Jam menunjukkan pukul 19.00. Saatnya Devano menjemput gadis kecilnya. Devano masuk dan Raina menunggu dengan penuh antisipasi. Devano mengenakan jas hitam legam yang rapi. Rambutnya yang sedikit panjang. hingga menyentuh kerah disisir ke belakang, membuatnya tampak seperti iblis tampan yang begitu menggoda.Devano melangkah memasuki kamar dan Raina merasakan Devano tertegun sejenak menatap wajah Raina yang sudah dirias sedemikian cantiknya, namun kemudian mata Devano menatap ke arah Raina yang masih mengenakan gaun biasa warna putih tak tampak glamour di tubuhnya. Mata Devano menggelap seolah ada badai yang akan menerjang di sana,"Kenapa tidak kau pakai gaunmu yang aku berikan tadi?" desis Devano pelan.Raina mundur selangkah, menyadari intensitas kemarahan dalam suara Devano. Lelaki satu ini mungkin menderita post power sindrome sehingga mudah naik darah kalau keinginannya tidak diikuti, batin Raina dalam hati."Aku tidak mau. Gaun yang kau berika terlihat jijik jika aku kenakan di
"Kita sudah sampai. Cepat Turun!" Suara nyaring dan tegas terdengar dari mulut Devano. Langsung saja dia melepas selt beltnya. Sekilas melihat Raina yang masih terdiam. Devano sedikit kesal gadis kecil yang ada di sampingnya karena Raina tidak menggubris perkataannya. Devano tidak suka siapapun tidak menuruti perkataannya."Punya telinga? Kalau punya cepat turun kita tidak ada waktu lagi, ini adalah hari spesial bagiku." Devano marah dan sedikit membentak. Suaranya yang lantang membuat Raina sedikit takut.Raina hanya bisa membuang muka, Tapi tidak bagiku. Bagiku ini adalah hari sial bagiku. Batin Raina menggerutu.dia melepas selt beltnya. Ah, sial kenapa susah sekali. Bekali-kali Raina mencoba melepaskan ikatannya namun gagal. Jangan sampai Devano melihat kebodohan apa yang dia lakukan. Macet, selt belt tidak lepas. Raina mengutuk mobil ini cepat-cepat masuk ke bengkel atau di buang saja. Mobil berkelas tapi fasilitas tidak memadai.Devano melirik jam tangan hitamnya yang ekslusi
Puas dengan tangisannya Raina segera keluar dari toliet. Sebuah kaca besar memantulkan tubuhnya yang begitu anggun. Wajahnya sembab, dia memperbaiki penampilannya yang acakan. Jangan sampai Casanova bagai iblis itu melihat penampilannya yang amburadul di tambah make up-nya yang luntur karena terkena air mata.“Raina, kamu harus kuat. Apapun yang terjadi kamu harus merebut kembali peternakan milik ayah.” Raina menyemangati dirinya. Gaun yang melekat di tubuhnya begitu anggun saat di pakai, dia merapikan gaunnya dan melenggang keluar.Sial, pintu toilet tidak bisa di kunci padahal tadi baik-baik saja. Raina mencoba membuka pintu namun tidak bisa. Ada yang sengaja mengunci dia di dalam. Melihat di sekelilingnya tidak ada orang hanya dia saja membuat Raina takut. “Tolong! Buka pintunya!” Raina mendobrak-dobrak pintu berharap ada yang menolongnya. “Tolong!” Teriak Raina berulang kali. Beruntung di dalam toilet tidak pengap. Raina paling tidak bisa jika di ruangan lembab, tertutup. Bisa-bis
