Beranda / Romansa / CEO Yang Hilang Ingatan / 90. Siapa Orang Itu?

Share

90. Siapa Orang Itu?

Penulis: Novica Ayu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-31 13:31:58

Terlalu lelah untuk dapat memejamkan mata dengan cepat. Kembali berdiri berjalan menuju meja belajar. Aku duduk di depan komputer. Memasukkan kode rahasia di laman awal pengaturan CCTV rumah ini.

Memutar video rekaman beberapa jam lalu. Mencari sudut kamera yang mengarah ke depan kamar mama. Kamera terdekat berada di atas pintu menuju balkon. Dari sudut kamera itu, koridor dan seluruh kamar di lantai dua terlihat.

"This is it!" Kutekan tombol zoom.

Benar dugaanku. Bik Asih tadi memang sengaja menguping. 

Beberapa jam yang lalu saat asisten rumah tanggaku itu keluar dari kamarku. Ia terlihat menoleh ke kiri dan kanan, memastikan keadaan. Pelan-pelan ia mendekatkan kuping ke pintu kamar ma

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CEO Yang Hilang Ingatan   91. Kembali beraksi.

    Setelah beberapa menit menunggu. Akhirnya seorang lelaki dengan memakai topi berwarna hitam berjalan menuju mobil warna silver yang diparkir agak jauh dari mobil rolls-royce Phantomku. Perawakan lelaki bertopi itu tak begitu tinggi. Badannya berisi dengan dada bidang. Kuperkirakan usianya sekitar empat atau lima puluh tahunan. Lelaki itu terus menoleh ke kanan dan kiri. Seperti mencari sesuatu. Sudut mataku terus mengawasi lelaki itu. Siapa dia? Kenapa membuntutiku sedari tadi? Mobil berwarna silver itu mundur dan berbelok. Akan keluar dari gerbang pertokoan. De javu, sepertinya aku mengenali lelaki bertopi hitam itu. Namun, aku lupa tepatnya. Siapa dia? Kapan dan dimana kejadia

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • CEO Yang Hilang Ingatan   92. Berduel Dengan Lelaki Misterius itu.

    "Cepat keluar!" Aku meraih pintu dan membukanya.Menarik kasar kerah leher lelaki di dalam mobil. Menyeretnya keluar dengan paksa.Brakgh!Memojokkan lelaki itu, ia menempel di samping mobil. Ia tak bisa bergerak lagi."Kenapa kamu membuntutiku sejak pagi tadi?"Aku membelalakkan mata, menggeram dengan suara tertahan pada lelaki itu.Bukannya menjawab lelaki itu menatapku dengan tajam. Satu sudut bibirnya naik, "Anak kemarin sore mau melawanku?"Bukgh!

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • CEO Yang Hilang Ingatan   93. Petunjuk Baru.

    [Siap, Boss! 👍]Tak berapa lama sebuah pesan balasan dari David masuk ke aplikasi perpesanan. Emoticon jempol tersemat di akhir pesan.Tanpa banyak tanya ia langsung mematuhi perintah. Benar-benar sekretaris sekaligus teman yang dapat diandalkan.Menatap jam digital di pojok kanan layar ponsel. 15.25 WIB, tak terasa waktu bergulir sangat cepat."Kita jalan lagi!""Yakin? Udah gak sakit pelipisnya?" Istirahat aja dulu."Saat seorang wanita mengatakan belum ingin melanjutkan perjalanan, percayalah artinya ia masih ingin bersama kita. Menghent

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • CEO Yang Hilang Ingatan   94. Identitas Lelaki itu.

    Bik Asih langsung menoleh ke arahku. Ia terkejut dengan jawaban tadi. Bola matanya membesar, kedua alisnya mengernyit menatapku."Ada apa, Bik? Kenapa melihatku seperti itu?"Asisten rumah tanggaku itu langsung menunduk tak berani menatap mataku langsung.Aku sengaja memancing Bik Asih untuk berkata. Ingin tahu juga bagaimana ekspresinya. Secara tak langsung aku telah memberitahukan pada Bik Asih bahwa aku membuntutinya, mendengarkan pembicaraannya di dalam gudang."Ti-tidak kenapa-kenapa Den."Lagi-lagi Bik Asih terlihat panik atas pertanyaanku."Sudah selesai, Tante."

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • CEO Yang Hilang Ingatan   95. Mengunjungi Nenek Tua.

    Aku duduk bersebelahan dengan mama. Wanita yang terlihat memesona di umur menjelang lima puluh tahunnya itu tersenyum padaku. Mengenakan gaun tanpa lengan berwarna magenta, dari bahan sutra. Dipadukan dengan cardigan berwarna hitam. Mama tampak modis dan anggun.Papa memakai sweater tebal berwarna hitam dengan motif jajaran genjang. Ah, aku lupa sepertinya itu kotak-kotak. Lelaki itu lebih banyak diam. Kesehatannya akhir-akhir ini semakin memburuk.Aku menyipitkan sudut mataku mengarah pada papa. Ibu kandungku itu menganggukan kepalanya pelan. Mengerti akan maksudku."Kita mampir ke toko buah untuk oleh-oleh, Pa?"Mama mencoba mengajak Papa berbicara. Sejak mama

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • CEO Yang Hilang Ingatan   96. Pertengkaran Mama dan Pelakor itu.

