Mentari pagi telah menampakkan sinarnya yang masuk melalui celah tirai dinding kaca yang ada membuat Dania menutup wajahnya dengan telapak tangan, cahaya yang menyilaukan. Dania bangun berjalan ke arah balkon, menatap indahnya pemandangan rumah mewah itu dari balkon kamarnya. Namun sebuah suara mengganggu pendengarannya.
"Tuan maafkan aku Tuan, maaf."
Terdengar suara memelas meminta pengampunan , begitu jelas, Dania bahkan mengenali suara khas wanita tersebut.
"Tuan aku janji akan berusaha, aku berjanji Tuan ,"
Suara itu semakin jelas terdengar .
"Aku mohon Tuan jangan ceraikan aku."
Brukk.. Prangg.. terdengar suara benda terjatuh dan pecah.
Dania mematung mencerna semua yang didengarnya.
Terdengar isakan tangis yang menggema. Dania merasakan jantungnya seperti teriris belati yang tajam. Suara itu suara tantenya Bella.
Dania mengepalkan erat telapak tangannya. Pria yang sungguh sangat tidak bersyukur pikirnya. Tantenya yang secantik itu telah dibuat menangis olehnya. Pria macam apa suami tantenya itu. Seketika perasaan tidak senang menyelimuti benak Dania.
Sepintas bayangan kejadian tadi malam mengusik pikirannya. “Apa jangan – jangan mereka bertengkar karena diriku?” tanya Dania pada dirinya sendiri.
Bella memegang pipinya yang memerah karena tamparan, bukan Alex yang melakukannya tapi dirinya sendiri. Dia bahkan harus menghukum dirinya sendiri yang sampai hari ini belum juga dapat memberikan Alex keturunan. Bukan keturunan darah dagingnya yang dia inginkan suaminya itu tapi dengan pria lain. Bagaimana bisa Bella menyerahkan dirinya pada pria lain ?.
Alex telah memberikanya tinggal dan menikmati semua yang dimiliki Alex dengan setumpuk syarat, yang salah satunya adalah tidak berhubungan intim. "Gila kan." gumamnya. Yang lebih gila satu tahun ini dia menambah syarat nya dengan menyuruh istrinya hamil dengan pria lain. Semua karena desakan dari Joana mertuanya yang sudah sangat menginginkan generasi penerus keluarganya.
Bella terhimpit dalam dua masalah dalam hidupnya. Suami yang tidak menginginkan anak itu memintanya agar segera hamil, bukan dengan dirinya tapi dengan pria lain dan dia akan mengakuinya sebagai anaknya. Di sisi lain mertuanya juga mengancamnya jika dalam satu tahun ini dia belum juga hamil, maka dapat dipastikan Bella tidak akan menyandang nyonya muda Sadewa lagi bahkan karier keartisannya pun terancam runtuh seketika.
Bella mencuci wajahnya yang terasa kering oleh air mata di wastapel kamar mandinya . Pikirannya bercampur aduk, bahkan ingin menyerah. Namun satu hal lagi, Alex juga mengancamnya dan itu yang tidak dapat membuatnya mengambil keputusan menyerah. Alex akan menghilangkan nyawa orang yang dikasihinya. -Dania- .
Dania satu - satunya keluarga yang di milikinya sekarang dan juga harapannya bertumpu disana ketika tubuh nya telah menua. Bella tidak akan dapat berpikir untuk melawan perintah dari suaminya itu. Selama ini dia hanya bisa mengulur waktu sambil mencari jalan lain.
"Bella.. hari ini ada syuting jam delapan malam, datanglah sebelum waktunya karena ada hal yang oerlu dibicarakan!" ucap Nindi asisten Bella di sambungan telponnya.
Pikirannya gusar kali ini, Bella sedang tidak mood untuk bekerja. Dipikirannya hanya ada cara dan cara. Ya bagaimana caranya mendapatkan pria yang mau dengannya.
Bella istri dari Alex Sadewa. siapa yang berani menyentuhnya. Mendengar nama suaminya saja para pria sudah menciut.
Bella kembali memejamkan matanya, kembali ke alam bawah sadarnya. Dia masih sangat mengantuk sekarang.
"Bella." teriak seorang wanita paruh baya di lantai satu, dia duduk di sofa khusus untuk dirinya.
Dania yang baru selesai mandi terkejut hingga hairdryer terlepas dari tangannya dan jatuh mengenai kakinya. Yang tidak kalah terkejut ialah Bella, dia bahkan berlari dengan masih menggunakan stelan tidurnya, air liur yang mengering masih ada disela ujung bibirnya.
"Iya Mom." ucap Bella yang berdiri sempoyongan namun tetap berusaha tetap tegap.
