Seluas mata memandang, kota yang menjadi saksi hadirnya dirinya ke dunia. Dania duduk di sebuah kursi dengan menghadap ke dinding kaca di hadapannya. Maniknya yang indah kini berair mengingat kesakitan hati yang di dapatnya tujuh tahun yang lalu dan hingga sekarang tidak terdengar sedikitpun dari kedua orang tuanya. Hatinya rintih batinnya lirih ketika kenangan buruk itu kembali terngiang di ingatannya.
Dania yang kini sudah tumbuh jadi gadis dewasa dengan tubuhnya yang tidak kalah dari model itu kini mengambil ponselnya dan menelpon tantenya lagi. Dia tidak ingin malam pertamanya sendirian.
“ Hallo Tante, malam ini ke apartement kan?” tanyanya.
“Nanti malam tante pulang kerumah , kamu kalau mau pulang ke rumah utama ya!” jawab Bella dengan tergesa. Dia masih sangat sibuk sekarang.
“Tapi Tan ,bagaimana kalau tidak di bukakan pagar lagi?” Dania bertanya balik.
“Nanti Tante telpon mang Manto biar membuakan kamu pagar..”
“Baiklah kalau begitu.”
Bersama dengan tenggelamnya sang cahaya Dania dengan penuh semangat kembali menuju rumah besar dan mewah yang didatanginya tadi siang. Namun kali ini dia dengan mudah masuk kedalam tanpa harus menunggu penjaga keamanan itu menghubungi tuannya.
Sebuah rumah besar dengan didominasi warna putih di seluruh bagian rumah tersebut membuat kesan mewah yang sangat elegan. Seorang wanita paruh baya datang menghampirinya.
“Ini Non Dania ya?” tanyanya dengan sopan.
“Iya Bu, Tante Bellanya sudah datang belum?”tanya Dania pada wanita paruh baya itu.
“Oh.. nyonya Bella, belum datang Non tapi kata nyonya Non Dania masuk ke kamar saja dulu.”
Wanita itu memperkenalkan diri kalau dirinya adalah pelayan rumah tangga di rumah itu. Namanya Nunu panggilannya Bi Nunu. Dia membawa Dania ke lantai tiga dengan menggunakan lift.
Sejauh mata mata memandang hanya ada perabotan mewah disetiap sudut ruangan membuat Dania semakin terperangah. Tantenya yang dulu hanya seorang aktris pembantu kini menjadi seorang konglomerat. Namun tidak sedikitpun Dania berpikir buruk tentang tantenya itu. Dania tahu kalau tantenya menikah dengan seorang petinggi perusahaan walau Dania tidak menyangka kalau pria yang di nikahi tantenya itu sekaya ini.
Dia memasuki sebuah kamar yang sudah di siapkan oleh Bi Nunu sebelumnya. Wooow kamar yang sangat luas dengan perabotan yang lengkap dan juga bernuansa warna kuning warna favorite Dania.
Tubuhnya begitu lelah setelah perjalanan yang panjang dan juga harus bolak balik kerumah mewah ini. Direbahkannya tubuhnya yang rintih di kasur empuk dan juga besar. Mata lelahnya langsung menutup rapat tidak lama setelah merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Dia sudah tidak peduli dengan kopernya yang belum dibukanya sama sekali. Dania tidur hanya dengan menggunakan piama mandi yang ada tersedia di kamar mandi.
“Lepaskan.!” Dania meronta meminta pria yang sedang memeluk erat tubuhnya melepaskannya.
Pria yang sama dengan yang mengantarnya ke apartement. Pria itu masih dengan mode senyapnya tanpa bicara sepatak katapun.
“Aku bilang lepaskan, atau aku adukan kamu kepada pemilik rumah ini!” ancam Dania garang. Tangannya masih berusaha melepaskan pelukan pria itu .
“Siapa yang menyuruhmu ada disini.” Suara yang terdengar berat dan menakutkan.
“A-aku keponakan pemilik rumah ini . Tidak ada urusan denganmu kenapa aku ada dirumah ini.”jelas Dania dengan tergagap.
Pria yang bertubuh kekar dengan paras tampan nya itu bernama Alex Sadewa suami dari Bella Wijaya. Pria berumur 30 tahun itu sangat terganggu dengan perempuan yang ada di hadapannya kini. Perempuan yang merentangkan tangannya di jalanan dan membuatnya harus menghentikan mobilnya mendadak.