    "Ini tidak mungkinn …!" jerit Mama. Setelah menjerit satu telapak tangannya menutupi mulut.Mama membelalakkan matanya menatap Paula Stephanie, tangannya mengepal."KAU?!""BAGAIMANA MUNGKIN KAU ADA DI SANA DAN MEREKAMNYA, TANPA MENOLONGKU?!"KAU ADALAH ORANG YANG MERENCANAKAN SEMUA INI, HAH?"Saat nenek, Alicia bahkan Paula stephanie menatap ke arah layar televisi. Mama berjalan dengan cepat ke arah ibu Jhonny itu.Plak!Bunyi tamparan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • CEO Yang Hilang Ingatan   97. Menyimpulkan Semua Petunjuk!

    "Ma," ucapku sambil mengetuk pintu."Masuk Alex."Aku menarik gagang pintu, mendorong pintu lebih lebar dan melangkah masuk.Mama menoleh sebentar. Wanita paruh baya itu berdiri di samping jendela. Menyandar pada dinding, tatapan matanya kosong."Mama baik-baik saja?""Bagaimana mama akan baik-baik saja, setelah semua yang terjadi, Alex. Kau tahu hari ini adalah pertama kalinya mama menampar seseorang.""Dua kali, mama malah menampar Ibu Jhonny itu sebanyak dua kali."

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • CEO Yang Hilang Ingatan   98. Mengerjai si Gadis Cempreng.

    "Wah, kalian sudah berani main rahasia-rahasiaan sekarang?!" Aku menatap serius ke arah Tamara, "Kenapa loe bener-bener jatuh cinta sama David, dan ninggalin gue?" Aku tak sengaja menyenggol kaki Tamara di bawah meja. Tamara terlihat salah tingkah. Ia menatap ke arah lain. "Maaf, tak sengaja!" David mendongak dari layar ponselnya. Menatapku dan Tamara yang terlihat canggung. "Kalian ini kenapa?" "Gak apa-apa, Bro." Aku melirik sekilas pada Tamara yang masih terdiam. Tangan kanannya memegang ponsel. Namun, matanya menatapku. Semoga Tamara tak menganggap serius ucapanku. Itu hanya bercanda.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09

Bab terbaru

  • CEO Yang Hilang Ingatan   216. I Love You Wulan

    ~Perpisahan paling menyakitkan adalah terpisahnya dua hati tanpa kejelasan alasan. Saling memendam perasaan tanpa bisa menjelaskan.~"Wulan sedih Ali, ternyata selama ini Emak Wulan masih hidup, tapi dia gak pernah kasih kabar sedikit pun," ungkap Wulan di sela isak tangisnya."Sudahlah Wulan. Mungkin semua ini sudah takdir."Aku menepuk-nepuk punggung Wulan. Setelah bertemu dan saling mengungkapkan isi hati dengan ibunya beberapa jam, kami kembali pulang."Emak Jahat, Ali. Dia tega ninggalin Wulan dan abah.""Bukan ibumu yang meninggalkan, tetapi takdir memaksanya meninggalkan kalian. Dia juga terpaksa."

  • CEO Yang Hilang Ingatan   215. Bertemu Ibu Wulan

    "Nak order ape?" Pelayan tadi kembali mengajukan pertanyaan. Menatap bingung pada kami berdua. Duduk di kursi restoran tapi tak memesan makanan. "Emak …." Suara Wulan bergetar. Matanya berkaca-kaca dan memerah. Pramusaji yang mendatangi meja kami refleks. Menatap Wulan dengan serius, kedua alisnya mengernyit, "Wulan?" "Kamu teh, Wulan Kirana?" Akhirnya. Perjumpaan yang kubayangkan seperti perkiraan. Istriku $ berdiri dari kursinya memeluk pramusaji di depannya. Sang pramusaji membeku. Kertas catatan order dan bolpoinnya terjatuh.

  • CEO Yang Hilang Ingatan   214. Tujuan Bulan Madu Pertama

    "Terima kasih untuk malam yang indah ini, Sayang." Wulan mencium bibirku setelah berkata. "Sudah tugasku untuk membahagiakanmu," ucapku sambil menatap mata bulat Wulan, "tidurlah, besok kita akan mulai jalan-jalan." Wulan tersenyum, wajahnya lebih ceria dari saat pertama aku mengenalnya dulu. Tak terlihat wajah lelah bahkan mengantuk seperti sebelum kuajak dia mengunjungi Suria KLCC. "Kemana? Besok kita akan kemana?" tanya Wulan bersemangat. "Tidurlah, besok kamu akan tahu kemana tujuan kita." Aku menaikkan selimut sampai dadanya. Ia menurut dan mulai memejamkan matanya. Malam ini akan menjadi malam yang takkan terlupakan oleh Wu

  • CEO Yang Hilang Ingatan   213. Tempat Ternyaman.

