga juta sebulan!""Ah, paling juga tiga ratus ribu kamu salah dengar!" Bang Nugie gak percaya sama sekali, dia malah mengibaskan tangan."Aku serius, lihat saja kalau nanti aku gajian bakal kupamerin!"Alex segera kabur keluar mengambil sepedah yang juga langsung dia ayun keluar gang. Rumah Alex kebetulan agak masuk gang sempit di area rumah kampung yang juga bersebalehan dengan kawasan hunia elite tempatnya akan bekerja sebagai pengasuh kucing. Pekerjaan aneh tapi nyata, Alex terus tersenyum berbunga-bunga sambil mengayuh sepedahnya.Usia Alex sekarang sudah hampir tujuh belas tahun tapi Bang Nugie masih belum mengijinkan adik perempuannya naik mator, jadi kemana-mana dalam jarak dekat Alex masih mengunakan spedah merah cabe yang juga sudah setia dia pakai sejak jaman SD. Alex tidak pernah malu walaupun semua teman seusianya rata-rata sudah punya motor sendiri. Untuk pergi ke sekolah biasanya Alex diantar jemput Jefry, meski sekarang mereka beda sekolah Jefry tetap setia.Ketika mulai melewati rumah-rumah gedong berpagar tinggi di sebrang pemukiman kampungnya itu, Alex sempat berhayal bagaiman jika sutu hari nanti dia juga bisa tinggal di rumah seperti itu. Baru juga Alex berhayal indah tiba-tiba seekor anjing mengonggong padanya dari dalam pagar."Uh! menggangu saja kau!" kesal Alex balas memelototi anjing herder galak yang sudah meringis padanya.
"Anjing saja bisa tinggal di rumah gedong masak aku tidak bisa." Alex mengayuh sepedahnya sambil mengacungkan jari tengah pada anjing galak yang masih terus menggonggong padanya.Sampailah Alex di depan rumah gedong paling besar yang dari pagarnya saja sudah kelihatan paling mewah. Alex juga tidak pernah melihat siapa penghuni rumah tersebut. Dulu waktu Alex masih anak-anak dan masih suka main hujan-hujanan dia juga sering berteduh di depan pintu gerbang rumah itu jika sudah menggigil kedinginan dan sedang takut petir. Dari sejak Alex masih suka ikutan anak laki-laki bermain gundu samapi sekarang dia bisa membedakan anak laki-laki ganteng, Alex belum pernah sekalipun melihat pintu gerbang baja itu terbuka.Alex menyandarkan sepedah merahnya di dekat pagar dan berdoa semoga tidak mengganggu. Karena walaupun tidak menghalangi jalan siapapun tapi sepedah jelek itu nampak tidak cocok berada di sana dan sangat mengganggu pemandangan. Alex sempat ragu untuk memencet bel di tiang pagar. Padahal dulu waktu masih anak-anak dia sering iseng memencet bel di rumah-rumah gedong yang gerbangnya jarang terbuka dan berlari terbirit-birit setelahnya karena takut dikejar setan. Alex memencet bel dan seorang satpam langsung mebukan pintu gerbang kecil di bagian samping. "Hai Pak!" sapa Alex pada Pak Sarif.Alex kenal dengan satpam yang bekerja di rumah mewah itu, anak perempuannya teman bermain Alex sejak SD. Sama-sama anak kampung memang biasa bermain bersama meski tinggal di kampung sebrang jalan. Sekarang mereka juga masih satu sekolah meski tidak satu kelas. "Alex!" Bapak-bapak itu juga langsung mengenali Alex. "Aku mau kerja Pak, buat ngasih makan kucing.""Oh, jadi kamu yang kerja?" Pak Sarif lan