"Kamu ini, suami mu sudah berangkat bekerja, kamu masih enak tidur bagaimana kamu bisa cepat hamil." ucap Joana yang bela biasa menjulukinya dengan nama Mommy mertua.
"He he he" Bella terkekeh, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
" Duduk kamu," ucap Joana dengan suara agak keras dan sedikit kasar.
Bella duduk bersimpuh di sofa di depan Mommy mertuanya itu duduk.
"Kamu dengar ,waktu mu tinggal tiga bulan lagi, kapan kamu memberiku cucu, Hehh kamu bahkan masih sibuk syuting,"
Sebenarnya Mommy mertuanya ini sangat luar biasa baik, namun dia hanya menginginkan cucu, dia bahkan meminta Bella untuk istirahat bekerja sementara program hamil.
"Punya niat hamil tidak kamu ini?" bentaknya lagi, hingga membuat Bella melambung dari tempat duduknya.
"Baik Mom, saya akan berusaha lebih banyak lagi" ucap Bella dengan nada lirih.
"Cepat mandi sana, aku akan membawamu ke Dokter." desak mertua Bella. Wajahnya meninjukkan ketidaksenangan.
Bella kembali ke kamarnya dengan berlari kecil, dia tahu mertuanya tidak suka menunggu terlalu lama.
Dania menghela nafas sedari tadi mengamati percakapan di antara mantu dan mertua itu dari kejauhan. Dania merasa semakin sedih dengan nasib tantenya. Tadi pagi sekali dia di marahi suaminya dan sekarang mertuanya. Dania semakin merasa bersalah. Bagaimana aktris terkenal seperti tantenya itu di belakang panggung hidupnya seburuk ini .
Joana dan Bella berangkat menuju rumah sakit untuk memeriksakan keadaan rahim Bella. Sejak kedatangan Dania, Bella belum bertemu dengan keponakannya itu.
Kring kring.. bunyi ponsel mengalihkan perhatian Dania. Naomy yang sedang memanggilnya sekarang ,di gesernya tombol hijau di layar itu ke atas.
"Hallo Dan." ucap Naomy gadis dengan ciri khas penampilannya yang tomboy.
"Naomy, Hey.. apa kabar?"
"Kamu dimana sekarang dimana Dan?"
"Aku di tempat Tante ku di Jakarta."
" Benarkah, kebetulan sekali . Aku tunggu di Caffe ya nanti aku shareloc."
Dania bersiap menemui sahabatnya yang bernama Naomy itu, selama lima tahun dia selalu bersama sahabat bagai saudara. Apa yang tidak Naomy ketahui tentang Dania dan begitu juga sebaliknya.
Mereka berdua asik bercengkrama di salah satu meja caffe yang telah dipesan sebelumnya oleh Naomy. Naomy kini telah di terima bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Di balik penampilannya Naomy termasuk gadis yang cerdas , dia juga giat dalam melakukan berbagai hal.
"Wah benarkah, selamat ya Naomy." ucap Dania ikut bahagia.
"Kalau kamu sudah kerja, bantu carikan juga ya buat aku !! bosan dirumah terus." keluh Dania.
"Siap Bosku."
Mereka asik berbincang hingga lupa waktu.
Bella memasuki ruang periksa, di sana sudah ada Dokter Kandungan langganannya - Dr. Paul. Dokter itu telah di kontrak khusus oleh keluarga Sadewa menangani program hamil Alex dan Bella.
Bella tidak khawatir sedikit pun kebohongannya terbongkar, Alex telah mengatur semua agar Joana ibunya tidak mengetahuinya.
"Bagaimana Dok?" tanya Joana ketika Bella telah selesai diperiksa.
" Hanya perlu istirahat, selebihnya semua normal." Dr. Paul menjelaskan dengan rinci.
"Kan sudah Mommy bilang, kamu harus istirahat. Awas kalau melanggar!" ancam Joane.
Setelah semua pemeriksaan selesai Joana mengantar menantunya itu pulang, mereka memang tidak tinggal satu atap karena Alex tidak suka kehidupan rumah tangganya terganggu.
Waktu menunjukkan pukul tiga sore ketika pulang memeriksakan diri ke Dr. Paul bersama Mertuanya. Mertuanya pulang ke kediamannya setelah mengantar Bella pulang ."Andai saja Alex mau, tidak perlu seribet ini permasalahan nya." gumamnya.Lima tahun Bella menjadi istri dari Alex Sadewa tidak sejengkal pun dari tubuhnya pernah disentuh oleh suaminya itu dan sekarang mertuanya meminta cucu, sampai kiamat pun tak akan pernah ada. Bella bahkan tak dapat marah dengan seorang pria yang konon menjadi suaminya itu, semua sudah tertulis dalam kontrak perjanjian.Lima tahun yang laluBella hanya seorang aktris pembantu sangat sulit meraih ketenaran tanpa bantuan seseorang atau sebuah skandal . Dirinya tak mempunyai apapun yang dapat di andalkan.Hingga seorang teman menawarinya sebuah kesepakatan. Bella menerimanya dan kebetulan saat itu dia sangat memerlukan uang untuk biaya pendidikan Dania di Universitas . Bella dengan terpaksa mengambil jalan pintas itu.
