Azahra membuka pintu kamarnya. Ia berdiri di depan kamarnya tanpa masuk ke dalam. Ia diam ketika melihat kamar yang sudah lebih dari seminggu tidak dilihatnya. Saat ini kamarnya sudah tidak seperti kamar yang dulu di tinggalkannya. Semua isi di dalam kamar ini sudah berbeda. Nuansanya juga tidak seperti kamar gadis yang berwarna pink.
Ferdi memandang istrinya yang tampak kaged ketika memandang ke dalam kamarnya sendiri. "Kok kaget gitu?" tanya Ferdi.
"Kamar Rara biasanya nggak seperti ini," ucap Azahra.
"Apa ada barang penting yang hilang?" tanya Ferdi.
Azahra belum bisa menjawab pertanyaan suaminya karena dirinya belum memeriksa barang-barang miliknya, namun selama ini Azahra tidak memiliki barang-barang penting. "Rara nggak punya barang-barang penting sih bang, cuman biasanya kamar Rara tidak seperti ini." Azahra seakan tidak yakin ketika masuk ke dalam kamarnya. Azahra tersenyum ketika memandang dinding kamarnya, ternyata sudah terpasang foto akad nika
"Abang, lihat ini." Azahra menangis ketika memperlihatkan warna merah di lehernya yang berwarna putih.Ferdi melihat apa yang ditunjukkan oleh istrinya."Abang, ini juga, banyak bang," ucap Azahra. Ia baru menyadari bahwa ternyata di leher dan juga di bagian dadanya begitu banyak warna merah. Azahra baru mengetahui kondisinya seperti ini setelah selesai mandi dan memandang pantulan wajahnya di depan cermin sebelum memakai pakaian.Ferdi yang masih memakai handuk di pinggangnya hanya diam ketika mendengar ucapan istrinya. Dirinya seakan serba salah untuk menjawab."Abang Rara mau ke dokter sekarang." Azahra berkata dengan menangis, ia mengusap air matanya."Ngapain ke dokter? Adek tidak sakit kok?" ucap Ferdi yang meletakkan punggung tangannya di kening istrinya."Tapi ini bang, lihat Bang leher Rara, lihat ini dada Rara. Rara harus secepatnya ke dokter, sebelum Kondisi Rara semakin sakit." Azahra benar-benar sangat bingung ketika
"Gimana apa dada Ferdi masih sakit?" tanya Attar. Meskipun kondisi menantunya terlihat sudah baik namun Attar masih sangat mencemaskan menantunya tersebut. Walau bagaimanapun ia sudah menganggap Ferdi sama seperti dengan anak kandungnya."Sudah enggak sakit Dad," jawab Ferdi yang tersenyum."Baru aja mau sehat udah nggak bisa nahan diri." Azahra berkata di dalam hatinya sambil memandang wajah suaminya. Azahra masih mengingat adegan sore tadi yang dilakukan bersama dengan suaminya.Ferdi yang menyadari tatapan mata istrinya, hanya tersenyum memandang istrinya."Senang ya, bisa pulang ke rumah," ucap Andi."Iya dong pa, di rumah sakit bosan." Jawab Ferdi."Apa lagi ada pak polis." Indah tersenyum memandang Akbar yang meminum susunya.Ferdi hanya tertawa mendengar ucapan mamanya."Untungnya ada Akbar, jadi di rumah sakit gak bosan. Kami itu terus ketawa kalau dengerin dia cerita." Azahra tersenyum memandang adik laki-lakinya
"Adek bangun." Ferdi membangunkan istrinya. Sudah berulang kali pria itu mencoba membangunkan istrinya. Namun mata istrinya tidak terbuka sedikitpun."Sayang, bangun, ini sudah subuh." Ferdi tersenyum saat istrinya tidak terbangun ketika dirinya sudah berulang kali memanggilnya. Dirapikannya rambut istrinya yang berserak menutupi wajah nan cantik tersebut. Tatapan matanya tertuju pada bibir kecil nan berwarna pink yang membuatnya tergoda. Ditatapnya wajah cantik nan polos milik istrinya. Ferdi mencium bibir istrinya sekilas. Pria itu tidak ingin mencium bibir istrinya dengan durasi waktu yang lama. Ia takut bila keinginannya kembali naik."Adek, bangun," panggil Ferdi.Azahra menggelengkan kepalanya, tubuhnya terasa begitu amat lemas. Hingga pagi seperti ini, dirinya masih begitu amat lemas dengan tubuh yang terasa tidak mau digerakkan. "Bang Rara beneran lemas," keluh Azahra. Ia tidak membuka matanya dan hanya memeluk suaminya.Ferdi diam ketika me
