Beranda / Romansa / CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN / DUNIA SINTA YANG JUNGKIR BALIK

Share

CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN
CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN
Penulis: Pone Syam

DUNIA SINTA YANG JUNGKIR BALIK

Penulis: Pone Syam
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-16 09:27:18

“Mari kita pisah” ucap Mario tepat diacara makan malamnya dengan Sinta untuk memperingati hari jadian mereka yang ke 10 tahun. Sejak kelas satu SMU, Mario jatuh cinta pada Sinta. Gadis biasa yang selalu tersenyum meski sedang dihukum saat ospek dulu. Sinta tetap tersenyum memamerkan lesung pipinya dan menjadi pusat perhatian semua siswa baru yang menhundang rasa jengkel pada semua kakak seniornya. Tidak jarang Sinta kena marah dan hukum hanya karena dia selalu tersenyum,namun hal itu yang membuat Mario jatuh cinta.

Mario lelaki tampan, kaya dan cerdas sejak awal dibentuk untuk menjadi pewaris perusahaan kontraktor terbesar di Indonesia. Karena itu sejak SMP Mario sudah terlibat dalam urusan remeh temeh perusahaan tersebut. sama seperti saat Mario masih menjadi siswa baru.

Tepat setelah acara ospek selesai, Mario mengaja Sinta untuk makan malam di sebuah restourant mewah yang tepat berhadapan dengan sebuah gedung yang sedang dibangunnya. Gedung tersebut baru setengah jadi, dengan sikap romantisnya Mario meminta para pekerjanya untuk memasang layar yang bisa dilihat lewat kaca pada restourant tempatnya makan malam. Dalam layar tersebut bertuliskan ajakan Mario untuk menjalin hubungan dengan Sinta. Mario ingin pacaran selama 15 tahun, saat dunia dalam genggamannya, Mario berjanji untuk menikah dengan Sinta.

Gadis murah senyum itu tentu saja terkejut dengan pernyataan cinta Mario. Apalagi Mario berlutut dengan cinci couple bertuliskan isial nama mereka.

Aku mau jadi pacarmu,” jawab Sinta penuh haru. Mario sangat bahagia saat itu. Sejak saat itu Mario mengatur kehidupan Sinta, tidak boleh dandan saat bepergian. Tidak boleh keluar rumah tanpa izin Mario dan lebih parahnya Mario meminta agar Sinta tidak kuliah.

“Kau tidak perlu kuliah. Kau cukup cerdas untuk menjadi nyonya Mario. Dan untuk urusan yang lain biar menjadi tanggung jawabku,” tegas Mario saat Sinta ingin kuliah. Sebab cinta yang terlalu besar pada Mario, maka Sinta bersedia mengikuti semua perintah Mario.

Sinta sangat yakin dengan semua janji Mario toh selama pacaran Mario tidak pernah selingkuh, tidak sekalipun Mario menyakitinya bahkan menjaganya dengan penuh cinta. Mario tidak pernah menyentuhnya secara berlebihan, sekesar mencium, merangkul dan Sinta merasa terjaga disisi Mario.

Dan saat ini, Sinta tentu saja tidak percaya saat Mario menngatakan bahwa dian ingin pisah. Sinta mengingat betul kalau malam ini malam anniversarry mereka. Bisa saja Mario hanya ingin menggodanya. Lagi-lagi Sinta mengirimkan sebuah senyuman meski terlihat begitu aneh di hadapan Mario. Sinta bukan perempuan penuntut, dia tidak akan memaksa Mario untuk tetap disisinya karena itu Sinta hanya diam meski Mario kembali mengucapkan kalimat yang sama. Sinta hanya tersenyum kemudian meraih jemari Mario yang ada diatas meja, digenggamnya dengan erat namun Mario dengan tega menghempaskan tangannya. Tentu saja Sinta hanya tersenyum menanggapi tindakan Mario tersebut meski mata Sinta mulai berkaca-kaca.

