Share

RASA YANG SINTA SANGKAL

Author: Pone Syam
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sinta tersentak. Hampir saja dia jatuh dari sofa tempatnya tidur. Sinta menarik nafas berat kemudian menghembuskannya lewat mulut. Dia kemudian duduk menenangkan hatinya. Sinta memeriksa hpnya ternyata tidak aktif. Sinta mengaktifkan hpnya dan melihat jam di hpnya. Ternyata sudah jam 11 malam. Sinta ingin menghirup udara segar. Seperti biasa Sinta memutuskan untuk ke taman dekat apartemennya.

Sinta terkesima menyaksikan Nino yang sedang jongkok di depan pintu apartemen Sinta. Nino menatap sendu ke arah Sinta. Wajah Nino terlihat pucat membuat Sinta kwatir. Langsung saja Sinta jongkok sejajarkan wajahnya dengan wajah Nino. Sinta dengan sigap memeriksa kening Nino.

“Tidak demam. Syukurlah,” gumam Sinta. “ayo masuk,” ajak Sinta. Nino menggeleng. Sinta mengernyitkan dahinya.

“Kakiku kebas,” kata Nino.

“Sejak kapan kau disini?” tanya Sinta.

“Sejak kau masuk ke apartemen ini, aku menghubungi nomormu tetapi tidak aktif. Aku memencet bel tetapi tidak ada respon,” ujar Nino.

“Kenapa tidak langsung masuk saja? Kau tahukan sandinya?” tanya Sinta jengkel.

“Sandinya selalu gagal,” jawab Nino dengan wajah memelas. Sinta tersenyum tipis kembudian membantu Nino bangkit. Tetapi Nino terlalu berat bukannya berhasil berdiri malah Nino jatuh terlentang ke lantai dan naasnya tubuh Sinta ikut jatuh dan menimpa tubuh Nino. Sinta gelagapan dan langsung bangkit. Nino sendiri meringis kesakitan. Sinta memijit kaki Nino bermaksud untuk mengurangi rasa kebas di kaki Nino.

“Jangan lakukan itu, itu malah membuat kakiku geli dan makin kebas,” kata Nino.

“Lalu apa yang bisa aku lakukan?” tanya Sinta dengan wajah cemas.

“Mendekatlah,” kata Nino. Sinta menatap heran.

“Aku tidak akan memakanmu, mendekatlah,” kata Nino. Sinta kemudian mendekat, duduk di samping Nino. Nino menggeser tubuhnya sedikit lalu meletakkan kepalanya di paha Sinta. Sinta tersentak dan berusaha menggeser tubuhnya namun Nino menahannya.

“Tetap seperti ini, sebentar saja. Sampai aku merasa nyaman,” kata Nino.

***####****

Sinta memijit lembut pahanya, sedangkan Nino sudah beberapa menit yang lalu terlelap. Sinta heran, bisa-bisanya Nino terlelap di depan apartemen Sinta. Membuat mereka menjadi tontonan orang yang lalu lalang. Untung saja Sinta dan para tetangganya tidak begitu dekat sehingga Sinta bisa mengabaikan tatapan aneh dari semua orang.

“Nino.. bangun,” bisik Sinta lembut. Nino menggeliat.

“Nino.. kakiku mulai kebas,” kata Sinta, refleks Nino membuka mata dan menatap kasihan ke arah Sinta yang sedang meringis menahan kebas di pahanya. Nino tersenyum, menarik hidung Sinta kemudian duduk berhadapan dengan Sinta membuat Sinta mampu menghirup hembusan nafas Nino yang segar dan bau mint.

“Ini ucapan terima kasihku,” kata Nino kemudian mengangkat tubuh Sinta. Awalnya Sinta terkejut namun lama-kelamaan Sinta terbiasa dengan sikap Nino yang selalu mengendongnya tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Nino meletakkan tubuh Sinta diatas tempat tidur dengan lembut. Sinta merasa nyaman dan melupakan kekesalannya tadi. Nino tidur di samping Sinta. Menghadap ke tubuh Sinta yang sedang tidur terlentang menatap langit-langit kamarnya. Nino meraih tubuh Sinta, menariknya sehingga lebih dekat dengan Nino.

