Keadaan begitu hening, tak ada yang berani membuka suara. Aku menoleh ke arah Mommy yang hanya diam, begitu juga dengan Daddy.
"Kamu ada rencana mau pindah kerja?" Aku hanya menggeleng lemah.
Kami baru saja pulang dari sidang final keputusan perpisahan bersama Fynn, tidak ada tangisan, tidak ada air mata, dan mungkin tidak ada yang perlu dibanggakan dengan status ini. Menjadi, seorang janda.
"Yaudah, istirahat aja dulu." Aku hanya mengangguk lemah, dan Mommy menyusul Daddy ke kamar. Mereka sedang datang ke rumahku, rumah ini, rumah pembelian aku dan Fynn walau semua harta jatuh ke tanganku, kami belum punya anak.
Mommy dan Daddy awalnya tak setuju dengan keputusan ini, tapi, aku tidak bisa mentolerir perselingkuhan.
Ya, Fynn selingkuh, dan hal itu sungguh tak bisa dimaafkan. Aku men-scroll dengan malas ponsel. Semua orang mengirim pesan menyayangkan perpisahan ini. Ya, aku dan Fynn adalah pasangan sempurna di mata orang-orang, tapi, sebuah kesempurnaan selalu ada saja hal cacat yang tak terlihat.
Aku tahu, kisah orang tuaku dulu, dan tahu bagaimana dilema dan tersiksa jadi Mommy dan Skye yang saling menuduh, merasa jadi korban. Sejak saat itu, aku sudah berjanji, jika, pasanganku selingkuh, maka, tak ada ampun baginya. Akhirnya, perpisahan adalah jalan terbaik buat kami.
Aku berdiri dan hendak minum air putih, agar meringankan semua beban yang terasa sesak di dada. Tersenyum miris, jadi janda! Bukankah, status itu dipandang begitu rendah dan hina?
Aku berdiri dan mengisi air putih di gelas bening.
"Kamu ingat! Inilah ketakutan terbesarku, saat kamu berbuat seenaknya seperti itu, kamu punya anak perempuan, dan sekarang kamu tahu karmanya. Bagaimana rasanya diselingkuhi!"
Pengangan di gelas melemah dan bergetar hebat. Tidak! Aku tidak mau, Mommy dan Daddy membawa masa lalu mereka dalam retaknya hubunganku.
"Andai, dulu kamu tak egois! Aku bukan ungkit masa lalu, tapi, aku pernah bilang dulu, bukan karena perempuan itu, tapi kamu punya anak perempuan, bagaimana kalau dibuat seperti itu?" Aku tahu, Mommy bersedih, Daddy pasti merasa sangat bersalah, walau sudah puluhan tahun berlalu, tapi kesalahan itu seperti terus membekas hingga nanti.
"Sayang, aku tahu aku salah dulu. Kamu tahu, hidupku hanya diisi dengan penyesalan."
Aku terpaksa menelan air putih yang rasanya seperti ditusuk ribuan paku. Merasa sedih, aku tak ingin bersedih, hanya karena kesalahanku dan membawa masa lalu mereka. Aku memang belajar dari kesalahan orang tuaku, tapi, aku tak ingin mereka bertengkar gara-gara aku.
"Renungkan itu! Kamu punya anak perempuan banyak, lihat, bagaimana mereka dapat laki-laki seperti itu, semua?"
Daddy keluar dengan wajah pias dan rasa bersalah, aku tak berani melihat ke arah mereka.
Daddy langsung ke luar. Aku menunduk, kenapa harus seperti ini?
Mommy menyusul dengan wajah marah luar biasa.
"Biar aja! Biar dia mikir, kalau semua perbuatan ada akibatnya. Ketakutan aku terjadi, andai dia punya otak dulu, dan mikir." Mommy duduk di depan, berbicara dengan menggebu-gebu, aku hanya terdiam.
"Keputusan kamu sudah tepat, pokoknya, jangan beri ampun bagi laki-laki tak guna, yang tak bersyukur udah punya pasangan, masih aja mau cari yang lain."
Aku masih terdiam. Kami sama-sama perempuan dan juga sama-sama merasa terkhianati. Mommy mungkin flashback masa dulu.