Gedung diseberang restourant mewah itu kini menjadi gedung pengcakar langit dilapisi dengan kaca dan kerlap-kerlip lampu indah di malam hari. Tepat digedung yang sama, lampu itu berubah menjadi tulisan yang meminta pisah dengan Sinta. Tentu saja itu menjadi pusat perhatian semua orang yang sedang makan malam di restourant tersebut. dan dengan adegan yang sama, Mario melepaskan cincin couple mereka dan meletakkannya diatas meja, tanpa sepatah katapun Mario bangkit meninggalkan Sinta yang tersenyum aneh. Sebisa mungkin Sinta menyembunyikan air matanya. Sinta bangkit dari duduknya, meraih cincin yang Mario letakkan diatas meja. Menarik nafas berat lalu menghembuskannya lewat mulut. Dia menarik paksa bibirnya untuk bisa mengukirkan senyum meski terlihat sangat aneh. Sinta berusaha melangkah sangat anggun, melewati ratusan mata yang menatapnya penuh iba.

Tidak ada rasa benci untuk Mario. Sinta yakin Mario punya alasan yang jelas untuk keputusannya namun tidak bisa Sinta pungkiri ada sesak yang menyerang dadanya. Terasa begitu berat mengakhiri hubungan selama sepuluh tahun dimana tidak seharipun mereka lewatkan kecuali dengan kebersamaan.

Tangis Sinta pecah saat dia berhasil keluar dari restourant mewah tersebut. sinta tidak peduli dengan tatapan aneh orang lalu lalang. Sinta memutuskan untuk menumpahkan rasa sakit itu lewat air mata. Sinta dengan gaun warna pink sebatas lutut dengan rambut disanggul dan sepatu hak tinggi memutuskan untuk berjalan dibawah sinar lampu ibu kota. Bukan karena Sinta tidak punya uang untuk pulang. Bahkan Sinta punya tabungan yang cukup, uang yang selama ini Mario kirimkan ke rekeningnya. Sinta hanya butuh pelampiasan atas apa yang kini menimpanya.

“Dia hanya bosan,” kata Sinta menyakinkan hatinya. Kemudian berusaha tersenyum meski air mata terus mengalir di pelupuk matanya.

“Aku akan bertahan dan menunggunya, sampai rasa bosan itu hilang berganti cinta yang tumbuh kembali,” kata Sinta kemudian menyapu air matanya. Kini ada rasa tenang dibalik dadanya. Sinta bahkan bisa tersenyum manis.

Terlalu banyak kenangan yang mereka lalui. Sepuluh tahun Sinta seperti ratu yang selalu dimanjakan oleh pangerannya. Bahkan selama sepuluh tahun tersebut hidup Sinta hanya seputaran Mario. Buat Sinta Mario adalah cinta pertama dan terakhir dalam hidupnya.

Untuk pertama kalinya, Sinta merasa bahagia terlahir sebagai Sinta yang tumbuh di panti asuhan. Tepat setelah mereka jadian, Mario meminta Sinta untuk tinggal di sebuah apartemen. Hidup mandiri tanpa harus menyusuhkan pengurus panti. Bahkan Mario menjadi donatur tetap di panti asuhan tersebut.

Sinta hanya gadis biasa. Dia tidak cantik. Hanya saja selalu tersenyum dan itu menenangkan hati Mario.

Sejak dulu ribuan mata gadis cantik memandangnya remeh, menganggap Sinta melet Mario hingga Mario tergila-gila padanya. Dan Sinta tahu bahwa Mario mencintainya dengan tulus.

Tiba-tiba Sinta tersentak. Saat mengingat semua kejadian selama sebulan terakhir. Mario bersikap biasa saja, tetap memanjakannya dan mencintanya dengan tulus.

“Apa dia memiliki masalah?” tanya Sinta pada diri sendiri. Langkah Sinta terhenti tiba-tiba sehingga penjalan kaki dibelakangnya langsung menabrak tubuh mungilnya. Sinta jatuh tersungkur, bukannya meringis kesakitan malah Sinta tersenyum meminta maaf.

“Kau baik-baik saja?” tanya Nino. Pemuda itu berjongkok di depan Sinta yang sedang meniup lututnya yang lecet.

“Kau terluka,” Nino berusaha untuk membantu Sinta, namun Sinta menepis tangan Nino dan malah tersenyum ke arah Nino. Nino sendiri berusaha untuk menyembunyikan tawanya meski Sinta curiga dan memicingkan mata pada Nino.

