"Abang, lihat ini." Azahra menangis ketika memperlihatkan warna merah di lehernya yang berwarna putih.
Ferdi melihat apa yang ditunjukkan oleh istrinya.
"Abang, ini juga, banyak bang," ucap Azahra. Ia baru menyadari bahwa ternyata di leher dan juga di bagian dadanya begitu banyak warna merah. Azahra baru mengetahui kondisinya seperti ini setelah selesai mandi dan memandang pantulan wajahnya di depan cermin sebelum memakai pakaian.
Ferdi yang masih memakai handuk di pinggangnya hanya diam ketika mendengar ucapan istrinya. Dirinya seakan serba salah untuk menjawab.
"Abang Rara mau ke dokter sekarang." Azahra berkata dengan menangis, ia mengusap air matanya.
"Ngapain ke dokter? Adek tidak sakit kok?" ucap Ferdi yang meletakkan punggung tangannya di kening istrinya.
"Tapi ini bang, lihat Bang leher Rara, lihat ini dada Rara. Rara harus secepatnya ke dokter, sebelum Kondisi Rara semakin sakit." Azahra benar-benar sangat bingung ketika
"Gimana apa dada Ferdi masih sakit?" tanya Attar. Meskipun kondisi menantunya terlihat sudah baik namun Attar masih sangat mencemaskan menantunya tersebut. Walau bagaimanapun ia sudah menganggap Ferdi sama seperti dengan anak kandungnya."Sudah enggak sakit Dad," jawab Ferdi yang tersenyum."Baru aja mau sehat udah nggak bisa nahan diri." Azahra berkata di dalam hatinya sambil memandang wajah suaminya. Azahra masih mengingat adegan sore tadi yang dilakukan bersama dengan suaminya.Ferdi yang menyadari tatapan mata istrinya, hanya tersenyum memandang istrinya."Senang ya, bisa pulang ke rumah," ucap Andi."Iya dong pa, di rumah sakit bosan." Jawab Ferdi."Apa lagi ada pak polis." Indah tersenyum memandang Akbar yang meminum susunya.Ferdi hanya tertawa mendengar ucapan mamanya."Untungnya ada Akbar, jadi di rumah sakit gak bosan. Kami itu terus ketawa kalau dengerin dia cerita." Azahra tersenyum memandang adik laki-lakinya
"Adek bangun." Ferdi membangunkan istrinya. Sudah berulang kali pria itu mencoba membangunkan istrinya. Namun mata istrinya tidak terbuka sedikitpun."Sayang, bangun, ini sudah subuh." Ferdi tersenyum saat istrinya tidak terbangun ketika dirinya sudah berulang kali memanggilnya. Dirapikannya rambut istrinya yang berserak menutupi wajah nan cantik tersebut. Tatapan matanya tertuju pada bibir kecil nan berwarna pink yang membuatnya tergoda. Ditatapnya wajah cantik nan polos milik istrinya. Ferdi mencium bibir istrinya sekilas. Pria itu tidak ingin mencium bibir istrinya dengan durasi waktu yang lama. Ia takut bila keinginannya kembali naik."Adek, bangun," panggil Ferdi.Azahra menggelengkan kepalanya, tubuhnya terasa begitu amat lemas. Hingga pagi seperti ini, dirinya masih begitu amat lemas dengan tubuh yang terasa tidak mau digerakkan. "Bang Rara beneran lemas," keluh Azahra. Ia tidak membuka matanya dan hanya memeluk suaminya.Ferdi diam ketika me
Setelah istrinya tidur, Ferdi turun ke bawah. Ia tahu bahwa mama dan mommynya akan berada di belakang menyiapkan sarapan pagi. Ferdi mencari keberadaan papa dan Daddynya. Senyum mengembang di bibirnya saat melihat papa dan Daddynya yang duduk di ruang keluarga dan mengobrol."Sudah bangun?" Tanya Attar saat Ferdi duduk di sofa yang ada di sampingnya."Sudah dad," jawab Ferdi."Azahra mana?" Tanya Attar."Azahra, masih di kamar," jawab Ferdi."Apa Azahra gak turun?" Attar tidak enak hati saat putrinya tidak turun kebawah, berhubung saat ini ada keluarga besannya. Walau bagaimanapun dekatnya mereka yang memang sudah layaknya saudara kandung, namun sekarang putrinya sudah menjadi istri dan menantu dari Abang angkatnya. Attar ingin putrinya bisa bersikap dewasa.Ferdi diam mendengar pertanyaan Daddy nya."Apa Azahra sakit?" Andi tampak sangat mencemaskan menantu kesayangannya."Gak pa, Azahar kecapean. Selama berada di rumah sakit,