"Andai, tak punya anak dulu, Mommy juga tidak akan bertahan. Mommy, sebenarnya bukan orang bodoh yang mau aja terima laki-laki pengkhianat, tapi karena mikir anak udah banyak, udah besar."
"Mom." Mommy masih dengan semangat membara, tercetak jelas di wajahnya menatapku. Aku membahasahi bibirku.
"Mom, please. Ini adalah masalah aku, mungkin aja aku bukan istri yang baik, makanya Fynn bisa khilaf."
"Bukan khilaf! Perselingkuhan itu terjadi karena sama-sama mau dan dalam keadaan sadar." Aku terdiam, walau sedikit menyetujui kata-kata tersebut.
"Mommy, tenang dulu." Aku mengambil sponge cake dengan krim dan potongan strawberry sebagai hiasan, Mommy suka strawberry.
Mommy hanya melirik malas pada cake tersebut dengan gaya tangan di depan dada.
"Benar-benar tak bisa dimaafkan. Padahal, biasanya pelakor itu lebih jelek!" Aku hanya menarik napas panjang, tahu betul bentuk pelakor dalam kisah rumitnya rumah tangga yang aku jalani. Perempuan itu adalah Amanda, salah satu teman yang aku percaya, tapi, saat tahu semuanya aku seolah tidak mentolerir apa pun.
"Nggak papa jadi janda. Kalau ujungnya bertahan hanya demi laki-laki yang mokondo."
"Mokondo?" Aku bertanya ulang, walau tahu persis itu adalah konotasi negatif. Mommy masih menatapku dengan amarah, Mommy masih marah pada Daddy. Mommy merasa perpisahan ini karena karma yang Daddy terima karena kesalahan di masa lalu.
"Kalau memang mau pindah kerja, nggak papa. Atau kamu mau pindah ke Jerman?" Aku menggeleng, terlalu banyak hal nyaman yang membuat aku betah di sini, aku mengenalnya dari masa remaja dan tahu, dia adalah laki-laki yang sangat menghargai wanita, tapi, saat sudah berumah tangga dia merusak segalanya.
Aku dan Fynn, dulu, selalu kompak dalam melakukan segala hal, sekolah sama, kuliah jurusan yang sama, kerja di kantor yang sama. Dia melamarku, ketika di kantor, saat jam kerja, dan Amanda adalah orang yang paling semangat agar aku menerima ajakan tersebut, bahkan saat aku meminta waktu, Amanda adalah pendukung pertama, tapi, lihatlah kini.
"Mommy istirahat aja dulu. Jangan meledak-ledak, nanti pusing sendiri, nyesal sendiri."
"Nggak! Dia Daddy kamu tuh mikir. Walau sekarang dia udah tobat, dia bucin sama Mommy aja. Tapi, perbuatan itu terus membekas, Skye memang anak Mommy, tapi, kadang Mommy bangun tiba-tiba dan nggak nyangka, kok bisa aku terima suami aku selingkuh? Kok bisa suami aku punya anak dari wanita lain? Kadang, saat dia tidur, Mommy pandangi dan terus bertanya-tanya."
"Aku nggak bisa komen banyak, setiap perbuatan, pasti punya alasan tersendiri. Aku hanya introspeksi diri, apa aku sudah jadi istri sempurna?"
"Nggak, Sayang. Justru, saat laki-laki selingkuh, dia sedang menunjukkan kualitas dirinya. Dia menunjukkan kalau dia tak lebih hebat dari kamu."
"Jadi, sebenarnya, Mommy masih terus ungkit masa lalu."
"Kalian udah besar, udah punya cucu juga Mommy, tapi suka bertanya-tanya. Mungkin ini memang sudah takdirnya."
"Daddy sayang bangat sama Mommy."
"Ya, karena hanya Mommy yang paham sama dia, hanya Mommy yang terima semua kelebihan dan kekurangan dia."
"Dulu, Mommy berjuang sendirian, Mommy kabur. Hanya sama kamu yang masih merah." Aku jadi membayangkan bagaimana perjuangan Mommy dulu, tentu bukan hal mudah. Di saat kamu baru saja melahirkan, suami kamu selingkuh, dan punya anak dari perempuan lain, pada akhirnya kamu merawat anak selingkuhan. Jika kisah ini terjadi padaku, aku tidak akan sanggup.
