London, Inggris.
Sebuah Restoran yang letaknya di Shaftesbury Avenue London itu terlihat ramai malam ini.
Letaknya yang sangat strategis yang berada di pinggir jalan raya membuat resto ini di lalui banyak kendaraan dan banyak orang yang berlalu lalang berjalan kaki di sekitarnya. Mungkin hampir ribuan orang setiap harinya yang melewati kawasan tersebut.
Menu yang di hidangkan antara lain mie goreng, satay, soto lamongan, kue dadar dan banyak lagi. Di buat dengan bumbu- bumbu asli indonesia tentunya.
Semua staffnya memakai baju batik, termasuk supervisornya. Saat pengunjung sedang menyantap makanan, supervisor atau managernya pasti akan datang menghampiri para pengunjung dan menanyakan review tentang makanan yang di sajikan. Apakah makanannya semuanya ok atau tidak. Seperti halnya di restoran-restoran bagus biasanya.
Dan hal itu yang kini tengah di lakukan oleh Mr.William selaku manager di restoran tersebut.
Dia melangkah ke sebuah meja paling ujung dimana seorang waitress baru saja mengantarkan menu makanan yang dipesan oleh salah satu pengunjung.
Mr.William tersenyum sumringah pada pengunjung yang dianggapnya spesial itu. Pantas hari ini restorannya ramai, ternyata salah satu orang terpandang di kota ini tengah sudi untuk mampir ke restorannya.
"Selamat malam tuan Max, senang sekali anda berkenan singgah di restoran kami. Bagaimana hidangannya? Apa sudah oke dan sesuai dengan selera anda?"
"Well, semuanya baik, tidak ada masalah." Max menyunggingkan senyum tipisnya. Matanya tak lepas menatap sosok waitress yang sedari tadi sibuk mundar-mandir mengantarkan menu makanan dan membersihkan meja.
"Jika ada kesalahan yang dilakukan oleh petugas-petugas kami, saya selaku manager di sini memohon maaf yang sebesar-besarnya." lanjut Mr.William senyumnya terus mengembang.
"Aku boleh minta sesuatu?" tanya Max kemudian.
"Ya, tentu saja tuan, dengan senang hati,"
"Aku mau booking tempat ini hingga tutup. Jadi tolong kosongkan tempat ini dalam setengah jam. Kalau tidak, akan kupastikan ijin usaha restoran ini dicabut terhitung mulai besok!"
"Ta-tapi tuan, saat ini kebetulan resto kami sangat ramai. Mungkin butuh waktu lebih dari setengah jam untuk mengosongkan tempat ini," Mr.William terlihat panik.
"Baiklah kalau kamu tidak bersedia. Aku akan hancurkan langsung restoran murahan milikmu ini!"
"Ja-jangan tuan. Baiklah saya akan langsung beritahu pada karyawan saya untuk berhenti menerima pesanan." Mr.William langsung memerintahkan seluruh karyawannya untuk menghentikan pengunjung yang akan masuk dan menghentikan penerimaan pesanan.
Dan semua karyawan itu harus bekerja keras untuk itu.
Luwi belum mengetahui keberadaan Max di restoran itu. Dia masih terus melanjutkan pekerjaannya dengan cepat. Padahal dia sudah sangat kelelahan. Mungkin karena ini hari weekend jadi pengunjung benar-benar membludak.
Luwi terlihat sempoyongan saat dia harus membawa senampan piring kotor dari sebuah meja yang baru saja dia bersihkan.
Kepalanya pusing, sampai dia tidak menyadari bahwa Max kini berada tepat di samping meja yang sedang dia bereskan.
"Kamu sakit, Luwi?"
Luwi tersentak. Hampir saja dia menjatuhkan piring dan gelas di nampan yang hendak dia bawa. Tubuh Max yang tinggi kini berdiri tepat di sampingnya. Bahkan sangat dekat. Membuat Luwi ketakutan.
"Max? Kamu disini?" ucapnya gemetaran.