Ferdi masuk ke rumah kedua orang tuanya. Di jam seperti ini, kondisi rumah sangat sepi karena kedua orang tuanya yang sudah berangkat dinas."Aden, Alhamdulillah akhirnya den Ferdi pulang juga. Jujur den, Bibik sangat cemas sekali saat mengetahui keadaan Aden Ferdi. Bibik ingin ke rumah sakit melihat kondisi Aden. Bibik ingin merawat Aden, karena bibik tahu bapak dan ibu dinas. Namun ibu dan bapak malah melarang Bibik den. Katanya kami yang orang tuanya saja nggak mau nemenin dia di sana. Jadi Bibik nggak usah temani Ferdi," curhat bik Mimi. Wanita berusia 45 tahun itu tampak begitu sangat senang ketika melihat Ferdi pulang ke rumahnya."Iya bik, untung aja bibik nggak datang." Ferdi tersenyum."Iya den, setelah bibik tahu ternyata Aden itu menikah dengan non Azahra. Bibik jadi harus membatalkan niat Bibik untuk menjaga den Ferdi di rumah sakit. Ini namanya sakit membawa nikmat den." Bik Mimi tersenyum dengan mengangkat-angkat alisnya."Iya bik, Alh
Ferdi tersenyum memandang Akbar yang berjalan di sampingnya. "Apa adek mau Abang gendong?" Ferdi menawarkan.Akbar tertawa mendengar pertanyaan Abang iparnya. Ia memandang Abang iparnya tanpa melanjutkan langkah kakinya. "Bukankah Abang masih belum terlalu sehat, lagi pula apa kata dunia bila melihat aku digendong. Reputasi aku sebagai cowok tampan akan selesailah sudah. Aku ini sudah besar." Akbar berkata dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Anak laki-laki dengan wajah tampan dan pipi bulat itu memandang Ferdi dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.Fedi tertawa lepas saat mendengar ucapan adik iparnya. "Apa pengen jalan-jalan?" tanyanya."Jalan-jalan ke mana?" tanya Akbar dengan membesarkan matanya."Kita akan menunggu kak Azahra pulang kuliah, jadi menjelang kak Azahra pulang, kita main-main dulu," usul Ferdi."Aku setuju, apa boleh aku minta ke mall? aku ingin main game mobil," pinta Akbar."Tentu saja boleh." Ferdi
"Ada apa?" Tanya Azahra ketika melihat raut wajah suaminya memandang layar ponselnya."Kita langsung pulang ya," ajak Ferdi."Iya." Azahra memegang tangan suaminya.Ferdi berjalan bersama dengan istrinya menuju ke parkiran mobilnya. Ia memandang ponselnya yang berdering. Dengan cepat Ferdi mengangkat sambungan telepon tersebut."Halo assalamualaikum Dad," sapa Ferdi."Waalaikumsalam, Ferdi mana sekarang?" tanya Attar."Aku lagi di kampus Azahra Dad," jawab Ferdi."Daddy sekarang lagi di kantor polisi, kamu datang ke sini ya setelah ngantar Azahra pulang," pinta Attar."Iya Dad aku akan langsung ke sana," jawab Ferdi yang sudah mengetahui tentang penangkapan orang yang melakukan penyerangan terhadapnya."Orang itu sudah tertangkap." Attar memberi tahu menantunya."Iya dad, aku baru tahu, soalnya dapat video kiriman dari teman aku yang di Natuna," ucap Ferdi."Iya, Daddy juga barusan di hubungi polisi.
Ferdi turun dari dalam mobil, ia berjalan menuju ke arah Daddynya yang saat ini menunggunya di depan kantor polisi bersama dengan kuasa hukumnya dan orang kepercayaannya."Dad." Ferdi menyalami tangan mertuanya."Iya, gimana apa Azahra dan Akbar sudah sampai di rumah?" Tanya Attar yang tersenyum memandang menantunya."Sudah Dad, tadi aku langsung antar Azahra dan Akbar ke rumah," jawab Ferdi."Pak Attar, maaf saya akan ke dalam dulu sebentar," ucap kuasa hukum Attar saat pria itu menerima pesan di ponselnya."Iya pak Haris, silahkan. Pak Haris, ingat seperti yang saya inginkan, Saya ingin orang itu dihukum seberat-beratnya. " ucap Attar."Baik pak.”"Om Farhan," sapa Ferdi yang menyalami tangan pria yang bersatu sahabat dan orang kepercayaan Daddynya."Selamat ya pengantin baru," Farhan tersenyum."Iya om terimakasih. Om apa kabar, sudah lama gak jumpa sama om Farhan." Ferdi tersenyum memandang pria ber
"Abang nggak jujur, Rara sudah harum," jawab Azahra."Enggak, abang serius. Adek gak harum, masih bau," pria itu tersenyum penuh makna."Nggak mungkin." Azahra mencoba mencium aroma tubuhnya sendiri."Ingat janji." Ferdi tersenyum dan berbisik di telinga istrinya yang begitu sangat polos dan lugu.Azahra mencubit pinggang suaminya. "Pakai alasan bilangin Rara bau." Azahra memandang suaminya, dirinya baru memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh suaminya.Ferdi tertawa saat mendengar ucapan istrinya. "Adek sudah janji." Ferdi mencium daun telinga istrinya. Sejak tadi dirinya sudah sangat sabar untuk menunda apa yang sudah dijanjikan oleh istrinya, namun kali ini ia tidak ingin lagi menundanya.Azahra memejamkan matanya ketika dirinya merasa begitu sangat geli ketika suaminya mencium daun telinganya dan menggigit-gigitnya."Tapi abang belum mandi, Abang bau." Azahra menjauh dari wajah suaminya ketika suami akan mencium bibirnya.