Entah masuk dari mana perempuan ini kerumahnya. Alex sudah memberitahu penjaga keamanan untuk tidak membiarkan orang masuk dengan sembarangan tanpa izinnya. Perempuan itu kini hanya memakai piama mandi di hadapannya. Pahanya terekspos ,membuat yang melihat menginginkannya.
“Sial!”gumamnya dibenaknya. Alex tidak menyangka dirinya begitu terperdaya dengan pesona perempuan yang meronta di bawah tubuhnya. Alex yang di kenal dingin dan tak tersentuh wanita itu harus mengutuk dirinya sendiri.
“ Lepaskan !” Dania masih dengan sikap memberontaknya. Dia mencoba terus terusan mendorong tubuh yang kini ada di atas tubuhnya.
Alex bangkit dan membenarkan pakaiannya,mengibas -ngibas jas nya yang tidak berdebu itu seakan baru saja menyentuh barang kotor.
“Bukankah aku telah mengantarmu ke apartement, sekarang kenapa kamu ada disini.”
Alex baru saja sadar dengan perempuan yang ada di hadapannya itu bukan halusinasinya. Perempuan itu nyata . Alex dengan tubuh lelahnya penasaran dengan pintu kamar yang tidak terkunci dengan rapat dan mendapati sesosok perempuan yang tertidur di ranjang. Perempuan yang membuat tubuhnya bereaksi. Alex sepintas berpikir perempuan itu hanya halusinasi.
“Tante Bella yang memintaku kesini!” jelasnya dengan tubuh yang gemetar.
Dania bangun dari tempat tidur dan membetulkan pakaiannya yang sedikit terbuka, matanya melirik pria yang tidak henti menatapnya. Dania pun berbalik memalingkan tubuhnya.
“Aku suaminya Bella, disini rumahku bukan rumah Bella dan semua harus atas izin ku” tegasnya pada perempuan yang memalingkan tubuh darinya.
Alex pergi meninggalkan kamar yang membuatnya berhalusinasi, betapa malu dirinya di hadapan keponakan dari istrinya itu. Dirinya yang seorang pemimpin dari perusahaan besar dan mempunyai istri aktris terkenal dan cantik itu khilap di atas tubuh keponakan istrinya. Mau ditaruh dimana wajah berwibawanya itu.
Dania memastikan kembali pintu tertutup dengan rapat dan dikunci dengan tuas pengunci dari dalam agar tidak ada lagi sembarang orang yang masuk. Dirinya begitu shok ketika terjaga dari tidurnya mendapati pria di atas tubuhnya. Untung saja pria itu menghentikan aksinya. “apa mungkin dia pikir aku adalah Bella istrinya.”
Alex menuju kamarnya yang tidak jauh dari kamar keponakan istrinya. Sejak kapan istrinya itu melanggar perintahnya.
Tanggannya dengan tidak sabar melakukan panggilan tepon pada Bella istrinya yang kini sedang tidak ada dirumah.
“Di mana kamu sekarang?”tanyanya dengan kasar.
Bella mengetepika tubuhnya dari kerumunan para rekan kerjanya yang sedang bersiap melakukan syuting . Malam ini ada syuting dadakan yang harus membuatnya tidak dapat menepati ucapannya pada Dania keponakannya.
“Di Lokasi Syuting Tuan.” Ucap Bella dengan nada sopan dan pelan.
“Ada hak apa kamu membiarkan orang masuk kerumahku tanpa izinku, bukankan sudah aku bilang kalau aku sedang ada dirumah tidak ada yang boleh masuk tanpa izinku!” bentak Alex dengan panjang lebar .
Bella menarik tangannya yang memegang ponsel setinggi yang dia bisa agar tidak mendengar ocehan dari Tuan yang sekaligus suaminya itu.
“Maaf Tuan, aku pikir karena dia keponakan ku sehingga tidak masalah untuk anda dan maaf saya tidak tahu kalau anda sedang ada dirumah hari ini.” Bella membela diri sebisa mungkin.
Alex mematikan telponnya tanpa mengucapkan salam perpisahan ataupun selamat malam pada istrinya yang selama lima tahun telah membersamainya.