“Tidurlah,” kata Nino kemudian memeluk erat tubuh Sinta. Sinta menghirup aroma tubuhu Nino yang begitu menyegarkan. Sinta kemudian menutup matanya dan tidak butuh waktu lama untuk Sinta tertidur nyenyak dalam dekapan Nino.

***###***

Mata Sinta tiba-tiba terbelalak saat sadar bahwa bibirnya sedang dicium lembut oleh Nino. Sontak Sinta mendorong tubuh Nino untuk menjauh dari tubuhnya.

“Selamat pagi,” bisik Nino kemudian berlari masuk ke kamar mandi. Tidak berapa lama terdengar suara percikan air dalam kamar mandi. Sinta jengkel setengah mati. Bisa-bisanya bocah ingusan seperti Nino mempermainkan hatinya.

“Jangan bersikap berlebihan,” bentak Sinta saat Nino keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhnya. Sinta lalu mengalihkan pandangannya.

“Jangan berkeliaran seperti itu,” bentak Sinta. Nino hanya tersenyum licik.

“Kau beranggapan aku bocah, tapi masih saja protes dengan tingkahku,” kata Nino melenggang meninggalkan Sinta yang masih cemberut.

“Nino kau sudah kelewatan. Dikasih hati tapi mau jantung,” cecar Sinta melangkah mengikuti Nino yang meninggalkannya. Dengan santainya Nino duduk di sofa sambil menyalakan TV lewat remote.

“Sudahlah.. jangan menanggapinya heboh seperti itu,” kata Nino cuek. Sinta berbalik dan meninggalkan Nino yang seperti tidak peduli dengan kata-katanya.

***####****

Nino menyantap sarapannya dengan lahap. Kini Nino mengenakan celana santai sepanjang lututnya, memakai baju kaos, terkesan santai namun sangat mempesona. Sinta menatap Nino dari balik susu yang diteguknya.

“Nino,” tegur Sinta saat Sinta berhasil meneguk susu buatannya tanpa sisa. Nino hanya mengalihkan pandangannya sebentar dari makanannya, menatap Sinta sesaat kemudian melanjutkan makannya.

“Kau tidak punya tempat tinggal?” tanya Sinta penasaran.

“Tidak,” jawab Nino singkat.

“orang tuamu dimana?” tanya Sinta.

“Entahlah,” jawab Nino sekenanya.

“Jawab yang sebenarnya Nino,” bentak Sinta. Nino langsung meletakkan sendok dan garpunya dengan kasar kemudian menatap Sinta dengan tajam.

“aku tidak suka bicara saat sedang makan,” ketus Nino.

“Alasan kamu saja,” bentak Sinta.

“Kalau aku mati tersendak makanan gara-gara bicara gimana?” teriak Nino.

“Tidak mungkin,” kata Sinta kemudian bangkit meninggalkan Nino. Sinta mengendus kesal, Sinta yakin kalau Nino melakukan itu semua hanya untuk menghindar dari pertanyaan Sinta.

***%%%***

Sinta masih cemberut duduk di depan TV. Nino dengan wajah menyeringai mendekati Sinta. Yang disambut tatapan tajam oleh Sinta.

“Kau marah?” kata Nino manja. Nino duduk dekat Sinta, tetapi Sinta menggeser duduknya agar menjauh dari Nino. Nino tidak peduli dan terus memepet Sinta hingga akhirnya tubuh Sinta nyaris jatuh dari sofa. Nino menarik tubuh Sinta kemudian mendekapnya. Nino kemudian menarik kaki sinta sehingga terduduk diatas pangkuannya. Wajah Sinta memerah, nafasnya memburu dan getak jantungnya berpacu dengan cepat. Untung saja Sinta mampu menguasai keadaan dan dengan sekali dorongan Sinta bisa lepas dari pelukan Nino yang tidak menyangka tindakan Sinta. Sinta berbalik meninggalkan Nino yang tersenyum kemenangan. Sinta masuk ke kamar dan menguncinya. Sinta terduduk di pinggiran tempat tidur. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sinta meneteskan air mata.

“Apa aku sangat haus dengan kasih sayang, sampai melakukan semua itu dengan Nino?” tanya Sinta pada dirinya sendiri.

“Dia masih kecil. Bahkan hidupnya hanya untuk bersenang-senang. Kenapa aku harus terlibat dengannya?” gerutu Sinta. Air mata Sinta mengalir dipelupuk matanya.

