Waktu menunjukkan pukul tiga sore ketika pulang memeriksakan diri ke Dr. Paul bersama Mertuanya. Mertuanya pulang ke kediamannya setelah mengantar Bella pulang .
"Andai saja Alex mau, tidak perlu seribet ini permasalahan nya." gumamnya.
Lima tahun Bella menjadi istri dari Alex Sadewa tidak sejengkal pun dari tubuhnya pernah disentuh oleh suaminya itu dan sekarang mertuanya meminta cucu, sampai kiamat pun tak akan pernah ada. Bella bahkan tak dapat marah dengan seorang pria yang konon menjadi suaminya itu, semua sudah tertulis dalam kontrak perjanjian.
Lima tahun yang lalu
Bella hanya seorang aktris pembantu sangat sulit meraih ketenaran tanpa bantuan seseorang atau sebuah skandal . Dirinya tak mempunyai apapun yang dapat di andalkan.
Hingga seorang teman menawarinya sebuah kesepakatan. Bella menerimanya dan kebetulan saat itu dia sangat memerlukan uang untuk biaya pendidikan Dania di Universitas . Bella dengan terpaksa mengambil jalan pintas itu.
****
Bella masih gamang di peraduannya memikirkan dia bahkan tidak pernah disentuh pria manapun, selama ini dalam pikirannya hanyalah bekerja, syuting adalah hobby yang menjadi nafasnya.
"Pria mana yang mau menyerahkan hidupnya menyentuh istri dari Alex Sadewa?” gumamnya.
Bella baru ingat kalau ada syuting , waktunya tinggal setengah jam lagi.
"Bell .. kamu dimana ?" tanya sutradara bernama Kevin. Di usia mudanya dia sudah memproduksi Film terlaris dan sangat sukses dipasaran.
"Tunggu Kev , aku masih di jalan ."
Bella Azora aktris yang juga istri dari Alex Sadewa tidak ada yang berani mengusiknya di tempat syuting . Meski dia terlambat atau melakukan kesalahan besar sekalipun, tapi Bella tidak pernah memanfaatkan kekuasaan suaminya ,dia bersikap biasa saja.
Asistennya Nindi sudah menunggunya di parkiran, kali ini lokasi syutingnya di sebuah Hotel berbintang. Saat Bella tiba rapat sudah selesai, cibiran bahkan didapatkannya dari salah satu aktris pemeran pembantu, namun Bella menganggapnya hanya angin lalu.
Bella telah selesai berganti kostum, kini Bella menggunakan gaun tanpa lengan di atas lutur berwarna merah menyala. Perannya sebagai nyonya kaya sangat sesuai dengan penampilannya.
****
Syuting selesai hingga pukul dua pagi. Bella lebih memilih menyewa kamar hotel untuknya istirahat, lagi pula jarak antara rumah dan hotel cukup jauh.
"Kevin duluan ya." ucap Bella seraya berlalu meninggalkan lokasi.
Kevin pun mengacungkan dua jempolnya ke arah Bella.
Kamar 909
Bella masuk dan membersihkan seluruh tubuhnya yang terasa lengket. Walau larut setelah syuting Bella selalu membersihkan dirinya, dia tidak bisa tidur dengan kotoran dan debu yang menempel ditubuhnya.
Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarnya, Bella yang baru menyelesaikan mandinya membuka pintu dengan handuk masih menempel di kepalanya.
"Kevin, ada apa?" tanya Bella yang melihat Kevin sutradaranya ada di depan pintu kamarnya.
Kevin merogoh ponsel Bella yang ada di dalam tas selempang yang dikenakannya.
"Ini tadi ketinggalan." Kevin memberitahu. Kevin menyerahkan benda berbentuk persegi itu.
“Terima kasih ya Kev.” ucap Bella.
Kevin adalah teman lama Bella, dalam waktu bersamaan mereka terjun ke dunia hiburan. Kevin sangat mengenal Bella dan begitu juga sebaliknya.
Kevin melangkahkan kakinya setelah Bella menutup pintu kamarnya. Ada raut kekecewaan dalam benaknya. Mereka yang sebelumnya sangat dekat itu kini seperti mempunyai jarak ribuan kilometer. Sejak menikah dengan Alex Sadewa temannya itu berubah sangat drastis, yang disayangkannya adalah perubahan sikap Bella kepadanya.
