Bang Nugie memang agak nyebelin, gak pernah mau mengakuin kalau adiknya sudah gede. Masalah sepele itu juga yang sering membuat mereka ribut di rumah.
"Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi.Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Alex harus membuang kotoranya setiap pagi dan memberi makan tiga kali sehari. Itu pun Alex juga masih kena omel kalau kebanyakan posri makannya.Setelah hampir satu jam gulang-guling di atas kasur akhirnya Alex mau turun juga dari tempat tidurnya. Alex pergi cuci muka, gosok, gigi, tanpa mandi dulu karena harus langsung buru-buru turun, dia ingat harus memberi makan kucing kesayangannya Bang Nugie.Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari anak tangga."Sabar, aku saja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing yang kebetulan juga sedang susah dibuka."Aduh, kebanyakan!" Tapi sudah terlajur tumpah, Bang Nugie memang gak bakalan lihat, jadi Alex abaikan karena paling nanti sore abangnya baru pulang."Ingat harus cukup sampai makan siang!" Alex menjentikkan jari untuk mengingatkan kucing pesek yang sudah mulai belekan karena sudah satu minggu belum mandi.Setelah melihat kucing Bang Nugie makan, ternyata perut Alex juga jadi keroncongan ikuta lapar. Alex cepat-cepat pergi ke dapur untuk mencari makanan dan ternyata nihil. Tempat nasi kering dan isi kulkas kosong tingal seikat sayur bayam sementara Alex tidak bisa masak."Nah, kan! kucing saja disiapin makanan enak, masak adiknya yang cantik malah ditelantarkan."Sudah satu minggu Alex tinggal berdua sama Bang Nugie karena mamanya sedang di rumah nenek mereka yang lagi sakit. Papa Alex sudah meninggal sejak Alex masih berumur lima tahun, selama ini mereka cuma tinggal bertiga. Dulu mama Alex jualan makanan dan sekarang Bang Nugie yang menjadi tulang punggung keluarga dengan mengubah warteg mereka menjadi bengkel motor.Bang Nugie pilih buka bengkel motor karena dulu juga cuma sekolah sampai lulus STM, hobinya mengotak atik mesin motor dan mengelap spion. Sudah lima tahun ini Bang Nugie mengelola benkel motornya sendiri, penghasilanya cukup untuk kebutuhan keluarga mereka meski paspasan. Karena penghasilanya pas-pasan konon katanya Bang Nugie juga takut untuk menikah meski sekarang umurnya sudah kepala tiga. Padahal Bang Nugie ganteng banyak yang mau tapi takut belum bisa memenuhi kebutuhan anak istri.Alex kembali naik ke kamarnya untuk mencari HP-nya sambil terus ngomel-ngomel karena tidak tahu harus makan apa."Bang aku makan apa?" Alex menelpon abangnya."Abang lupa nanti Abang pesanin makanan.""Siapa yang bayar?" Alex sudah mulai kritis kalau sudah urusan duit."Pakai uangmu dulu.""Aku gak punya uang, Bang.""Pakai uang simpananmu dulu yang di celengan, Abang sudah di jalan, tadi benar-benar lupa.""Masak mau sarapan aja aku disuruh buka uang celengan!""Paling cuma dua puluh ribu."Dua puluh ribu sedang sangat berarti buat Alex yang lagi mengumpulkan uang untuk membeli hadiah ulang tahun buat Jefry. Jefry adalah cowoknya Alex, mereka sudah resmi jadian sejak kelas tiga SMP. Satu bulan lagi Jefry ulang tahun yang ke delapan belas, tapi uang Alex hasil ngumpulin sisa uang saku masih kurang untuk membelikan jam tangan cowoknya.Alex sudah niat banget harus beliin jam tangan karena Jefry anaknya juga super telat kalau dikasih tugas buat antar jemput ke mana-mana. Masalahnya uang Alex masih tidak cukup jika untuk membeli jam tangan. Uang ratusan ribu rasanya juga berat untuk anak SMA