"Aku sudah sejak tadi duduk disini. Tapi kamu terlihat sangat serius bekerja sampai tidak melihatku,"
"Maaf. Aku buru-buru. Pekerjaanku masih banyak." Luwi berjalan cepat meninggalkan Max. Perasaannya mendadak tidak enak. Bukankah waktu jatuh tempo hutangnya masih empat hari lagi? Untuk apa dia kesini? Tanya Luwi dalam hati. Sepertinya Luwi harus cepat-cepat menghubungi Reyhan sebelum apa-apa yang dia takuti benar-benar terjadi.
*****
Suasana resto terlihat tenang. Jauh berbeda dari sebelumnya. Semua jalur pintu masuk menuju Resto itupun sudah ditutup seluruhnya. Cahaya lampu yang sebelumnya terang benderang kini terlihat sedikit temaram. Menghadirkan kesan romantis. Belum lagi alunan musik endless love yang terdengar mengalun syahdu di telinga.
Max dengan senyum lebarnya tengah asyik menikmati wajah seorang wanita yang kini duduk dihadapannya. Meski wajah itu terlihat begitu ketakutan. Tapi Max seolah tidak merasakannya. Atau lebih tepatnya dia tidak perduli.
Di dalam ruangan besar itu kini Max dan Luwi hanya duduk berdua mengisi tempat paling tengah di dalam resto itu.
Beberapa macam hidangan dan aneka minuman telah tersedia memenuhi meja di hadapan mereka.
"Ayo makan, Luwi. Kamu pasti laparkan setelah seharian bekerja?" ucap Max. Suaranya terdengar lembut, tapi Luwi tetap ketakutan. Betapapun baiknya Max kepadanya, itu hanya bisa dia lakukan dihadapan orang lain atau di tempat-tempat umum. Tapi, di saat kamu sudah dia bawa ke dalam kamarnya, maka lihatlah, Max yang terlihat sangat baik dan lembut itu akan berubah menjadi sesosok monster mengerikan yang siap menerkammu. Bahkan dia tidak akan segan-segan menyiksamu secara brutal demi memenuhi hasrat seksualnya yang menyimpang itu. Meski Luwi belum pernah mengalaminya langsung, hanya mendengar selentingan-selentingan saja, tapi hal itu tidak mengurangi rasa ketakutan dalam dirinya. Terlebih trauma masa lalunya yang menjadi alasan utama bagi Luwi untuk tetap waspada terhadap Max.
"Terima kasih, Max. Tapi aku tidak lapar. Aku ingin pulang,"
Max Tersenyum. Dia berpindah posisi duduk, ke sebelah Luwi. Membuat Luwi menggeser bangku yang dia duduki, menjauh.
"Aku hanya ingin makan malam bersamamu. Sebelum jatuh tempo hutangmu, aku tidak akan menyentuhmu. Tenang saja."
"Tapi, Max. Mungkin besok aku akan membayar hutang-hutangku itu, kamu tidak perlu khawatir. Jadi, aku pikir masalah kamu akan membawaku ke rumahmu empat hari lagi, itu kita batalkan saja."
Reyhan sudah berbicara pada Luwi perihal perbantuannya untuk melunasi semua hutang-hutang Luwi jika sahabatnya di Jakarta sudah mentransfer uang itu ke rekening Reyhan. Dan hal itu membuat Luwi lega. Tapi malam ini, melihat kehadiran Max secara tiba-tiba justru membuat Luwi kembali cemas.
Perkataan Luwi jelas membuat Max sangat terkejut. Dia yakin betul bahwa Luwi tidak akan bisa melunasi hutang-hutang itu. Lalu, sekarang darimana dia mendapatkan uang sebanyak itu? Jelas hal ini tidak bisa dibiarkan. Max sudah sangat bersabar menanti hari itu, dimana dia bisa menikmati tubuh Luwi dengan leluasa. Dan jika kali ini harus gagal lagi, maka Max tidak akan segan-segan untuk melakukan cara kasar.
"Siapa orang yang sudah membantumu mencarikan uang?" tanya Max menyelidik. Suara lembutnya berubah seperti sebuah suara yang sedang mengintimidasi. Senyum di wajahnya hilang terganti dengan ekspresi sinis.