“Sini aku bantu,” kata Nino dan selang beberapa detik, Nino mengangkat tubuh Sinta dan mendudukkannya disebuah bangku tidak jauh dari tempat Sinta terjatuh. Tentu saja Sinta terkejut dengan aksi Nino. Sinta meronta mendapat perlakuan manis dari pemuda yang baru ditemuinya. Belum lagi beberapa pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan heran. Sinta sangat malu namun senjata ampuhnya selalu dia keluarkan, senyuman aneh.

*******#$###****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   PERIHNYA SEBUAH LUKA

    Sudah seminggu Mario tidak menemui Sinta sejak insiden di restourant tersebut. Sinta ingin memberikan waktu pada Mario untuk berfikir. Sinta yakin Mario hanya sedang bosan dengan hubungan mereka.Tetapi Sinta tidak ingin benar-benar dilupakan oleh Mario. Dia tidak ingin menyerah pada hubungan mereka. Karena itu Sinta memutuskan seminggu sekali Sinta akan menemui Mario, sebagai pengobat rindu diantara mereka.Seperti hari ini, Sinta memutuskan untuk menemui Mario di kantornya.“Anda mau kemana?”cegat seorang security saat Sinta memasuki gedung pencakar langit tempat Mario bekerja. Sinta memperlihatkan sebuah kotak makan.“Aku akan membawa makanan Pak Mario,” kata Sinta. Security yang selama ini mengenal Sinta sebagai pembawa makanan untuk Mario mengizinkan Sinta menemui Mario. Semua orang di perusahaan Mario hanya mengenal Sinta sebagai pembawa makanan meski tidak memakai seragam. Dandanan Sinta yang terlihat ndeso lebih dipercaya s

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   PERJUANGAN SINTA

    Sinta tidak pernah menyerah dengan Mario. Sinta akan melakukan segala cara untuk mempertahankan hubungan mereka. Terlalu banyak hal yang Mario lakukan untuk Sinta dan Sinta tidak ingin menyesal jika hanya melepaskan Mario begitu saja.Dan seperti biasa, Sinta mengawasi Mario dibalik jendela cafe di seberang jalan. Hujan turun deras namun tidak membuat Sinta mundur barang selangkah pun. Sinta melap jendela cafe yang sedang berkabut berusaha untuk memperjelas penglihatannya. Sinta tidak ingin kecolongan. Saat Sinta sedang sibuk memperhatikan gedung di seberang jalan, Nino datang dan memilih duduk di hadapan Sinta tanpa harus meminta izin terlebih dahulu.Nino menatap Sinta yang tidak merasakan kehadirannya. Kemudian Nino menata gedung yang sama dengan yang Sinta tatap.“Ada apa?” tanya Nino penasaran.“Apakah perusahaan di seberang jalan akan mengalami kehancuran?” gumam Sinta. Tentu saja Nino terbahak mendengar perkataan Sinta. Dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   MESKI SAKIT NAMUN HARUS MELEPASKAN

    Mario duduk bersandar di sofa. Dia memakai kemeja putih bergariskan biru lembut, memakai dasi biru dan kemeja yang senada dengan dasi dan celananya. Dia terlihat keren, saat bertopangkan dagu menatap ke arah Sinta yang baru muncul dari dalam kamarnya. Meski Mario menghujaninya dengan tatapan tajan namun Sinta tetap saja mengirimkan senyum bahagia ke arah Mario. Sinta berlari-lari kecil kemudian duduk di dekat Mario. Ekor mata Mario mengikuti setiap langkah Sinta.“Terima kasih,” ucap Sinta dengan wajah merona.“Syukurlah kau baik-baik saja,” kata Mario kemudian memperbaiki duduknya. Dia menyerahkan sebuah map.“Bacalah,” kata Mario. Sinta meraih map tersebut dan membacanya.SURAT PERJANJIANaku yang bertanda tangan dibawah ini sebagai pihak pertama:Nama : SintaUsia : 25 tahunPekerjaan : Pengangguran.Bersumpah tidak akan menganggu pihak kedua :Nama : Mario

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   SAKITKU, DIA YANG SELALU ADA UNTUKKU