“Apa kata Mario jika tahu apa yang sedang terjadi saat ini? Dia pasti memandangku jijik, atau menertawakanku sebagai perempuan yang haus belaian,” Sinta merutuku dirinya. Menganggap semua yang terjadi adalah sebuah kesalahan.

****&&&&*****

Related chapters

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   CEMBURU YANG KEKANAK-KANAKAN

    Matahari pagi menyusup masuk ke dalam kamar Sinta membuat Sinta merasa silau dan berusaha menutup wajahnya dengan bantal. Namun aksi tersebut terhenti saat Sinta menyadari tidak ada sosok Nino disampingnya. Beberapa hari terakhir ini Sinta sudah terbiasa dengan kehadiran Nino. Sinta cemas, takut Nino pergi dari kehidupannya dan tidak kembali seperti apa yang dilakukan Mario. Setidaknya dengan kehadiran Nino, Sinta tidak merasa kesepian. Nino terlonjak dari tempat tidurnya. Membehasi wajah dan pakaiannya kemudian melangkah anggun keluar kamar. Sinta tersentak tidak menemukan Nino dimanapun, tidak ada di sofa apalagi di dapur. Sinta panik dan bergegas membuka pintu apartemen. Sinta menarik nafas lega saat melihat Nino berdiri memegang kantong berisikan sarapan mereka.“Kenapa tidak memecet bel?” tanya Sinta jengkel.“Aku takut menganggu tidurmu,” kata Nino dengan tatapan penuh kasih sayang. Sinta merasakan betapa Nino sangat menyayanginya terbukti

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   MEMBUKA LEMBARAN BARU

    TOK..TOK..Nino mengetuk pintu kamar Sinta tetapi Sinta tidak peduli. Dia beranjak dari pintu kamarnya, melangkah ke tempat tidur kemudian telungkup sambil menangis.Ketukan Nino semakin kasar dan akhirnya menjadi gedoran. Sinta menutup telinganya dengan bantal sambil terus terisak.“Sin... Buka pintunya,” teriak Nino dari balik pintu kamar. Sinta makin meradang, tubuhnya terguncang dan terus menangis.“Sin..Sin..Sin..” teriakan panik Nino makin membuat Sinta menangis histeris.PrakNino berhasil mengdobrak pintu kamar Sinta. Sinta tetap tidak peduli dengan perbuatan Nino. Hingga Nino memeluk erat tubuh Sinta meski Sinta terus meronta namun tenaga Nino terlalu kuat hingga berhasil menguasai Sinta, mendudukkannya kemudian membalikkan tubuh Sinta berhadapan dengan Nino. Nino menghapus air mata Sinta, mengecup lembut puncak kepala Sinta, lalu mendekapnya begitu dalam. Sinta menangis dalam pelukan Nino.“Jang

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   KEHIDUPAN SINTA YANG BARU

    Sinta keluar kamar dengan wajah bete. Dia mengendus kesal saat melihat Nino sibuk dengan gadgetnya di depan TV yang menyala.“Pemborosan,” gumam Sinta yang melangkah.Nino hanya melirik sepintas saat Sinta melewatinya menuju dapur. Sinta kemudian sibuk membuat kopi di dapur, menghirup aromanya kemudian menikmati secangkir kopi. Sinta membawa cangkir berisi kopi menuju kamarnya. Sinta makin jengkel melihat Mario berbaring santai di tempat tidur masih dengan gadgetnya. Sinta langsung duduk saja di pinggiran tempat tidur.“Ach...” teriak Nino membuat Sinta menatap jengkel ke arah Nino.“Kau menduduki burgerku, mana sambalnya kemana-mana lagi, liat nih sepreinya kotor,” bentak Nino.“Sepreinya sudah kotor sejak tadi,” teriak Sinta tidak kalah kencang dari Nino. Nino menaikkan alisnya menatap heran ke arah Sinta.“Kotor gimana ceritanya?” tanya Nino penasaran.“Kotor karena

