“Bos, saya tidak bisa meraih benda itu! Tangga ini tidak cukup tinggi untuk menyentuh benda itu!”
Mendengar perkataan orang itu, Harry dan Momo sedikit bernapas lega. Namun selama orang-orang itu belum pergi, mereka harus tetap bersiaga. Momo mengedarkan pandangan pada lantai di ruangan itu. Dan netranya juga menemukan tongkat pendek dan dia berniat mengambilnya sebagai senjata.
“Aahh!!” seru Momo tertahan sambil merapat di punggung Harry dan cepat-cepat menutup mulut dengan tangannya. Dia takut orang-orang itu mendengar teriakannya.
Harry tersentak kaget dan langsung membalikkan badan. Netranya terkejut melihat benda yang bergerak di dekat Momo.
“Apa itu?” bisik Harry.
“Tidak tahu. Saya baru mau ambil sebagai senjata, tetapi malah dia bergerak. Sebenarnya ini tempat apa, Pak? Perasaaanku mengatakan semua benda-benda itu bergerak dari tadi,” bisik Momo ketakutan.
“Aku juga tidak tahu. Tetapi … entahlah, perasaanku mengatakan pernah sek
Halo, sori hari ini terlambat update. Besok kembali pada jam semula ya. Terima kasih telah membacanya. Gbu all
“Apa?! Tidak!! Tidak mungkin dia bukan mamaku. Pa, katakan yang sebenarnya,” teriak Harry panik. Mama kesayangannya dikatakan bukan mamanya?!! Tidak mungkin!!“Om, benarkah Tante Charity bukan mamanya Pak Harry? Apakah Tante Charity ada hubungannya denganku?” tanya Momo kaget. Walau dia tahu itu hanya hologram, entah kenapa dia merasa bisa berbicara dengan Clovis.“Tenangkanlah hatimu, Harry. Aku akan menceritakan semuanya padamu. Dan ini ada hubungannya dengan Nika.”Harry terduduk di lantai dengan lemas. Hatinya sangat sakit mengetahui Charity bukanlah mamanya. Dengan refleks, Momo juga jatuh terduduk di lantai. Dia terkejut saat mendengar perkataan Clovis kalau Charity ada hubungan dengannya.“Sebenarnya kamu tidak terlahir di dunia cermin ini. Kita tinggal di dunia luar cermin. Saat itu aku menikah dengan Mira. Awalnya kami bahagia, itu pemikiranku. Aku tidak menyangka kalau dia juga mencintai pria lain selain
“Mo,” panggil Harry lembut sambil menyentuh tangannya. Tanpa sadar, ikatan di antara mereka semakin kuat. Momo yang merasakan sentuhan tangan Harry, menoleh dan menatap Harry dengan kuyu. Air matanya belum mau berhanti mengalir. Momo memejamkan matanya, karena dia tidak bisa melihat Harry dengan jelas. Momo merasakan sentuhan tangan Harry di pipinya yang basah. Dia membuka mata dan melihat Harry yang sangat dekat padanya, ada ekspresi khawatir. “Saya tidak apa-apa, Pak,” sahut Momo tersenyum lemah. Dengan menggunakan punggung tangan, Momo menghapus air matanya dan berusaha bangkit berdiri. Harry membantu memegangnya. “Maaf, Pak. Saya tidak mendengar kelanjutan cerita Om Clovis. Apa Om ada menjelaskan tentang benda-benda ini atau hal lain?” “Apa kamu sudah siap mendengarnya? Kalau belum, tenangkan saja dahulu pikiranmu,” kata Harry lembut. Sekarang Momo bukan hanya pegawainya, tetapi juga keluarganya, yang harus dilindungi. Apalagi Clovis mengatakan ka
