"Berikan setengah saham perusahaan di The One Property pada Jhonny. Sebagai ganti telah menelantarkannnya selama dua puluh lima tahun ini."
Kata-kata dari perempuan yang mengaku sebagai mama dari Jhonny terus terngiang. Tanpa malu perempuan yang menjadi selingkuhan, sekaligus perusak rumah tangga Papa dan Mama itu meminta setengah saham perusahaan untuk si bedebah Jhonny. Cih!
Belum tentu Jhonny benar-benar anak kandung Papa! Bisa saja mereka hanya memanfaatkan harta serta sifat kasihan dari Papa.
Semua ini tak bisa terus dibiarkan. Aku menatap tumpukan map yang kuambil dari kamar Papa beberapa hari yang lalu. Segera duduk dan membuka lembar d
Mobil perlahan melaju meninggalkan gedung The One Property. Mulai membaur dengan kendaraan lain. Jalanan ibukota selalu ramai, macet di mana-mana dan semua kendaraan bergerak perlahan.Matahari bersinar begitu teriknya, serasa membakar seluruh pori-pori. Aku ingin segera tiba di rumah. Segelas capuccino dingin pasti akan terasa nikmat.Oven berjalan. Ya, berkendara di siang hari di jalanan ibukota bagai masuk oven."Penampilan anda luar biasa, Tuan!"Aku menoleh, mengalihkan pandangan dari padatnya jalan pada lelaki berkacamata yang duduk d
"Mobil Alicia, tidak ada di garasi. Alicia, belum terlihat pulang dari sekolah!"Aku mengulangi kata-kata yang disampaikan oleh security yang bertugas berjaga di gerbang."Astaga, kemana gadis kecilku pergi? Tidak biasanya dia pulang terlambat. Apalagi tanpa memberi kabar!" Papa meracau, ia terlihat panik dan bingung."Tenanglah, Bram. Kita pasti akan menemukan Alicia," ujar Om Pram yang mencoba menenangkan Papa.Di mana Alicia?Tak biasanya dia pul
Hari sudah mulai gelap. Matahari telah pulang ke peraduannya. Bulan bersiap menerangi Bumi. Tinggallah aku seorang diri duduk di samping ranjang Papa. Om Pramudya sudah pamit pulang sejak pukul lima sore."Alex, cari adikmu segera. Jangan biarkan mereka menyakitinya!""Tentu Pa, serahkan semua pada Alex. Papa, jangan terlalu memikirkan semua ini. Istirahatlah," jawabku."Hubungi polisi segera ….""Iya, Pa. Tenanglah."Aku memotong perkataan Papa. Aku tahu
Empat puluh menit berkendara. Aku memasuki pintu gerbang Polsek Kebayoran Lama. Tak banyak orang berlalu lalang. Semoga saja aku masih bisa membuat laporan.Aku segera keluar dari mobil. Melangkah menuju kantor pintu masuk. Di depan sebuah ruangan ada meja kayu berwarna cokelat terang bertuliskan informasi. Ada sekat dari kaca berwarna putih tebal yang memberi jarak antara tamu dan lelaki di balik meja itu.Seorang lelaki berseragam cokelat yang duduk di belakang kaca berdiri, "Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?"Melihatku berdiri mematung menatap ruangan di belakangnya lelaki di balik meja informasi tadi menyapaku. Suaranya tegas dan ke
"Lepaskan, Tamara!" seruku pelan.Tiing!Lift terbuka. Dua orang lelaki berdiri di depan pintu menatap kami dengan tatapan penuh tanya. Aku segera mendorong Tamara menjauh. Melepaskan pelukannya.Tamara mundur beberapa langkah ke belakang. Sepertinya gadis itu tak menduga sikap tiba-tibaku ini. Hampir ia terjatuh, menabrak dinding lift bagian kanan."Alex?"Wajahnya memerah. Entah marah atau malu aku memperlakukannya dengan kasar tadi, terserah!
Byuur!Terdengar suara air yang tumpah. Dingin, sesuatu disiramkan ke tubuhku."Bangun, Tuan muda!"Seseorang menepuk pipiku dengan keras beberapa kali."Bangun!"Kali ini suaranya lebih keras dari sebelumnya. Aku terkesiap, refleks membuka dan mengerjapkan mata beberapa kali. Seorang lelaki yang ikut memukuliku di dalam klub tadi berdiri. Di samping kakinya ada ember kosong. Air menetes dari baju dan rambutku.
"Diam, ada yang datang!"Aku merangkul tubuh Tamara. Naluri lelakiku selalu tahu kapan saatnya untuk melindungi seorang wanita. Ya, walaupun dia adalah seorang pengkhianat. You know lah."Siapa disana?" bentak suara baritone itu. Terlihat sesosok lelaki yang berjarak sekitar sepuluh meter dariku dan Tamara. Bunyi sepatunya yang menapak ke lantai keramik dengan keras semakin dekat.Cahaya dari lampu senter terlihat bergerak-gerak ke arah kami. Aku merangkul Tamara, berjongkok dibalik beberapa tumpukan meja dan kursi kayu."Heh, siapa disana?"Bodoh. Dasar lelaki bodoh! Pada siapa ia bertanya? Pada angin? Kalaupun ada orang, pasti siapapun itu tak
"Ehhm, Alex, bisakah kau pertimbangkan tentang hubungan kita?"Haruskah aku memberi Tamara kesempatan?Pertunanganku berakhir sebelum rasa cinta lahir. Sebelum kumulai, jalan cerita antara aku dan Tamara telah usai."Sekarang giliran Anda, memberikan informasi!"Suara tegas seorang polisi yang bertugas mencatat keterangan membuyarkan lamunan. Aku mengangguk dan mendekat di meja Polisi yang bertugas. Alicia berdiri dari duduknya."Siapa nama Anda, sesuai di Kartu Ta