Suara alarm ponsel Raina membangunkan gadis yang hanya memakai baju handuk terbangun dari mimpinya yang Indah. Raina perlahan membuka matanya saat seseorang membuka tirai jendela. Samar-samar dia mendengar beberapa derap langkah yang ada di dalam kamar. Raina melihat langit-langit kamar. Asing bukan kamarnya. “Sudah bangun, Nona.” Sapa seorang perempuan dengan lembut.Suara itu tidak asing, tapi mengapa dia ada di sini? Raina langsung terbangun dan melihat Nando dan para pegawainya lalu lalang membawa peralatan dan Raina terkejut ada gaun pengantin berwarna putih yang anggun dan ekor gaun yang menjulang serta di taburi kristal yang membuat gaun itu terlihat mewah.“Apa yang kalian lakukan di sini? Kenapa ada gaun pengantin? Siapa yang mau menikah?” Tanya Raina bingung. Dalam ingatannya dia baru saja bekerja di club’ dan di ruangan ViP Raina sempat di gilir.Para pelayan hanya diam tanpa sepatah kata apapun. Mereka sibuk dengan pekerjaannya terlebih Nando terlihat mempersiapkan make-u
Mobil yang membawa sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan melaju di jalanan kota Paris. Raina masih termenung dengan situasinya saat ini. Menikah adalah impian bagi semua wanita, namun tidak untuk Raina. Gadis itu harus rela menikah dengan Casanova arogan yang tidak pernah dia cintai. Raina bersumpah dalam hati tidak akan pernah jatuh cinta dengan lelaki tersebut.Gaun pengantin putih yang elegan hanya sebagai kedok saja tidak dengan hatinya. Sekilas dia melirik Devano yang sibuk dengan laptopnya.Dasar, masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Pekerjaan yang di lakukan sangat kotor, bagaiamana tidak mengambil semua peeusahaan milik orang lain. Batin Raina menggerutu.“Jangan memandangi aku terus menerus nanti kamu bisa jatuh cinta kepadaku.” Terdengar suara yang begitu menyayat hati. “Hari ini kamu sudah sah menjadi istriku. Bersiaplah menjadi nyonya Devano.” Sambungnya tanpa memandang ke arah Raina. Lelaki itu masih sibuk dengan laporan yang di kirim Mr Raymond tent
Raina bersender di depan pintu kamar Devano yang bercat emas. Hatinya remuk dengan kondisi kehidupan Raina saat ini. Bagaikan masuk di dunia cinderella yang di sakiti. Berbeda dengan dongengnya kali ini yang menyakiti adalah suaminya sendiri. Bukan, Devano bukan suaminya melainkan bayangan saja. Raina seakan tertekan saat ini. Jalannya untuk kabur mungkin tak ada gunanya lagi.“Roland, saat ini aku butuh kamu.” Kata Raina lirih. Roland adalah penyelamatnya saat ini. Teringat jika dia sedang asyik dengan calonnya membuat nyali Raina menciut. Memang Raina dari awal oertm Tuan Morgan melintas di depannya dan menundukkan kepalanya. Pria ini memang sangat sopan sekali meskipun dengan yang umurnya lebih muda darinya.“Nyonya, tidak apa-apa?” Tanyanya khawatir. Morgan sebenarnya tahu apa yang di rasakan Raina. Raina menggelengkan kepalanya dan terisak. Air mata beningny turun lagi membasahi pipinya dan membuat make-upnya sedikit memudar, dia tidak peduli yang dia inginkan hanya ingin menang