    Sebuah lengan kokoh menyusup masuk ke pinggang Sinta yang tertidur pulas. Sinta tiba-tiba membuka matanya saat merasakan betapa kuat lengan itu menarik tubuhnya. Hemburan nafas seorang pria terasa begitu nyata di tengkuknya. Tiba-tiba Sinta merasa begitu murahan sebab tidur bersama dengan lelaki yang baru dikenalnya. Meski itu hanya sekedar tidur tidak lebih dan tidak kurang. Sinta berbalik dan menatap wajah Nino yang tenang. Kali ini Nino tidak memadamkan lampu kamar Sinta. Membuat Sinta tahu siapa yang selama beberapa ini selalu menemani malam-malamnya tanpa keluhan.“Nino?” bisik Sinta. Nino hanya tersenyum tanpa membuka matanya. Sinta sendiri makin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Nino sehingga dekapan Nino semakin erat. Dalam keadaan rapuh seperti ini, Sinta sangat membutuhkan sandaran dan Nino tidak pernah keberatan jika Sinta menjadikannya tempat berlabuh setelah mengarungi kerasnya kehidupan.“Apakah perusahaan terlalu rapuh jika bangkrut hanya k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   RASA YANG SINTA SANGKAL

    Sinta tersentak. Hampir saja dia jatuh dari sofa tempatnya tidur. Sinta menarik nafas berat kemudian menghembuskannya lewat mulut. Dia kemudian duduk menenangkan hatinya. Sinta memeriksa hpnya ternyata tidak aktif. Sinta mengaktifkan hpnya dan melihat jam di hpnya. Ternyata sudah jam 11 malam. Sinta ingin menghirup udara segar. Seperti biasa Sinta memutuskan untuk ke taman dekat apartemennya.Sinta terkesima menyaksikan Nino yang sedang jongkok di depan pintu apartemen Sinta. Nino menatap sendu ke arah Sinta. Wajah Nino terlihat pucat membuat Sinta kwatir. Langsung saja Sinta jongkok sejajarkan wajahnya dengan wajah Nino. Sinta dengan sigap memeriksa kening Nino.“Tidak demam. Syukurlah,” gumam Sinta. “ayo masuk,” ajak Sinta. Nino menggeleng. Sinta mengernyitkan dahinya.“Kakiku kebas,” kata Nino.“Sejak kapan kau disini?” tanya Sinta.“Sejak kau masuk ke apartemen ini, aku menghubungi nomormu t

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   CEMBURU YANG KEKANAK-KANAKAN

    Matahari pagi menyusup masuk ke dalam kamar Sinta membuat Sinta merasa silau dan berusaha menutup wajahnya dengan bantal. Namun aksi tersebut terhenti saat Sinta menyadari tidak ada sosok Nino disampingnya. Beberapa hari terakhir ini Sinta sudah terbiasa dengan kehadiran Nino. Sinta cemas, takut Nino pergi dari kehidupannya dan tidak kembali seperti apa yang dilakukan Mario. Setidaknya dengan kehadiran Nino, Sinta tidak merasa kesepian. Nino terlonjak dari tempat tidurnya. Membehasi wajah dan pakaiannya kemudian melangkah anggun keluar kamar. Sinta tersentak tidak menemukan Nino dimanapun, tidak ada di sofa apalagi di dapur. Sinta panik dan bergegas membuka pintu apartemen. Sinta menarik nafas lega saat melihat Nino berdiri memegang kantong berisikan sarapan mereka.“Kenapa tidak memecet bel?” tanya Sinta jengkel.“Aku takut menganggu tidurmu,” kata Nino dengan tatapan penuh kasih sayang. Sinta merasakan betapa Nino sangat menyayanginya terbukti

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   MEMBUKA LEMBARAN BARU

    TOK..TOK..Nino mengetuk pintu kamar Sinta tetapi Sinta tidak peduli. Dia beranjak dari pintu kamarnya, melangkah ke tempat tidur kemudian telungkup sambil menangis.Ketukan Nino semakin kasar dan akhirnya menjadi gedoran. Sinta menutup telinganya dengan bantal sambil terus terisak.“Sin... Buka pintunya,” teriak Nino dari balik pintu kamar. Sinta makin meradang, tubuhnya terguncang dan terus menangis.“Sin..Sin..Sin..” teriakan panik Nino makin membuat Sinta menangis histeris.PrakNino berhasil mengdobrak pintu kamar Sinta. Sinta tetap tidak peduli dengan perbuatan Nino. Hingga Nino memeluk erat tubuh Sinta meski Sinta terus meronta namun tenaga Nino terlalu kuat hingga berhasil menguasai Sinta, mendudukkannya kemudian membalikkan tubuh Sinta berhadapan dengan Nino. Nino menghapus air mata Sinta, mengecup lembut puncak kepala Sinta, lalu mendekapnya begitu dalam. Sinta menangis dalam pelukan Nino.“Jang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   KEHIDUPAN SINTA YANG BARU