“Mo, ada apa? Kamu mengenalnya?” teriak Harry penuh harapan. Dia memegang kedua lengan Momo dengan kuat. Jantungnya berdebar dengan kencang. Semoga mereka bisa menemukan Kenta.“Pak, Bapak mengenalnya juga! Ingatlah siapa yang mempunyai tahi lalat di pipi kiri bawah!” seru Momo histeris.“Aku … aku tidak bisa mengingatnya. Siapa? Katakan, Mo, jangan membuatku penasaran!” seru Harry yang merasa akan menjadi gila, karena tidak bisa menebak siapa dia.“Ken! Ken, Pak! Dia mempunyai tahi lalat di pipi kiri bawah. Apakah Bapak tidak merasa sangat akrab dengannya seperti seolah-olah sudah lama mengenalnya? Bapak ditemukan tergeletak di samping Ken. Kemungkinan Harry sudah menemukannya terlebih dahulu, tetapi ada orang lain yang menghalanginya dan membuat Bapak lupa ingatan,” teriak Momo antusias.“iya, ya. Mungkin juga,” gumam Harry mengangguk-anggukkan kepalanya.“Sekarang aku sedik
“Ma…mmaksud, Kakak?” tanya Momo heran dan gugup. Bagaimana …? Ah, aplikasi itu lupa dihapus! Apakah Gina memeriksa ponsel kami berdua? pikir Momo bingung.“Oh, maaf … maaf. Saya tidak bermaksud memarahimu. Saya hanya tegang, karena kamu tidak memberi kabar. Kalian ke mana saja kemarin malam?” tanya Gina setelah mengubah nada suaranya lebih lembut.“Hanya di rumah, Kak. Sinyal memang lagi error,” jawab Momo. Walau tidak memberi penjelasan terperinci, tetapi dia tidak berbohong. Mereka benar-benar berada di rumah, kan? Hanya bukan di dunia ini.“Bagaimana keadaan Pak Harry? Apa dia baik-baik saja setelah pulang?” tanya Gina.“Baik-baik saja, Kak. Seharusnya hari ini dia masuk kantor. Nanti Kakak lihat sendiri saja. Maaf, Kak. Apa masih ada lagi? Saya mau buru-buru mandi, sudah terlambat nih. Maaf, Kak,” kata Momo cepat-cepat mengakhiri.“Hah?! Kamu baru mau mandi?
Sesudah makan siang, Harry langsung mengajak Momo tanpa memberi alasan pada Gina. Momo tidak berani memandang wajah Gina, karena dia sudah melihat perubahan wajah Gina saat Harry memanggil Momo untuk keluar.“Pak, kenapa Bapak tidak memberi tahu pada Kak Gina kalau kita ke rumah Bapak untuk ….” Momo bingung melanjutkan perkataannya.“Hehehe, kamu juga sendiri bingung, kan? Aku tidak tahu harus bagaimana menjelaskan padanya, jadi lebih baik langsung menarikmu saja. Aku tahu kamu merasa tidak enak hati pada Gina, tapi tidak apa-apalah. Dia selalu mengerti, kok,” sahut Harry dengan enteng.Momo sangat ingin menceritakan tentang sikap Gina padanya, tetapi melihat Harry yang tidak merasakan perubahan sikap Gina, Momo menyimpan dalam hati dan fokus pada rencana mereka.Setiba mereka di rumah, keadaan cukup sunyi. Namun saat mereka masuk ke dalam rumah, suasana tegang sedang menyelimuti orang-orang yang duduk di ruang keluarga dala
Mendengar ciri-ciri yang diungkapkan Agna, Harry dan Momo tersentak kaget seperti tersengat listrik. Ciri-ciri yang disampaikan Agna, mirip dengan Toni, anak buahnya Mira.“Kak, tolong jangan salah paham. Ada seseorang yang sangat kuidolakan, karena itu aku menyimpan fotonya. Aku menfotonya tanpa sepengetahuannya. Yah … pokoknya tolong jangan salah paham,” kata Momo tanpa melirik Harry.Harry mengerutkan keningnya. Dia bingung dengan perkataan Momo. Dan saat Momo memperlihatkan foto Toni pada Agna, hati Harry terasa teriris pisau. Sakit dan berdarah. Apakah Toni adalah idolanya? Bukan aku?“Eh, benar orang ini! Kamu mengidolakannya, Mo? Kamu kenal dia di mana?” tanya Agna beruntun saat melihat foto Toni.“Dia asisten bosnya Pak Harry, Kak. Dari sana saya mengenalnya. Dia memang sangat baik, karena itu saya mengidolakannya,” kata Momo dengan malu.“Mo, tolong jangan,” kata Agna langsung memegang