HASRAT DI KAMAR MANDIKini Devano masih berada di dalam kamarnya. Makin lama lelaki ini sangat liar sekali. Tubuhnya yang sixpack, otot berisi membuat siapa saja bertekuk lutut kepada Casanova ini. Ingin rasanya Raina keluar dari kamar ini dan pergi ke arah kamar tamu. Pemandangan yang menggiurkan membuat Raina tidak bisa berkutik terlebih Devano pernah nenikah dan tahu bagaimana cara memperlakukan istri. Tidak, itu tidak berlaku dengan dirinya. Raina hanya boneka dalam hidup Devano. Devano memandangi Raina. Perempuan itu masih saja melamun. Devano yakin di pikirannya terlintas adegan-adegan yang di lalui pasangan suami istri.“Sampai kapan aku menunggumu masih terbuai pikiran kita nanti sedang bercinta.” Devano menggoda Raina.Raina langsung mundur dan menyilangakan tangannya di depan dada. Berharap lelaki ini tidak akan macam-macam dengannya.“Jangan fikiran kotor, jika kau mandi. Mandilah sana jangan menggodaku.” Usir Raina dengan cemberut.Devano melangkah maju dan yang membuat R
Malam hari semakin larut dan hujan turun dengan derasnya. Petir memekakkan telinga bagi siapa saja yang mendengarnya. Raina masih menyenderkan tubuhnya di tepi ranjang sembari melihat hujan lewat jendela. Kebetulan dia tidak menutup jendela kamar dengan gorden.Bayangan erotis saat bersama Devano masih membayangi fikirannya. Sebenarnya dia ingin menjadi istri seutuhnya namun dengan adanya statement dia hanya boneka dalam hidupnya membuat Raina sakit hati. Novel fife day with you yang dia beli kemarin terpaksa dia menghentikan bacaannya. Raina jadi penasaran apakah Devano sudah tidur atau belum. Kakinya turun dari ranjang dan memakai sandal bulu.Suasana rumah sepi dan sunyi. Tentu saja sudah jam dua belas malam. Raina menarik nafas dalam-dalam dan menuju kamar Devano sekedar mengecek dirinya sudah tidur atau belum.Sampai di depan kamarnya, rasa was-was menyelimuti hatinya. Perlahan dia membuka pintu yang tidak dikunci. Lampu kamar masih menyala otomatis dia masih belum terjaga dalam
"SIALAN!!!" jeritnya tanpa berusaha ditahan. Untung saja ruangan itu berlapis kedap suara yang membuat teriakannya teredam, tapi persetan! Devano butuh mengeluarkan amarahnya. Dipukulnya meja dari kayu itu beberapa kali hingga barang-barang di atasnya jatuh berserakan, dia butuh wine tapi jelas tidak mungkin dia kembali ke rumah sekarang. Dalam waktu satu jam, akan ada pertemuan dengan Direktur dari Capitalince Company untuk membahas kerja sama membangun ikon terbaru seluler di kota Paris dan dia harus mempersiapkan presentasi. Perusahaan ini harus bisa tunduk dalam naungannya, tetapi bagaimana Devano bisa fokus mengerjakan tugasnya bila kepalanya hanya berisi Raina!Bayangan bagaimana Devano memergoki Raina sedang berada di kamar Roland dan menemaninya sampai pagi. Seharusnya malam pertamanya Devano dan Raina bersama. Sudah ketahuan masih saja mengeles si Raina. Itu yang membuat dia marah. Devano bingung kenapa Raina sampai menemani Roland di kamar. Sampai Devano berprasangka Raina s
Raina tampak berdiri dengan tubuh yang membeku melihat adegan yang di lakukan Devano dengan Natasya. Kakinya lemas serasa dan ingin pingsan. Raina menjatuhkan bekal yang di bawanya dari rumah. Sontak saja menimbulkan suara yang membuat mereka berdua menghentikan pergulatan. Devano langsung menengok ke belakang. Raina sudah berdiri mematung di depan pintu ruangannya. Tatapan sedih, kecewa dan cemburu tergambar dari wajahnya. Langsung Devano mengambil bajunya yang tergeletak di lantai.Dengan langkah seribu Raina langsung pergi meninggalkan ruangan Devano. Hatinya hancur melihat Devano melakukan layaknya hubungan suami istri dengan Natasya. Devano dengan wajah pucat dan tangan bergetar. Devano kembali duduk di kursi kebesarannya dan menatap pada file yang ada dimeja kerjanya."Sial, sejak kapan dia sudah berdiri di depan ruangan ku?" Devano kesal sambil menggebrak mejanya.Natasya mendengus kesal. Gadis itu telah menggangu kesenangannya dengan Devano. Natasya merapikan bajunya kembali