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   DUNIA NINO

    Seharian Sinta suntuk. Dia sudah membersihkan semua ruangan, sudah mencuci pakaian dan terlihat sangat lelah. Tetapi Nino masih sibuk dengan laptopnya. Sinta dongkol melihat perubahan sikap Nino. Puncaknya Sinta kesal saat tidak menemukan apapun yang bisa di makan di dalam lemari es miliknya padahal perut Sinta sudah keroncongan meminta untuk diizi. Sinta terkulai lemas diatas sofa, dia sudah tidak bisa bergerak karena lelah sekaligus lapar.“ACH...” keluh Sinta. Nino yang mendengar keluhan Sinta langsung meletakkan laptopnya kemudian memeriksa keadaan Sinta. Sinta menyingkirkan tangan Nino yang mencoba untuk menyentuhnya. Sinta menatap tajam ke arah Nino.“Kenapa?” tanya Nino lembut yang membuat Sinta luluh.“Lapar,” kata Sinta.“Bukannya kamu habis dari luar? Katanya belanja bulanan,” kata Nino yang menyulutkan amarahnya.“Pacar kamu tuh mengusik aku. Aku naik pitam dan langsung menamparnya, a

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   DIA YANG PERGI DATANG KEMBALI

    Sinta kesepian sendirian di apartemennya. Sejak tadi Nino pamit untuk mengerjakan proyek game di tempat Gledis. Nino mengajak Sinta ke rumah Gledis tetapi Sinta menolak dengan alasan takut emosional setiap kali melihat Geldis bergelayut manja di lengan Nino. Saat itu Nino hanya tersenyum mendengar alasan kekasihnya.Tik..tik..tikSuara kode pintu apartemen Sinta. Sinta langsung menyunggingkan senyum kemudian bangkit dari sofa menuju pintu apartemen dan berusaha menyambut Nino. Sinta langsung mendekap erat seseorang yang muncul dari balik pintu apartemennya.“Baru ditinggal sebentar saja aku sudah merindukanmu,” kata Sinta.“aku tahu,” suara bariton itu mengejutkan Sinta. Pemilik suara itu bukan Nino melainkan Mario. Sinta juga mulai sadar dengan aroma tubuh Mario. Sinta ingin melepas dekapannya namun Mario makin memeluknya erat. Sinta berusaha mencari rasa yang pernah ada. Mencoba menyelami kerinduan yang kini lenyap. Sinta yakn ba

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   RASA YANG BERBEDA

    saat Sinta terbangun ada rasa hampa menyerang hatinya. sesar begitu menyiksa. dan hanya tangis pilu yang terdengar memenuhi ruang apaetemennya. Easanya berbeda. Sinta pernah kehilangan, pernah merasakan sakit namun tidak seperti ini. tik...tik..tik..bunyi kode password apartemen. Sinta tersentak. dengan penuh harapan sinta berlari. berdiri di belakang pintu. sosok lelaki muncul dari balik pintu. tersenyum penuh arti. sinta tertunduk lesu. orang yang diharapkan tidak kunjung muncul. "selamat pagi sayang," kata Mario. dia mendekat. ingin mengecup kening Sinta namun Sinta menghindar.tiba-tiba Sinta merasa lemas. lututnya gemetaran. lalu kakinya tidak mampu menopang tubuhnya. sinta terjatuh ke lantai. dia menangis tergugu. Mario panik dan langsung meraih tubuh Sinta."ada apa?" tanya mario panik. Sinta terus saja menangis, tidak peduli dengan mario.Mario mendekap tubuh Sinta."Tidak apa-apa," kata Mario. "Semua sudah berlalu. Sekarang ada aku disisinu," bisik Mario di telinga Sinta

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   Lelaki Yang Menangis Untuk Sinta

    Sinta menatap tangan Mario yang melayang di udara, berhenti sejenak di dekat pipi Sinta lalu tangam itu berubah membelai lembut wajah Sinta."Kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu," kata Mario membuat Sinta kembali menangis."Kau tahu bahwa aku sangat terluka dengan sikapmu," kata Sinta."Aku minta maaf. aku tidak bermaksud akan menyakiti hatinu, " kata Mario."Kau sudah menyakitiku terlalu dalam," kata Sinta. "Aku minta maaf," kata Mario."Hanya itu yang bisa kamu lakukan?" tanya Sinta.tiba-tiba Mario berlutut. Sinta terkejut. Sinta berusaha untuk membantu Mario untuk berdiri."Jangan lakukan itu," Mario menggeleng. tetap berlutut. Sinta tersentak saat mendengar isak tangis Mario. Sinta tidak tahan. dia mendekap tubuh Mario. "Jangan seperti ini. Jangan jatuhkan harga dirimu," bisik Sinta."Kaulah harga diriku," kata Mario disela tangisnya. Sinta berusaha tenangkan Mario. mengelus lembut punggung Mario hingga Mario merasa tenang. Sinta melepaskan pelukannya. menatap wajah Mario. me