    Sinta keluar kamar dengan wajah bete. Dia mengendus kesal saat melihat Nino sibuk dengan gadgetnya di depan TV yang menyala.“Pemborosan,” gumam Sinta yang melangkah.Nino hanya melirik sepintas saat Sinta melewatinya menuju dapur. Sinta kemudian sibuk membuat kopi di dapur, menghirup aromanya kemudian menikmati secangkir kopi. Sinta membawa cangkir berisi kopi menuju kamarnya. Sinta makin jengkel melihat Mario berbaring santai di tempat tidur masih dengan gadgetnya. Sinta langsung duduk saja di pinggiran tempat tidur.“Ach...” teriak Nino membuat Sinta menatap jengkel ke arah Nino.“Kau menduduki burgerku, mana sambalnya kemana-mana lagi, liat nih sepreinya kotor,” bentak Nino.“Sepreinya sudah kotor sejak tadi,” teriak Sinta tidak kalah kencang dari Nino. Nino menaikkan alisnya menatap heran ke arah Sinta.“Kotor gimana ceritanya?” tanya Nino penasaran.“Kotor karena

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01

Bab terbaru

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   Lelaki Yang Menangis Untuk Sinta

    Sinta menatap tangan Mario yang melayang di udara, berhenti sejenak di dekat pipi Sinta lalu tangam itu berubah membelai lembut wajah Sinta."Kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu," kata Mario membuat Sinta kembali menangis."Kau tahu bahwa aku sangat terluka dengan sikapmu," kata Sinta."Aku minta maaf. aku tidak bermaksud akan menyakiti hatinu, " kata Mario."Kau sudah menyakitiku terlalu dalam," kata Sinta. "Aku minta maaf," kata Mario."Hanya itu yang bisa kamu lakukan?" tanya Sinta.tiba-tiba Mario berlutut. Sinta terkejut. Sinta berusaha untuk membantu Mario untuk berdiri."Jangan lakukan itu," Mario menggeleng. tetap berlutut. Sinta tersentak saat mendengar isak tangis Mario. Sinta tidak tahan. dia mendekap tubuh Mario. "Jangan seperti ini. Jangan jatuhkan harga dirimu," bisik Sinta."Kaulah harga diriku," kata Mario disela tangisnya. Sinta berusaha tenangkan Mario. mengelus lembut punggung Mario hingga Mario merasa tenang. Sinta melepaskan pelukannya. menatap wajah Mario. me

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   RASA YANG BERBEDA

    saat Sinta terbangun ada rasa hampa menyerang hatinya. sesar begitu menyiksa. dan hanya tangis pilu yang terdengar memenuhi ruang apaetemennya. Easanya berbeda. Sinta pernah kehilangan, pernah merasakan sakit namun tidak seperti ini. tik...tik..tik..bunyi kode password apartemen. Sinta tersentak. dengan penuh harapan sinta berlari. berdiri di belakang pintu. sosok lelaki muncul dari balik pintu. tersenyum penuh arti. sinta tertunduk lesu. orang yang diharapkan tidak kunjung muncul. "selamat pagi sayang," kata Mario. dia mendekat. ingin mengecup kening Sinta namun Sinta menghindar.tiba-tiba Sinta merasa lemas. lututnya gemetaran. lalu kakinya tidak mampu menopang tubuhnya. sinta terjatuh ke lantai. dia menangis tergugu. Mario panik dan langsung meraih tubuh Sinta."ada apa?" tanya mario panik. Sinta terus saja menangis, tidak peduli dengan mario.Mario mendekap tubuh Sinta."Tidak apa-apa," kata Mario. "Semua sudah berlalu. Sekarang ada aku disisinu," bisik Mario di telinga Sinta

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   DIA YANG PERGI DATANG KEMBALI