Raina diantar ke ballroom bawah dan Devano berdiri di sana. Lelaki itu sekilas melemparkan pandangan memuji, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Raina masih kesal dengan kelakuan suaminya tersebut, dia fikir bisa di permainkan layaknya boneka. Astaga, Raina baru ingat jika Devano pernah mengatakan jika dirinya hanyalah boneka. Raina terdiam ketika mobil sedan putihmembelah jalanan Paris. Wanita itumenenggelamkan dirinya ke dalam lautanwarna-warni lampu kota yang berlari dari balikjendela, membiarkan pikirannya melayang,berusaha mencerna untuk apa dirinya begitu romantis tapi Raina tahu itu hanya formalitas saja.Tangannya tanpa sadar memeluk diri lebiherat. Perdebatan mereka membuat jantungnya berdebar lebih kencang.Setiap perkataan yang terlontar membuatRaina menahan diri untuk tidak berharap lebih.Devano seratus persen tidak akan membutuhkan dirinya. Gadis itu menutup mata erat, berusaha mengusir ilusi bahwa Devano mencintainya. Dari perlakuanpria itu, lebih tepat bila Devan
sebuah pernikahan mewah dan megah ada didepan mataku. Hari ini adalah hari pernikahan aku dan Devano. Balutan gaun pengantin bak Cinderella.Aku melihat pantulan diriku di kaca yang besar. Akhirnya pernikahan yang aku impikan terwujud juga meskipun banyak lika-liku. Pernikahan akan di mulai.Aku mengucapkan janji suciku ketika devano telah mengucapkannya. Lalu setelah itu, kami bertukar cincin. Ketika pastur mempersilahkan Devano untuk menciumku, seketika pipiku terasa merona. Devano menatapku dengan tersenyum, aku balas menatapnya. Pernikahan ini sangat membuatku bahagia. Devano kini telah resmi menjadi suamiku. Aku tak peduli jika aku pernah hamil. Aku memejamkan mataku ketika Devano mulai menciumku. Kami mulai hanyut dalam pungutan kami. Aku merasa begitu tenggelam dan menikmatinya. Tak peduli berapa pasang mata yang menonton kami. Namun sorak teriakan dan suara pistol membuat kami langsung saling menjauh. Aku menatap horor ke arah Kevin yang tengah berdiri seraya memegang pis
Aku menunggu Devano di lobi hotel. Setelah tragedi dia mengajakku jalan-jalan di London untuk menjernihkan pikiran. Aku senang sekarang dia menjaga diriku . Aku mulai senang dan bahagia karena Devano memberikan surprise untukku. Malam ini kota London sangat dingin. Aku melihat seseorang turun dari mobil BMW warna hitam. Devano mempunyai banyak koleksi mobil ternyata. Astaga, malam ini dia terlihat sangat tampan. Aku tidak menyangka Casanova ini ketampanannya mengalahkan dewa Yunani. Devano menghampiriku.“Malam cintaku.” Devano mengecup bibirku sekilas. Duh, orang ini sembarangan saja jika Masalah cium. Aku melirik resepsionis yang melihatku sedang dicium, dia Seperti sedang tersenyum. ”Sayang, malam ini pasti kamu akan senang aku membawakan surprise untukmu.” Kata Devano sambil menyelinapkan anak rambut ke belakang telingaku.“Sayang, apa yang ingin kamu surprise kan ke aku. Aku penasaran.” Aku tersenyum manis. Devano malah justru semakin menggodaku.“Hei, Jika aku memberitahukan ke