Setelah istrinya tidur, Ferdi turun ke bawah. Ia tahu bahwa mama dan mommynya akan berada di belakang menyiapkan sarapan pagi. Ferdi mencari keberadaan papa dan Daddynya. Senyum mengembang di bibirnya saat melihat papa dan Daddynya yang duduk di ruang keluarga dan mengobrol."Sudah bangun?" Tanya Attar saat Ferdi duduk di sofa yang ada di sampingnya."Sudah dad," jawab Ferdi."Azahra mana?" Tanya Attar."Azahra, masih di kamar," jawab Ferdi."Apa Azahra gak turun?" Attar tidak enak hati saat putrinya tidak turun kebawah, berhubung saat ini ada keluarga besannya. Walau bagaimanapun dekatnya mereka yang memang sudah layaknya saudara kandung, namun sekarang putrinya sudah menjadi istri dan menantu dari Abang angkatnya. Attar ingin putrinya bisa bersikap dewasa.Ferdi diam mendengar pertanyaan Daddy nya."Apa Azahra sakit?" Andi tampak sangat mencemaskan menantu kesayangannya."Gak pa, Azahar kecapean. Selama berada di rumah sakit,
Ferdi masuk ke rumah kedua orang tuanya. Di jam seperti ini, kondisi rumah sangat sepi karena kedua orang tuanya yang sudah berangkat dinas."Aden, Alhamdulillah akhirnya den Ferdi pulang juga. Jujur den, Bibik sangat cemas sekali saat mengetahui keadaan Aden Ferdi. Bibik ingin ke rumah sakit melihat kondisi Aden. Bibik ingin merawat Aden, karena bibik tahu bapak dan ibu dinas. Namun ibu dan bapak malah melarang Bibik den. Katanya kami yang orang tuanya saja nggak mau nemenin dia di sana. Jadi Bibik nggak usah temani Ferdi," curhat bik Mimi. Wanita berusia 45 tahun itu tampak begitu sangat senang ketika melihat Ferdi pulang ke rumahnya."Iya bik, untung aja bibik nggak datang." Ferdi tersenyum."Iya den, setelah bibik tahu ternyata Aden itu menikah dengan non Azahra. Bibik jadi harus membatalkan niat Bibik untuk menjaga den Ferdi di rumah sakit. Ini namanya sakit membawa nikmat den." Bik Mimi tersenyum dengan mengangkat-angkat alisnya."Iya bik, Alh
Ferdi tersenyum memandang Akbar yang berjalan di sampingnya. "Apa adek mau Abang gendong?" Ferdi menawarkan.Akbar tertawa mendengar pertanyaan Abang iparnya. Ia memandang Abang iparnya tanpa melanjutkan langkah kakinya. "Bukankah Abang masih belum terlalu sehat, lagi pula apa kata dunia bila melihat aku digendong. Reputasi aku sebagai cowok tampan akan selesailah sudah. Aku ini sudah besar." Akbar berkata dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Anak laki-laki dengan wajah tampan dan pipi bulat itu memandang Ferdi dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.Fedi tertawa lepas saat mendengar ucapan adik iparnya. "Apa pengen jalan-jalan?" tanyanya."Jalan-jalan ke mana?" tanya Akbar dengan membesarkan matanya."Kita akan menunggu kak Azahra pulang kuliah, jadi menjelang kak Azahra pulang, kita main-main dulu," usul Ferdi."Aku setuju, apa boleh aku minta ke mall? aku ingin main game mobil," pinta Akbar."Tentu saja boleh." Ferdi
"Ada apa?" Tanya Azahra ketika melihat raut wajah suaminya memandang layar ponselnya."Kita langsung pulang ya," ajak Ferdi."Iya." Azahra memegang tangan suaminya.Ferdi berjalan bersama dengan istrinya menuju ke parkiran mobilnya. Ia memandang ponselnya yang berdering. Dengan cepat Ferdi mengangkat sambungan telepon tersebut."Halo assalamualaikum Dad," sapa Ferdi."Waalaikumsalam, Ferdi mana sekarang?" tanya Attar."Aku lagi di kampus Azahra Dad," jawab Ferdi."Daddy sekarang lagi di kantor polisi, kamu datang ke sini ya setelah ngantar Azahra pulang," pinta Attar."Iya Dad aku akan langsung ke sana," jawab Ferdi yang sudah mengetahui tentang penangkapan orang yang melakukan penyerangan terhadapnya."Orang itu sudah tertangkap." Attar memberi tahu menantunya."Iya dad, aku baru tahu, soalnya dapat video kiriman dari teman aku yang di Natuna," ucap Ferdi."Iya, Daddy juga barusan di hubungi polisi.
