"Sepertinya kau benar-benar lelah, dan tubuhmu sangat dingin, " Amar Mea Malawi prihatin dengan kondisi istrinya. "Kau harus diperiksa oleh dokter.""Jika Mary Aram tidur awal, besok pasti akan baik," Mary Aram malas berurusan dengan Meina Aram. "Besok Mary Aram akan memeriksakan diri di Balai Pengobatan milik ayah saja.""Baiklah!" Amar Mea Malawi mengusap keringat dingin di punggung istrinya."Suamiku," Mary Aram menatap mata Amar Mea Malawi. Dengan tulus ia tersenyum, "Terimakasih!""Kita tidur awal, besok aku mengantarmu ke Balai Pengobatan," Amar Mea Malawi mengecup kening istrinya.Malam itu berlalu penuh dengan kedamaian, Mary Aram bersandar dalam pelukan suaminya. Sosok pria dewasa yang tampan dan gagah, dengan bidang maskulin yang indah hanya tertutup segitiga biru. Harum dan hangat!Ia benar-benar menikmati aura kasih sayang dari suaminya. Hembusan lembut napas Amar Mea Malawi menggugah hati Mary Aram."Suamiku benarkah kau cinta padaku?" Ia memejamkan mata menikmati hembus
["Maaf Meina Aram, segala urusan keuangan rumah tangga berada di tangan istriku. Jika itu urusan keuangan bisnis, barulah urusanku," nada bicara Amar Mea Malawi terdengar tegas.]Mary Aram menghentikan langkahnya, suaminya itu sedang berbicara serius dengan Meina Aram di taman.["Amar Mea, istrimu itu memotong banyak uang belanjaku. Bagaimana hidupku selama satu bulan?" Meina Aram protes dengan kesal.]Kenapa kedua Aram bersaudara bisa mendapatkan tunjangan dari Amar Mea Malawi? Dan begitu mudahnya mereka meminta uang, seolah Amar Mea adalah keluarga mereka?["Aku tidak bisa mencampur pengeluaran untuk bisnis dengan pengeluaran rumah tangga," Amar Mea Malawi melambaikan tangan memanggil salah seorang pelayan Mary Aram yang sedang memetik bunga mawar di taman.]["Berikan madu ini pada Nyonya Muda, pastikan majikanmu itu meminumnya," pria itu menyerahkan sebotol madu pada pelayan Mary Aram.]Meina Aram menatap iri atas perhatian Amar Mea Malawi kepada istrinya. Betapa beruntung sepupu d
["Amar Mea, aku sangat kesal! Istrimu itu memikat hati Adam Mizeaz." Meina Aram menangis, "Sejak kehadiran Mary Aram, Adam Mizeaz mengacuhkan diriku.]["Mengapa harus kesal? Toh Mary Aram adalah istriku, Adam Mizeaz tidak dapat memiliki Mary Aram," Amar Mea Malawi berkomentar heran.']["Aku mendapati Adam Mizeaz membeli obat untuk organ intim ketika Mary Aram dirawat di pondok Apung," tangisan Mary Aram tidak terbendung. "Tentunya Adam Mizeaz telah menyingkap aurat intim istrimu ketika mengobatinya"]["Meina Aram, omong kosong apa itu?" Amar Mea Malawi memotong pembicaraan Meina Aram. "Adam Mizeaz seorang dokter, wajar saja jika ia mengobati pasiennya."]["Kau tidak cemas akan hal itu Amar Mea? Dari dokter, diam-diam bisa menjadi kekasih," tangis Meina Aram menggoyahkan hati Amar Mea.]Mary Aram tersentak mendengar pengaduan Meina Aram, dirinya mendapat firasat tidak baik akan terjadi. Ia menggenggam tangan nona Patrice erat."Nyonya Muda... Tidak akan terjadi apa-apa," nona Patric
Keheningan ruangan serta kelelahan tubuh membantu Mary Aram untuk melepas lelahnya, lelah tubuh, lelah batin. Mary Aram benar-benar putus asa, ia tidak mengharapkan hari esok. Sebab hari esok akan sama saja."Dokter Esmeralda…" perlahan pintu di geser."Ya dokter Mizeaz, Silahkan masuk! Aku sudah selesai menangani pasien," suara ramah dokter Esmeralda menyambut kedatangan dokter Mizeaz."Aku melihat seseorang yang ku kenal dibawa masuk ke ruangan ini," dokter Mizeaz bertanya dengan penuh kecemasan."Oh! Anda mengenal Nyonya Mary Aram?" Dokter Esmeralda menarik napas lega. "Tolong bantu kami menghubungi keluarganya, pelayannya kebingungan mengurus administrasi rumah sakit.""Aku sangat mengenal Mary Aram, kami berteman baik!" Dokter Mizeaz mengambil berkas administrasi Mary Aram di atas meja. "Aku yang akan membayar biaya pengobatannya. Bagaimana keadaannya?""Apakah suaminya itu sakit jiwa? Perbuatannya sungguh brutal!" Dokter Esmeralda sangat marah. Adam Mizeaz melangkah masuk ke da