"Jadi, Mommy terima Daddy lagi karena anak?"
"Ya, anak udah mau tiga waktu itu. Saat dia bawa Skye, Mommy langsung meluk Skye dan anggap anak sendiri, waktu itu, Skye begitu kurus dan seperti tak terurus." Aku jadi membayangkan Skye yang kumul dan dekil.
"Mommy pernah ke kuburan Alicia?"
"Tidak! Mommy bukan berhati malaikat, terkadang melihat Skye saja hati Mommy teriris-iris, apalagi lihat kuburan wanita itu. Hell, Mommy bukan malaikat."
Aku seperti kehabisan kata-kata. Aku dan Mommy terdiam di sana. Aku melihat keadaan sekeliling, rumah ini adalah saksi kebersamaan bersama Fynn. Terkadang pulang kantor, capek, kami memesan makanan dan memutuskan untuk nonton Netflix, dan tidak mandi, saking enaknya nonton. Saat weekend, aku dan Fynn bekerja sama untuk membereskan rumah, setelah itu kami akan berkencan di luar, mencoba makanan yang sedang viral saat itu. Alasan ini yang membuat kami menunda anak.
Orang bilang, masa pacaran adalah masa kamu benar-benar siapa pasangan kamu, aku dan Fynn nyaris bersama seumur hidup. Dalam artian, setengah dari umurku disaksikan oleh Fynn, dia adalah laki-laki manis yang tahu bagaimana menghargai wanita, hal itulah yang membuatku mantap untuk menikah bersamanya, tapi ekspektasi itu dipatahkan oleh kenyataan yang ada.
"Cari laki-laki yang benar-benar menghargai kamu." Aku mengangkat wajahku dan Mommy mengangguk. Mommy benar-benar menaruh harapan besar di sana, Mommy tak ingin aku mengalami kegagalan dalam pernikahan lagi, kegagalan anak adalah kegagalan bagi orang tua.
"Baru juga berapa jam pisah."
"Mommy serius."
"Entahlah, Mom. Aku hanya ingin menata hidupku dulu. Mencoba kerja dengan baik, dan menabung dan memutuskan pada akhirnya. Aku tahu, aku tidak mungkin gagal lagi."
"Hum, enak rupanya." Mommy menguman saat cake tadi yang ditolak masuk dalam mulutnya, dan sedang digiling giginya.
"Jadi, Daddy gimana?"
"Paling juga nelpon Mommy, buat kejutan, dan peluk-peluk. Walau biasanya Mommy hukum tidur di luar. Terkadang kalau Mommy jengkel ingat dulu, Mommy suruh tidur di kuburan wanita itu."
"Mommy benar-benar melakukan itu?"
"Ya, dan Daddy kamu hanya bisa melas. Walau bagaimana pun, tetap hormati dia sebagai ayah kalian. Dia pernah berbuat salah, tapi, dia menebus semuanya lebih dari yang dia perbuat. Kenapa saat masih kecil atau pun sampai sekarang Mommy nggak pernah ungkit masalah ini di depan kalian? Mommy ingin kalian tetap menghargai Daddy sebagai orang tua. Hanya saja, hari ini Mommy nggak bisa ngontrol. Mommy jadi flashback dulu. Meledak tiba-tiba."
"Ajak Daddy liburan, biar merasa muda lagi. Jangan terus terbawa masa lalu, anak udah banyak. Malu sama cucu, Liezel dan Alicia."
"Mommy punya cucu yang mengemaskan."
Aku hanya tersenyum. Nyatanya, berpisah tak terlalu buruk, ketika kamu tahu, ada hal yang tak seharusnya dipertahankan, jika hanya menghadirkan luka.
AmandaM: Kelsea, sayang 😘😘. Selamat menjadi janda👏👏👏. Sebuah prestasi yang luar biasa. Pertahankan status itu, dan kamu berhak mendapatkan piala Oscar. Ngomong-ngomong, aku dan Fynn lagi villa nih, apa perlu aku fotoin bulan madu kami? Jangan deh, entar kamu nggak kuat dan main sama timun lagi, hati-hati, entar patah di dalam. Atau mungkin terong? Aku kirim deh, satu truk😘. Babay, janda😉😉.