Ferdi turun dari dalam mobil, ia berjalan menuju ke arah Daddynya yang saat ini menunggunya di depan kantor polisi bersama dengan kuasa hukumnya dan orang kepercayaannya."Dad." Ferdi menyalami tangan mertuanya."Iya, gimana apa Azahra dan Akbar sudah sampai di rumah?" Tanya Attar yang tersenyum memandang menantunya."Sudah Dad, tadi aku langsung antar Azahra dan Akbar ke rumah," jawab Ferdi."Pak Attar, maaf saya akan ke dalam dulu sebentar," ucap kuasa hukum Attar saat pria itu menerima pesan di ponselnya."Iya pak Haris, silahkan. Pak Haris, ingat seperti yang saya inginkan, Saya ingin orang itu dihukum seberat-beratnya. " ucap Attar."Baik pak.”"Om Farhan," sapa Ferdi yang menyalami tangan pria yang bersatu sahabat dan orang kepercayaan Daddynya."Selamat ya pengantin baru," Farhan tersenyum."Iya om terimakasih. Om apa kabar, sudah lama gak jumpa sama om Farhan." Ferdi tersenyum memandang pria ber
"Iya habis dari ketemu orang banyak, nggak enak kalau langsung magang cucuk," jawab Andi. Meskipun sangat ingin sekali memegang cucunya, namun Andi menahan diri. Mengingat dirinya yang baru saja pulang dari acara pesta pernikahan."Itu sepertinya ART yang di rumah sudah datang." Indah tersenyum ketika mendengar suara ketukan di pintu."Assalamualaikum Bu," ucap pekerja di rumah Indah, yang datang mengantarkan pakaian yang diminta Indah untuk diantarkan ke rumah sakit."Waalaikumsalam, terima kasih ya bik min." Indah tersenyum mengambil tas yang diberikan oleh bik min."Iya Bu, Mbak Azahra ternyata sudah lahiran ya," ucap bik min yang berdiri di ambang pintu."Iya ya bik min, Alhamdulillah." Azahra tersenyum."Saya mau lihat dulu, sebelum pulang." Bik min kemudian masuk ke dalam kamar. "Yang ini wajahnya mirip sekali sama Mbak Azahra, sedangkan abangnya mirip sama mas Ferdi," komentar bik min itu ketika melihat wajah bayi yang ada di tangan A
"Zavier, jangan ke sana sini." Attar memanggil cucunya yang pergi ke lain arah. Zavier berlari berlawanan arah dengan jalan yang akan dilewatinya."Zikra, kamar mommy Lewat sini." Alisa sedikit mengeraskan suaranya memanggil Zikra yang ikut berlari mengejar Zavier.Attar berlari mengejar Zavier, yang dengan sengaja mengajak bermain.Zavier tertawa ngakak, ketika opa nya berhasil menangkapnya."Dapat." Attar berkata dengan nafas ngos-ngosan. Ia tersenyum ketika berhasil menangkap cucunya. Agar cucunya, tidak berlari kesana kemari, Attar menggendong Zavier yang saat ini tertawa ngakak. Pria itu juga menggendong Zikra yang berhenti di dekat kakinya. "Katanya mau ikut lihat mommy dan adik bayi, tapi kenapa malah lari-lari nggak jelas seperti ini." Walaupun dirinya sedang tidak ingin bermain dengan kedua cucunya, namun pria itu tetap tertawa dan mencium pipi cucunya kiri dan kanan secara bergantian.Alisa yang melihat suaminya yang dikerjain oleh