Dania masih dalam akal sehatnya, bukan gadis yang dengan sembarang menyerahkan diri apa lagi dengan pria yang sudah beristri, terlebih lagi istrinya adalah tantenya sendiri yang sudah di anggapnya seperti ibunya, baginya Bella sangat berarti."Dasar ba*jing*n." umpat Dania berulang kali, kemarahannya begitu memuncak, bagi Dania Alex seperti halnya pria hidung belang kebanyakan, yang tidak menghargai istri sendiri, mencari kesana kemari mangsa untuk ditiduri , wanita baginya hanya untuk pemuas nafsu be*atnya. Dia lebih memilih mati dari pada disentuh suami dari tantenya itu.Di ruang kerja, Alex beberapa kali menyentuh bibirnya, dia masih merasakah hal yang lembut itu di sana, namun sesaat dia kembali ke pikiran normalnya, dia bahkan mengutuk dirinya sendiri yang sudah kehilangan kendali . Bagaimana bisa dirinya kini menginginkan seorang perempuan. Lebih parahnya perempuan yang di inginkannya adalah keponakan dari istrinya."Ahh.." teriaknyaAlex bah
Dania Faransisca di usianya yang ke 21 tahun telah menyelesaikan pendidikannya di Inggris. Gadis beparas cantik dengan rambut panjangnya itu kini akan kembali ke Kota asalnya. Kota dimana dia dilahirkan dan dikota itu juga dia harus kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Perpisahan kedua orang tuanya membuatnya hidup seorang diri. Tidak ada di antara keduanya yang mau membawa Dania ikut bersama dengan mereka. Seperti sampah yang terinjak dan terbuang itulah yang dirasakan Dania saat hari kelahirannya 7 tahun yang lalu. Semua bagai mimpi buruk yang menghancurk UUan jiwa dan raganya. Hingga pada malam dimana dia tidur sendirian tanpa seorang pun dari orang tuanya yang mempedulikkannya. Mereka pergi begitu saja . Seorang perempuan dengan mantel tuanya datang merengkuh Dania kedalam pelukannya. Bagai cahaya malaikat itu datang memberikannya secercah harapan untuk hidupnya. Malaikat itu bernama Bella Wijaya adik bungsu dari Frans Wijaya -ayahnya Dan
Seluas mata memandang, kota yang menjadi saksi hadirnya dirinya ke dunia. Dania duduk di sebuah kursi dengan menghadap ke dinding kaca di hadapannya. Maniknya yang indah kini berair mengingat kesakitan hati yang di dapatnya tujuh tahun yang lalu dan hingga sekarang tidak terdengar sedikitpun dari kedua orang tuanya. Hatinya rintih batinnya lirih ketika kenangan buruk itu kembali terngiang di ingatannya.Dania yang kini sudah tumbuh jadi gadis dewasa dengan tubuhnya yang tidak kalah dari model itu kini mengambil ponselnya dan menelpon tantenya lagi. Dia tidak ingin malam pertamanya sendirian.“ Hallo Tante, malam ini ke apartement kan?” tanyanya.“Nanti malam tante pulang kerumah , kamu kalau mau pulang ke rumah utama ya!” jawab Bella dengan tergesa. Dia masih sangat sibuk sekarang.“Tapi Tan ,bagaimana kalau tidak di bukakan pagar lagi?” Dania bertanya balik.“Nanti Tante telpon mang Manto biar membua
Dania masih dalam akal sehatnya, bukan gadis yang dengan sembarang menyerahkan diri apa lagi dengan pria yang sudah beristri, terlebih lagi istrinya adalah tantenya sendiri yang sudah di anggapnya seperti ibunya, baginya Bella sangat berarti."Dasar ba*jing*n." umpat Dania berulang kali, kemarahannya begitu memuncak, bagi Dania Alex seperti halnya pria hidung belang kebanyakan, yang tidak menghargai istri sendiri, mencari kesana kemari mangsa untuk ditiduri , wanita baginya hanya untuk pemuas nafsu be*atnya. Dia lebih memilih mati dari pada disentuh suami dari tantenya itu.Di ruang kerja, Alex beberapa kali menyentuh bibirnya, dia masih merasakah hal yang lembut itu di sana, namun sesaat dia kembali ke pikiran normalnya, dia bahkan mengutuk dirinya sendiri yang sudah kehilangan kendali . Bagaimana bisa dirinya kini menginginkan seorang perempuan. Lebih parahnya perempuan yang di inginkannya adalah keponakan dari istrinya."Ahh.." teriaknyaAlex bah
Waktu menunjukkan pukul tiga sore ketika pulang memeriksakan diri ke Dr. Paul bersama Mertuanya. Mertuanya pulang ke kediamannya setelah mengantar Bella pulang ."Andai saja Alex mau, tidak perlu seribet ini permasalahan nya." gumamnya.Lima tahun Bella menjadi istri dari Alex Sadewa tidak sejengkal pun dari tubuhnya pernah disentuh oleh suaminya itu dan sekarang mertuanya meminta cucu, sampai kiamat pun tak akan pernah ada. Bella bahkan tak dapat marah dengan seorang pria yang konon menjadi suaminya itu, semua sudah tertulis dalam kontrak perjanjian.Lima tahun yang laluBella hanya seorang aktris pembantu sangat sulit meraih ketenaran tanpa bantuan seseorang atau sebuah skandal . Dirinya tak mempunyai apapun yang dapat di andalkan.Hingga seorang teman menawarinya sebuah kesepakatan. Bella menerimanya dan kebetulan saat itu dia sangat memerlukan uang untuk biaya pendidikan Dania di Universitas . Bella dengan terpaksa mengambil jalan pintas itu.