    Sinta kesepian sendirian di apartemennya. Sejak tadi Nino pamit untuk mengerjakan proyek game di tempat Gledis. Nino mengajak Sinta ke rumah Gledis tetapi Sinta menolak dengan alasan takut emosional setiap kali melihat Geldis bergelayut manja di lengan Nino. Saat itu Nino hanya tersenyum mendengar alasan kekasihnya.Tik..tik..tikSuara kode pintu apartemen Sinta. Sinta langsung menyunggingkan senyum kemudian bangkit dari sofa menuju pintu apartemen dan berusaha menyambut Nino. Sinta langsung mendekap erat seseorang yang muncul dari balik pintu apartemennya.“Baru ditinggal sebentar saja aku sudah merindukanmu,” kata Sinta.“aku tahu,” suara bariton itu mengejutkan Sinta. Pemilik suara itu bukan Nino melainkan Mario. Sinta juga mulai sadar dengan aroma tubuh Mario. Sinta ingin melepas dekapannya namun Mario makin memeluknya erat. Sinta berusaha mencari rasa yang pernah ada. Mencoba menyelami kerinduan yang kini lenyap. Sinta yakn ba

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   DUNIA NINO

    Seharian Sinta suntuk. Dia sudah membersihkan semua ruangan, sudah mencuci pakaian dan terlihat sangat lelah. Tetapi Nino masih sibuk dengan laptopnya. Sinta dongkol melihat perubahan sikap Nino. Puncaknya Sinta kesal saat tidak menemukan apapun yang bisa di makan di dalam lemari es miliknya padahal perut Sinta sudah keroncongan meminta untuk diizi. Sinta terkulai lemas diatas sofa, dia sudah tidak bisa bergerak karena lelah sekaligus lapar.“ACH...” keluh Sinta. Nino yang mendengar keluhan Sinta langsung meletakkan laptopnya kemudian memeriksa keadaan Sinta. Sinta menyingkirkan tangan Nino yang mencoba untuk menyentuhnya. Sinta menatap tajam ke arah Nino.“Kenapa?” tanya Nino lembut yang membuat Sinta luluh.“Lapar,” kata Sinta.“Bukannya kamu habis dari luar? Katanya belanja bulanan,” kata Nino yang menyulutkan amarahnya.“Pacar kamu tuh mengusik aku. Aku naik pitam dan langsung menamparnya, a

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   KEHIDUPAN SINTA YANG BARU

    Sinta keluar kamar dengan wajah bete. Dia mengendus kesal saat melihat Nino sibuk dengan gadgetnya di depan TV yang menyala.“Pemborosan,” gumam Sinta yang melangkah.Nino hanya melirik sepintas saat Sinta melewatinya menuju dapur. Sinta kemudian sibuk membuat kopi di dapur, menghirup aromanya kemudian menikmati secangkir kopi. Sinta membawa cangkir berisi kopi menuju kamarnya. Sinta makin jengkel melihat Mario berbaring santai di tempat tidur masih dengan gadgetnya. Sinta langsung duduk saja di pinggiran tempat tidur.“Ach...” teriak Nino membuat Sinta menatap jengkel ke arah Nino.“Kau menduduki burgerku, mana sambalnya kemana-mana lagi, liat nih sepreinya kotor,” bentak Nino.“Sepreinya sudah kotor sejak tadi,” teriak Sinta tidak kalah kencang dari Nino. Nino menaikkan alisnya menatap heran ke arah Sinta.“Kotor gimana ceritanya?” tanya Nino penasaran.“Kotor karena

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   MEMBUKA LEMBARAN BARU

    TOK..TOK..Nino mengetuk pintu kamar Sinta tetapi Sinta tidak peduli. Dia beranjak dari pintu kamarnya, melangkah ke tempat tidur kemudian telungkup sambil menangis.Ketukan Nino semakin kasar dan akhirnya menjadi gedoran. Sinta menutup telinganya dengan bantal sambil terus terisak.“Sin... Buka pintunya,” teriak Nino dari balik pintu kamar. Sinta makin meradang, tubuhnya terguncang dan terus menangis.“Sin..Sin..Sin..” teriakan panik Nino makin membuat Sinta menangis histeris.PrakNino berhasil mengdobrak pintu kamar Sinta. Sinta tetap tidak peduli dengan perbuatan Nino. Hingga Nino memeluk erat tubuh Sinta meski Sinta terus meronta namun tenaga Nino terlalu kuat hingga berhasil menguasai Sinta, mendudukkannya kemudian membalikkan tubuh Sinta berhadapan dengan Nino. Nino menghapus air mata Sinta, mengecup lembut puncak kepala Sinta, lalu mendekapnya begitu dalam. Sinta menangis dalam pelukan Nino.“Jang