Dengan kekuatan super Raina buru-buru mengemasi barangnya. Setelah dari hotel dia langsung bergegas ke rumahnya. Ini saat yang tepat untuk dia kabur dari dunia karena cengkraman Devano. Raina memasukkan baju dan peralatannya dan tak lupa ijazah perawatnya dia masukkan ke dalam tas koper berwarna hitam sebagai bekalnya untuk bekerja sebagai tenaga medis. Setelah di rasa cukup dia segera melangkah ke arah pintu.Ponselnya bergetar dan di layar terdapat nama Casanova arogan sedang meneleponnya. Malas sekali harus berhubungan dengannya lagi. Nomernya memanggil terus berarti Devano ingin menghubunginya. Raina langsung mereject.“Sial, berani-beraninya cinderellaku mereject nomerku.” Gerutu Devano saat selesai meeting dengan CEO perusahanaan susu perah. Devano mencoba menghubungi Raina. Sialnya lagi nomernya sekarang tidak aktif.Devano membanting ponselnya ke sofa dan memegang keningnya frustasi.“Morgan!” Panggil Devano saat Morgan sedang berdiri tegak di dekat pintu ruang meeting. Morgan
Sebuah terminal sudah ada di depan mata. Raina lega akhirnya dia bisa lolos dari Devano Christopher, dia turun dari taksi online dan berjalan ke arah terminal sambil menggeret koper hitamnya. Suasana terminal cukup ramai. Raina bingung harus kemana dia sekarang. Tujuan hidupnya hanya satu terbebas dari Devano.Raina merogoh ponselnya dan scroll tempat atau desa di Paris. Sambil memastikan uang yang ada di tasnya pas nanti saat dia berada di tempat baru. Belum lagi dia harus putar otak untuk mencari pekerjaan. Belum juga dia menemukan tempat yang pas. Raina butuh duduk sebentar apalagi cuaca hari ini di Paris agak terik.Raina melangkah secara gontai dan menghempaskan tubuhnya dia kursi tunggu yang nyaman. Raina lelah dia butuh mengistirahatkan kepala dan tubuhnya sejenak. “Makin lama hidupku tidak karuan seperti gelandangan saja. Sudah hidup sendiri, dapat cengkraman dari Devano. Astaga, kapan aku bisa hidup normal. Aku lelah.” Raina menggerutu sambil memijat keningnya.Seketika dia
Devano menggendong Raina. Gadis kecil itu merintih kesakitan dan kepanasan. Pintu lift terbuka Devano segera masuk dan memencet tombol enam. Raina menarik dasi Devano dan memainkan satu persatu kancing Casanova tersebut. Jantung Devano berpacu dengan cepat saat Raina terus menggodanya.Sial, baru kali ini aku dibuat tegang oleh gadis. Batin Devano menggerutu.Ting!Akhirnya mereka sampai ke lantai 6. Devano terpaksa masuk ke dalam hotel bintang lima yang terkenal di Paris. Tidak mungkin dia pergi ke rumah. Kondisi Raina tidak memungkinkan lagi. Pikiran Devano melayang jauh. Malam ini Raina akan menjadi miliknya lagi. Kamar 709 sudah ada di depan mata.Devano masih menggendong Raina dan meletakkan dirinya di ranjang king size. Tak lupa dirinya menghidupkan AC yang paling dingin. Terlihat Raina tidak nyaman dengan keadaannya saat ini meskipun AC kamar sudah sangat dingin."Tolong! Panas …" suara Raina mendesah, serak seperti kesakitan.Devano mengernyitkan keningnya dan duduk di tepi ran
Suara alarm ponsel Raina membangunkan gadis yang hanya memakai baju handuk terbangun dari mimpinya yang Indah. Raina perlahan membuka matanya saat seseorang membuka tirai jendela. Samar-samar dia mendengar beberapa derap langkah yang ada di dalam kamar. Raina melihat langit-langit kamar. Asing bukan kamarnya. “Sudah bangun, Nona.” Sapa seorang perempuan dengan lembut.Suara itu tidak asing, tapi mengapa dia ada di sini? Raina langsung terbangun dan melihat Nando dan para pegawainya lalu lalang membawa peralatan dan Raina terkejut ada gaun pengantin berwarna putih yang anggun dan ekor gaun yang menjulang serta di taburi kristal yang membuat gaun itu terlihat mewah.“Apa yang kalian lakukan di sini? Kenapa ada gaun pengantin? Siapa yang mau menikah?” Tanya Raina bingung. Dalam ingatannya dia baru saja bekerja di club’ dan di ruangan ViP Raina sempat di gilir.Para pelayan hanya diam tanpa sepatah kata apapun. Mereka sibuk dengan pekerjaannya terlebih Nando terlihat mempersiapkan make-u