"Aku mencarinya sendiri. Tidak ada yang membantu," Luwi memiringkan tubuhnya ke samping, sebab tubuh Max yang perlahan mulai condong ke arahnya. Seolah ingin menerkamnya. Dan Luwi terpaksa berbohong. Dia tidak mau Reyhan ikut terlibat di dalam masalah ini.
"Mustahil! Kamu tidak mungkin bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu cepatkan?"
"Aku serius, aku akan membayarnya besok. Percayalah,"
Max menggenggam ke dua bahu Luwi dengan ke dua tangannya. Dia menghadapkan tubuh Luwi ke arahnya.
"Aku tidak mengharapkan uangmu. Tapi dirimu, Luwi. Harusnya kamu tahu itu. Dan jika memang aku tidak bisa mendapatkanmu empat hari lagi, maka aku akan melakukannya sekarang!"
Luwi terhenyak melihat Max yang tiba-tiba berdiri.
"Kamu mau apa, Max?" tanya Luwi takut. Tapi belum sempat Luwi bisa menghindar, tangan Max sudah dengan cekatan menjambak rambutnya. Mata Luwi melotot dan dia langsung berteriak kesakitan saat Max menarik rambutnya dengan kasar hingga Luwi terjerembab di lantai dengan posisi tengkurap.
Luwi hendak bangun ketika sebuah kursi besi menghantam tubuhnya. Luwi mengerang kesakitan. Punggungnya sakit terkena hantaman benda keras itu. Tapi Luwi masih belum menyerah. Dia masih mencoba bangkit. Dia berusaha menarik taplak meja di atasnya dan berhasil, hingga seluruh benda-benda pecah belah di atas meja itu jatuh ke lantai dan menimbulkan suara yang cukup keras. Luwi berharap ada seseorang di dapur yang mendengar teriakannya. Tapi naas, seluruh karyawan sepertinya sudah di suruh pulang oleh Max. Luwi melihat arah belakang resto itu sudah gelap.
Max membalikkan tubuh Luwi hingga telentang. Lalu dia meninju wajah Luwi dengan keras hingga hidung Luwi mengeluarkan darah. Dan hal itu dia lakukan berulang-ulang sampai dia merasa puas.
"Malam ini kamu milikku, dasar jalang!" teriak Max. Laki-laki itu terlihat seperti orang yang kesetanan.
Max menyingkap rok yang dikenakan Luwi. Hingga paha mulus wanita itu terpampang jelas dihadapannya. Dia menyeringai jahat. Max hendak melucuti celana dalam Luwi ketika sebuah benda tumpul menghantam kepalanya dengan keras.
Luwi memukul kepala Max dengan sebuah botol minuman hingga botol itu pecah di kepala Max.
Laki-laki itu tersungkur ke lantai dengan darah yang mengucur dikepalanya. Dia mengerang kesakitan.
Dengan sisa tenaga yang dia miliki Luwi bangkit dan mulai berlari. Meski dia sempat terjatuh beberapa kali, akhirnya Luwi bisa keluar dari resto itu.
Dan dia berlari, lalu jatuh, tapi dia bangkit lagi. Luwi kembali berlari lagi dan jatuh lagi. Hingga akhirnya dia kelelahan.
Luwi menangis terisak sambil berjongkok di sebuah taman kota.
Kali ini dia sudah tidak kuat untuk bangkit lagi.