yang cuma mengandalkan sisa uang saku paspasan.Karena untuk membayar sarapan yang dipesan Bang Nugie uang Alex jadi berkurang lagi masuk perut. Sepertinya Alex memang harus mendengarkan saran Mira untuk mencari pekerjaan. Kemarin Mira sudah menawarkan pekerjaan guru les menulis dan berhitung untuk anak lima tahun tetangga Mira yang mau masuk SD. Tapi Alex tidak mau karena tahu ibunya cerewet, suaminya saja sering diomelin sampai suaranya melengking di halaman. Bisa gagar otak kalau Alex kerja ngajari anaknya yang juga hiperaktif suka nginjak-injak pot bungan tetangga.Setelah makan dan mandi, Alex buru-buru mencarai info lowongan pekerjaan di grup media sosial. Alex coba mencari lowongan guru les untuk anak-anak atau mungkin kurir. Alex punya sepedah dia bisa kalau cuma menjadi kurir jarak dekat. Pokoknya pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan sambil sekolah karena Alex juga baru kelas dua SMU.Alex baru membuka barisa postingan dari anggota grup di market place tapi langsung nyengir begitu melihat rata-rata postingan menyertakan usia minimal dan maksimal. Sampai kemudian Alex melihat judul postingan 'DICARI PENGASUH KUCING'. Baru kali ini Alex mendengar ada orang mencari pengasuh kucing. Alex segera membaca postingan singkat tersebut sampai habis.[Dibutuhkan pengasuh kucing yang bisa datang ke rumah setiap pagi dan sore untuk memberi makan seekor kucing. Saya sangat sibuk dan sering tidak ada di rumah. Diutamankan yang juga memiliki peliharaan kucing, jadi tahu tentang kucing dan kebiasaannya. Usia bebas, asal jangan di bawah umur. Bagi yang berminat silahkan hubungi nomor berikut]Sebuah kontak telepon ikut disertakan di baris terakhir postingan tersebut.Alex pikir mengurus kucing bukan pekerjaan sulit dan orang akan percaya jika dia mengaku berumur sembilan belas tahun. Alex melihat postingannya masih sepi, tidak ada komentar. Mungkin tidak ada yang berminat jadi pengurus kucing karena mungkin orang juga langsung berpikir jika pengasuh kucing paling gajinya tidak seberapa, tidak akan ada orang dewasa yang mau menerima pekerjaan seperti itu. Tapi uang yang Alex butuhkan sebenarnya juga tidak seberapa, gaji dari mengurus kucing juga sudah cukup untuk mebeli jam tangan.Buru-buru Alex menyimpan nomor telepon tersebut dan langsung mengetik pesan.[Saya tertarik dengan pekerjaan pengasuh kucing yang Anda tawarkan di grup market place]Ternyata pesan Alex juga langsung dibalas.[Apa Anda juga memelihara kucing di rumah?][Ya][Bisa kirim foto kucingmu sebagai bukti?]Alex langsung mengirim foto Bang Nugie dan kucingnya karena kebetulan foto tersebut yang sudah ada di galeri.[Apa kau bisa datang jam tujuh pagi dan empat sore untuk memberi makan kucing?][Di mana alamatnya?]Sebuah alamat rumah di kawasan elite lengkap dengan nomornya di kirim ke kotak pesan Alex.[Tidak jauh dari rumahku, aku bisa]Alex langsung bersemangat sampai lupa menanyakan berapa gajinya. Kebetulan dia masuk sekolah agak siang dan pulang jam tiga sore masih sempat, Alex juga bisa ke sana dengan bersepedah karena tidak jauh.[Gajinya tiga juta sebulan, akan kuberi bonus jika kerjamu bagus]'Wah!' Alex terkejut ada pengasuh kucing digaji tiga juta sebulan cuma untuk memberi makan dua kali sehari.[Ya, kapan aku bisa mulai bekerja?][Besok][Siap!] Alex menyertai pesanya dengan emoji hormat bendera.