Mobil yang membawa sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan melaju di jalanan kota Paris. Raina masih termenung dengan situasinya saat ini. Menikah adalah impian bagi semua wanita, namun tidak untuk Raina. Gadis itu harus rela menikah dengan Casanova arogan yang tidak pernah dia cintai. Raina bersumpah dalam hati tidak akan pernah jatuh cinta dengan lelaki tersebut.Gaun pengantin putih yang elegan hanya sebagai kedok saja tidak dengan hatinya. Sekilas dia melirik Devano yang sibuk dengan laptopnya.Dasar, masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Pekerjaan yang di lakukan sangat kotor, bagaiamana tidak mengambil semua peeusahaan milik orang lain. Batin Raina menggerutu.“Jangan memandangi aku terus menerus nanti kamu bisa jatuh cinta kepadaku.” Terdengar suara yang begitu menyayat hati. “Hari ini kamu sudah sah menjadi istriku. Bersiaplah menjadi nyonya Devano.” Sambungnya tanpa memandang ke arah Raina. Lelaki itu masih sibuk dengan laporan yang di kirim Mr Raymond tent
sebuah pernikahan mewah dan megah ada didepan mataku. Hari ini adalah hari pernikahan aku dan Devano. Balutan gaun pengantin bak Cinderella.Aku melihat pantulan diriku di kaca yang besar. Akhirnya pernikahan yang aku impikan terwujud juga meskipun banyak lika-liku. Pernikahan akan di mulai.Aku mengucapkan janji suciku ketika devano telah mengucapkannya. Lalu setelah itu, kami bertukar cincin. Ketika pastur mempersilahkan Devano untuk menciumku, seketika pipiku terasa merona. Devano menatapku dengan tersenyum, aku balas menatapnya. Pernikahan ini sangat membuatku bahagia. Devano kini telah resmi menjadi suamiku. Aku tak peduli jika aku pernah hamil. Aku memejamkan mataku ketika Devano mulai menciumku. Kami mulai hanyut dalam pungutan kami. Aku merasa begitu tenggelam dan menikmatinya. Tak peduli berapa pasang mata yang menonton kami. Namun sorak teriakan dan suara pistol membuat kami langsung saling menjauh. Aku menatap horor ke arah Kevin yang tengah berdiri seraya memegang pis
Aku menunggu Devano di lobi hotel. Setelah tragedi dia mengajakku jalan-jalan di London untuk menjernihkan pikiran. Aku senang sekarang dia menjaga diriku . Aku mulai senang dan bahagia karena Devano memberikan surprise untukku. Malam ini kota London sangat dingin. Aku melihat seseorang turun dari mobil BMW warna hitam. Devano mempunyai banyak koleksi mobil ternyata. Astaga, malam ini dia terlihat sangat tampan. Aku tidak menyangka Casanova ini ketampanannya mengalahkan dewa Yunani. Devano menghampiriku.“Malam cintaku.” Devano mengecup bibirku sekilas. Duh, orang ini sembarangan saja jika Masalah cium. Aku melirik resepsionis yang melihatku sedang dicium, dia Seperti sedang tersenyum. ”Sayang, malam ini pasti kamu akan senang aku membawakan surprise untukmu.” Kata Devano sambil menyelinapkan anak rambut ke belakang telingaku.“Sayang, apa yang ingin kamu surprise kan ke aku. Aku penasaran.” Aku tersenyum manis. Devano malah justru semakin menggodaku.“Hei, Jika aku memberitahukan ke