London, Inggris.Reyhan berlari tunggang langgang menuju restoran tempat Luwi bekerja. Dia tadi keasyikan bermain dengan Gibran di Flat sampai tidak menyadari kalau Luwi telah menghubunginya sejak tadi.Dia sangat cemas.Karena Luwi mengatakan dalam sebuah pesan singkat yang dikirimnya pada Reyhan beberapa jam tadi, wanita itu bilang, Max kini sedang ada di restorannya dan dia sudah booking restoran itu untuk satu malam. Max mau mengajaknya dinner malam ini. Tapi perasaan Luwi tidak enak. Jadilah dia meminta Reyhan untuk datang ke resto menjemputnya. Dan sialnya Reyhan baru saja membaca pesan itu. Bodoh! Rutuk Reyhan dalam hati, memaki diri sendiri.Hingga akhirnya Reyhan berlari melewati sebuah taman kota di London. Dan matanya tersita pada sesosok tubuh wanita yang sedang berjongkok di tengah taman itu. Kebetulan kondisi taman sedang sepi. Jadi, bola mata Reyhan bisa menangkap dengan jel
Sesampainya di Flat milik Reyhan, Reyhan langsung menyuruh Luwi untuk segera berkemas.Rencananya Reyhan akan langsung membawa Luwi dan Gibran pulang ke Indonesia malam ini juga.Mereka tidak mau ambil resiko lebih jauh lagi. Sebelum Max berhasil menemukan mereka, mereka harus bertindak cepat.Jadilah Luwi menuruti perintah sang Kakak. Mereka berkemas-kemas malam itu."Bangunkan Gibran. Biar aku saja yang bereskan pakaianmu, kamu siapkan keperluan Gibran." ucap Reyhan pada Luwi.Saat sedang mengemas pakaian Gibran, Luwi sempat berpikir sesuatu dan dia langsung menghentikan aktifitasnya sejenak."Tapi, Kak, akukan tidak memiliki KTP, paspor dan Visa, bagaimana aku bisa kembali le Indonesia tanpa itu semua? Sedang aku bisa melamar pekerjaan itupun karena memakai jasa orang dalam. Semua surat-surat berhargaku hilang semua,""Tenang saja. Masalah itu aku sudah
"Kita mau kemana?" tanya Jodie heran. Matanya tak lepas memandang sesosok tubuh laki-laki jangkung dengan sayap indah berwarna putih yang menyatu dengan punggungnya. Seperti seorang malaikat. Meski Jodie sendiri tidak tahu pasti bagaimana wujud asli dari malaikat itu sendiri. Tapi yang jelas Jodie yakin laki-laki ini bukan laki-laki biasa.Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan Jodie, dia hanya tersenyum dengan senyuman yang sangat manis, membuat Jodie terpana. Lalu Jodie merasa tangannya di genggam oleh laki-laki itu, dengan genggaman yang sangat kuat. Lagi-lagi dia mengajak Jodie terbang. Tinggi sekali. Melintasi angkasa, menembus cakrawala, menuju langit ke tujuh. Hingga setelahnya Jodie menemukan dirinya mengawang, bebas di hamparan jagat raya. Bentangannya luas tak terhingga. Bagaikan fatamorgana. Tubuh Jodie melayang di udara. Semuanya terasa ringan. Tak ada kesulitan. Seperti terbebas dari segala beban. Hingga tubuh mereka kembali berdekatan. Laki-
Karpet merah tergelar sepanjang pintu masuk gedung. Disisi kanan dan kirinya berdiri tiang-tiang sebatas pinggang yang saling terhubung satu sama lain. Terhias bunga-bunga cantik berwarna-warni. Serta kain-kain sutra yang menutupinya.Pelataran parkir gedung terlihat ramai malam itu, dipenuhi mobil-mobil mewah para tamu undangan.Di bagian depan gedung terlihat banyak sekali wartawan-wartawan infotainment yang berlalu lalang. Bahkan ada beberapa yang tengah melakukan wawancara dengan beberapa tamu dari kalangan aktris dan aktor terkenal yang datang malam itu.Pernikahan merupakan momen yang spesial bagi setiap pasangan, terlebih bagi para aktris maupun orang-orang terpandang di Indonesia. Untuk memeriahkan hari bahagianya itu, mereka sengajamenggelar pernikahan dengan konsep yang tidak biasa. Hingga berhasil membuat siapapun yang menyaksikannya akan tersenyum takjub.Namun berbeda halnya dengan yang
