Dua hari kemudian.
Sebuah panggung dari besi sudah berdiri di atas lahan pembangunan pabrik kedua Indonesia Farma. Ada meja memanjang di bagian kiri dan kanan panggung.
[Presentasi akan segera dimulai, Bro.]✅✅
09.00 WIB.
Sebuah pesan masuk dari David.
[Tolong awasi. Semuanya kuserahkan padamu.]✅✅
09.02 WIB.
Pesan yang kukirim segera dibuka dan dibaca. Tanda dua centang biru terlihat di bawah pesanku.
Kali ini aku tak ikut ke lapangan. Cuaca terlalu panas. Seorang pemimpin tak harus datang, yang p
Aku tersenyum melihat bibir Wulan yang cemberut tadi. Entah kenapa mengerjainya adalah sesuatu yang membuatku senang. Ceklek. Kamar papa terbuka. Bik Asih muncul dan memegang nampan. Keluar perlahan-lahan. Sepertinya papa dan mama sudah selesai makan siang. "Alex!" Aku berhenti. Menoleh kembali ke arah kamar papa. "Ada apa, Pa?" "Kemarilah?" Aku menutup pintu dan melangkah masuk. Mama duduk di sofa sebelah papa. Wajah keduanya terliht serius. Aku menger
Aku membuka kacamata hitam. Menatap dengan seksama kalung di dalam kotak. Benar-benar indah dan mewah. "Ini adalah kalung The Queen Of Heart, terbuat dari berlian putih. Di tengahnya ada batu rubi berwarna hijau." Aku menoleh pada Wulan, "Cantik." "Pasti mahal! Karena bagus dan bernilai seni," tuturnya lagi. Kami saling bertukar pendapat. "Barang bagus pasti mahal. Kalung ini pernah dipakai Marlyn Monroe saat dia hidup dulu. Saya jamin anda tidak akan menyesal memilikinya." Si pelayan toko berusaha meyakinkanku. Pandangan pertama saat melihat kalung ini aku sudah menyukainya. Wulan bahk
Mama menoleh pada Wulan, "Kamu juga harus ikut, Lan!""Iya, Tante." Wulan mengangguk dengan patuh. Ia terlihat sedikit canggung ikut makan semeja dengan keluarga Ibrahim."Apa yang kalian beli, tadi?" Papa menaruh gelas kosong di sebelah piring."The Queen of Heart." Kataku dengan bangga."Apa itu?" Alicia bertanya dengan penuh semangat.Aku tersenyum, mengambil kotak hitam di dalam paper bag, membukanya pelan. Semua mata tertuju pada perhiasan di dalamnya, "Lihatlah!""Waahh, bagus," seru Alicia.Semua orang menghentikan makan. Menatap pa
"Ali!" Mama memelototiku, "Wulan cantik pake baju ini. Kalau gak cantik kenapa kamu memandang Wulan tanpa berkedip?!" Tak sadar aku segera berkedip. Merapatkan bibir yang sedari tadi menampakkan sederet gigi, "Jelek dia Ma," kilahku. Kedua alis tebal Wulan kian merapat, tampak seperti akan menyatu. Hei … apa aku mengatakan sesuatu yang salah? Kenapa mama dan Wulan menatapku dengan aneh? Wulan berjalan pelan ke sisi ranjang. Ia duduk dengan lemas, wajahnya hanya menunduk, "Wulan, gak ikut aja ya, Tante? Wulan malu. Toh, gak ada yang Wulan kenal di sana nanti." Wajah Wulan terlihat putus asa. Apa karena aku mengatakan dia jelek?
Tangan terulur untuk menyalakan tombol playlist di dashboard. Sebuah lagu yang sering kudengar. Entah kenapa aku sangat menyukai lagu ini.Nada pembuka lagu mulai mengalun. Wulan mendongak, ia selalu menunduk sedari tadi. Menatapku sebentar lalu melirik playlist yang menyala.Suasana canggung di dalam mobilku berubah menjadi lebih romantis tentunya. Wulan menoleh ke arah kaca jendela. Aku masih dapat melihatnya, ia menarik segaris datar senyuman.🎶🎶Kutuliskan kenangan tentang.Caraku menemukan dirimu.Tentang apa yang membuatku mudah.Berikan hatiku padamu.
Aku dan Wulan segera berjalan ke arah meja mama. Ruang tamu nenek dipenuhi para tamu. Aku harus sedikit sabar saat berjalan. Beberapa kali berdesakan dengan tamu lainnya. "Argh …." Wulan terjatuh. Ia tengkurap di lantai. "Kamu kenapa? Benar-benar ceroboh, memalukan jatuh di tempat ini?" gerutuku lalu segera membangunkannya. Sepasang sepatu berwarna hitam berdiri di samping kami. Aku segera mendongak. Pantas saja aku merasa janggal. Wulan segera berdiri. Dia melepas tanganku, "Heh, kamu! Kenapa sengaja menjulurkan kaki saat aku lewat, tadi?" Wulan membelalak lebar pada si pemilik sepatu hitam tadi. Si pemilik
Para tamu undangan yang penasaran berkerumun di teras nenek. Mereka ingin tahu hadiah apa yang diberikan oleh keluarga Hartono.Aku merangsek maju, "Permisi … permisi …."Berusaha mencari celah di antara tamu yang hadir dan ikut melihat ke arah teras. Selangkah demi selangkah berdiri di barisan paling depan."Ini adalah salah satu jenis mobil yang sudah langka. Hadiah yang sempurna untuk, Nenek Meryane Ang." Wildan berkata sambil membusungkan dadanya. Ia tersenyum penuh kemenangan di hadapan para tamu undangan."Terimakasih …." Nenek terpana. Tatapan matanya berkaca-kaca melihat hadiah yang diberikan.Mataku membulat sempurna meli
Ruang tamu keluarga Ibrahim.Papa dan Alicia sudah kembali ke kamar mereka terlebih dahulu. Mama dan aku sengaja membicarakan hal ini."Gila. Ini ide gila, Ma!" ungkapku dengan penuh emosi.Ternyata kehadiran Jhonny di pesta ulang tahun nenek adalah untuk bertunangan dengan Melissa Hartono. Sungguh tidak masuk akal.Bagaimana mungkin nenek menunjuk Jhonny untuk menggantikan posisiku bertunangan dengan Melissa. Apa karena rencana ini, keluarga Hartono memberikan hadiah spesial tadi?Sepertinya semua ini sudah direncanakan.Sebenarnya apa tujuan nenek hingga memberi kesempatan pada Jhonny keluar dari