Suara brankar menggema. Raina terkapar tidak berdaya diatas brankar. Devano tidak bisa membendung rasa bersalahnya kenapa dia harus menyuruh Raina menceburkan diri di kolam renang. Perasaan bersalah menyelimutinya. Raina masuk kedalam UGD dan mereka diharap menunggu di ruang tunggu. Devano memukul tembok dengan tangannya, dia tidak bisa membendung rasa bersalahnya. Roland melihat Devano langsung menghampirinya.“Sudahlah, kakak di setiap cinta pasti ada pengorbanan. Kau harus tahu itu. Aku senang akhirnya kau bisa mengingat semuanya, tetapi mau bagaimana lagi Raina jadi korbannya, dia memang dari dulu tidak bisa berenang. Kak, ini adalah bentuk perjuanganmu. Raina sudah berusaha.” Roland masih menenangkan Devano. Baju pernikahannya masih basah. Roland hanya bisa menghela nafas panjang.“Jujur aku kecewa dengan diriku sendiri, tidak pantas aku melakukan ini. Roland, Kau tahu aku sangat menderita jika Raina mendapat kesusahan. Ini aku seakan memberikan hal yang bodoh dalam hidupku.” De
Devano geram dengan Raina yang tidak mau pulang dan dia tidak mau mengambil kalungnya di kolam renang. Devano berfikir masa dia harus mengambil kalung disana. Bajunya basah dan dia akan segera menikah. Devano melihat kearah Raina. Gadis ini memang benar-benar keras kepala.“Aku sudah bilang kepadamu. Jika kalung itu berharga ambillah dan aku tidak mau mengambilnya. Kau fikir aku siapa? Aku ingin menikah jangan mengganggu pernikahanku saat ini. Kalau perlu pergilah dari dunia ini. Aku baru sadar jika kau memang wanita murahan dan kenapa aku bisa terpesona denganmu.” Kata Devano dingin.“Sebegitu marah dan hina aku di depanmu, Mr Devano yang terhormat. Asal kau tahu saja. Jika aku tidak hamil anakmu. Aku tidak akan mengemis cinta di hadapanmu. Ucapanmu membuatku sakit hati.” Kataku lirih. “Karena kau sangat keras kepala. Aku tidak suka wanita seperti itu. Aku sangat membencimu. Maaf ... aku tidak akan meladeni orang gila sepertimu. Aku mau mempersiapkan pernikahanku.” Devano melangkah p
mata kami saling adu. Devano menatapku penuh dengan tatapan sinis. Amarahnya seperti memuncak. Aku memalingkan wajahku. Suara langkahnya mengarah kepadaku dan benar ada sebuah tangan mencengkalku.Devano memejamkan matanya sejenak, lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan kekarnya masih mencekal Raina, dia ingin memarahi gadis yang ada di depannya ini kenapa dia menghadiri undangan pernikahannya. “Miss Raina, Tak ada yang menarik dariku. Cepat pulang dan jangan melihat upacara pernikahanku. Aku tidak mau kau sedih dan sakit hati." Pria itu membuka suara. Sambil menatap tajam wajah Raina. Tatapannya yang dingin dan sikap cueknya membuat Raina yakin jika Devano memang tidak bisa mengingatnya.Aku yakin , di balik suara itu ada nada enggan untuk berbicara ada sebutir cinta yang masih tersimpan karena aku yakin dia masih mencintaiku dan tidak mau kehilangan aku. Jadi aku memutuskan untuk tetap stay di sini. Aku hanya sekedar penasaran karena Devano orang yang sangat sulit di tebak. I
Aku bercermin dan melihat wajahku. Hari ini tepat pernikahan Devano Cristopher. Sebenarnya aku bahagia dia menikah asalkan menikah denganku tapi semuanya sudah berakhir. Aku melihat perutku yang semakin membesar. Tanteku marah dan sekarang aku sekarang baginya adalah sampah atau aib keluarga. Down rasanya dengan kehidupan ini.“Raina, kau sudah siap?” Jessie langsung masuk kedalam kamarku, dia sedang berlibur ke Paris karena acara prewedding dengan Roland. Terkadang merasa iri dengan mereka. ”Kenapa belum siap-siap, belum make up. Kamu jadi atau tidak ke pernikahan si Casanova tersebut?” Jessie sedikit kesal. Aku mengangguk tidak tahu mau kesana atau tidak? Yang jelas aku bingung, malas dan down. Apakah bisa aku melihat pernikahan dia? Hatiku rasanya sakit sekali dengan situasi saat ini.“Entahlah Jessie. Aku dilema saat ini.” Aku hanya bisa melihat wajahku di cermin. Malang sekali nasibku ini.“Ibu hamilku ini memang ada-ada saja. Kamu harus segera bersiap-siap. Jangan sampai momen i
