Brakgh!
Aku membanting pintu kamar dengan keras dan kasar. Bunyi berdebum antara pintu dan dinding memenuhi koridor. Kuyakin Papa juga mendengarnya di kamarnya.
"Alex, ada apa ini?"
Mama memasuki kamar. Matanya menelisik ke dalam ruang tidurku, "Ada apa denganmu?"
"Alex emosi Ma," jawabku dengan pelan.
"Kenapa? Karena tes DNA, tadi?" Mama menebak dengan benar pemicu kemarahanku.
"Bayangkan Ma, bagaimana bisa Papa, meragukan Mama, sebagai istrinya? Jelas-jelas Papa, berselingkuh hingga memiliki, Jhonny!? sungutku.
"Alicia dulu, Ma!"Adik kesayanganku itu mengulurkan piringnya. Ingin segera sarapan dan berangkat ke sekolah sepertinya.Mama tersenyum padaku."Sebentar, Alex!" Mama mengambil nasi dari dalam magicom. Lalu memberikan piring itu pada Alicia. Baru setelah itu mama mengambil piringku.Seperti biasa pagi itu kami sedang berada di meja makan. Kami akan melakukan sarapan pagi bersama. Alicia sudah memakai seragamnya, kali ini dia memakai rok berwarna coklat tua dan atasan berwarna coklat susu.Hari ini, hari Jumat ia harus memakai pakaian pramuka. Mama sudah memakai seragam kebanggannya, celemek bermotif hello kitty. Dari pagi ia membantu
"Semuanya sudah siap Bos," lapor David. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku.Aku mengangguk dengan yakin, "Ayo kita berangkat sekarang!"Kami berdua segera berdiri. Keluar dari ruanganku. Menyusuri koridor kantor. Menatap sekilas orang-orang di gedung The One Property. Semua pegawai sedang bekerja. Semua orang berusaha mendapatkan uang.Aku ingin uang yang bekerja untukku. Akan tiba saatnya ketika manusia hanya duduk diam di rumah, profit terus merangkak naik tanpa kita bergerak. Inilah misiku.Ponselku berdering saat menunggu lift datang. Aku merogoh saku celana, segera mengangkat panggilan."Iya, Halo, Nek
"Siapa orang yang Mama, maksudkan ini? Apa aku mengenalnya?" Mama terdiam. Matanya terlihat menerawang, mungkin ia sedang mengingat-ingat kejadian belasan tahun yang lalu. "Kamu ingat saat mama bercerita kemarin?" Aku kembali mengingat-ingat saat mama bercerita melakukan one night stand, beberapa hari yang lalu. Namun, ia tak menyebutkan dengan pasti orang yang dia maksudkan. Kira-kira siapa dia? "Iya, saat mama kehabisan wiski dan pergi membelinya ke sebuah klub malam?!" "Saat itu papamu mengatakan sedang ada rapat di luar kota. Namun, sebuah nomor tak dikenal mengirimkan foto papamu sedang berada di atas ranjang dengan
"Jadi? Tentu saja, ini bukan kamar mama!" celetuk Wulan. Sudah pasti lemari pakaian yang dimaksud mama adalah lemari yang berada di kamar papa. Mereka adalah pasangan suami istri sebelumnya, pakaian mereka tentu berada dalam satu tempat. Aku merogoh ponsel di saku. Menatap layarnya. Jam digital di layarnya tertera angka 17.20 WIB. Tanya jawab tadi hanya berlangsung dua puluh menit? Pada jam seperti ini papa akan berada di dalam kamarnya. Hingga nanti saat makan malam tiba, ia akan keluar dan turun ke meja makan. "Mama, apa tak ada yang ingin mama bicarakan dengan papa?" Mama menatapku beberapa saat. Aku mengedipkan mata p
"William Dwi Hartono, coba cari tahu siapa lelaki ini!?" perintahku.Aku segera menutup panggilan. Kuyakin David akan segera mendapatkan informasi tentang lelaki ini. Kemungkinan besar dia adalah ayah kandungku. Lelaki yang melakukan one night stand dengan mama.Satu notifikasi masuk melalui pesan whatss**p.[Bro, are you kidding me? Loe beneran gak tahu apa ngetes gue?]Satu pesan dari David membuatku mengernyitkan alis untuk memahaminya.[Maksud loe?]Segera kubalas pesan dari David itu.[Cob
"Mereka terlihat dekat? Apa mereka sudah saling mengenal sebelumnya?"David menyesap cappuccinnolate dalam cangkirnya sambil melirik pada Mama dan Om William. Kedua orang itu duduk di pojok restoran ini. Pertemuan yang canggung dan terlihat serius."Ada hubungan apa antara, mamamu dan Om William itu?""Sudah nikmati saja minummu, ceritanya terlalu panjang. Kau akan kaget jika kuberitahu.""Maksud loe?"David mengernyitkan alisnya tak paham dengan kata-kataku. Terkadang ada hal yang tak perlu dijelaskan. Karena penjelasan itu belum tentu dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Cukup
Keesokan paginya.Aku melirik Wulan dari kaca spion yang sengaja kuarahkan pada gadis yang duduk di sebelahku.Mengenakan celana jeans berwarna biru dan dan kemeja bermotif kotak-kotak. Rambutnya dibiarkan tergerai. Terlihat tomboy, namun dia cantik. Ah, gadisku ini.Kenapa wajah Wulan terlihat semakin besar di kaca?Astaga! Wulan mendekat ke arah kaca spion mobil. Ia mengarahkan kaca itu ke wajahnya."Wulan udah cantik, Ali?"Aku segera berpura-pura menatap ke luar kaca mobil. Memperhatikan jalanan di depan.
Semalam setelah Wulan masuk ke kamar dan mengingatkanku tentang kuliahnya. Aku berbicara serius dengan mama.Meminta izin dan bertukar pendapat tentang Wulan."Mama setuju, Wulan gadis yang baik."Mama menyetujui niatku, secara tak langsung merestui keinginanku untuk lebih dekat dengan Wulan."Kira-kira jurusan apa yang tepat buat, Wulan, Ma?" Aku meminta pendapat pada Mama.Gadis cempreng itu terkadang tak bisa menentukan pilihan."Dia sangat berbakat saat merawat mama. Bagaimana kalau perawat?"