Aku hanya tersenyum pahit, sepahit menelan pil satu ton.
Amanda bitch!
💰💰💰💰💰💰
Semoga bab 1 nggak aneh😳😳😳😡😡.
Ada pelakor. Aku mau buat pelakor yang bikin naik darah 🤪🤪. Tenang, Kelsea bukan orang lemah, jadi drama mereka akan seru. Ikutin terus ya😘😘.
Baca saudara Kelsea yang lain dan orang tua Kelsea.
See you 💋💋💋.
Melihat wajah Amanda membuatku ingin menyemburkan lahar panas tepat di wajahnya. Seperti naga-naga yang bisa mengeluarkan api dari mulutnya. Aku menatap jalang ini dengan malas dan langsung menuju kubikel milikku di saat Amanda sengaja menabrakku. Aku hanya menunduk, tak tahan menatap wajahnya, sebelum kembali meledak dan wajah si jalang itu bisa bengkok. "Jeng, jeng! Si jalang makin menjadi." Carlos mencolek-colek lenganku, aku menatap ke arahnya sambil menahan tawa. Carlos adalah cowok kemayu, teman gosip yang bisa diandalkan. Bahkan, aku berani bertaruh jika adu mulut, aku bisa kalah dengannya. "Jalang semakin di depan!" Aku sengaja berkata dengan kuat, untuk memanasi keadaan. Aku dan Carlos tertawa, saling bertos ria, saat mendengar suara berisik dari kubikel di sampingku. Ruangan kami khusus untuk depertemen GA (Quality Assurance), tugas kami adalah mengatur mengenai standar kualitas barang yang bermutu. Supaya tidak ada p
"Si jalang ini benar-benar jorok!" cibir Olivia, saat masuk dalam rumah. Aku memang sedang dalam fase malas untuk melakukan apa-apa, ditambah status sebagai seorang single, seorang janda karatan. Aku menggosok tubuhku sendiri, tak percaya pada akhirnya aku menyendiri, meninggalkan status yang begitu hina dan rendah di mata orang-orang. Olivia meletakan bokongnya dan duduk di sebelahku, aku memang menelpon dirinya dan ingin membicarakan banyak hal, selain saudariku Skye yang bisa diandalkan, aku punya Olivia sebagai orang yang sangat bisa diandalkan. "Demi kesehatan mentalmu, keluar dari kantor itu segera." Aku hanya menggeleng, aku mencintai pekerjaanku, walau banyak sekali hambatan ke depan. Terutama mengahadapi mantan suami sendiri, dan jalangnya. Aku kembali menatap layar di depan, dengan air mata yang kembali menetes, tak percaya Fynn lebih memilih jalang itu dibandingkan diriku, terkadang ada titik di mana malam-malam ak
"Kamu, benar-benar lakukan ini sama aku?" Aku menatap nyalang ke arah Fynn. Laki-laki sial ini selingkuh! Dari dulu, aku selalu tidak mentolerir perselingkuhan, aku sudah berjanji pada diri sendiri, ketika melihat kisah masa lalu orang tuaku. "Sayang, ini tidak seperti yang kamu kira." "What? Setelah apa yang kamu lakukan dan kamu masih bicara seperti ini?" Fynn menggeleng dan menatapku melas, tapi, aku tidak terpengaruh sama sekali. Rasanya ingin kutampar wajahnya hingga bengkok. Laki-laki sial! "Sayang." Aku langsung menghindar. Aku jijik dengan sentuhannya. "Setelah nyaris seumur hidup kita bersama dan kamu melakukan hal ini? Apa kamu pernah mikir? Apa kamu punya hati? Dia Amanda, teman kantor kita. Dia Amanda, salah satu rekan dekat yang aku curhat masalah rumah tangga kita padanya dan ini balasan kalian sama aku?" Aku menggeleng tak percaya, suaraku tercekat seperti diberi setrum ribuan volt dan dicekik hingg