Setelah menempuh waktu selama kurang lebih 18 jam perjalanan London-Jakarta-Bandung. Akhirnya mereka bertiga sampai juga di Kontrakan Reyhan di Cicadas, Bandung.Kontrakan itu terlihat berdebu karena sudah ditinggal penghuninya selama hampir tiga bulan lamanya.Luwi dan Gibran menghempaskan tubuhnya di atas karpet lantai yang baru saja di gelar oleh Reyhan. Sepertinya mereka sangat kelelahan karena sudah lama tidak pernah melalukan perjalanan jauh.Luwi meringis memegangi punggungnya. Dia meraba bagian punggung kirinya dan berjalan ke arah lemari kaca di kamar Reyhan. Dia menurunkan bajunya cukup kebawah, hampir memperlihatkan sebagian bra-nya. Luwi hanya ingin melihat melalui kaca apa luka di punggungnya ini serius atau tidak, sebab sakitnya semakin lama semakin menjadi.Reyhan kaget saat dilihatnya punggung Luwi terdapat luka memar yang cukup besar."Astaga, Luwi? Punggungmu kenapa?" tan
Sore harinya, sepulang dari lapas cipinang dan mampir sebentar di restoran cepat saji untuk makan siang. Reyhan langsung melajukan Grand Livinanya menuju Raffles hills, di kawasan Cibubur.Sudah satu bulan terakhir Hardin dan Katrina pindah ke Rafless, ke rumah orang tua Hardin. Sejak beberapa teror yang diterima Katrina di apartemen. Hal itu membuat Hardin sangat khawatir. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke Raffles. Dan sejak tinggal di sana, sampai saat ini Hardin belum kembali bercerita kepada Reyhan mengenai teror yang di alami Katrina. Dan hal itu membuat hati Reyhan lega. Mudah-mudahan saja di sana Katrina bisa lebih tenang dan aman.Bagaimanapun Katrina terlahir di sana, jadi para tetangga lama jelas sudah mengenalnya dengan baik. Katrina tidak akan merasa kesepian bila ditinggal bekerja oleh Hardin.Reyhan sudah memencet bel berkali-kali. Tapi tidak nampak adanya tanda-tanda kehidupan di dalam rumah bes
Reyhan sengaja memilih rumah sakit Santosa Bandung sebagai alternatif pengobatan untuk Gibran.Karena rumah sakit Bandung satu ini dikenal memiliki layanan standar internasional yang tak hanya bekerjasama dengan instansi lokal, tapi juga institusi kesehatan luar negeri.Dan salah satu peralatan canggih di sini adalah MSCT Scan-64 Slice, yang bisa mendeteksi penyakit jantung sejak dini.Reyhan berharap penyakit jantung Gibran bisa sembuh jika Gibran menjalani pengobatan rutin di sini. Meski kemungkinan untuk sembuh dari penyakit jantung bawaan sangatlah kecil, tapi Reyhan tidak mau patah semangat sebelum berjuang.Mereka baru saja menerima nomor antrian untuk pengobatan jantung Gibran. Sementara untuk luka memar di punggung Luwi sudah tidak
Reyhan baru saja mengambil mobil di parkiran rumah sakit dan mulai melajukan mobilnya ke arah depan loby rumah sakit dimana Luwi dan Gibran sedang menunggunya.Gibran sudah melakukan serangkaian medical check up jantung, dimana dokter mengatakan kondisi jantung Gibran sejauh ini baik-baik saja.Penyakit jantung bawaan, sebenarnya tidak selalu parah dan bisa disembuhkan. Bahkan, pada beberapa kasus, orang yang memiliki kondisi ini tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, pada kondisi yang parah, penyakit ini memang bisa membahayakan nyawa pengidapnya.Pada kondisi yang ringan, pengidap penyakit jantung bawaan hanya perlu menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin dengan dokter, untuk melihat perkembangan kondisi jantung.Namun, pada beberapa kasus, perawatan seperti operasi atau pemberian obat, perlu dilakukan, agar kondisi jantung bisa kembali sehat.Dari
Bagi kalian yang ingin tahu gimana romantisnya kisah kehidupan rumah tangga Reyhan dan Katrina selepas menikah, kalian bisa baca di karya Herofah yang berjudul SANG PENGGODA ya... Dan... Bagi kalian yang mau tau gimana serunya kisah cinta Gibran anak Hardin dan Luwi setelah dewasa, bisa kalian baca juga di karya Herofah yang berjudul THE DEVIL WIFE... Selain itu, Herofah baru aja memposting dua karya On Going baru dengan Judul THE BRIDAL SHOWER DAN BURONAN... Kalau mau tau karya-karya Herofah yang lain yang tidak terposting di Good Novel, kalian bisa Follow akun I*******m @Herofah untuk tahu spoiler-spoiler karya Herofah yang lain... YUK MAMPIR, AKU TUNGGU KEHADIRAN KALIAN DI SANA... SALAM SAYANG AUTHOR...