"Dasar kucing sultan, kamarpun sampai bersebelahan dengan tuan rumah," gumam Alex setelah ditinggal sendiri. Nama kucingnya Moci, kucing betina jenis persia berambut panjang. Alex pikir laki-laki akan lebih suka memelihara jenis kucing bengal yang lorengnya maskulin. Moci memang jenis kucing manja yang memerlukan perawatan khusus dan harus selalu berada di ruang ber AC supaya bulunya tidak rontok. "Pus ... pus ... " Alex mendekatinya pelan-pelan tapi untung kucingnya sangat jinak mengemaskan karena langsung mau bergelung di lengan Alex. "Pasti Bocil akan senang jika kukenalkan denganmu." Bisa Alex bayangkan bakal secantik apa kucing kaya itu di mata Bocil kucingnya Bang Nugie yang biasanya cuma bergaul dengan betina kampung. Alex segera menyiapkan makan Moci karena masih harus buru-buru ke sekolah. Alex menimbang makanannya dan memperhatikan baik-baik makanan yang mana boleh di makan hari Senin. Alex juga memberi vitamin dan memastikan kucing itu makan sesuai takaran sampai habis b
"Apa tadi pengurus kucingnya datang?" "Ya, Pak," jawab Pak Sarif pada tuannya yang baru pulang hampir larut malam. "Bagaimana kerjanya?" "Dia datang tepat waktu." Pak Sarif tahu jika tuannya paling tidak suka dengan orang yang tidak disiplin. "Bagus." "Alex teman anak saya Pak." "Oh." Pria tampan itu sempat terkejut tapi tidak bertanya Alex laki-laki atau perempuan karena Haris pikir Alex adalah laki-laki yang kemarin berada di foto bareng kucingnya. "Tadi Alex meninggalkan pesan di atas meja.""Ya, terimakasih, kau bisa pulang Pak ini sudah malam." Biasanya Pak Sarif memang baru pulang setelah tuanya tiba. Kecuali jika rumah itu kosong barulah pak Sarif menginap, kadang anak dan istrinya juga ikut menginap. Rumah sebesar itu memang hanya dijaga oleh Pak Sarif dan keluarganya, kecuali untuk perawatan taman ada petugas khusus yang datang seminggu dua kali. Haris memungut kertas diatas meja yang tadi siang ditinggalkan Alex, pria itu tersenyum ketika membaca tulisan Alex karena
"Kakimu sudah sembuh?" tanya pak Sarif keesokan paginya ketika Alex kembali datang. "Sudah mendingan Pak." Pagi ini Alex juga harus kembali membawa kucingnya pulang karena proses kawinya sudah berhasil. Tadi pagi Pak. Haris juga kembali mengirim video kucing mereka yang kembali kawin menjelang pagi. "Tadi Pak Haris meninggalkan amplop untukmu di atas meja." "Ya, Pak," Jawab Alex karena masih belum tahu amplop apa. Alex juga baru ingat untuk mengambil amplopnya setelah dia selesai mengurus Moci dan mau pulang membawa Bocil. Alex terkejut melihat Amplop tebal yang ditingalkan di atas meja. Ketika Alex membukanya ternyata berisi lembaran uang seratus ribuan yang jumlahnya juga tidak sedikit. [Pak saya tidak bisa menerima amplopnya] tulis Alex. [Terima saja, itu ucapan terima kasihku untuk yang tadi malam] Tidak tahu kenapa Alex malah merinding, karena seolah dia yang baru memberi pelayanan memuaskan dan mendapat imbalan. [Ini terlalu banyak Pak aku tidak bisa] [Tidak apa-apa, ku
Sore itu Alex bermain dengan Moci di taman sekitar rumah. Dengan iseng Alex menguncir bulu lebat Moci dengan pita kecil yang Alex cabut dari ikat rambutnya."Kucing mahal memang lebih cantik!" Alex memperhatikan hasil pekerjaannya kemudian mengambil beberapa foto untuk dia pasang sebagai wallpaper di ponsel."Nanti akan kutunjukkan pada Bocil, pasti dia suka." Sebenarnya bukan hal yang aneh jika pencinta kucing sering mengajak kucingnya bicara layaknya manusia."Kau suka juga dengan Bocil?" tanya Alex sambil menggaruk sebentar leher lembut Moci yang bermanja di lenganya. "Mungkin nanti kau akan hamil anaknya." Kali ini Alex mengelus perut Moci."Alex, bapak pergi dulu, ya!" Pak Sarif menghampiri Alex yang masih bermain di samping kolam. "Nanti kalau keluar tutup saja gerbangnya.""Ya, Pak." Alex mengangguk.Biasanya tiap sore pak Sarif memang pulang sebentar untuk mengantarkan istrinya pergi ke pasar. Alex sudah diberi tahu kode untuk menutup dan membuka pintu gerbang jika di tinggal s
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.