"Nyonya Mudamu selamat, namun sayang bayinya tidak selamat," dokter Mizeaz mendengus kesal."Oh!" Nona Patrice merasa bersalah tidak menjaga majikannya dengan baik."Sudahlah, hubungi orang rumah. Kabarkan jika nyonya muda selamat," dokter Mizeaz berusaha tersenyum, kemudian ia kembali tenggelam dalam percakapan telepon dengan kawan-kawannya mencari Meina Aram dan Amar Mea Malawi.Akhirnya dokter Mizeaz mendapat kabar jika Meina Aram dan Amar Mea Malawi berada di lahan yang akan mereka beli untuk mendirikan poliklinik Meina Aram. "Apakah itu lahanmu Boa Moza? Jika itu lahanmu, aku akan membelinya," dokter Mizeaz tiba-tiba mendapatkan gagasan, untuk masa depan Mary Aram.["Ya! Itu lahanku Adam Mizeaz," suara rekan dokter Adam Mizeaz menjawab antusias.]"Baik! Lahan itu bersebelahan dengan Balai Pengobatan dokter Felix Aram, aku berencana menjalin bekerja sama dengan anak perempuan dokter Felix Aram membangun rumah sakit serta layanan kesehatan untuk masyarakat tidak mampu," dokter Mi
Dengan penuh emosi dokter itu menuding Amar Mea Malawi, "Aku tidak menyingkap aurat Mary Aram! Adikmu itu ular beludak! Terus saja mempercayai mulut racunnya."Dokter tampan itu kembali menghajar Amar Mea Malawi, tentu saja Amar Mea Malawi melawan dengan penuh amarah. Keduanya terlibat pertarungan yang seimbang."Adam Mizeaz cukup! Kau bisa membunuh kakakku!" Dengan panik Meina Aram berteriak sekuat tenaga. "Boa Moza tolong buka pintunya! Kakakku bisa terluka.""Mengapa Adam Mizeaz sangat marah dan menyerang dirimu? Sempat aku lihat dokter itu menunjuk ke arah dirimu, apakah perkelahian mereka berdua disebabkan olehmu?" Tiba-tiba Boa Moza menoleh dan mencengkram tengkuk Meina Aram."Boa Moza, kau menyakitiku!" Meina Aram berusaha melepaskan diri."Jangan kau sentuh Mary Aram! Jika aku mendapati kau mencurangi Mary Aram, aku akan membuat perhitungan padamu," mata Boa Moza sangat mengerikan, membuat Meina Aram menciut nyalinya. "Aku membatalkan transaksi penjualan lahan kepadamu.""Apak
Adam Mizeaz tertegun menatap surat lahan di tangan Boa Moza, lalu menatap mata Boa Moza. 'Semudah itu mendapatkan sebuah lahan yang bernilai fantastis?'Dokter Adam Mizeaz berusaha mencerna makna tatapan mata Boa Moza."Kenapa? Kau membatalkan proyekmu?" Boa Moza tersenyum menanggapi tatapan ragu-ragu dokter Mizeaz."Kau memiliki maksud terselubung?" Dokter Mizeaz mempelajari ekspresi wajah tenang Boa Moza. "Lahan milikmu bernilai fantastis, semudah itu kau berikan kepadaku?""Ya! Aku mengincar penelitian herbal dokter Felix Aram! Dengan memproduksi hasil penelitian herbal dokter Felix Aram, aku mendapatkan banyak keuntungan," Boa Moza balas menatap mata dokter Mizeaz, sorot matanya menunjukkan bahwa ia tidak main-main."Baik! Kau akan mendapatkannya!" Dokter Mizeaz beranjak meninggalkan kantor Boa Moza dengan sertifikat lahan incarannya di tangan. Banyak harapan yang ada di benaknya, yang utama adalah merebut Mary Aram!Perahu terus melaju menuju ke laut. Mary Aram terpekik kegirang
"Kau sangat cantik," Abee Bong Moja kembali memagut bibir indah pujaan hatinya. Tangannya mengeluarkan sehelai sapu tangan putih, lalu menutupkan ke wajah Mary Agam.Abee Bong Moja mengecup lembut kening Mary Aram serta berbisik, "Di Bawah pancaran sinar bulan purnama, aku mengambilmu menjadi istriku. Semoga TUHAN senantiasa memberi kebahagiaan kepada kita."Dalam wajah tertutup sapu tangan putih, Mary Aram merasakan Abee Bong Moja membuka pita bajunya satu persatu. Kemudian menyingkap kain tenunnya.Hembusan angin dingin membelai kulit, disertai gerak lembut bibir Abee Bong Moja menjelajahi tubuh Mary Aram. Sentuhan-sentuhan lembut itu bermain di puncak bukit mengulum kismis."Kakak sepupu…" sentuhan itu terasa hangat mengalahkan dinginnya udara Muara Mua."Panggil aku Abee Bong Moja," bisik Abee Bong Moja naik menjelajah leher."Abee Bong Moja, aku cinta padamu," bisik Mary Aram memeluk tubuh polos kekasihnya."Terimakasih Mary Aram!" Bisikan Abee Bong Moja terasa damai di hati.Per