Ferdi berada di ruangan persalinan istrinya. Mendengar rintihan istrinya yang kesakitan, membuat dirinya sungguh tidak tega. Berulang kali, ia mencoba menenangkan Azahra."Bang sakit." Azahra menangis."Iya dek, ditahan sayang, sakitnya." Ferdi mengusap keringat yang menempel di pelipis kening Azahra."Ini sakit bener bang." Azahra meremas tangan suaminya. Keringat bercucuran di pelipis keningnya ketika harus menahan rasa sakit yang seperti ini.Ferdi hanya diam, ia tidak tahu harus berkata apa. Dipeluknya Azahra dan di ciumannya kening milik Azahra, berulang-ulang kali. Melihat Azahra yang menangis menahan rasa sakit, sungguh membuat dirinya sangat tidak tega. "Adek harus kuat. Ingat anak-anak, demi Abang dan anak-anak kita sayang." Ferdi meneteskan air matanya. Awalnya dirinya yakin, bahwa persalinan kedua Azahra, akan membuat dirinya lebih tenang, namun ternyata tetap saja membuat dirinya cemas dan gugup seperti ini. Baju kemeja yang dipakainya kini su
Ferdi turun dari dalam mobil dan berlari masuk ke rumahnya.Zikra dan Zavier yang sedang asik-asiknya bermain, menjerit memanggil Daddy nya. Mereka tidak menyangka, bahwa Daddy nya akan pulang di jam seperti ini. Kedua anak itu meninggalkan mainannya dan berlari mengejar Ferdi."Dad, sudah pulang?" Zavier memeluk kakinya di sebelah kanan."Dad gendong." Zikra memeluk kakinya sebelah kiri."Iya sayang, Abang main ya sama Zikra."Ferdi mencium pipi putranya."Kakak jangan berantem ya sama abang mainnya, yang akur ya nak, Daddy mau ke kamar dulu." Ferdi mencium pipi Zikra kiri dan kanan. Ia kemudian pergi meninggalkan kedua anaknya.Ferdi melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia berlari menaiki anak tangga. Saat ini dirinya sangat mencemaskan istrinya. Ia ingin melihat kondisi istrinya secara langsung."Dek." Ferdi berkata ketika membuka pintu kamarnya. Ia masuk kedalam kamar dan melihat Azahra yang sedang berbaring di atas
Hari ini suasana di dalam kamar ini sangatlah berbeda. Tidak ada suara teriakan anak-anaknya. Tidak ada suara tangis dan tertawa kedua anaknya.Ferdi memandang Azahra yang saat ini duduk diatas tempat tidur sambil memandang ponselnya. Wajah istrinya tampak tersenyum sendiri ketika melihat layar di ponsel tersebut."Hai, mommy lagi apa?" Ferdi duduk di samping istrinya dan memberikan susu coklat di tangannya."Ini lihat video Zikra sama Zavier," jawab Azahra dengan tersenyum.Ferdi mengambil ponsel dari tangan istrinya. Pria itu melihat video yang saat ini sedang ditonton oleh Azahra."Padahal baru satu hari, anak-anak pergi ikut opa, Om, nenek serta Atuk nya ke Singapura. Tapi kenapa rasanya sudah sepi sekali ya dek." Ferdi memandang layar ponsel istrinya."Iya bang, biasanya ada yang gangguin Rara kalau lagi tidur. Tapi hari ini Rara tidur enggak ada yang gangguin, gitu bangun langsung terkejut cariin Zavier dan juga Zikra. Rara baru ingat
"Assalamualaikum." Ferdi membuka pintu dan berdiri di ambang pintu."Waalaikumsalam." Jawab Azahra. Yang berbaring di atas tempat tidur. Azahra hanya tersenyum tanpa menyambut suaminya seperti biasa.Pria itu hanya berdiri di ambang pintu sambil mengembangkan tangannya. Ferdi sudah sangat memahami seperti apa tingkah lucu kedua anaknya, bila melihat dirinya pulang seperti ini. Ferdi tertawa ketika kedua anaknya berlari dan mengejarnya. Kedua anak itu berhamburan ke dalam pelukannya. "Anak-anak Dedi lagi apa ini." Ferdi menggendong kedua anaknya di tangannya yang kiri dan juga kanan. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang hanya berbaring di atas tempat tidur sambil menjaga kedua anaknya bermain."Main Lobot." Jawab Zavier."Atu juga," ucap Zikra."Ini anak gadis gak mau kalah." Ferdi mencium pipi bulat gadis kecil yang berambut pendek dan berponi tersebut.Ferdi juga mencium pipi bulat Zavier berulang-ulang kali."Anak