Mentari pagi telah menampakkan sinarnya yang masuk melalui celah tirai dinding kaca yang ada membuat Dania menutup wajahnya dengan telapak tangan, cahaya yang menyilaukan. Dania bangun berjalan ke arah balkon, menatap indahnya pemandangan rumah mewah itu dari balkon kamarnya. Namun sebuah suara mengganggu pendengarannya."Tuan maafkan aku Tuan, maaf."Terdengar suara memelas meminta pengampunan , begitu jelas, Dania bahkan mengenali suara khas wanita tersebut."Tuan aku janji akan berusaha, aku berjanji Tuan ,"Suara itu semakin jelas terdengar ."Aku mohon Tuan jangan ceraikan aku."Brukk.. Prangg.. terdengar suara benda terjatuh dan pecah.Dania mematung mencerna semua yang didengarnya. Terdengar isakan tangis yang menggema. Dania merasakan jantungnya seperti teriris belati yang tajam. Suara itu suara tantenya Bella.Dania mengepalkan erat telapak tangannya. Pria yang sungguh sangat tidak bersyukur pikirnya. Tan
Waktu menunjukkan pukul tiga sore ketika pulang memeriksakan diri ke Dr. Paul bersama Mertuanya. Mertuanya pulang ke kediamannya setelah mengantar Bella pulang ."Andai saja Alex mau, tidak perlu seribet ini permasalahan nya." gumamnya.Lima tahun Bella menjadi istri dari Alex Sadewa tidak sejengkal pun dari tubuhnya pernah disentuh oleh suaminya itu dan sekarang mertuanya meminta cucu, sampai kiamat pun tak akan pernah ada. Bella bahkan tak dapat marah dengan seorang pria yang konon menjadi suaminya itu, semua sudah tertulis dalam kontrak perjanjian.Lima tahun yang laluBella hanya seorang aktris pembantu sangat sulit meraih ketenaran tanpa bantuan seseorang atau sebuah skandal . Dirinya tak mempunyai apapun yang dapat di andalkan.Hingga seorang teman menawarinya sebuah kesepakatan. Bella menerimanya dan kebetulan saat itu dia sangat memerlukan uang untuk biaya pendidikan Dania di Universitas . Bella dengan terpaksa mengambil jalan pintas itu.
Dania masih dalam akal sehatnya, bukan gadis yang dengan sembarang menyerahkan diri apa lagi dengan pria yang sudah beristri, terlebih lagi istrinya adalah tantenya sendiri yang sudah di anggapnya seperti ibunya, baginya Bella sangat berarti."Dasar ba*jing*n." umpat Dania berulang kali, kemarahannya begitu memuncak, bagi Dania Alex seperti halnya pria hidung belang kebanyakan, yang tidak menghargai istri sendiri, mencari kesana kemari mangsa untuk ditiduri , wanita baginya hanya untuk pemuas nafsu be*atnya. Dia lebih memilih mati dari pada disentuh suami dari tantenya itu.Di ruang kerja, Alex beberapa kali menyentuh bibirnya, dia masih merasakah hal yang lembut itu di sana, namun sesaat dia kembali ke pikiran normalnya, dia bahkan mengutuk dirinya sendiri yang sudah kehilangan kendali . Bagaimana bisa dirinya kini menginginkan seorang perempuan. Lebih parahnya perempuan yang di inginkannya adalah keponakan dari istrinya."Ahh.." teriaknyaAlex bah
Dania Faransisca di usianya yang ke 21 tahun telah menyelesaikan pendidikannya di Inggris. Gadis beparas cantik dengan rambut panjangnya itu kini akan kembali ke Kota asalnya. Kota dimana dia dilahirkan dan dikota itu juga dia harus kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Perpisahan kedua orang tuanya membuatnya hidup seorang diri. Tidak ada di antara keduanya yang mau membawa Dania ikut bersama dengan mereka. Seperti sampah yang terinjak dan terbuang itulah yang dirasakan Dania saat hari kelahirannya 7 tahun yang lalu. Semua bagai mimpi buruk yang menghancurk UUan jiwa dan raganya. Hingga pada malam dimana dia tidur sendirian tanpa seorang pun dari orang tuanya yang mempedulikkannya. Mereka pergi begitu saja . Seorang perempuan dengan mantel tuanya datang merengkuh Dania kedalam pelukannya. Bagai cahaya malaikat itu datang memberikannya secercah harapan untuk hidupnya. Malaikat itu bernama Bella Wijaya adik bungsu dari Frans Wijaya -ayahnya Dan