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   CEMBURU YANG KEKANAK-KANAKAN

    Matahari pagi menyusup masuk ke dalam kamar Sinta membuat Sinta merasa silau dan berusaha menutup wajahnya dengan bantal. Namun aksi tersebut terhenti saat Sinta menyadari tidak ada sosok Nino disampingnya. Beberapa hari terakhir ini Sinta sudah terbiasa dengan kehadiran Nino. Sinta cemas, takut Nino pergi dari kehidupannya dan tidak kembali seperti apa yang dilakukan Mario. Setidaknya dengan kehadiran Nino, Sinta tidak merasa kesepian. Nino terlonjak dari tempat tidurnya. Membehasi wajah dan pakaiannya kemudian melangkah anggun keluar kamar. Sinta tersentak tidak menemukan Nino dimanapun, tidak ada di sofa apalagi di dapur. Sinta panik dan bergegas membuka pintu apartemen. Sinta menarik nafas lega saat melihat Nino berdiri memegang kantong berisikan sarapan mereka.“Kenapa tidak memecet bel?” tanya Sinta jengkel.“Aku takut menganggu tidurmu,” kata Nino dengan tatapan penuh kasih sayang. Sinta merasakan betapa Nino sangat menyayanginya terbukti

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   RASA YANG SINTA SANGKAL

    Sinta tersentak. Hampir saja dia jatuh dari sofa tempatnya tidur. Sinta menarik nafas berat kemudian menghembuskannya lewat mulut. Dia kemudian duduk menenangkan hatinya. Sinta memeriksa hpnya ternyata tidak aktif. Sinta mengaktifkan hpnya dan melihat jam di hpnya. Ternyata sudah jam 11 malam. Sinta ingin menghirup udara segar. Seperti biasa Sinta memutuskan untuk ke taman dekat apartemennya.Sinta terkesima menyaksikan Nino yang sedang jongkok di depan pintu apartemen Sinta. Nino menatap sendu ke arah Sinta. Wajah Nino terlihat pucat membuat Sinta kwatir. Langsung saja Sinta jongkok sejajarkan wajahnya dengan wajah Nino. Sinta dengan sigap memeriksa kening Nino.“Tidak demam. Syukurlah,” gumam Sinta. “ayo masuk,” ajak Sinta. Nino menggeleng. Sinta mengernyitkan dahinya.“Kakiku kebas,” kata Nino.“Sejak kapan kau disini?” tanya Sinta.“Sejak kau masuk ke apartemen ini, aku menghubungi nomormu t

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   SAKITKU, DIA YANG SELALU ADA UNTUKKU

    Sebuah lengan kokoh menyusup masuk ke pinggang Sinta yang tertidur pulas. Sinta tiba-tiba membuka matanya saat merasakan betapa kuat lengan itu menarik tubuhnya. Hemburan nafas seorang pria terasa begitu nyata di tengkuknya. Tiba-tiba Sinta merasa begitu murahan sebab tidur bersama dengan lelaki yang baru dikenalnya. Meski itu hanya sekedar tidur tidak lebih dan tidak kurang. Sinta berbalik dan menatap wajah Nino yang tenang. Kali ini Nino tidak memadamkan lampu kamar Sinta. Membuat Sinta tahu siapa yang selama beberapa ini selalu menemani malam-malamnya tanpa keluhan.“Nino?” bisik Sinta. Nino hanya tersenyum tanpa membuka matanya. Sinta sendiri makin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Nino sehingga dekapan Nino semakin erat. Dalam keadaan rapuh seperti ini, Sinta sangat membutuhkan sandaran dan Nino tidak pernah keberatan jika Sinta menjadikannya tempat berlabuh setelah mengarungi kerasnya kehidupan.“Apakah perusahaan terlalu rapuh jika bangkrut hanya k

DMCA.com Protection Status