[Siapa namamu?][Alex][Haris][Terima kasih Pak. Haris]"Tumben sudah bangun pagi-pagi?" heran Bang Nugie melihat adik perempuanya mau bangun pagi, sudah mandi, dan segar. Padahal kalau sekolahnya masuk siang biasanya jam begini Alex masih pilih meluk guling. "Sekarang Alex punya pekerjaan Bang." Alex bicara sambil mengikat tali sepatu di depan undakan pintu. "Pekerjaan apa?" Bang Nugie menyesap kopinya di kursi teras."Ngasih makan kucing tapi digaji!" "Siapa mau gaji orang cuma ngasih makan kucing?" Bang nugie menahan tawa sepele sambil menelan sisa kopinya."Yang jelas bukan Abang!" ketus Alex sekalian nyindir abangnya.Bang Nugie cuma mengerutkan dahi tidak percaya, tapi kelihatanya Alex serius karena mamang tidak biasanya dia mau bangun pagi kayak gini. "Di mana kerjanya?" iseng Bang Nugie meski masih tidak terlalu yakin. "Di rumah gedong paling gede yang dekat pos satpan itu, Bang." "Memang itu rumah ada penghuninya?" Setahu mereka memang pintu gerbangnya jarang dibuka, rumahnya sangat besar, bahkan mungkin yang paling besar di
Alex menyandarkan sepedah merahnya di dekat pagar dan berdoa semoga tidak mengganggu. Karena walaupun tidak menghalangi jalan siapapun tapi sepedah jelek itu nampak tidak cocok berada di sana dan sangat mengganggu pemandangan. Alex sempat ragu untuk memencet bel di tiang pagar. Padahal dulu waktu masih anak-anak dia sering iseng memencet bel di rumah-rumah gedong yang gerbangnya jarang terbuka dan berlari terbirit-birit setelahnya karena takut dikejar setan. Alex memencet bel dan seorang satpam langsung mebukan pintu gerbang kecil di bagian samping. "Hai Pak!" sapa Alex pada Pak Sarif.Alex kenal dengan satpam yang bekerja di rumah mewah itu, anak perempuannya teman bermain Alex sejak SD. Sama-sama anak kampung memang biasa bermain bersama meski tinggal di kampung sebrang jalan. Sekarang mereka juga masih satu sekolah meski tidak satu kelas. "Alex!" Bapak-bapak itu juga langsung mengenali Alex. "Aku mau kerja Pak, buat ngasih makan kucing.""Oh, jadi kamu yang kerja?" Pak Sarif lan
"Dasar kucing sultan, kamarpun sampai bersebelahan dengan tuan rumah," gumam Alex setelah ditinggal sendiri. Nama kucingnya Moci, kucing betina jenis persia berambut panjang. Alex pikir laki-laki akan lebih suka memelihara jenis kucing bengal yang lorengnya maskulin. Moci memang jenis kucing manja yang memerlukan perawatan khusus dan harus selalu berada di ruang ber AC supaya bulunya tidak rontok. "Pus ... pus ... " Alex mendekatinya pelan-pelan tapi untung kucingnya sangat jinak mengemaskan karena langsung mau bergelung di lengan Alex. "Pasti Bocil akan senang jika kukenalkan denganmu." Bisa Alex bayangkan bakal secantik apa kucing kaya itu di mata Bocil kucingnya Bang Nugie yang biasanya cuma bergaul dengan betina kampung. Alex segera menyiapkan makan Moci karena masih harus buru-buru ke sekolah. Alex menimbang makanannya dan memperhatikan baik-baik makanan yang mana boleh di makan hari Senin. Alex juga memberi vitamin dan memastikan kucing itu makan sesuai takaran sampai habis b
"Apa tadi pengurus kucingnya datang?" "Ya, Pak," jawab Pak Sarif pada tuannya yang baru pulang hampir larut malam. "Bagaimana kerjanya?" "Dia datang tepat waktu." Pak Sarif tahu jika tuannya paling tidak suka dengan orang yang tidak disiplin. "Bagus." "Alex teman anak saya Pak." "Oh." Pria tampan itu sempat terkejut tapi tidak bertanya Alex laki-laki atau perempuan karena Haris pikir Alex adalah laki-laki yang kemarin berada di foto bareng kucingnya. "Tadi Alex meninggalkan pesan di atas meja.""Ya, terimakasih, kau bisa pulang Pak ini sudah malam." Biasanya Pak Sarif memang baru pulang setelah tuanya tiba. Kecuali jika rumah itu kosong barulah pak Sarif menginap, kadang anak dan istrinya juga ikut menginap. Rumah sebesar itu memang hanya dijaga oleh Pak Sarif dan keluarganya, kecuali untuk perawatan taman ada petugas khusus yang datang seminggu dua kali. Haris memungut kertas diatas meja yang tadi siang ditinggalkan Alex, pria itu tersenyum ketika membaca tulisan Alex karena