    ~Tempat ternyaman~ Aku memeluk Wulan dari belakang. Kami menikmati malam pertama di tengah kota Kuala Lumpur dari balkon hotel. Gedung-gedung tinggi menjulang membuat kota ini terlihat seperti kota metropolitan. Bias lampu warna-warni berpendar menyemarakkan malam. Di bawah sana jalanan beraspal padat oleh berbagai kendaraan. Bunyi klakson dan mesin mobil menggema hingga balkon, tempat kami berdiri. "Apa kau suka dengan bulan madu kita?" "Tentu saja, ini pertama kalinya Wulan keluar negeri." Wulan mendongak ke wajahku. Aku menghadiahinya sebuah ciuman hangat. Ia tersenyum.

  • CEO Yang Hilang Ingatan   212. Tiba Di Hotel.

    KLIA 2, Malaysia. Aku menggandeng istriku, telapak tangan Wulan terasa sangat dingin, "Apa kamu kedinginan?" Wulan menggeleng pelan, "Wulan kalo gerogi emang suka panas dingin begini." Tersenyum menatap wajah istriku itu. Ini pengalaman pertamanya naik pesawat terbang. Aku berjalan lebih cepat. Satu langkah kakiku sama dengan dua kali langkah Wulan. Sontak istriku itu menarik tangan, "Kenapa sih, cepet-cepet?" "Pelan-pelan," katanya lagi. Aku tersenyum tak menjawab pertanyaan Wulan, hanya memelankan jalan. Keluar dari koridor para penumpang berbelok ke arah kiri menuju baggage claim area. Ada banyak passenger lain yang juga mencari koper mereka.

  • CEO Yang Hilang Ingatan   211. Penerbangan Pertama Wulan.

    Pukul sembilan pagi aku dan Wulan sudah selesai bersiap-siap. Abah Dadang dan dua asisten rumah tangga mengantar sampai di teras. "Abah jaga diri ya, Jangan lupa makan. Kalau Wulan telepon harus diangkat." "Iya, Neng geulis." Keduanya melepaskan pelukan. Aku ganti bersalaman dengan Abah Dadang. "Kami berangkat dulu," pamitku kemudian. Mengajak istriku segera masuk ke dalam mobil. Dua jam dari sekarang pesawat akan take off. Perjalanan dari villa menuju bandara memakan waktu sekitar satu setengah jam. "Ini pertama kalinya Wulan, naik pesawat."  

  • CEO Yang Hilang Ingatan   210. Ketakutan Wulan.

    ~Hidup terlalu singkat untuk digunakan membahas masa lalu. Kehidupan yang sekarang adalah sebaik-baiknya pilihan yang sudah kita ambil.~***Kucium kening Wulan. Istriku mengerjap, bulu mata lentiknya bergetar ia menatapku sejenak, "Gak tidur?"Aku menggelengkan kepala pelan. Mengelus rambut sehitam jelaganya."Jam berapa sekarang?""Pukul 00.15 Sayang," jawabku.Sejak kami resmi menjadi suami istri, entah sudah berapa kali aku bercinta dengannya. Seakan-akan tak pernah puas, dan selalu kurang. Wulan pasti kelelahan meladeni keinginanku.

  • CEO Yang Hilang Ingatan   209. Ronde Tambahan

    Tok … tok … tok!Seseorang mengetuk pintu kamar. Aku dan Wulan sama-sama kelelahannya. Setelah bercinta di sofa kami melanjutkannya di kamar."Sayang, bangun." Aku mencoba membangunkan Wulan. Ia mengerjapkan mata, menoleh ke arahku."Ada apa?""Ada yang mengetuk pintu.""Ahhh, kamu yang bukain. Aku males," sahutnya sambil membelakangiku. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lebih erat.Terpaksa aku bangun. Meraih celana pendek dan kaos yang tercecer di lantai. Membuka pintu dan keluar dari kamar.

  • CEO Yang Hilang Ingatan   208. Ronde Selanjutnya

    Aku merangkul Wulan, membimbingnya masuk ke dalam villa kami. Menutup pintunya kembali. Aku mengajak Wulan duduk di sofa."Apa?" tanya Wulan dengan penasaran.Langsung saja kulumat bibir ranum Wulan. Suasana rumah sangat sepi, tak ada orang lain selain kami. Tentu saja kesempatan ini tak boleh dilewatkan.Kali ini aku ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Kuarahkan istriku untuk duduk di atas pangkuan. Wulan bahkan mungkin tak sadar jika sudah berada di atasku. Ia memejamkan mata, sementara bibir kami terus bertaut. Sesekali li*ahnya ikut terhisap.Tanganku mulai bergerak lincah menjamah tubuh sintal Wulan. Aku mulai hapal dimana saja titik sensitif istriku ini. Menghentikan pagutan kami, beralih pad

DMCA.com Protection Status