Suara brankar menggema. Raina terkapar tidak berdaya diatas brankar. Devano tidak bisa membendung rasa bersalahnya kenapa dia harus menyuruh Raina menceburkan diri di kolam renang. Perasaan bersalah menyelimutinya. Raina masuk kedalam UGD dan mereka diharap menunggu di ruang tunggu. Devano memukul tembok dengan tangannya, dia tidak bisa membendung rasa bersalahnya. Roland melihat Devano langsung menghampirinya.“Sudahlah, kakak di setiap cinta pasti ada pengorbanan. Kau harus tahu itu. Aku senang akhirnya kau bisa mengingat semuanya, tetapi mau bagaimana lagi Raina jadi korbannya, dia memang dari dulu tidak bisa berenang. Kak, ini adalah bentuk perjuanganmu. Raina sudah berusaha.” Roland masih menenangkan Devano. Baju pernikahannya masih basah. Roland hanya bisa menghela nafas panjang.“Jujur aku kecewa dengan diriku sendiri, tidak pantas aku melakukan ini. Roland, Kau tahu aku sangat menderita jika Raina mendapat kesusahan. Ini aku seakan memberikan hal yang bodoh dalam hidupku.” De
Devano geram dengan Raina yang tidak mau pulang dan dia tidak mau mengambil kalungnya di kolam renang. Devano berfikir masa dia harus mengambil kalung disana. Bajunya basah dan dia akan segera menikah. Devano melihat kearah Raina. Gadis ini memang benar-benar keras kepala.“Aku sudah bilang kepadamu. Jika kalung itu berharga ambillah dan aku tidak mau mengambilnya. Kau fikir aku siapa? Aku ingin menikah jangan mengganggu pernikahanku saat ini. Kalau perlu pergilah dari dunia ini. Aku baru sadar jika kau memang wanita murahan dan kenapa aku bisa terpesona denganmu.” Kata Devano dingin.“Sebegitu marah dan hina aku di depanmu, Mr Devano yang terhormat. Asal kau tahu saja. Jika aku tidak hamil anakmu. Aku tidak akan mengemis cinta di hadapanmu. Ucapanmu membuatku sakit hati.” Kataku lirih. “Karena kau sangat keras kepala. Aku tidak suka wanita seperti itu. Aku sangat membencimu. Maaf ... aku tidak akan meladeni orang gila sepertimu. Aku mau mempersiapkan pernikahanku.” Devano melangkah p
mata kami saling adu. Devano menatapku penuh dengan tatapan sinis. Amarahnya seperti memuncak. Aku memalingkan wajahku. Suara langkahnya mengarah kepadaku dan benar ada sebuah tangan mencengkalku.Devano memejamkan matanya sejenak, lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan kekarnya masih mencekal Raina, dia ingin memarahi gadis yang ada di depannya ini kenapa dia menghadiri undangan pernikahannya. “Miss Raina, Tak ada yang menarik dariku. Cepat pulang dan jangan melihat upacara pernikahanku. Aku tidak mau kau sedih dan sakit hati." Pria itu membuka suara. Sambil menatap tajam wajah Raina. Tatapannya yang dingin dan sikap cueknya membuat Raina yakin jika Devano memang tidak bisa mengingatnya.Aku yakin , di balik suara itu ada nada enggan untuk berbicara ada sebutir cinta yang masih tersimpan karena aku yakin dia masih mencintaiku dan tidak mau kehilangan aku. Jadi aku memutuskan untuk tetap stay di sini. Aku hanya sekedar penasaran karena Devano orang yang sangat sulit di tebak. I
Aku bercermin dan melihat wajahku. Hari ini tepat pernikahan Devano Cristopher. Sebenarnya aku bahagia dia menikah asalkan menikah denganku tapi semuanya sudah berakhir. Aku melihat perutku yang semakin membesar. Tanteku marah dan sekarang aku sekarang baginya adalah sampah atau aib keluarga. Down rasanya dengan kehidupan ini.“Raina, kau sudah siap?” Jessie langsung masuk kedalam kamarku, dia sedang berlibur ke Paris karena acara prewedding dengan Roland. Terkadang merasa iri dengan mereka. ”Kenapa belum siap-siap, belum make up. Kamu jadi atau tidak ke pernikahan si Casanova tersebut?” Jessie sedikit kesal. Aku mengangguk tidak tahu mau kesana atau tidak? Yang jelas aku bingung, malas dan down. Apakah bisa aku melihat pernikahan dia? Hatiku rasanya sakit sekali dengan situasi saat ini.“Entahlah Jessie. Aku dilema saat ini.” Aku hanya bisa melihat wajahku di cermin. Malang sekali nasibku ini.“Ibu hamilku ini memang ada-ada saja. Kamu harus segera bersiap-siap. Jangan sampai momen i