"Kakimu sudah sembuh?" tanya pak Sarif keesokan paginya ketika Alex kembali datang. "Sudah mendingan Pak." Pagi ini Alex juga harus kembali membawa kucingnya pulang karena proses kawinya sudah berhasil. Tadi pagi Pak. Haris juga kembali mengirim video kucing mereka yang kembali kawin menjelang pagi. "Tadi Pak Haris meninggalkan amplop untukmu di atas meja." "Ya, Pak," Jawab Alex karena masih belum tahu amplop apa. Alex juga baru ingat untuk mengambil amplopnya setelah dia selesai mengurus Moci dan mau pulang membawa Bocil. Alex terkejut melihat Amplop tebal yang ditingalkan di atas meja. Ketika Alex membukanya ternyata berisi lembaran uang seratus ribuan yang jumlahnya juga tidak sedikit. [Pak saya tidak bisa menerima amplopnya] tulis Alex. [Terima saja, itu ucapan terima kasihku untuk yang tadi malam] Tidak tahu kenapa Alex malah merinding, karena seolah dia yang baru memberi pelayanan memuaskan dan mendapat imbalan. [Ini terlalu banyak Pak aku tidak bisa] [Tidak apa-apa, ku
Sore itu Alex bermain dengan Moci di taman sekitar rumah. Dengan iseng Alex menguncir bulu lebat Moci dengan pita kecil yang Alex cabut dari ikat rambutnya."Kucing mahal memang lebih cantik!" Alex memperhatikan hasil pekerjaannya kemudian mengambil beberapa foto untuk dia pasang sebagai wallpaper di ponsel."Nanti akan kutunjukkan pada Bocil, pasti dia suka." Sebenarnya bukan hal yang aneh jika pencinta kucing sering mengajak kucingnya bicara layaknya manusia."Kau suka juga dengan Bocil?" tanya Alex sambil menggaruk sebentar leher lembut Moci yang bermanja di lenganya. "Mungkin nanti kau akan hamil anaknya." Kali ini Alex mengelus perut Moci."Alex, bapak pergi dulu, ya!" Pak Sarif menghampiri Alex yang masih bermain di samping kolam. "Nanti kalau keluar tutup saja gerbangnya.""Ya, Pak." Alex mengangguk.Biasanya tiap sore pak Sarif memang pulang sebentar untuk mengantarkan istrinya pergi ke pasar. Alex sudah diberi tahu kode untuk menutup dan membuka pintu gerbang jika di tinggal s
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.
CERITA INI MASIH DI REVISI JANGAN DI BACA DULU "Alex, Abang pergi jemputin Mama, ingat lo di rumah sendiri!" triak bang Nugie dari lantai bawah. "Ya, Bang!" balasku, balik teriak. "Ingat jangan buka pintu untuk sembarangan orang, musim penculik anak-anak berkeliaran!" "Aku bukan anak-anak, Bang!" Bang Nugie memang nyebelin gak mau ngakuin kalau adiknya sudah gede. "Jangan lupa kasih makan si Bocil!" Bang Nugie teriak lagi. Bocil itu kucing peliharaannya Bang Nugie tapi lebih banyak adiknya yang disuruh ngurusin. Buang kotoranya dan memberimakan setiap pagi. Setelah hampir satu jam Alex baru turun dari tempat tidurnya, cuci muka gosok, gigi, kemudian buru-buru ingat untuk memberimakan kucingnya Bang Nugie. Kucing pesek berpipi gembul itu langsung berputar-putar di kaki Alex yang baru turun dari tangga. "Sabar, aku aja belum sarapan!" Alex mulai mengomel sambil membuka kaleng makanan kucing. "Aduh, kebanyakan!" tapi sudah terlajur Bang Nugie gak bakalan tahu jadi abaikan saja.