Ferdi yang duduk di kursi kerjanya, hanya diam ketika ruangannya dibuat berantakan oleh kedua anaknya. Kedua anaknya berlari kesana-kemari sambil berteriak-teriak dan saling kejar mengejar sambil mengelilingiruangannya yang berukuran besar.Bukan hanya sekedar berlari saja, kedua anak itu terkadang berkelahi merebutkan mainan dan berakhir dengan menangis bagi yang kalah. Ferdi sudah sangat terbiasa dengan kondisi seperti ini. Bila istri dan anak-anaknya datang ke kantornya, maka ruangannya akan menjadi berantakan, suara jeritan anak-anaknya, suara menangis dan suara tertawa, memenuhi ruangannya. Namun semua ini membuat dirinya bahagia ketika mendengar suara tangis, suara ketawa dan juga jeritan kedua anaknya."Dad, Piel at," Zikra mengadu kepada Daddy nya."Oh sayang Daddy, anak gadis main boneka, bukan robot." Ferdi mengusap air mata yang mengalir di pipi bulat gadis kecil yang bermata lebar, dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam dan bes
Ferdi baru saja kembali dari shalat subuh di masjid. Pria itu masuk kedalam kamarnya dan melihat istrinya yang duduk di atas sajadah sambil membaca Alquran. "Sudah sholat ternyata." Ferdi tersenyum. Ia melihat kedua anaknya yang tidak ada di dalam kamar. Dengan cepat ia membuka kain sarung, peci serta baju Koko yang dipakainya. Hingga yang tersisa celana pendek.Begitu mendengar Azahra menyudahi membaca Al Quran Nya, pria itu diam-diam mengangkat tubuh istrinya."Abang mau apa?" Azahra terkejut ketika melihat suaminya yang sudah tidak berpakaian dan hanya memakai celana pendek saja."Kenapa nggak ngasih tahu dek." Ferdi tersenyum dan mendaratkan tubuh istrinya di atas tempat tidur."Kasih tahu apa?" tanya Azahra yang tidak memahami maksud suaminya."Kalau sudah selesai." Ferdi tersenyum dan membuka mukenah yang dipakai istrinya."Abang ini mau apa?" Azahra membesarkan matanya."Mau apalagi, subuh ini penuh berkah sayang. Anak-anak sud
Berulang kali Azahra memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini adalah kuliah terakhirnya dan dirinya sudah sangat tidak sabar menunggu dosen menutup perkuliahannya. Saat ini yang terbayang dipandangnya hanyalah kedua anaknya. Tingkah lucu Zavier dan Zikra selalu dirindukannya, meskipun hanya meninggalkan kedua anaknya sebentar saja."Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Azahra tersenyum lebar ketika dosennya sudah mengakhiri perkuliahannya."Pasti sudah nggak sabar pengen ketemu Zavier dan juga Zikra," ucap Dewi yang duduk di samping Azahra"Iya dong, itu anak-anak sudah pada pintar-pintar semua. Setiap hari ada aja kepandaian barunya." Azahra tersenyum menceritakan kedua anaknya."Sudah pinter apa aja Zikra dan juga Zavier?" tanya Dewi. Dewi tidak pernah bosan-bosannya ingin mengetahui perkembangan kedua bayi yang begitu sangat menggemaskan tersebut."Zavier dan juga Zikra itu sudah pandai jalan sekarang. Ke mana-mana nggak mau l