Berpacu dengan waktu karena customer minta agar aku menyelesaikan gaun pengantin yang dia pesan karena untuk pernikahannya akan dimajukan. Aku koordinasi dengan Cristie. Huh, lumayan lelah juga apalagi aku dalam kondisi hamil. Aku langsung menepuk jidatku.“Astaga, aku lupa kenapa aku tidak minta nomor telefon Devano? Dia bukanya sudah hampir mengingatku. Apalagi dengan kejadian kemarin. Aku merindukannya. Rumah sepi. Rasanya tidak enak juga.” Aku berbicara sendiri sambil menjahit gaunku. Aku melihat layar ponsel.✉️Hari ini aku balik ke Paris. Kamu masih tetap di rumah dekat pantai ✉️iya. Memang kenapa Roland. Aku lebih senang tinggal disini. ✉️Aku ingin bertemu saja dan bicara mengenai kak DevanoAku menghela nafas panjang. Aku masih menjahit gaun. Ini harus deadline. Kedua mataku menangkap ada dompet. Aku menghentikan jahitku.“Dompet siapa ini?” Aku mengamati dompet tersebut. ”Maaf iya aku buka.” Aku membuka dan melihat isinya. Banyak sekali dolar. Devano. Ada foto Devano disini
Gadis itu mondar-mandir sambil melipatkan kedua tangannya, dia masih menunggu seseorang yang membuat dia sekarang marah. Devano Christopher. Bukanya dia menjemput dirinya di bandara. Devano seolah acuh kepadanya. Sesekali dia mengibaskan rambutnya. Warna bibir lipstiknya yang merah merona sangat menggoda siapa saja yang melihatnya. Nafasnya tersengal-sengal. Seorang pria paruh baya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku gadis itu.“Sampai kapan kau akan menunggu dirinya, Natasya. Ponselnya saja tidak aktif.” Papa Devano sedang membaca sebuah proposal dari klien Devano. Hari ini Devano akan meeting dengan klien. ”Anak sialan itu ke mana lagi?” Papa Devano melepas kacamatanya dan sesekali memijat pelipisnya. Kadang dia bingung dengan tingkah anaknya itu. Devano makin dewasa makin tidak karuan saja. Makanya dia akan menikahkan dirinya dengan Natasya. Natasya adalah wanita yang pas buat Devano.“Om, dimana dia? Nomornya tidak aktif. Huh! Kemarin aku mendengar suara perempuan m
Masih di mobil bersama Casanova, Devano ...Devano masih mengulurkan tangannya berharap aku mau berkenalan dengannya. Aku masih tertunduk tanpa memandang orang yang aku rindu selama ini kenapa dia tidak mengingatku? Apakah ada kembaran Casanova, tetapi aku merasa dia adalah Devano yang ku rindukan. Devano menghela nafas panjang dan menurunkan tangannya.“Baru kali ini aku dicuekin sama perempuan.” Devano menggerutu. ”Kau ini gadis yang cuek sekali. Baiklah jika kau tidak mau memperkenalkan namamu. Aku tetap akan stay disini dan jangan harap kau bisa keluar dari mobil ini sampai kau memberitahu siapa namamu.” Devano bersikeras, dia memakai kacamata hitamnya kembali. Terlihat maskulin. Aku meliriknya sekilas. Astaga tidak bertemu lama dia masih tampan saja.“Aku Clara.” Aku langsung memandang ke depan tanpa menjabat tangan dan berbohong. Aku ingin tahu apakah dia masih ingat aku atau tidak sebagai Raina.“Nama yang beautiful. Okey Clara. Sekarang aku mau lihat wajah kamu. Dari tadi kamu