“Tidak mungkin!!” seru Momo kebingungan. “Karena usia Clark lebih tidak cocok dengan usia adik saya, Kak!”“Tidak! Perbedaan usia Clark dan Ken tidak berbeda sangat jauh. Hanya keadaannya saja yang terlihat seperti kanak-kanak,” ungkap Agna sambil menghapus air matanya.“Apa maksudmu, Agna?’ tanya Hariyanto dan Anisa serempak juga terkejut.“Kak, ceritakanlah pada kami. Mengapa Kakak mengatakan kemungkinan Clark adalah adikku,” pinta Momo dengan suara memelas.“Saat aku masih tinggal berdua dengan Kerry, aku membawa masuk Ken. Kami bertengkar tetapi Kerry belum membawaku ke sini. Aku sudah jelaskan pada Kerry kalau Ken bukan anakku, aku hanya menolong temanku yang istrinya meninggal. Walau Kerry marah dan bisa menerima kenyataan itu, tetapi dia jarang pulang, bahkan kadang-kadang berminggu-minggu tidak pulang.” Agna menarik napas panjang. Dia sudah lelah dengan keadaan rumah tangganya
Napas Clark tercekik. Dia tidak menyangka Harry akan bertanya tentang hal itu. Sampai saat ini dia belum mampu mengetahuinya. Padahal sudah lama dia mencari tahu keadaan itu. Dan dia sudah berusaha menyembuhkan Ken. Tapi tetap tidak berhasil.“Kalau itu aku tidak tahu,” kata Clark terus terang sambil menunduk.“Clark, Momo adalah kakakmu, kamu tidak bisa mengatakan hal itu padanya. Selain itu Momo lebih dewasa daripadamu. Kamu mengerti?” nasehat Harry. Clark menganggukkan kepalanya. “Sekarang katakan pada kami, kekuatan apa yang kamu miliki?”“Aku hanya tahu mengecilkan badan dan pendengaranku sangat bagus, Kak. Selain itu aku tidak tahu lagi,” kata Clark terus terang. Dia terus melihat Momo yang memperhatikannya sehingga Clark salah tingkah. Entah kenapa saat menjadi anak yang berbeda, dia bisa sangat akrab dengan Momo, tetapi sekarang, rasanya canggung.“Apakah kamu bisa menyembuhkan orang?” ta
Momo dan Harry langsung berlari membantu Mira untuk bangun kembali. Mereka tidak memedulikan tawaan dan cibiran orang-orang. Mira sangat marah saat Momo menyentuhnya. Dengan kasar dia menepis tangan Momo, tetapi menyambut dengan senyum manis pada tangan Harry. Sambil menatap Harry dengan intens, Mira mengelus tangan Harry. Harry merasa serba salah. Dia sangat ingin menarik kembali tangannya, tetapi Momo menatapnya dengan tatapan melarang. Akhirnya Harry melayani Mira yang terus menerus menatapnya dengan tatapan menggoda. Dengan izin dari Chu, Mira diperbolehkan tinggal di daerah itu. Namun tidak ada yang memedulikannya. Walau ada rasa enggan, Harry tetap menjenguk Mira. Dia sadar akan tanggung jawabnya. Melihat kebaikan hati Harry, semua penduduk dunia cermin mendukung Harry menggantikan posisi Mira. Namun Harry belum memberi mereka jawaban. “Harry, mengapa kamu tidak segera melakukan pelantikan dirimu jadi penguasa? Apa yang kamu tunggu?” tanya Chu saat sedang menggantikan perban