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   DUNIA SINTA YANG JUNGKIR BALIK

    “Mari kita pisah” ucap Mario tepat diacara makan malamnya dengan Sinta untuk memperingati hari jadian mereka yang ke 10 tahun. Sejak kelas satu SMU, Mario jatuh cinta pada Sinta. Gadis biasa yang selalu tersenyum meski sedang dihukum saat ospek dulu. Sinta tetap tersenyum memamerkan lesung pipinya dan menjadi pusat perhatian semua siswa baru yang menhundang rasa jengkel pada semua kakak seniornya. Tidak jarang Sinta kena marah dan hukum hanya karena dia selalu tersenyum,namun hal itu yang membuat Mario jatuh cinta.Mario lelaki tampan, kaya dan cerdas sejak awal dibentuk untuk menjadi pewaris perusahaan kontraktor terbesar di Indonesia. Karena itu sejak SMP Mario sudah terlibat dalam urusan remeh temeh perusahaan tersebut. sama seperti saat Mario masih menjadi siswa baru.Tepat setelah acara ospek selesai, Mario mengaja Sinta untuk makan malam di sebuah restourant mewah yang tepat berhadapan dengan sebuah gedung yang sedang dibangunnya. Gedung tersebut baru

Latest chapter

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   Lelaki Yang Menangis Untuk Sinta

    Sinta menatap tangan Mario yang melayang di udara, berhenti sejenak di dekat pipi Sinta lalu tangam itu berubah membelai lembut wajah Sinta."Kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu," kata Mario membuat Sinta kembali menangis."Kau tahu bahwa aku sangat terluka dengan sikapmu," kata Sinta."Aku minta maaf. aku tidak bermaksud akan menyakiti hatinu, " kata Mario."Kau sudah menyakitiku terlalu dalam," kata Sinta. "Aku minta maaf," kata Mario."Hanya itu yang bisa kamu lakukan?" tanya Sinta.tiba-tiba Mario berlutut. Sinta terkejut. Sinta berusaha untuk membantu Mario untuk berdiri."Jangan lakukan itu," Mario menggeleng. tetap berlutut. Sinta tersentak saat mendengar isak tangis Mario. Sinta tidak tahan. dia mendekap tubuh Mario. "Jangan seperti ini. Jangan jatuhkan harga dirimu," bisik Sinta."Kaulah harga diriku," kata Mario disela tangisnya. Sinta berusaha tenangkan Mario. mengelus lembut punggung Mario hingga Mario merasa tenang. Sinta melepaskan pelukannya. menatap wajah Mario. me

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   RASA YANG BERBEDA

    saat Sinta terbangun ada rasa hampa menyerang hatinya. sesar begitu menyiksa. dan hanya tangis pilu yang terdengar memenuhi ruang apaetemennya. Easanya berbeda. Sinta pernah kehilangan, pernah merasakan sakit namun tidak seperti ini. tik...tik..tik..bunyi kode password apartemen. Sinta tersentak. dengan penuh harapan sinta berlari. berdiri di belakang pintu. sosok lelaki muncul dari balik pintu. tersenyum penuh arti. sinta tertunduk lesu. orang yang diharapkan tidak kunjung muncul. "selamat pagi sayang," kata Mario. dia mendekat. ingin mengecup kening Sinta namun Sinta menghindar.tiba-tiba Sinta merasa lemas. lututnya gemetaran. lalu kakinya tidak mampu menopang tubuhnya. sinta terjatuh ke lantai. dia menangis tergugu. Mario panik dan langsung meraih tubuh Sinta."ada apa?" tanya mario panik. Sinta terus saja menangis, tidak peduli dengan mario.Mario mendekap tubuh Sinta."Tidak apa-apa," kata Mario. "Semua sudah berlalu. Sekarang ada aku disisinu," bisik Mario di telinga Sinta

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   DIA YANG PERGI DATANG KEMBALI