Bandung. Perumahan Summarecon. Dua Tahun Kemudian. Mengabadikan momen bersama keluarga bagi sebagian orang itu penting. Tak cuma mengenang kebersamaan, tapi juga dijadikan dokumentasi pribadi. Sebagai bukti di masa depan bahwa dulu mereka pernah menjadi bagian terindah di dalam sebuah keluarga yang berbahagia. Seluruh sarana dan prasarana untuk melakukan sesi foto keluarga sudah dipersiapkan dan harusnya semua ini berjalan dengan lancar tanpa hambatan kalau saja penerbangan dari Amerika menuju Indonesia tidak diundur secara tiba-tiba. Harusnya, Hardin, Luwi, Gibran, Omah, Opah dan dua balita kembar anggota baru keluarga mereka sudah berada di Indonesia sejak kemarin, hanya saja tiba-tiba Reyhan m
Jakarta.Bandara Soekarno Hatta.Dua Hari Kemudian.Hari ini, Hardin, Luwi, Gibran, Omah dan Opah rencananya akan berangkat ke Amerika bersama-sama. Kepergian mereka di antar oleh Reyhan, Katrina dan Pak Hadi."Ayah, jaga diri baik-baik ya. Obat jantung Ayah jangan lupa diminum," ucap Luwi setelah melepas pelukannya dari Hadi yang terlihat agak pucat hari ini. Sepertinya dua hari belakangan ini tubuh sang Ayah terlalu di forsir untuk bekerja. Dia terlihat lelah. Wajahnya yang terlihat mulai keriput menandakan Ayahnya kini sedang banyak pikiran. Luwi yakin sang Ayah masih terus berusaha mendapatkan maaf dari Reyhan, sang kaka
"Nggak ada suara apa-apa, Pa?" ucap Gibran yang baru saja menempelkan telinganya di depan perut Luwi yang sengaja dia buka sebagian. Saat sang Papa menyuruhnya untuk mengajak adiknya bicara.Hardin tertawa melihat tampang polos Gibran. Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Kejadian menegangkan yang terjadi selepas makan malam tadi sudah berlalu. Kini waktunya mereka beristirahat di kamar masing-masing."Gibran mau aja dibohongin sama Papa," ucap Luwi seraya menutup kembali perutnya."Gibrankan mau cepet-cepet ajak dedenya ngobrol terus main kayak Gibran biasa ajak dede Yumna main di rumah Papa."celoteh Gibran. Dia terus berjingkrak-jingrakkan tubuhnya di atas kasur yang dianggapnya sangat empuk itu. Seperti sebuah pegas.