****
Sabtu Pagi. 09.00
Dani mengunyah roti dimulutnya, mulutnya tersedak ketika Alex duduk di kursi di sebelah kanannya.
Uhuk.. uhuk..
Bi Susi yang melihat , mengambil air putih dan meletakkannya di meja di depan Dania.
"Pelan-pelan Non !" ucap Bi Susi Khawatir. Dania meminum air putih dengan buru-buru.
Dania segera mnghabiskan roti dimulutnya, dia sangay terganggu dengan keberadaan pria yang memperlakukan istrinya dengan buruk itu.
Perasaan benci telah membuat sarang di dalam hatinya. Sejak pagi itu, saat ia mendengar tantenya harus memohon kepada pria yang bernama Alex Sadewa itu, hatinya ikut merasakan kesedihan.
Dania menghabiskan roti dengan hanya beberapa kali kunyahan dan menghabiskan segelas susu, dia ingin cepat meninggalkan meja , perutnya seketika kenyang. Di umurnya ke 21 tahun sifat kekanakannya masih sangat dominan dengan nampak memperlihatkan sikap ketidaksukaanya terhadap suatu hal yang membuatnya tidak nyaman.
Alex melihat Dania meninggalkan meja makan, dilihatnya gadis muda itu berlalu sifat kekanakannya membuat Alex menyunggingkan senyum miringnya. Alex menegang, matanya tak berhenti menatap saat Dania menyibak rambut lurusnya yang panjang ke bahu kanan nya, leher jenjangnya yang putih mulus membuat Alex meneguk salivanya. Alex yang selama hidupnya belum pernah menyentuh wanita itu hatinya bergemuruh, ada perasaan menggelitik mengitari ulu hatinya, hingga gadis itu menghilang Alex masih memandanginya.
***
Di akhir pekan, Alex masih berteman dengan laptopnya banyak hal yang harus diperiksanya, tapi kali ini Alex sangat tidak fokus ,pikirannya mengambang wajah Dania lalu lalang di pikirannya.
"Shitt." Alex mengumpat dirinya sendiri.
Alex keluar dari ruang kerjanya, mengambil minuman untuk melegakan tenggorokannya yang terasa tercekik. Dia tidak pernah memikirkan perempuan sebelumnya dan dia tidak ingin memikirkannya.
Tangannya refleks menangkap pinggang langsing Dania yang bepapasan dengannya ketika ingin memasuki lift membawanya ke dalam pelukannya. Alex yang baru saja ingin masuk kedalam lift itu membawa Dania dengan paksa, kemudian menguncinya di sisi dinding.
Dania terpaku pikirannya masih mencerna yang terjadi. Kini nerta saling bertatapan. Alex tak kuasa menahan keinginannya, bibir ranum Dania yang berwarna merah muda sangat menggoda. Alex mendekatkan bibirnya menuju target, terasa dingin dan lembut saat bibirnya menyentuhnya.
Plakk.. belum puas Alex merasakan benda lembut itu, Dania melayangkan tangannya tepat di pipi sebelah kiri Alex. Wajah Dania merah padam melihat lelaki yang kini ada di hadapannya. Bisa bisanya dia melakukan hal yang tidak senonoh kepada keponakan istrinya sendiri.
"Baj*ngan." umpat Dania dengan wajah marahnya, netranya berbinar tidak percaya dengan yang dilakukan suami dari tantenya itu.
Sangat menjijikan bagi Dania, suami dari tantenya menyentuhnya. Di saat tantenya sangat mencintainya. Di saat tantenya memohon untuk mempertahankan hubungan rumah tangga mereka. Tidak peduli apa kekurangan tentenya yang Dania tahu suami tantenya itu bukan pria yang baik.
Alex menyentuh pipinya yang terasa panas karena tamparan Dania. Dia menatap tajam ke arah Dania yang berlalu pergi meninggalkannya, nafasnya menderu menahan amarah, Siapa yang berani menyentuh Alex semua akan tahu akibatnya.
Nafas Dania terengah dia lari terbirit menuju kamarnya dan kemudian mengunci dengan rapat. Tangannya masih gemetar,tubuhnya masih bersender di daun pintu. Gadis bermata coklat itu ketakutan namun rasa bencinya semakin menjadi.