    Sinta kesepian sendirian di apartemennya. Sejak tadi Nino pamit untuk mengerjakan proyek game di tempat Gledis. Nino mengajak Sinta ke rumah Gledis tetapi Sinta menolak dengan alasan takut emosional setiap kali melihat Geldis bergelayut manja di lengan Nino. Saat itu Nino hanya tersenyum mendengar alasan kekasihnya.Tik..tik..tikSuara kode pintu apartemen Sinta. Sinta langsung menyunggingkan senyum kemudian bangkit dari sofa menuju pintu apartemen dan berusaha menyambut Nino. Sinta langsung mendekap erat seseorang yang muncul dari balik pintu apartemennya.“Baru ditinggal sebentar saja aku sudah merindukanmu,” kata Sinta.“aku tahu,” suara bariton itu mengejutkan Sinta. Pemilik suara itu bukan Nino melainkan Mario. Sinta juga mulai sadar dengan aroma tubuh Mario. Sinta ingin melepas dekapannya namun Mario makin memeluknya erat. Sinta berusaha mencari rasa yang pernah ada. Mencoba menyelami kerinduan yang kini lenyap. Sinta yakn ba

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   DUNIA NINO

    Seharian Sinta suntuk. Dia sudah membersihkan semua ruangan, sudah mencuci pakaian dan terlihat sangat lelah. Tetapi Nino masih sibuk dengan laptopnya. Sinta dongkol melihat perubahan sikap Nino. Puncaknya Sinta kesal saat tidak menemukan apapun yang bisa di makan di dalam lemari es miliknya padahal perut Sinta sudah keroncongan meminta untuk diizi. Sinta terkulai lemas diatas sofa, dia sudah tidak bisa bergerak karena lelah sekaligus lapar.“ACH...” keluh Sinta. Nino yang mendengar keluhan Sinta langsung meletakkan laptopnya kemudian memeriksa keadaan Sinta. Sinta menyingkirkan tangan Nino yang mencoba untuk menyentuhnya. Sinta menatap tajam ke arah Nino.“Kenapa?” tanya Nino lembut yang membuat Sinta luluh.“Lapar,” kata Sinta.“Bukannya kamu habis dari luar? Katanya belanja bulanan,” kata Nino yang menyulutkan amarahnya.“Pacar kamu tuh mengusik aku. Aku naik pitam dan langsung menamparnya, a

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   KEHIDUPAN SINTA YANG BARU

    Sinta keluar kamar dengan wajah bete. Dia mengendus kesal saat melihat Nino sibuk dengan gadgetnya di depan TV yang menyala.“Pemborosan,” gumam Sinta yang melangkah.Nino hanya melirik sepintas saat Sinta melewatinya menuju dapur. Sinta kemudian sibuk membuat kopi di dapur, menghirup aromanya kemudian menikmati secangkir kopi. Sinta membawa cangkir berisi kopi menuju kamarnya. Sinta makin jengkel melihat Mario berbaring santai di tempat tidur masih dengan gadgetnya. Sinta langsung duduk saja di pinggiran tempat tidur.“Ach...” teriak Nino membuat Sinta menatap jengkel ke arah Nino.“Kau menduduki burgerku, mana sambalnya kemana-mana lagi, liat nih sepreinya kotor,” bentak Nino.“Sepreinya sudah kotor sejak tadi,” teriak Sinta tidak kalah kencang dari Nino. Nino menaikkan alisnya menatap heran ke arah Sinta.“Kotor gimana ceritanya?” tanya Nino penasaran.“Kotor karena

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   MEMBUKA LEMBARAN BARU

    TOK..TOK..Nino mengetuk pintu kamar Sinta tetapi Sinta tidak peduli. Dia beranjak dari pintu kamarnya, melangkah ke tempat tidur kemudian telungkup sambil menangis.Ketukan Nino semakin kasar dan akhirnya menjadi gedoran. Sinta menutup telinganya dengan bantal sambil terus terisak.“Sin... Buka pintunya,” teriak Nino dari balik pintu kamar. Sinta makin meradang, tubuhnya terguncang dan terus menangis.“Sin..Sin..Sin..” teriakan panik Nino makin membuat Sinta menangis histeris.PrakNino berhasil mengdobrak pintu kamar Sinta. Sinta tetap tidak peduli dengan perbuatan Nino. Hingga Nino memeluk erat tubuh Sinta meski Sinta terus meronta namun tenaga Nino terlalu kuat hingga berhasil menguasai Sinta, mendudukkannya kemudian membalikkan tubuh Sinta berhadapan dengan Nino. Nino menghapus air mata Sinta, mengecup lembut puncak kepala Sinta, lalu mendekapnya begitu dalam. Sinta menangis dalam pelukan Nino.“Jang