Mira yang memiliki kecantikan seorang gadis, sekarang berubah menjadi seorang nenek-nenek sesuai dengan usianya. Keriput merajalela di seluruh tubuhya.“Apa yang kamu lakukan, Harry?! Kenapa aku menjadi seperti ini? Tenaga apa yang kamu pakai?! Kembalikan aku pada kecantikan dan kemudaaanku!!” teriak Mira histeris. Namun suara yang awalnya begitu kencang dan tegas, berubah menjadi suara cempreng, suara nenek-nenek yang lemah.Saat Harry melongo melihat keadaan Mira, muncul Devan dan Mischa. Pasukan mereka telah disuruh meninggalkan pos yang sudah diatur sejak awal, karena perubahan rencana. Mereka diminta bersiaga menjaga rumah sakit. Sedangkan Devan dan Mischa yang menawarkan diri untuk mengawasi Harry dari jauh.Saat melihat Mira mengikuti Harry dan Momo, dengan tetap waspada Devan dan Mischa mengikuti dari kejauhan. Namun apa yang mereka takutkan tidak terjadi. Malah Mira kalah dengan keadaan yang sangat aneh.“Harry, kamu pergilah me
Saat kecemasan Momo meningkat, dia merasakan ada tangan yang menggenggam erat tangannya. Dia tidak tahu kalau Harry sudah berada di sisinya sebelum digenggam. Momo bernapas lega saat melihat bola mata Harry.“Wah … wah, kalian telah menyakitiku,” seru Mira sambil tertawa sinis. Mira turun dari mobil serta menghampiri Harry dan Momo dengan tatapan yang tajam, karena sakit hati. Matanya tidak bisa teralihkan dari genggaman tangan Harry pada Momo.“Harry, kamu berbohong ya. Katamu sudah memecat Monita, kenyataannya kamu membawanya ke sini!” bentak Toni dengan marah.“Saya sudah dipecat sebagai sekretaris, Pak Toni. Tapi saya melamar kerja sebagai belahan jiwanya Pak Harry. Apakah itu mengecewakanmu?” kata Momo dengan tenang. Tawa Harry hampir saja pecah saat mendengar Momo mengatakan melamar sebagai belahan jiwanya. Namun melihat kemarahan Mira dan Toni, Harry memilih menyimpannya dalam hati.“Apa-apaan kamu,
“Ada apa?” tanya Tico pada Momo. Tiba-tiba dia disergap rasa khawatir.“Pasukan Mira sedang menuju ke arah sini. Entah dia tahu tempat ini atau hanya mengira-ngira,” timpal Chu.“Dia tidak mengira-ngira! Kemungkinan besar dia tahu tempat ini. Kita harus evakuasi yang tidak bisa bertarung!” perintah Harry. Entah kenapa dia mengeluarkan perintah itu, seolah-olah dia adalah penguasa. Sebagian orang yang mendengarnya langsung bergerak.“Momo, mereka sudah dekat ataukah masih jauh?” tanya sina.“Paling cepat tiba di sini setengah jam lagi,” kata Momo.“Master, kita harus memasang pelindung kita,” pinta Ken.“Kalau kita memasang pelindung, berarti tidak ada yang bisa keluar ataupun masuk,” protes Sina. “Bagaimana caranya kita mengeluarkan yang tidak bisa bertarung? Mereka akan terjebak seperti kita.”“Tetapi kalau kita tidak pasang, mereka
Di belakangnya terlihat beberapa orang mengusung seseorang yang terluka parah. Wajahnya sudah tidak bisa dikenali karena berlumur cairan merah.Terlihat Chu keluar dengan langkah tergopoh-gopoh. Dia segera menyuruh mereka membawa orang itu masuk ke dalam sebuah kamar. Semuanya mengikuti orang yang diusung itu.“Ada apa?” tanya Sina pada pengusung yang sudah meletakkan orang sakit itu di tempat tidur.“Dia dipukul sama anak buahnya Mira sampai babak belur beberapa hari yang lalu. Terus teman-teman membawa dan merawatnya. Saat masih dirawat, teman-teman lain beri tahu kalau adiknya ditangkap sama Mira, dia menuju ke sana dan merelakan dirinya yang dipukul untuk menggantikan adiknya. Tetapi Mira mengenalinya yang tempo hari dia pukul, sehingga dia dipukul berkali-kali lipat,” kata pengusung itu sambil menghela napas. “Padahal adiknya itu bukan adik kandungnya.”“Kenapa dia dan adiknya dipukul?” tanya Sina.