Berpacu dengan waktu karena customer minta agar aku menyelesaikan gaun pengantin yang dia pesan karena untuk pernikahannya akan dimajukan. Aku koordinasi dengan Cristie. Huh, lumayan lelah juga apalagi aku dalam kondisi hamil. Aku langsung menepuk jidatku.“Astaga, aku lupa kenapa aku tidak minta nomor telefon Devano? Dia bukanya sudah hampir mengingatku. Apalagi dengan kejadian kemarin. Aku merindukannya. Rumah sepi. Rasanya tidak enak juga.” Aku berbicara sendiri sambil menjahit gaunku. Aku melihat layar ponsel.✉️Hari ini aku balik ke Paris. Kamu masih tetap di rumah dekat pantai ✉️iya. Memang kenapa Roland. Aku lebih senang tinggal disini. ✉️Aku ingin bertemu saja dan bicara mengenai kak DevanoAku menghela nafas panjang. Aku masih menjahit gaun. Ini harus deadline. Kedua mataku menangkap ada dompet. Aku menghentikan jahitku.“Dompet siapa ini?” Aku mengamati dompet tersebut. ”Maaf iya aku buka.” Aku membuka dan melihat isinya. Banyak sekali dolar. Devano. Ada foto Devano disini
Gadis itu mondar-mandir sambil melipatkan kedua tangannya, dia masih menunggu seseorang yang membuat dia sekarang marah. Devano Christopher. Bukanya dia menjemput dirinya di bandara. Devano seolah acuh kepadanya. Sesekali dia mengibaskan rambutnya. Warna bibir lipstiknya yang merah merona sangat menggoda siapa saja yang melihatnya. Nafasnya tersengal-sengal. Seorang pria paruh baya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku gadis itu.“Sampai kapan kau akan menunggu dirinya, Natasya. Ponselnya saja tidak aktif.” Papa Devano sedang membaca sebuah proposal dari klien Devano. Hari ini Devano akan meeting dengan klien. ”Anak sialan itu ke mana lagi?” Papa Devano melepas kacamatanya dan sesekali memijat pelipisnya. Kadang dia bingung dengan tingkah anaknya itu. Devano makin dewasa makin tidak karuan saja. Makanya dia akan menikahkan dirinya dengan Natasya. Natasya adalah wanita yang pas buat Devano.“Om, dimana dia? Nomornya tidak aktif. Huh! Kemarin aku mendengar suara perempuan m
Masih di mobil bersama Casanova, Devano ...Devano masih mengulurkan tangannya berharap aku mau berkenalan dengannya. Aku masih tertunduk tanpa memandang orang yang aku rindu selama ini kenapa dia tidak mengingatku? Apakah ada kembaran Casanova, tetapi aku merasa dia adalah Devano yang ku rindukan. Devano menghela nafas panjang dan menurunkan tangannya.“Baru kali ini aku dicuekin sama perempuan.” Devano menggerutu. ”Kau ini gadis yang cuek sekali. Baiklah jika kau tidak mau memperkenalkan namamu. Aku tetap akan stay disini dan jangan harap kau bisa keluar dari mobil ini sampai kau memberitahu siapa namamu.” Devano bersikeras, dia memakai kacamata hitamnya kembali. Terlihat maskulin. Aku meliriknya sekilas. Astaga tidak bertemu lama dia masih tampan saja.“Aku Clara.” Aku langsung memandang ke depan tanpa menjabat tangan dan berbohong. Aku ingin tahu apakah dia masih ingat aku atau tidak sebagai Raina.“Nama yang beautiful. Okey Clara. Sekarang aku mau lihat wajah kamu. Dari tadi kamu