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   CEMBURU YANG KEKANAK-KANAKAN

    Matahari pagi menyusup masuk ke dalam kamar Sinta membuat Sinta merasa silau dan berusaha menutup wajahnya dengan bantal. Namun aksi tersebut terhenti saat Sinta menyadari tidak ada sosok Nino disampingnya. Beberapa hari terakhir ini Sinta sudah terbiasa dengan kehadiran Nino. Sinta cemas, takut Nino pergi dari kehidupannya dan tidak kembali seperti apa yang dilakukan Mario. Setidaknya dengan kehadiran Nino, Sinta tidak merasa kesepian. Nino terlonjak dari tempat tidurnya. Membehasi wajah dan pakaiannya kemudian melangkah anggun keluar kamar. Sinta tersentak tidak menemukan Nino dimanapun, tidak ada di sofa apalagi di dapur. Sinta panik dan bergegas membuka pintu apartemen. Sinta menarik nafas lega saat melihat Nino berdiri memegang kantong berisikan sarapan mereka.“Kenapa tidak memecet bel?” tanya Sinta jengkel.“Aku takut menganggu tidurmu,” kata Nino dengan tatapan penuh kasih sayang. Sinta merasakan betapa Nino sangat menyayanginya terbukti

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   RASA YANG SINTA SANGKAL

    Sinta tersentak. Hampir saja dia jatuh dari sofa tempatnya tidur. Sinta menarik nafas berat kemudian menghembuskannya lewat mulut. Dia kemudian duduk menenangkan hatinya. Sinta memeriksa hpnya ternyata tidak aktif. Sinta mengaktifkan hpnya dan melihat jam di hpnya. Ternyata sudah jam 11 malam. Sinta ingin menghirup udara segar. Seperti biasa Sinta memutuskan untuk ke taman dekat apartemennya.Sinta terkesima menyaksikan Nino yang sedang jongkok di depan pintu apartemen Sinta. Nino menatap sendu ke arah Sinta. Wajah Nino terlihat pucat membuat Sinta kwatir. Langsung saja Sinta jongkok sejajarkan wajahnya dengan wajah Nino. Sinta dengan sigap memeriksa kening Nino.“Tidak demam. Syukurlah,” gumam Sinta. “ayo masuk,” ajak Sinta. Nino menggeleng. Sinta mengernyitkan dahinya.“Kakiku kebas,” kata Nino.“Sejak kapan kau disini?” tanya Sinta.“Sejak kau masuk ke apartemen ini, aku menghubungi nomormu t

  • CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN   SAKITKU, DIA YANG SELALU ADA UNTUKKU

    Sebuah lengan kokoh menyusup masuk ke pinggang Sinta yang tertidur pulas. Sinta tiba-tiba membuka matanya saat merasakan betapa kuat lengan itu menarik tubuhnya. Hemburan nafas seorang pria terasa begitu nyata di tengkuknya. Tiba-tiba Sinta merasa begitu murahan sebab tidur bersama dengan lelaki yang baru dikenalnya. Meski itu hanya sekedar tidur tidak lebih dan tidak kurang. Sinta berbalik dan menatap wajah Nino yang tenang. Kali ini Nino tidak memadamkan lampu kamar Sinta. Membuat Sinta tahu siapa yang selama beberapa ini selalu menemani malam-malamnya tanpa keluhan.“Nino?” bisik Sinta. Nino hanya tersenyum tanpa membuka matanya. Sinta sendiri makin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Nino sehingga dekapan Nino semakin erat. Dalam keadaan rapuh seperti ini, Sinta sangat membutuhkan sandaran dan Nino tidak pernah keberatan jika Sinta menjadikannya tempat berlabuh setelah mengarungi kerasnya kehidupan.“Apakah perusahaan terlalu rapuh jika bangkrut hanya k

DMCA.com Protection Status