Terletak di kawasan kota Bandung Timur perumahan elit berdiri di sana. Dimana di dalam kawasan itu berdiri rumah megah di salah satu cluster utamanya.Btari Extension Resindence begitulah yang tertulis di pintu gerbang perumahan itu.Pintu gerbang besi berwarna putih dengan ornamen keemasan terlihat menghiasi pintu gerbang utama.Di halaman parkirnya yang luas terlihat beberapa mobil mewah yang kebanyakan mobil-mobil dinas kepemerintahan terparkir dan berjajar rapi di sana.Acara Ijab dan kabul baru saja selesai dilaksanakan dan sekarang pengantin pria terlihat sedang berdiri di atas pelaminan yang dibuat sederhana di taman belakang rumah itu sambil menunggu mempelai wanitanya berganti pakai
"Malam ini juga Ayah kembali ke Bandung. Besok Ayah ada pekerjaan keluar kota. Jaga Katrina baik-baik. Ayah berharap kamu bisa memaafkan Ayah, Reyhan. Dan Ayah sangat berharap kamu dan Katrina bisa tinggal bersama di rumah Ayah sekembalinya dari sini. Karena Luwi sudah setuju untuk kembali tinggal bersama Ayah nanti," ucap Pak Hadi saat dia meminta Reyhan menemuinya di Loby hotel malam itu."Aku sudah kredit rumah di Bandung. Aku dan Katrina akan tinggal di rumahku sendiri." jawab Reyhan jelas, singkat dan padat. Dia tidak mau berbasa-basi lagi."Tapi aku maunya kita tinggal bersama Ayah sementara waktu, Kak. Bagaimana?" tiba-tiba Katrina menyela dan dia juga datang dengan tiba-tiba, membuat Reyhan sedikit kaget, padahal tadi sewaktu Reyhan turun ke loby Katrina sedang di kamar mandi di dalam kamar hotelnya.
Luwi terus memeluk Gibran yang masih menangis. Gibran terlihat sangat kacau. Luwi jadi ikutan menangis. Sebelumnya dia tidak pernah melihat Gibran seperti ini. Sungguh dia tidak pernah bermaksud untuk melukai hati siapapun sebab sikapnya. Apalagi itu hati darah dagingnya sendiri. Luwi benar-benar menyesal."Gibran, udah ya sayang jangan menangis lagi. Mama janji nggak akan pisahin Gibran sama Papa lagi. Ini kita lagi di jalan mau susul Papa. Kalau memang Gibran mau sama Papa, Mama Luwi nggak apa-apa kok. Yang penting, Gibran bahagia. Gibran senang. Mama Luwi juga ikut senang. Mama Luwi juga ikut sedih kalau Gibran sedih terus. Udah ya sayang nangisnya. Gibran sayangkan sama Mama?" Luwi kembali mengajak Gibran bicara. Meski awalnya dia ragu untuk mengatakan hal itu, tapi apa boleh buat? Luwi tidak punya pilihan lain dibanding dia harus tetap memaksa Gibran untuk bersamanya sementara Gibran
Serang, Banten.Aula Hotel Santika.Acara Ijab Kabul Reyhan dan Katrina.Kehadiran Reyhan dalam hidup Katrina mampu merubah dunianya yang biasa menjadi seindah pelangi. Sementara kehadiran Katrina dalam hidup Reyhan mampu merubah segala-galanya. Reyhan sudah berjuang hingga titik darah penghabisan. Dan kini waktunya dia memetik hasilnya.Reyhan sudah duduk di tengah-tengah altar aula dimana dirinya akan berjanji kepada seluruh makhluk dan sang penciptanya. Dengan mengucapkan kalimat pendek sarat makna yang akan menjadi pembuka lembaran kehidupan barunya kelak bersama Katrina. Kalimat ajaib nan sakral yang kini masih terpaksa tertahan di teng
Satu kejutan luar biasa yang diperoleh Reyhan satu hari sebelum hari pernikahannya sungguh membuatnya tidak mempercayai ini semua.Ketika sore itu, beberapa mobil mewah pribadi datang dengan pengawalan sirine kepolisian. Seperti sebuah arak-arakan presiden. Mobil-mobil mewah itu kini terlihat memenuhi lapangan parkir hotel Santika yang kini menjadi destinasi utama pernikahan Reyhan dan Katrina.Mobil-mobil mewah itu datang bersama rombongan keluarga dari mempelai wanita. Yaitu keluarga Ustadz Maulana.Seorang laki-laki setengah baya berkumis tipis dengan setelan dinasnya keluar dari salah satu mobil toyota land cruiser hitam. Diikuti beberapa awak pegawainya yang juga bersetelan dinas pemerintahan. Beberapa elit politik yang cukup terkenal juga terlihat kel