Mentari pagi telah menampakkan sinarnya yang masuk melalui celah tirai dinding kaca yang ada membuat Dania menutup wajahnya dengan telapak tangan, cahaya yang menyilaukan. Dania bangun berjalan ke arah balkon, menatap indahnya pemandangan rumah mewah itu dari balkon kamarnya. Namun sebuah suara mengganggu pendengarannya."Tuan maafkan aku Tuan, maaf."Terdengar suara memelas meminta pengampunan , begitu jelas, Dania bahkan mengenali suara khas wanita tersebut."Tuan aku janji akan berusaha, aku berjanji Tuan ,"Suara itu semakin jelas terdengar ."Aku mohon Tuan jangan ceraikan aku."Brukk.. Prangg.. terdengar suara benda terjatuh dan pecah.Dania mematung mencerna semua yang didengarnya. Terdengar isakan tangis yang menggema. Dania merasakan jantungnya seperti teriris belati yang tajam. Suara itu suara tantenya Bella.Dania mengepalkan erat telapak tangannya. Pria yang sungguh sangat tidak bersyukur pikirnya. Tan
Seluas mata memandang, kota yang menjadi saksi hadirnya dirinya ke dunia. Dania duduk di sebuah kursi dengan menghadap ke dinding kaca di hadapannya. Maniknya yang indah kini berair mengingat kesakitan hati yang di dapatnya tujuh tahun yang lalu dan hingga sekarang tidak terdengar sedikitpun dari kedua orang tuanya. Hatinya rintih batinnya lirih ketika kenangan buruk itu kembali terngiang di ingatannya.Dania yang kini sudah tumbuh jadi gadis dewasa dengan tubuhnya yang tidak kalah dari model itu kini mengambil ponselnya dan menelpon tantenya lagi. Dia tidak ingin malam pertamanya sendirian.“ Hallo Tante, malam ini ke apartement kan?” tanyanya.“Nanti malam tante pulang kerumah , kamu kalau mau pulang ke rumah utama ya!” jawab Bella dengan tergesa. Dia masih sangat sibuk sekarang.“Tapi Tan ,bagaimana kalau tidak di bukakan pagar lagi?” Dania bertanya balik.“Nanti Tante telpon mang Manto biar membua
Dania Faransisca di usianya yang ke 21 tahun telah menyelesaikan pendidikannya di Inggris. Gadis beparas cantik dengan rambut panjangnya itu kini akan kembali ke Kota asalnya. Kota dimana dia dilahirkan dan dikota itu juga dia harus kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Perpisahan kedua orang tuanya membuatnya hidup seorang diri. Tidak ada di antara keduanya yang mau membawa Dania ikut bersama dengan mereka. Seperti sampah yang terinjak dan terbuang itulah yang dirasakan Dania saat hari kelahirannya 7 tahun yang lalu. Semua bagai mimpi buruk yang menghancurk UUan jiwa dan raganya. Hingga pada malam dimana dia tidur sendirian tanpa seorang pun dari orang tuanya yang mempedulikkannya. Mereka pergi begitu saja . Seorang perempuan dengan mantel tuanya datang merengkuh Dania kedalam pelukannya. Bagai cahaya malaikat itu datang memberikannya secercah harapan untuk hidupnya. Malaikat itu bernama Bella Wijaya adik bungsu dari Frans Wijaya -ayahnya Dan