Momo tidak mampu menyelesaikan perkataannya. Hatinya sangat sesak. Tanpa mengharapkan jawaban, dia mengikuti Chu ke sebuah ruangan.Momo hampir pingsan melihat seseorang yang tergeletak dalam keadaan luka parah. Orang itu tidak bergerak, tetapi Momo masih melihat gerakan dadanya naik turun, walau tidak teratur. Dengan cepat, Momo menghampirinya.“Harry!! Harry!! Bangun!! Jangan tinggalkan aku sendiri,” tangis Momo meraung sambil mengguncang badan Harry.“Kalau kamu mau, kamu bisa menyembuhkannya,” kata Chu.Momo tersentak kaget mendengar perkataan Chu. Dia memandang Chu dengan tidak percaya. Air matanya masih mengalir tanpa henti.“Be…bbenarkah, Master? Saya bisa menyembuhkannya. Bagaimana caranya? Tolong beri tahu pada saya, Master, huhuhu….”“Hanya kamu sendiri yang tahu. Seperti kamu bisa melihat masa depan, begitulah kekuatanmu itu akan muncul jika kamu inginkan.”&ldqu
Semua netra menoleh pada sumber suara. Walau Harry dan kawan-kawan diam, tetapi netra mereka menuntut penjelasan.“Maaf, saya tidak bisa menjelaskan lebih terperinci daripada pemberitahuan ini. Silakan kalian masuk lewat pintu kanan,” kata orang itu sambil menunjukkan pintu masuk sebelah kanan. “Eh, tunggu, kecuali kamu. Tempatmu bukan di kanan, tetapi di kiri.”Ken tersentak kaget karena dia disuruh menuju ke pintu kiri. Dengan heran dia memandang orang itu.“Mengapa?”“Ada yang harus kamu temui dahulu.”Hanya jawaban itu, tetapi membuat raut wajah Ken memucat. Dengan lesu, dia menuju ke pintu sebelah kiri.“Siapa yang harus dia temui, Bin?” tanya Sina.“Kamu akan tahu juga nanti,” kata Bin tidak peduli. Dia segera membuka pintu buat mereka bertiga dan mempersilakan mereka masuk ke dalam.Saat mereka masuk, Harry takjub melihat suasana di dalam. Pintu masu
“Mo, ada apa?” tanya Harry khawatir. Setiap kali melihat Momo menangis, hati Harry menjadi sakit. Hatinya juga ingin ikut menangis.Bruk!!Semua terlompat kaget. Mereka mendekati pintu yang mereka lewati tadi. Namun Momo melarang mereka.“Jangan mendekat!” bisik Momo sambil menghapus air matanya. “Kita harus pergi dari sini! Kalau tidak, sia-sialah kesempatan yang diberikan Gus.”“Maksudnya? Kesempatan apa?" tanya Sina heran."Momo benar, Dok. Ayo, kita pergi dari sini!” bisik Harry. Entah kenapa dia mengerti larangan Momo.Walau bingung, semuanya sepakat untuk pergi dari sana. Melewati tangga darurat dengan cepat menuju ke tempat parkir. Dari sana mereka segera meninggalkan rumah sakit dengan menggunakan mobil Sina yang selalu terparkir di tempat parkir rumah sakit.Sani yang menjalankan kendaraan sehingga Sina bisa mengecek berita dari rumah sakit. Namun ada satu video yang dikir
Semua yang melihat Mira marah, mengerutkan kening. Mereka tidak tahu apa yang telah dikatakan dokter kepala sehingga membangkitkan kemarahan Mira dan membuat dokter kepala itu berlutut ketakutan. Apalagi mereka melihat Momo senyam-senyum sambil menonton. Namun mereka memilih diam, karena Momo terlihat serius.“Maafkan saya, Yang Mulia! Saya tidak bermaksud demikian! Tidak ada yang melebihi kehebatan Yang Mulia!” teriak dokter kepala itu ketakutan sambil menyembah Mira.“Sudahlah!” Tangan Mira mengibas-ngibas. “Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Bryan. Antar aku ke tempatnya. Dia masih berlutut, kan?!”“Iya. Dia masih belum mampu berdiri. Saya akan antarkan Yang Mulia ke sana,” kata dokter kepala.Dokter kepala yang berbadan agak besar itu dengan cepat melompat berdiri. Namun karena memang tidak lincah, kakinya terkait di bawah kursi, sehingga dia terjungkal ke depan dan menabrak Mira yang juga kebetu