"Si jalang ini benar-benar jorok!" cibir Olivia, saat masuk dalam rumah. Aku memang sedang dalam fase malas untuk melakukan apa-apa, ditambah status sebagai seorang single, seorang janda karatan. Aku menggosok tubuhku sendiri, tak percaya pada akhirnya aku menyendiri, meninggalkan status yang begitu hina dan rendah di mata orang-orang. Olivia meletakan bokongnya dan duduk di sebelahku, aku memang menelpon dirinya dan ingin membicarakan banyak hal, selain saudariku Skye yang bisa diandalkan, aku punya Olivia sebagai orang yang sangat bisa diandalkan. "Demi kesehatan mentalmu, keluar dari kantor itu segera." Aku hanya menggeleng, aku mencintai pekerjaanku, walau banyak sekali hambatan ke depan. Terutama mengahadapi mantan suami sendiri, dan jalangnya. Aku kembali menatap layar di depan, dengan air mata yang kembali menetes, tak percaya Fynn lebih memilih jalang itu dibandingkan diriku, terkadang ada titik di mana malam-malam ak
Melihat wajah Amanda membuatku ingin menyemburkan lahar panas tepat di wajahnya. Seperti naga-naga yang bisa mengeluarkan api dari mulutnya. Aku menatap jalang ini dengan malas dan langsung menuju kubikel milikku di saat Amanda sengaja menabrakku. Aku hanya menunduk, tak tahan menatap wajahnya, sebelum kembali meledak dan wajah si jalang itu bisa bengkok. "Jeng, jeng! Si jalang makin menjadi." Carlos mencolek-colek lenganku, aku menatap ke arahnya sambil menahan tawa. Carlos adalah cowok kemayu, teman gosip yang bisa diandalkan. Bahkan, aku berani bertaruh jika adu mulut, aku bisa kalah dengannya. "Jalang semakin di depan!" Aku sengaja berkata dengan kuat, untuk memanasi keadaan. Aku dan Carlos tertawa, saling bertos ria, saat mendengar suara berisik dari kubikel di sampingku. Ruangan kami khusus untuk depertemen GA (Quality Assurance), tugas kami adalah mengatur mengenai standar kualitas barang yang bermutu. Supaya tidak ada p
Keadaan begitu hening, tak ada yang berani membuka suara. Aku menoleh ke arah Mommy yang hanya diam, begitu juga dengan Daddy. "Kamu ada rencana mau pindah kerja?" Aku hanya menggeleng lemah. Kami baru saja pulang dari sidang final keputusan perpisahan bersama Fynn, tidak ada tangisan, tidak ada air mata, dan mungkin tidak ada yang perlu dibanggakan dengan status ini. Menjadi, seorang janda. "Yaudah, istirahat aja dulu." Aku hanya mengangguk lemah, dan Mommy menyusul Daddy ke kamar. Mereka sedang datang ke rumahku, rumah ini, rumah pembelian aku dan Fynn walau semua harta jatuh ke tanganku, kami belum punya anak. Mommy dan Daddy awalnya tak setuju dengan keputusan ini, tapi, aku tidak bisa mentolerir perselingkuhan. Ya, Fynn selingkuh, dan hal itu sungguh tak bisa dimaafkan. Aku men-scroll dengan malas ponsel. Semua orang mengirim pesan menyayangkan perpisahan ini. Ya, aku dan Fynn adalah pasangan sempurna di mata
"Kamu, benar-benar lakukan ini sama aku?" Aku menatap nyalang ke arah Fynn. Laki-laki sial ini selingkuh! Dari dulu, aku selalu tidak mentolerir perselingkuhan, aku sudah berjanji pada diri sendiri, ketika melihat kisah masa lalu orang tuaku. "Sayang, ini tidak seperti yang kamu kira." "What? Setelah apa yang kamu lakukan dan kamu masih bicara seperti ini?" Fynn menggeleng dan menatapku melas, tapi, aku tidak terpengaruh sama sekali. Rasanya ingin kutampar wajahnya hingga bengkok. Laki-laki sial! "Sayang." Aku langsung menghindar. Aku jijik dengan sentuhannya. "Setelah nyaris seumur hidup kita bersama dan kamu melakukan hal ini? Apa kamu pernah mikir? Apa kamu punya hati? Dia Amanda, teman kantor kita. Dia Amanda, salah satu rekan dekat yang aku curhat masalah rumah tangga kita padanya dan ini balasan kalian sama aku?" Aku menggeleng tak percaya, suaraku tercekat seperti diberi setrum ribuan volt dan dicekik hingg