Dania masih dalam akal sehatnya, bukan gadis yang dengan sembarang menyerahkan diri apa lagi dengan pria yang sudah beristri, terlebih lagi istrinya adalah tantenya sendiri yang sudah di anggapnya seperti ibunya, baginya Bella sangat berarti."Dasar ba*jing*n." umpat Dania berulang kali, kemarahannya begitu memuncak, bagi Dania Alex seperti halnya pria hidung belang kebanyakan, yang tidak menghargai istri sendiri, mencari kesana kemari mangsa untuk ditiduri , wanita baginya hanya untuk pemuas nafsu be*atnya. Dia lebih memilih mati dari pada disentuh suami dari tantenya itu.Di ruang kerja, Alex beberapa kali menyentuh bibirnya, dia masih merasakah hal yang lembut itu di sana, namun sesaat dia kembali ke pikiran normalnya, dia bahkan mengutuk dirinya sendiri yang sudah kehilangan kendali . Bagaimana bisa dirinya kini menginginkan seorang perempuan. Lebih parahnya perempuan yang di inginkannya adalah keponakan dari istrinya."Ahh.." teriaknyaAlex bah
Dania Faransisca di usianya yang ke 21 tahun telah menyelesaikan pendidikannya di Inggris. Gadis beparas cantik dengan rambut panjangnya itu kini akan kembali ke Kota asalnya. Kota dimana dia dilahirkan dan dikota itu juga dia harus kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Perpisahan kedua orang tuanya membuatnya hidup seorang diri. Tidak ada di antara keduanya yang mau membawa Dania ikut bersama dengan mereka. Seperti sampah yang terinjak dan terbuang itulah yang dirasakan Dania saat hari kelahirannya 7 tahun yang lalu. Semua bagai mimpi buruk yang menghancurk UUan jiwa dan raganya. Hingga pada malam dimana dia tidur sendirian tanpa seorang pun dari orang tuanya yang mempedulikkannya. Mereka pergi begitu saja . Seorang perempuan dengan mantel tuanya datang merengkuh Dania kedalam pelukannya. Bagai cahaya malaikat itu datang memberikannya secercah harapan untuk hidupnya. Malaikat itu bernama Bella Wijaya adik bungsu dari Frans Wijaya -ayahnya Dan
Seluas mata memandang, kota yang menjadi saksi hadirnya dirinya ke dunia. Dania duduk di sebuah kursi dengan menghadap ke dinding kaca di hadapannya. Maniknya yang indah kini berair mengingat kesakitan hati yang di dapatnya tujuh tahun yang lalu dan hingga sekarang tidak terdengar sedikitpun dari kedua orang tuanya. Hatinya rintih batinnya lirih ketika kenangan buruk itu kembali terngiang di ingatannya.Dania yang kini sudah tumbuh jadi gadis dewasa dengan tubuhnya yang tidak kalah dari model itu kini mengambil ponselnya dan menelpon tantenya lagi. Dia tidak ingin malam pertamanya sendirian.“ Hallo Tante, malam ini ke apartement kan?” tanyanya.“Nanti malam tante pulang kerumah , kamu kalau mau pulang ke rumah utama ya!” jawab Bella dengan tergesa. Dia masih sangat sibuk sekarang.“Tapi Tan ,bagaimana kalau tidak di bukakan pagar lagi?” Dania bertanya balik.“Nanti Tante telpon mang Manto biar membua
Mentari pagi telah menampakkan sinarnya yang masuk melalui celah tirai dinding kaca yang ada membuat Dania menutup wajahnya dengan telapak tangan, cahaya yang menyilaukan. Dania bangun berjalan ke arah balkon, menatap indahnya pemandangan rumah mewah itu dari balkon kamarnya. Namun sebuah suara mengganggu pendengarannya."Tuan maafkan aku Tuan, maaf."Terdengar suara memelas meminta pengampunan , begitu jelas, Dania bahkan mengenali suara khas wanita tersebut."Tuan aku janji akan berusaha, aku berjanji Tuan ,"Suara itu semakin jelas terdengar ."Aku mohon Tuan jangan ceraikan aku."Brukk.. Prangg.. terdengar suara benda terjatuh dan pecah.Dania mematung mencerna semua yang didengarnya. Terdengar isakan tangis yang menggema. Dania merasakan jantungnya seperti teriris belati yang tajam. Suara itu suara tantenya Bella.Dania mengepalkan erat telapak tangannya. Pria yang sungguh sangat tidak bersyukur pikirnya. Tan